9 Februari Bacaan Alkitab : Kel. 21 - 24 (Kurun waktu : diperkirakan 1.446 S.M. – Tiga Bulan Pertama Setelah Meninggalkan Mesir) “Pentingnya Hukum Sosial” Apakah tujuan adanya hukum dan aturan? Apakah hukum tersebut kita anggap sebagai standard yang kejam untuk membatasi kebebasan-kebebasan kita? Almarhum Pastor Adrian Rogers pernah berkata bahwa “orang-orang masa kini menginginkan kebebasan dar berbagai kekangan. Mereka ibaratnya sama seperti orang-orang yang berada di dalam sebuah pesawat udara yang kemudian mengeluarkan sang pilot dari dalam pesawat, dan lalu mengumumkan bahwa sekarang mereka bebas”. Kita sudah dapat menebak akibatnya, bukan? Kita tahu bahwa ada hukum yang berlaku secara umum yang harus dipatuhi, tetapi kita juga memerlukan adanya hukum sosial yang berlaku di masyarakat. Tujuan dari hukum sosial tersebut adalah untuk memastikan bahwa baik manusia maupun property diurus dengan benar dan adil sesuai hukum yang berlaku. Inilah salah satu kegunaan adanya pemerintah. Adanya suatu pemerintahan merupakan hal yang penting untuk mendirikan masyarakat yang baru. Pemerintahan atas bangsa Israel bersifat teokrasi (= pemerintahan di mana prinsip-prinsip illahi memegang peran utama), tetapi administrasi pemerintahan dipimpin oleh Musa, Harun, anak-anak Harun, dan 70 tua-tua Israel. Seperti yang telah kita pelajari di dalam Renungan Harian yang lalu, Allah memberikan hukum moral melalui Musa (Sepuluh Perintah Allah). Lalu bagaimana cara hidup orang Israel berdasarkan hukum moral yang dikehendaki Allah tersebut? Hal-hal yang akan kita pelajari hari ini adalah ringkasan hukum sosial yang ditetapkan Allah – yaitu hukum moral yang diaplikasikan di dalam beberapa kasus hidup sehari-hari di masyarakat. Apa yang mungkin mengherankan bagi kita adalah mengetahui bahwa peraturan yang pertama dari hukum sosial tersebut berkenaan dengan perlakuan terhadap budak. Kita mungkin berpikir bahwa Allah akan menghapuskan praktik perbudakan karena Ia baru saja membebaskan ummatNya dari perbudakan Mesir. Tetapi system perbudakan orang Yahudi berbeda dengan perbudakan Mesir. Sistem perbudakan Mesir mengharuskan seorang buruh untuk bekerja dalam waktu yang tak tentu, sedangkan sistem perbudakan orang Yahudi lebih bersifat seperti layanan kontrak, di mana seseorang ataupun keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, dapat menjual dirinya ataupun anggota keluarganya. Lalu sebagai balas jasa atas pelayanan mereka, mereka boleh mendapat tempat tinggal, makanan, dan diperlakukan dengan baik dan adil. Jangka waktu pelayanan kontrak tersebut tidak boleh lebih dari enam tahun, terkecuali budak tersebut hendak melanjutkan perjanjian kontraknya. Saat ini sistem perbudakan secara legal – de jure - telah dihapuskan di seluruh dunia, sehingga tidak ada prinsip-prinsip dasar tentang ini yang boleh diaplikasikan. Tetapi melalui ayat-ayat Alkitab yang kita baca hari ini, dan mungkin pada masa kini lebih tepat jika diaplikasikan ke hubungan antara majikan rumah tangga dengan asisten rumah tangga, adalah : agar kita tidak memanfaatkan orang miskin untuk kepentingan sendiri, tetapi jika memungkinkan, juga memberi kesempatan agar mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya. Kita harus memperlakukan mereka dengan penuh martabat, keadilan dan kesetaraan, khususnya jika mereka juga adalah sesama ummat yang percaya kepada Kristus Yesus. Di dalam hukum sosial tersebut terdapat pelanggaran hukum yang berakibat pada hukuman mati. Biasanya kita berpikir tentang hukuman mati sebagai balasan atas kejahatan pembunuhan saja, tetapi terdapat juga hukuman mati atas tindakan menyerang/ menyakiti atau mengutuki orang tua, menyembah illah-illah lain, melakukan praktik sihir/ tenung, menyakiti ataupun memperdayakan anak yatim piatu dan para janda, serta beberapa kasus tindakan asusila ataupun penyimpangan seksual. Demi keamanan di dalam masyarakat dan untuk menjaga moralitas dan kadar hidup suci yang tertinggi sebagai ummat kepunyaan Allah, kadang-kadang perlu untuk menjalankan hukuman yang paling berat ini. Meskipun demikian, hukuman mati atas pelanggaran yang setimpal tersebut harus dilakukan dengan hati-hati , dan Allah menghendaki agar hal tersebut dilaksanakan untuk kasus-kasus yang sepadan/ khusus. Peraturan ke tiga yang paling utama dalam hukum sosial tersebut adalah prinsip tentang ganti-rugi; yaitu kompensasi yang adil dan setara atas kerusakan atau kerugian yang terjadi. Jika seorang budak atau orang upahan mengalami kecelakaan saat bekerja, ia harus mendapat kompensasi. Jika property milik seseorang (khususnya hewan peliharaan ataupun budaknya) disakiti ataupun dirugikan, maka harus ada ganti-rugi. Jika pencuri kedapatan mencuri, maka perlu ada pembayaran kembali plus denda. Namun demikian dalam beberapa kasus, tidak perlu dilakukan ganti-rugi jika tidak terdapat kerusakan atau kerugian yang besar dan / atau jika hal tersebut terjadi secara tidak disengaja/ kecelakaan. Dalam masyarakat saat kini, kita pergi menghadap pegawai pemerintah untuk melaporkan setiap ketidak-adilan perdata/ sipil yang kita alami, tetapi ummat Kristiani seharusnya tidak melakukan gugatan-gugatan hukum secara sembrono. Lebih lanjut, surat I Korintus menginstruksikan agar ummat Kristiani tidak melakukan gugatan hukum atas hal-hal yang sebenarnya remeh/ tidak berarti, terhadap sesama saudaranya didalam Kristus, karena jika demikian maka kesaksian hidup sebagai orang Kristen akan menjadi rusak/ dirugikan. (I Korintus 6 : 1-7). Hukum sosial utama lainnya yang disebutkan di dalam kitab Keluaran 23 dapat dikategorikan sebagai hukum keadilan dan kemurahan. Jika seorang Israel menjadi saksi dari suatu kejahatan, mereka harus melaporkannya dan memberi kesaksian, tetapi tidak diperbolehkan untuk memberi keterangan palsu ataupun menerima suap. Suap adalah penyimpangan atas keadilan. Mereka juga harus bersikap baik bahkan kepada para musuh mereka, apabila musuh mereka tersebut ataupun hak milik mereka mengalami cidera ataupun kemalangan/ kecelakaan. Kita tahu bahwa Yesus mengajarkan ummat yang percaya untuk mengasihi para musuh (Lukas 6 : 27). Ketika masih berstatus musuhpun kita telah dikasihi Kristus Yesus (Roma 5 : 10), dan saat kita mengasihi para musuh tersebut maka berarti kita telah menunjukkan Kasih Kristus bagi mereka. Masih ada hukum sosial lainnya yang sering disebutkan di dalam ayat-ayat Firman Tuhan di Perjanjian Lama, yaitu perintah untuk memelihara hari Sabbath bagi Tuhan, dan bukan hanya merupakan hari untuk beristirahat bagi manusia, tetapi juga waktu beristirahat bagi hewan, dan bahkan juga waktu setahun penuh untuk masa istirahat bagi tanah pertanian setelah selama tujuh tahun ditanami/ diolah. Selanjutnya, tiga kali dalam setahun orang Israel diharuskan berkumpul bersama sebagai suatu bangsa untuk merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi (untuk memperingati saat pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir), Hari Raya Penuaian (atas hasil pertama dari panen mereka), dan Hari Raya Pengumpulan Hasil (pada akhir musim panen, seperti perayaan Ucapan Syukur (Thanksgiving). Yesus berkata bahwa hari Sabbath diadakan untuk manusia (Markus 2 : 27). Kita menghormati Allah ketika memelihara satu hari dalam seminggu untuk beristirahat , dan ingat selalu untuk bersyukur atas berkat-berkat kita. Setelah diberikannya hukum-hukum moral dan sosial bagi orang Israel, Allah berjanji untuk menjadi Allah bagi orang Israel dan untuk memimpin, melindungi dan memberkati mereka, apabila mereka mau taat kepadaNya. Hal tersebut merupakan janji yang disahkan dengan darah korban persembahan. Kemudian Allah menunjukkan kemuliaan hadiratNya kepada Musa, Harun dan 70 tua-tua Israel. Sebelum Allah memanggil Musa untuk mendaki Gunung Sinai, secara khusus Allah telah memerintahkan agar ummatNya tidak menyembah illah-illah palsu. Lalu sebanyak tiga kali para pemimpin dan ummat Israel berjanji untuk mematuhi TUHAN, Allah Israel. Apakah mereka sungguh-sungguh patuh? Besok kita akan mencari tahu tentang hal tersebut. Apakah kita menghendaki adanya berkat-berkat TUHAN dalam hidup kita? Jika demikian hal nya, maka kita perlu sungguhsungguh menghormati Allah dan menghargai sesama kita, jangan hanya menjadi ucapan yang hampa saja. Apakah Anda sungguhsungguh mengenal Allah yang sejati yang bertahta di surga, yang penuh keadilan dan belas kasihan? Allah dapat memberikan bagi Anda segala kedamaian, pengampunan dan kehidupan rohani yang terus bertumbuh, sehingga Anda akan rindu selalu untuk menyembah dan mematuhi segala perintahNya dan juga berlaku baik kepada sesama. Apakah kita menghendaki berkat-berkat Allah bagi hidup kita? Maka kita perlu sungguh-sungguh menghormati Allah dan sesama , jangan hanya menjadi ucapan janji yang hampa. Pertanyaan Untuk Diskusi : Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Tujuan adanya hukum-hukum sosial adalah untuk memastikan bahwa manusia dan property mereka ditangani dengan baik dan setara, dengan diberlakukannya hukum yang adil ; Janganlah memperdaya orang yang kurang mampu/ lebih lemah untuk menarik keuntungan dari mereka, melainkan jika memungkinkan, berikanlah kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidup. Perlakukanlah mereka dengan penuh martabat, adil dan setara, terutama jika mereka juga adalah sesama saudara di dalam Kristus ; Hukuman mati atas pelanggaran besar yang mendatangkan tuntutan hukuman setimpal sedapat mungkin harus dicegah, dan Allah menghendaki agar hukuman mati tersebut dilakukan untuk kasus-kasus yang memang sepadan ; Kita sebaiknya mendatangi aparat pemerintah untuk melaporkan kerugian perdata/ sipil yang mungkin ada, tetapi ummat Kristiani seharusnya tidak mengajukan tuntutan hukum atas perkaraperkara yang sepele, khususnya atas sesama ummat Kristiani ; Yesus memerintahkan ummatNya untuk mengasihi para musuh. Saat menjadi musuh-musuh Allah, kitapun telah menerima kasih Kristus, dan saat kita mengasihi para musuh, kita telah menunjukkan kasih Allah bagi mereka ; Kita menghormati Allah saat kita mau menguduskan satu hari untuk beristirahat bagi Allah dan ingat untuk bersyukur atas berkatberkat kita ; Hari ini, setelah kita belajar tentang peraturan-peraturan detail berkenaan norma sosial yang diberikan Allah langsung bagi ummat Israel, apakah hal tersebut menambah wawasan kita tentang pribadi Allah, bahwa Ia menaruh perhatian pada tiap hal detail di dalam hidup sehari-hari ummatNya? Bagaimana dengan hidup kita sehari-hari; apakah Anda merasa bahwa Allah pun memperhatikan setiap tingkah laku kita dan ingin terlibat di dalam hidup kita untuk mengerjakan hal-hal yang baik dan benar ? Di dalam kitab Keluaran 23 : 15-16 kita membaca tentang Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Penuaian, dan Hari Raya Pengumpulan Hasil, di mana sesungguhnya hari raya berkenaan dengan roti/makanan di Perjanjian Lama tersebut menubuatkan tentang Perjanjian Baru yang dibuat Yesus pada peristiwa Perjamuan Tuhan bersama dengan para muridNya sebelum kematian dan kebangkitanNya. Di dalam Keluaran 24 Musa diperintahkan untuk mendaki Gunung Sinai selama 40 hari dan 40 malam, dan Yesuspun berada di padang gurun selama 40 hari dan 40 malam setelah masa pembaptisanNya dan sebelum memulai pelayananNya ; Bagaimanakah Anda melihat semua penggenapan perayaan-perayaan di Perjanjian Lama tersebut di dalam diri Yesus? Kemudian bagaimanakah kita sebagai ummat Perjanjian Baru melakukan perintah-perintah Allah dalam hidup kita? Ayat Hafalan Hari Ini : Yakobus 1 : 27 “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda- janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”