19 & 20 Februari menyusul atas perintah tersebut adalah : apakah hal-hal yang kudus dan hal-hal apa sajakah yang dianggap najis? Bacaan Alkitab : Imamat 11 - 15 (Kurun waktu : diperkirakan 1.446 – 1.444 S.M.) (Renungan Harian hari ini panjang oleh karena thema yang merupakan satu kesatuan. Anda dapat membaca ayat-ayat Alkitab pada tanggal 19 Februari dan membaca renungan tanggal 20 Februari) “Kesehatan dan Kekudusan” Seiring dengan makin meningkatnya pertumbuhan ekonomi di suatu negara, terdapat perhatian yang makin besar pula untuk tersedianya pelayanan kesehatan yang baik. Di rumah sakit dan laboratorium biasanya kita memiliki lingkungan yang steril terhadap hama. Kita menggunakan sabun dan cairan pembersih disinfektan di rumah, sekolah dan lembaga lainnya untuk mencegah terjangkit penyakit flu ataupun disentri. Ada menu diet khusus juga untuk menjaga kesehatan yang baik. Renungan Harian selama dua hari ini adalah tentang kesehatan dan kekudusan. Allah adalah pribadi yang kudus. Di dalam diriNya tidak terdapat segala sesuatu yang tidak kudus ataupun tidak murni/ najis; Ia selalu sempurna. Allah menghendaki agar ummatNya dapat menyembahNya di dalam kekudusan. Saat ummat Israel berkemah di Gunung Sinai, Allah memberikan perintah kepada ummatNya tentang pendirian Tabernakel, tugas para imam dan beberapa jenis korban persembahan dengan berbagai ketentuan, agar ummatNya dapat menghormatiNya. Dua anak Harun yaitu Nadab dan Abihu telah bertindak ceroboh dan tidak menghormati Allah saat mereka melakukan penyembahan di hadapan rakyat. Karena kesalahan tersebut maka mereka dibinasakan. Setelah terjadinya insiden yang malang tersebut, Allah berfirman kepada Musa, “Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis” (Imamat 10 : 10). Pertanyaan umum yang kemudian Mengapa para ibu yang bijak dan para ahli kesehatan merekomendasikan untuk mengkonsumsi empat kelompok makanan ini: daging, sayuran, susu, biji-bjian atau sereal dan buah-buahan? Mereka menyarankannya karena yakin bahwa dengan mengkonsumsi bahan-bahan makanan tersebut, akan membuat jadi lebih sehat. Orang Israel juga memiliki pantangan-pantangan untuk mengkonsumsi makanan-makanan tertentu. Beberapa jenis makanan dianggap bersih/ tidak haram untuk dikonsumsi, sedangkan beberapa yang lain dianggap haram dan terlarang untuk dimakan. Mengapa? Ada dua studi pemikiran berkenaan dengan batasan untuk mengkonsumsi makanan tersebut.: Yang pertama, pantangan-pantangan tersebut dimaksudkan untuk diet kesehatan yang lebih baik (beberapa orang telah menulis buku-buku tentang diet kesehatan berdasarkan petunjuk diet makanan yang diberikan bagi orang Israel tersebut). Meskipun demikian, tidak terdapat penjelasan Alkitab tentang mengapa masing-masing jenis hewan ciptaan Tuhan tersebut haram atau tidak haram untuk dikonsumsi. Binatang-binatang yang berkuku belah dan memamah biak (lembu, domba, rusa, kijang dan kambing) diperbolehkan untuk dikonsumsi, sedangkan yang tidak berkuku belah dan memamah biak diharamkan untuk dimakan. Binatang-binatang yang berkuku cakar tidak diperkenankan untuk dikonsumsi. Hewan-hewan yang merayap dan bersayap dan berjalan dengan keempat kakinya dianggap haram untuk dimakan. Kita tahu bahwa beberapa jenis serangga seperti lalat dan nyamuk membawa bibit penyakit, dan hewan-hewan tersebut tidak boleh dikonsumsi. Tetapi belalang dianggap tidak haram dan dapat dikonsumsi. Ummat Israel juga dilarang untuk makan daging hewan yang masih terdapat darah di dalam tubuhnya. Mungkin inilah juga sebabnya maka jenis burung-burung pemangsa hewan lainnya pun termasuk dalam golongan makanan yang diharamkan; darah membawa pula bibit penyakit. Hewan laut dan ikan yang tidak bersisik juga menjadi makanan yang haram untuk dikonsumsi, meskipun alasannya tidak diberikan. Meskipun pantangan-pantangan makanan tersebut masih tetap dijalankan oleh orang Yahudi pada jaman Yesus, tetapi segala peraturan berkenaan dengan diet makanan tersebut kemudian sepertinya dibatalkan oleh Yesus untuk menekankan hal rohani sebagai yang lebih penting untuk dilakukan. Di dalam kitab Matius 15:11 Yesus berkata : “"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Bukanlah makanan yang dilarang untuk dimakan yang menajiskan seseorang, walaupun memang benar bahwa kita semua perlu makan makanan sehat untuk mendapatkan badan yang sehat, tetapi kata-kata yang diucapkan seseorang lah yang dapat menajiskan orang tersebut. Perkataan yang tak terkendali akan sangat menghancurkan. Kadang-kadang orang dapat dikucilkan, dinasihati, dilatih kembali, atau bahkan dipecat dari pekerjaan karena kata-kata mereka. Perkataan yang negative (haram) dapat meracuni, menyakiti dan menghancurkan orang lain. Pemikiran yang lain berkenaan dengan pantangan makanan bagi orang Israel adalah : bahwa hewan dan binatang ciptaan lainnya yang haram tersebut mungkin juga telah didedikasikan sebagai korban persembahan bagi dewa-dewa asing milik bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Allah menghendaki agar ummatNya hanya menyembah Dia saja. Allah ingin agar para penyembah-penyembahNya juga hidup kudus (memisahkan diri dari dosa dan dikhususkan hanya bagiNya, lihat misalkan di Imamat 11 ; 44-45). Puji TUHAN bahwa kini melalui korban Kristus di kayu salib, maka kita telah dijadikan kudus dan dilayakkan untuk dapat menghampiri ruang maha kudus tempat tahta Allah berada! Ibrani 10 : 10 berkata : “Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” Ibrani 10 : 19-22a berkata : “(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21)dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh (Ibrani 10 : 19-22a). Hal lain yang dianggap najis adalah penyakit. Jika seseorang dicurigai terinfeksi penyakit menular, maka ia harus pergi kepada imam untuk diperiksa penyakitnya. Jika imam belum dapat memastikan tentang penyakitnya tersebut, maka ia akan mengurung/ mengkarantinakan orang Israel tersebut selama seminggu, untuk kemudian diperiksa kembali. Jika infeksi tersebut bertambah buruk, maka ia harus dikurung, dijauhkan dari kemah dan tidak diperkenankan untuk memasuki Tabernakel untuk beribadah, sampai penyakit infeksinya sudah sembuh. Para ibu pun akan melakukan hal yang sama bagi anak-anak mereka, dan demikian juga hal nya dengan tindakan para dokter terhadap pasiennya. Kita mengkarantinakan (mengasingkan untuk sementara waktu) orang yang sakit, agar ia dapat memperoleh perawatan yang lebih baik dan intensif, untuk mengurangi resiko kontaminasi dan menularnya penyakit tersebut ke orang lain juga yang jika tidak diasingkan, mungkin juga akan terjangkit oleh penyakit orang tersebut. Tindakan karantina tersebut dapat dimengerti, walaupun bagi si penderita penyakit tersebut mungkin sulit jika harus dipisahkan dari orang yang mereka kasihi, ataupun tidak dapat sepenuhnya melakukan kontak dengan mereka. Setelah seseorang dikarantina, apakah ia kemudian akan diperbolehkan untuk bergabung kembali dengan jemaat? Ya, jika ia telah sembuh dari penyakitnya. Imamat 14 menjelaskan tentang proses yang harus dilakukan oleh seseorang yang dinyatakan haram, karena penyakitnya, agar ia kemudian dapat diterima kembali ke dalam jemaat Israel. Yang pertama, ia harus diperiksa dengan seksama oleh para imam di luar perkemahan, untuk memastikan bahwa ia tidak berpenyakit lagi. Lalu ia akan dikuduskan secara seremonial dengan upacaya yang agak aneh yang melambangkan upacara pendamaian, dengan hewan korban seekor kambing jantan yang akan dibebaskan dan dilepaskan di padang gurun (disebut kambing Azazel) (Kel. 16 : 710), tetapi untuk upacara pentahiran ini digunakan burung sebagai hewan kurbannya. Pemercikan darah burung sebagai hewan kurban dengan menggunakan kayu cedar, benang merah dan hyssop ke atas pria atau wanita yang sakit tersebut tidak memberikan kuasa magis untuk pentahiran mereka (dan mungkin hanya sebagai tanda bagi jemaat yang menyaksikan upacara tersebut). Sesudahnya, si penderita penyakit yang kini telah sembuh tersebut kemudian dicukur rambutnya, dicuci pakaiannya dan dibasuh dengan air, menunggu seminggu untuk kemudian diperiksa ulang. Proses tersebut kemudian diulangi kembali sebelum akhirnya ia diperbolehkan untuk bergabung kembali di kemah. Kemudian, sama seperti anggota jemaat lainnya, ia harus mempersembahkan korban bakaran, korban penghapus dosa, korban sajian dan korban penebus salah (untuk dosa yang tidak disengaja), yang dianggap merupakan pengganti atas waktu-waktu sebelumnya saat ia tidak dapat mempersembahkan korban-korban persembahan tersebut di Tabernakel, dan agar ia dapat kembali dikuduskan. Kemudian yang terakhir, ia harus melakukan upacara lainnya yang melambangkan pentahbisan Harun dan anak-anaknya dengan penuangan minyak urapan (Kel.29 : 19-20a). Tujuan hal tersebut memang agak kurang jelas, tetapi mungkin merupakan tanda bahwa si penderita penyakit tersebut kini telah disetujui dan diterima untuk bergabung kembali dengan jemaat Israel. Secara rohani, sungguh merupakan hal yang sangat indah, bahwa kita tidak harus melalui berbagai upacara seperti disebutkan tadi, untuk dapat diterima dan dibenarkan Allah. “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” (Gal. 3 : 26). Peraturan lainnya diturunkan kepada ummat Israel berkenaan dengan perlakukan atas mayat/ jenazah, penyucian setelah melahirkan, pentahiran atas cairan pembuangan dari tubuh, dan pembersihan atas jamur-jamur yang terdapat di rumah ataupun pakaian. Hal ini sebagian dimaksudkan untuk alasan kesehatan dan sebagian lagi untuk alasan lainnya. Allah berfirman : “Begitulah kamu harus menghindarkan orang Israel dari kenajisannya, supaya mereka jangan mati di dalam kenajisannya, bila mereka menajiskan Kemah Suci-Ku yang ada di tengah-tengah mereka itu.” Meskipun saat ini kita hidup di jaman anug’rah, tetapi sebagai orang Kristen, ada juga batasan-batasan yang dikenakan kepada kita untuk maksud kebaikan. I Korintus 6 : 12-13, 18-20 berkata : “(6:12) Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. (6:13) Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh….. (6:18)Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” I Korintus 10 : 14 berkata : “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!” Roma 13 : 14 berkata : “Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” Kolose 3 : 5-6, 8-10 berkata : “(3:5)Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, (3:6) semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orangorang durhaka)… (3:8) Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. (3:(9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” 2 Korintus 6 ; 14 berkata : “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” Kekudusan adalah tentang kondisi tahir/ bersih secara rohani dan moral. Setelah Kristus Yesus menyucikan kita dari segala dosa, kita memiliki tanggung-jawab pribadi untuk berusaha tetap hidup bersih, benar dan kudus di hadapan Allah ( I Petr. 1 : 15-16). Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Pola makan yang baik, kebersihan dan perawatan kesehatan akan bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan kita ; Kata-kata yang negative (najis) dapat meracuni, menyakiti dan menghancurkan orang lain ; Kekudusan adalah tentang kondisi tahir/ bersih secara rohani dan moral ; Kekudusan hanya dapat dicapai di dalam Yesus Kristus. Oleh Dia maka kita dapat dibenarkan dan dilayakkan menghadap Allah, bukan melalui berbagai upacara, tetapi melalui iman kepada Kristus Yesus ; Setelah Kristus Yesus menyucikan kita dari segala jenis kejahatan, kita memiliki tanggung-jawab pribadi untuk berusaha agar hidup kita tetap benar, bersih dan kudus di hadapan Allah ( I Petr. 1 : 15-16) Pertanyaan Untuk Diskusi : Di dalam kitab Imamat 11, kita telah belajar tentang hewan-hewan yang dianggap haram dan tidak haram untuk dimakan. Dari pengertian tentang ayat-ayat tersebut, apakah ada hubungan nya antara pola hidup dan pola makan yang sehat, dengan kehidupan iman yang baik juga? Menurut Anda, mengapa di Perjanjian Lama diberikan peraturan-peraturan tentang hal-hal kebersihan dan kesehatan tersebut? Apakah prinsip-prinsip kebersihan, ketahiran atau kenajisan terdapat juga di dalam Perjanjian Baru? Jelaskanlah. Di dalam ayat hafalan hari ini, kita dihimbau untuk terus berusaha hidup kudus, sebab Allah kita adalah kudus. Menurut Anda, seberapa pentingkah bagi kita untuk tetap hidup benar, bersih dan kudus? Ayat Hafalan Hari Ini : Imamat 11 : 44a “Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus..”