November 20, 2005 Text untuk direnungkan: Kisah Para Rasul 10: 9-16. Thema: "Dari Visi Petrus Melihat Kemurahan Tuhan." Didalam Kitab Kejadian 1: 20-24 mencatat Tuhan menciptakan makhluk yang hidup didalam air, serta burung-burung yang beterbangan di atas bumi, serta ternak dan binatang melata dan binatang yang liar. Setelah menciptakan binatang-binatang itu, maka Allah melihat semuanya itu baik. Namun di dalam Kitab Imamat Fatsal 11, Tuhan membagi binatang menjadi dua macam kategori: yang haram dan yang tidak haram. Kita akan bertanya, kalau Allah melihat semuanya itu baik, mengapa masih dibedakan antara yang haram dan yang tidak haram? Jawabannya ialah: yang dinyatakan baik itu adalah fungsionalnya. Sedangkan kata haram dan tidak haram adalah klasifikasi secara upacara keagamaan yang sakral. Namun dipihak lain, binatang yang disebut haram dalam Kitab Imamat fatsal 11 itu, juga pernah disinggung sebagai contoh untuk menyatakan suatu prilaku yang patut kita tiru. Contoh: pada Imamat 11: 13 burung rajawali disebut sebagai kejijikan, namun dalam Kitab Yesaya 40:31diungkapkan: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya." Yang menjadi tekanan ialah "yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru". Namun rajawali dijadikan sebagai ungkapan kiasan yang berkonotasi positif. Demikian juga halnya dengan semut (Imamat 11: 20-23 ~Amsal 6:6, 30:25) dan ular (Imamat 11:20-23~Matius 10:16). Oleh karena itu, lepas dari fungsi mereka di upacara keagamaan yang sakral, dimana mereka mendapat predikat haram, namun dalam dimensi kehidupan yang lain mereka "semuanya itu baik." Pemikiran yang lain ialah, apapun yang tertuang dalam aturan upacara keagamaan yang diatur oleh Taurat, kesemuanya itu sudah digenapkan oleh Tuhan Yesus Kristus cf Matius 5:17. Bahkan Alkitab juga mengajarkan kalau "didalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri." (Ibrani 10:1). Dalam terang pengertian inilah kita dapat memahami lebih dalam visi yang dilihatkan Tuhan kepada Petrus: "...didalamnya terdapat pelbagi jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: 'Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah.' ... Kedenganaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya 'apa yang dinayatakan halal oleh Tuhan tidak boleh engkau nyatakan haram'. Kisah Para Rasul 10: 12-15. Dari dialog tersebut, juga dari pernyataan Petrus yang mengatakan :"Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir." Kisah Para Rasul 10:28. Tuhan di dalam anugrahNya yang Ia limpahkan kepada kita di dalam Tuhan Yesus, telah menyediakan satu jalan keselamatan bagi semua umat manusia. Kita yang bukan Yahudi ibarat seperti tunas liar yang dicangkokkan pada pohon Zaitun (Roma 11:17). Sungguh, inilah kemurahan Tuhan yang Ia berikan kepada kita sekalian. Jangkauan Injil kepada orang kafir, dalam hal ini, tertuang dalam limpahan anugrah Tuhan pada keluarga Kornelius (juga sida-sida dari Etiopia, cf. Kisah Para Rasul 8: 26-40) menggenapi apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di Injil Yohanes 10:16 "Ada lagi pada-Ku dombadomba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." Saudaraku, marilah kita berseru puji Tuhan atas kebesaran anugrah dan cinta kasihNya kepada kita sekalian dengan memberikan kepada kita jalan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus.