Akuntansi Biaya

advertisement
U-niversitas
HKBPNommensen
Medan
Edisi Pertama
Akuntansi Biaya
Mangasa Sinurat
Audrey M. Siahaan
Ardin Doloksaribu
Halomoan Sihombing
Fakultas Ekonomi
Universitas HKBP Nommensen
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
BAB 1
Ruang Lingkup Sistem
Akuntansi Biaya
Seorang manajer mempunyai tugas dan tanggungjawab manajemen
sebagai seorang perencana dan pengawas perusahaan. Perencanaan
mencakup penentuan serta penggarisan cara-cara bagaimana tujuan supaya
dapat tercapai. Pengawasan mencakup langkah-langkah maupun metodemetode yang digunakan untuk menjamin pencapaian tujuan yang dimaksud.
Agar perencanaan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik,
manajemen memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi.
1. 1. Konsep Manajemen Dan Tujuan Akuntansi Biaya
Manajemen puncak terdiri dari orang-orang yang bertugas mengambil
keputusan,
memberikan
perintah,
membentuk
kebijaksanaan,
dan
mengarahkan agar semua orang mendukung kebijaksanaan perusahaan.
Secara
menyeluruh,
fungsi
manajemen
meliputi
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian. Fungsi-fungsi tersebut terbentuk karena
dalam
suatu perusahaan akan terlibat orang-orang
yang mendukung
berjalannya sebuah perusahaan.
Dalam rangka pengendalian operasi perusahaan manajemen ingin
memperoleh umpan balik sampai sejauh mana wewenang yang telah
didelegasikan kepada bawahan telah digunakan dengan sebaik-baiknya.
Umpan balik itu berupa informasi yang dapat memberikan gambaran
pelaksanaan tugas para bawahan sudah terpenuhi dan sejauh mana operasi
tersebut telah menyerap dana perusahaan. Hal ini berarti umpan balik yang
diharapkan akan berupa berapa biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam satu
periode dan berapa kuantitas yang dihasilkannya.
Menurut Carter dan Usry, akuntansi biaya adalah perhitungan biaya
dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan
1
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun
strategis.
Akuntansi biaya pada umumnya mempunyai empat fungsi yang
berbeda yaitu:
a. Fungsi penentuan biaya (Cost Finding)
b. Fungsi pencatatan biaya (Cost Recording)
c. Fungsi penganalisaan biaya (Cost Analyzing)
d. Fungsi pelaporan biaya (Cost Rerportingi)
Suatu perusahaan dalam melakukan sistem akuntansi biaya biasanya
terlebih dahulu menentukan biaya dari suatu produk atau kegiatan tertentu.
Walaupun semua fungsi akuntansi biaya penting, namun penentuan biaya
dipandang paling kritis. Ini disebabkan karena fungsi-fungsi akuntansi biaya
lainnya bergantung pada penentuan biaya. Di dalam sistem akuntansi biaya
yang paling sering dibahas adalah mengenai prosedur-prosedur dan teknikteknik penentuan biaya.
Sebuah sistem akuntansi biaya merupakan bahagian yang menyatu
dari sistem akuntansi perusahaan dimana biaya-biaya dicatat pada buku jurnal.
Setelah dicatat dalam buku jurnal, kemudian dipindahbukukan (posting) ke
buku besar (general ledger).
Data biaya biasanya disiapkan oleh seorang akuntan. Akuntan yang
biasanya yang paling mampu untuk menganalisa informasi biaya dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan, merencanakan kegiatan-kegiatan
dan memberikan tanggapan kepada manajemen. Analisa biaya yang tepat
digunakan
tergantung kepada
pemahaman
atas
metode-metode
yang
digunakan dalam akuntansi biaya.
Pada gambar 1.1 dapat kita lihat hubungan antara laporan akuntansi
keuangan, laporan akuntansi biaya,dan kegiatan perusahaan. Penentuan
umum tujuan perusahaan merupakan pembuatan keputusan tingkat yang paling
tinggi. Untuk mencapai tujuan manajer membuat perencanaan.
2
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 1.1
Hubungan Antara Akuntansi Biaya Dengan Perencanaan Dan
Pengendalian
Tujuan Umum
Perusahaan
Tujuan Khusus
Perusahaan
Laporan
Akuntansi
Keuangan
Laporan
Akuntansi
Manajenen
Perencanaan Untuk
Mencapai Tujuan
Operasi
Data Akuntansi
Biaya
Hasil
Sesungguhnya
Pembuatan
perencanaan
yang
terinci
membutuhkan
informasi
akuntansi. Misalnya pembuatan anggaran, penentuan harga jual dan strategi
pemasaran produk. Manager akan mengawasi dna mengarahkan aktivitas
operasi perusahaan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kegiatan operasi perusahaan akan menghasilkan output yang sesungguhnya.
Hasil tersebut akan dicatat dalam sistem akuntansi perusahaan. Data tersebut
akan diproses dalam akuntansi biaya yang kemudian akan digunakan untuk
penyusunan laporan akuntansi manajemen dan laporan akuntansi keuangan.
Hasil laporan akuntansi tersebut akan dipergunakan untuk mengevaluasi
perencanaan. Jika terjadi penyimpangan terhadap perencanaan, maka manajer
akan mengambil tindakan untuk melakukan penyesuaian operasi perusahaan.
Pengendalian seperti ini akan dilakukan oleh manajer secara periodik atau
sesering mungkin.
Sistem
akuntansi
biaya
mengalami
perubahan
sesuai
dengan
perubahan proses produksi. Beberapa tahun terakhir ini perusahaan sudah
memakai sistem komputer sehingga hampir menghapus pembukuan manual.
3
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
Sistem akuntansi biaya sangat dibutuhkan dalam dunia nyata suatu
perusahaan seperti bank, pemerintah, dan lain-lain. Metode pabrikasi suatu
produk, perdagangan suatu produk ataupun pemberian jasa suatu perusahaan
dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga sangat berdampak pada sistem
akuntansi biaya. Manfaat sistem akuntansi biaya adalah menyediakan salah
satu
informasi
yang
diperlukan
oleh
manajemen
dalam
mengelola
perusahaannya.
Biaya-biaya biasanya dilaporkan secara rinci pada kebanyakan
laporan-laporan akuntansi untuk kebutuhan inter/ manajemen, dan dilaporkan
secara menyeluruh pada laporan-laporan akuntansi untuk kebutuhan ekstern.
Laporan-laporan biaya biasanya yang paling banyak dan ini digunakan untuk
keperluan intern manajemen.
Informasi yang diperoleh dari sistem informasi akuntansi biaya akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, informasi biaya ini harus dapat dibandingkan
dengan pendapatan dari berbagai tindakan alternatif yang akan dipilih oleh
manajemen. Informasi biaya yang diperoleh tersebut dapat dipakai oleh
manajemen
untuk
mengambil
keputusan
yang
berhubungan
dengan
perencanaan, terutama yang menyangkut masalah-masalah khusus seperti
membuat produk baru, menghentikan atau meneruskan suatu produk tertentu,
menerima atau menolak pesanan khusus, membeli atau membuat sendiri
bahan baku, dan, menjual langsung atau diproses lebih lanjut untuk produk
bersama.
Tujuan daripada sistem akuntansi biaya adalah:
a. Memberikan data biaya untuk penentuan laba dan penilaian
persediaan.
b. Memberikan
informasi
yang
diperlukan
bagi
pelaksanaan
pengawasan kegiatan dan biaya perusahaan oleh manajemen.
c. Memberikan informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan
pembuatan keputusan oleh manajemen.
4
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
1. 2. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah salah satu bagian dari bidang manajemen
yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan sangat diperlukan pembuatan
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan
agar barang yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Pengambilan keputusan yang diambil biasanya berhubungan dengan proses
produksi dimana nanti bertujuan dengan tujuan perusahaan.
Gambar 1.2
Skema Suatu Bisnis
Gambar 1.2
Skema Sistem Produksi
INPUT
Material
Manusia
Modal
Energi
Proses Transformasi
Produksi
5
OUTPUT
Barang
Jasa
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
Proses produksi pada umumnya dapat dipisahkan menurut berbagai
segi. Pemilihan sudut pandang yang akan digunakan untuk pemisahan proses
produksi dalam perusahaan ini akan tergantung untuk apa pemisahan tersebut
dilaksanakan serta penentuan tipe produksi didasarkan faktor volume jumlah
produk yang akan dihasilkan, kualitas produk yang diisyaratkan dan peralatan
yang tersedia untuk melaksanakan proses.
Jenis proses produksi ditinjau dari segi wujud proses produksi:
a. Proses produksi Kimiawi
Proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang
menitikberatkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta
senyawa kimia. Contoh perusahaan obat-obatan, perusahaan
pertambangan minyak, dan lain-lain.
b. Proses produksi perubahan bentuk
Proses perubahan bentuk adalah proses produksi dimana yang
dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses
perubahan input menjadi output sehingga didapatkan penambahan
manfaat atau faedah dari barang tersbeut. Contoh perusahaan
mebel, perusahaan garmen, dan lain-lain.
c. Proses produksi assembling
Proses produksi assembling merupakan suatu proses produksi
yang dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada
proses penggabungan dari komponen-komponen produk dalam
perusahaan yang bersangkutan atau membeli komponen produk
yang dibeli dan perusahaan lain. Contoh perusahaan yang
memproduksi peralatan elektronika, perakitan mobil, dan lain-lain.
d. Proses produksi transportasi
Proses produksi transportasi merupakan suatu proses produksi
dengan jalan menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang
ataupun manusia. Dengan adanya pemindahan tempat tersebut
maka barang atau manusia yang bersangkutan ini akan mempunyai
kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat. Contoh
perusahaan kereta api, perusahaan angkutan umum, dan lain-lain.
6
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi
Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proses
produksi yang memberikan jasa administrasi kepada perusahaanperusahaan
yang
lain
atau
lembaga-lembaga
yang
memerlukannya. Pemberian metode penyusunan, penyimpanan
dan penyajian data serta informasi yang diperlukan oleh masingmasing perusahaan yang memerlukannya merupakan jasa yang
diproduksi oleh perusahaan-perusahaan semacam ini. Contoh
lembaha konsultan manajemen atau akuntansi, biro konsultasi, dan
lain-lain.
Jenis produksi ditinjau dari segi arus proses produksi:
a. Proses produksi terus menerus (continous processes)
Merupakan proses produksi yang mempunyai pola atau urutan
yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi di dalam
perusahaan.
b. Proses produksi terputus-putus (intermitten processes)
Merupakan suatu proses produksi dimana arus proses yang ada
dalam perusahaan tidak selalu sama.
c. Proses produksi campuran
Merupakan penggabungan dari proses terus menerus dan terputusputus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa
setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara
utuh.
1. 3. Akuntansi Biaya Vs Akuntansi Keuangan
Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang menyediakan informasi
penting. Bahasa akuntansi didasari atas 2 (dua) variasi, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen; dan, akuntansi biaya merupakan yang
menjembatani akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Informasi
akuntansi dibedakan atas 3 (tiga) fungsi, yaitu:
a. Menyediakan informasi untuk pihak eksternal (seperti: pemegang
saham, kreditur, dan pihak-pihak yang berkepentingan).
7
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
b. Estimasi biaya produk yang diproduksikan dan pelayanan yang
disediakan oleh perusahaan.
c. Menyediakan informasi yang berguna untuk manajer internal
dimana
bertanggungjawab
untuk
perencanaan,
pengendalian,
pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja.
Definisi akuntansi biaya menurut institute of management accounting
dalam Jesse T. Barfield, et. al., bahwa: “... a technique or method for
determining the cost of a project, process, or thing ... This cost is
determining by direct measurement, arbitrary assignment, or systematic
and rational allocation” Sistem akuntansi biaya adalah proses untuk
menelusuri
berbagai
biaya
masukan
(input)
ke
pengeluaran
(output)
perusahaan seperti produk atau jasa. Proses ini digunakan oleh bentuk
akuntansi tradisional melalui pencatatan buku – mulai dari jurnal, dan akun
buku besar. Akun- akun yang mengandung sistem akuntansi biaya dan
manajemen adalah penjualan, pembelian (bahan baku dan aset tanaman),
produksi dan persediaan, perorangan, gaji, pengiriman, keuangan dan
manajemen dana. Tidak semua informasi biaya dimasukkan ke laporan
keuangan. Sejalan dengan itu, tidak semua informasi akuntansi keuangan
berguna bagi manajer dalam melakukan fungsi pekerjaan sehari-hari. Akuntansi
biaya dibuat tumpang tindih antara akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Akuntansi biaya berhubungan dengan akuntansi keuangan dalam
hal penyediaan informasi biaya produk untuk akuntansi keuangan, dan untuk
akuntansi manajemen menyediakan beberapa kuantitatif, manajer sistem
berdasarkan biaya memerlukannya untuk melakukan tugas-tugasnya.
Akuntansi biaya bisa tumpang tindih disebabkan sistem akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen harus mampu berbicara dan bergabung
dengan bentuk jaringan informasi. Ada 2 (dua) sistem artikulasi, akuntan harus
mampu mengerti bagaimana akuntansi biaya untuk laporan keuangan dan
mendukung informasi manajemen yang diperlukan. Perusahaan yang tidak
berbentuk manufaktur tidak perlu menguraikan sistem akuntansi biaya. Untuk
perusahaan jasa perlu untuk mengerti berapa besar biaya jasa sehingga dapat
membedakan biaya yang efektif yang dipakai pada aktivitas bisnis.
8
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
Tabel 1.1
Perbedaan Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi Biaya
Akuntansi Keuangan
Menyiapkan informasi untuk pihak Menyiapkan informasi untuk pihak
internal
eksternal
Laporan hasil kegiatan produksi
Laporan hasil operasi, perubahan
ekuitas pemilik dan arus kas untuk
suatu periode akuntansi
Pengguna manajer
Pengguna kreditur, pemilik, investor,
pegawai dan masyarakat
Gunanya untuk memantau setiap Gunanya
untuk
pengambilan
kegiatan produksi
keputusan
1. 3. Lingkungan Bisnis Global
Pada jaman bisnis global sekarang, diperlukan 3 (tiga) tantangan dasar,
yaitu: (1) Seorang manajer harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
pada pasar bisnis
internasional sehingga manajer dapat mengidentifikasikan
lokasi dimana perusahaan itu merasa kuat dan berkeinginan bersaing; (2)
manajer harus merancang rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan
perusahaan; (3) perusahaan harus merancang sistem informasi yang akan
konsisten dipegang perusahaan sesuai dengan rencana-rencana dan tujuantujuan. Berbicara mengenai lingkungan bisnis global, berarti kita berbicara
mengenai struktur pasar internasional, perjanjian perdagangan, e commerce,
peraturan
dan
perencanaan
pertimbangan
strategi
dan
etika.
Oleh
hubungan
karena
strategi
itu,
yang
sangat
penting
diciptakan
dan
diimplementasikan pada sistem informasi akuntansi.
Lingkungan bisnis yang selalu berubah akan menuntut setiap
perusahaan untuk selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat mengeliminasi pemborosan dan melakukan perbaikan
secara berkelanjutan. Pengaruh daripada ekonomi internasional, persaingan
global, tuntutan on time peformance mengakibatkan peningkatan seluruh
aktivitas dari bisnis.
Hampir semua bisnis berpartisipasi pada ekonomi global, dimana
meliputi perdagang internasional barang dan jasa, perpindahan tenaga kerja,
dan arus dana dan informasi. Dunia sangat penting menjadi lebih kecil dengan
9
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
menggunakan perubahan teknologi dan kemampuan berkomunikasi baik itu
perjanjian perdagangan dimana mendorong perpindahan internasional barang
dan jasa ke beberapa negara.
10
Bab 2 – Konsep Biaya
Konsep Biaya
BAB 2
Pekerjaan manajemen biasanya terpusat terlebih dahulu kepada
perencanaan dimana didalamnya terdapat penetapan tujuan serta perincian
biaya. Setelah perencanaan, manajemen akan melihat pengawasan atau
pengendalian.
Manajemen
didalam
perencanaan,
dan
pengawasan
memerlukan informasi. Informasi biaya diperoleh oleh manajemen dari akuntan.
Biaya tidak dapat diartikan secara sederhana. Bagi akuntansi
keuangan, biaya merupakan pengorbanan untuk dapat memperoleh sebuah
barang atau jasa. Bagi akuntansi biaya, biaya itu mempunyai banyak maksud
dan arti, tergantung dengan cara ataupun penggunaannya.Oleh karena itu,
biaya itu harus mampu kita klasifikasikan berdasarkan keperluan daripada
manajemen perusahaan.
2. 1. Konsep Biaya
Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan
memberikan keuntungan/ bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan
datang. Biaya dapat dibedakan atas biaya (cost) dan beban (expense).
Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva. Beban (expenses) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang ditujukan
untuk memperoleh pendapatan pada periode dimana beban itu terjadi. Beban
(expenses)
merupakan
bagian
daripada
cost
yang
digunakan
untuk
memperoleh pendapatan.
Objek biaya adalah sesuatu yang kita inginkan untuk suatu biaya yang
diukur. Objek biaya itu dapat berupa produk, aktivitas, proyek, departemen, dan
lain-lain.
Manager menggunakan klasifikasi biaya yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda, dan data dicatat serta diklasifikasikan untuk satu tujuan yang
mungkin tidak tepat untuk tujuan yang lain. Dengan mengetahui bagaimana
biaya diklasifikasikan untuk tujuan tertentu (tujuan khusus), kita akan lebih
11
Bab 2 – Konsep Biaya
mudah untuk mengklasifikasikan kembali biaya tersebut untuk kepentingan
tujuan yang lain.
Gambar 2.1
Dasar Konsep Biaya
Biaya
Pengeluaran Biaya
Masa Lalu, Sekarang
Atau Masa Datang
Kas Yang Keluar
Biaya Kesempatan
Keuntungan Yang Tidak
Diambil Dari Pilihan
Alternatif Terbaik
Beban
Biaya
Yang
Dikorbankan
Untuk
Memperoleh
Pendapatan Pada Periode
AKuntansi
2. 1. Klasifikasi Biaya
Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan
atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitannya dengan biaya. Pada
umumnya jenis biaya-biaya yang timbul atau terjadi, serta pengklasifikasian
biaya-biaya ini bergantung pada tipe perusahaan yang bersangkutan. Akuntansi
biaya diperluan pada tipe perusahaan yang satu, sama seperti diperlukan pada
tipe perusahaan lainnya. Oleh karena itu perlu juga mengetahui ciri-ciri biaya
dari berbagai perusahaan industri, dagang dan jasa. Biaya-biaya secara umum
dapat diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu : biaya berdasarkan hubungan
dengan produk, biaya berdasarkan waktu, dan biaya berdasarkan volume
produksi, dan lain-lain.
12
Bab 2 – Konsep Biaya
Klasifikasi biaya menurut waktu pengakuan (timing recognition), yaitu:
a.
Biaya Produk (Product Cost)
Adalah biaya yang terjadi dalam rangka membuat produk. Biaya
tersebut sifatnya melekat pada produk. Biaya produk akan
dipertemukan dengan pendapatan pada periode dimana produk
tersebut dijual. Selama produk belum dijual, biaya produk tetap
akan melekat pada produk (persediaan). Karena melekat pada
produk (selama produk menjadi persediaan), biaya produk disebut
sebagai biaya persediaan.
b.
Biaya Periode (Period Cost)
Adalah biaya yang terjadi dalam satu periode yang tidak ada
kaitannya dengan pembuatan produk. Biaya periode sifatnya tidak
melekat pada produk dan akan dipertemukan dengan pendapatan
untuk menghitung laba rugi pada periode yang bersangkutan.
Klasifikasi biaya berdasarkan penelusuran biaya, yaitu:
a.
Biaya Langsung (Direct Cost)
Adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran
biaya atau objek biaya.
b.
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke
sasaran biaya atau objek biaya.
Contoh cara penelusuran biaya adalah Nona Nina ingin pergi nonton
dan makan di malam hari. Cara menelusuri biaya tersebut, maka kita terlebih
dahulu mengidentifikasi objek biaya apa saja yang ada selama Nona Nina pergi
di malam hari. Hasil penelusuran bahwa, biaya langsungnya adalah tiket
bioskop dan biaya makan malam. Sedangkan, biaya tidak langsungnya adalah
biaya pakaian, sepatu, tas dan mobil yang dipakai Nona Nina untuk pergi
nonton dan makan di malam hari.
13
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.2
Penelusuran Biaya Ke Objek Biaya
Ditelusuri Secara
Langsung
Ditelusuri Secara
Tidak Langsung
Ditelusuri Secara
Langsung
Biaya Tidak
Langsung
Biaya Langsung
Klasifikasi biaya berdasarkan hubungan dengan produk, yaitu:
a. Biaya Produksi
Adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik.
b. Biaya Non Produksi
Adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi,
yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi umum.
Biaya penjualan adalah biaya yang diperlukan untuk menjual
suatu barang/ jasa. Contoh biaya penjualan adalah biaya iklan,
komisi penjualan, biaya pengiriman barang, biaya pelayanan
pelanggan, dan lain-lain. Biaya administrasi umum adalah
biaya yang diperlukan selama operasi bisnis. Contoh gaji
eksekutif, biaya proses data, gaji satpam kantor, gaji akuntan,
PBB
kantor,
biaya
penyusutan
gedung
penyusutan komputer kantor, dan lain-lain.
14
kantor,
biaya
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.3
Arus Fisik Manufaktur
Biaya bahan baku (Raw material) adalah biaya yang digunakan untuk
membeli bahan, dimana bahan tersebut digunakan untuk membuat barang jadi.
Biaya bahan baku dapat dibedakan, yaitu :
a. Bahan baku langsung (Direct Material)
Yaitu bahan baku yang dipakai secara langsung untuk proses
langsung. Contoh kayu yang dipakai untuk membuat mebel, kain
untuk membuat pakaian, karet yang dipakai untuk membuat ban,
tepung untuk membuat kue, dan lain-lain.
b. Bahan baku tidak langsung (Indirect Material)
Bahan baku tidak langsung sering juga disebut bahan penolong.
Yang termasuk
bahan penolong
15
adalah
bahan-bahan
yang
Bab 2 – Konsep Biaya
digunakan untuk menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya
relatif kecil, atau pemakainnya sangat rumit untuk dikenali di produk
jadi. Contoh paku, lem kayu dalam pembuatan mebel, benang
dalam pembuatan pakaian, kertas pola dan manik-manik yang ada
dipakaian, cherry, coklat penghias kue, dan lain-lain.
Biaya tenaga kerja (labor cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji/ upah karyawan di bagian produksi. Biaya tenaga kerja dapat
dibedakan, yaitu:
a. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang
secara langsung berhubungan untuk memproses bahan baku
menjadi barang jadi. Contoh baker untuk pembuat roti, koki untuk
membuat makanan di rumah makan, tukang jahit yang menjahit
pakaian, dan lain-lain.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor Cost)
Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang
tidak terlibat langsung dalam proses produksi, tetapi bekerja di
bagian produksi. Contoh satpam pabrik, mandor pabrik, dan lainlain.
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam proses produksi
selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Yang
termasuk biaya overhead pabrik adalah:
a. Biaya bahan baku tidak langsung
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung
16
Bab 2 – Konsep Biaya
c. Biaya penyusutan pabrik, contoh biaya penyusutan mesin pabrik,
biaya penyusutan gedung pabrik, dan lain-lain.
d. Biaya lain-lain pabrik, contoh biaya listrik dan air pabrik, PBB pabrik,
gaji akuntan pabrik, biaya pemakaian peralatan pabrik, biaya
asuransi pabrik, biaya pemakaian minyak pabrik, dan lain-lain.
Klasifikasi biaya berdasarkan terminologi biaya, yaitu:
a. Biaya Utama (Prime Cost)
Adalah biaya yang merupakan penggabungan dari bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.
b. Biaya Konversi (Conversation Cost)
Adalah biaya yang merupakan penggabungan dari tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
Gambar 2.4
Diagram Venn Biaya Produksi
Keterangan :
Bahan
Baku
Langsung
T
K
L
Overhead
Pabrik
: Biaya Utama
: Biaya Konversi
Contoh 1:
Data biaya suatu usaha kecil untuk bulan Juli 2015 per unit adalah
sebagai berikut: biaya bahan baku langsung yang berhasil dihimpun
adalah Rp 8.500,-, biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 5.000,- dan
biaya overhead pabrik adalah Rp 10.000.
17
Bab 2 – Konsep Biaya
Biaya Utama
= Bahan Baku Langsung + Tenaga Kerja
Langsung
Biaya Utama
= Rp 8.500 + Rp 5.000
Biaya Utama
= Rp 13.500,-
Biaya Konversi
=
Biaya Utama
= Rp 5.000 + Rp 10.000
Biaya Utama
= Rp 15.000,-
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
+
Biaya
Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu:
a. Biaya variabel
Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.
Contoh: bahan baku langsung, perlengkapan, biaya penjualan, dan
lain-lain.
b. Biaya tetap
Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang
relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji
bagian produksi, pajak properti, dan lain-lain.
c. Biaya semivariabel
Adalah
biaya
didalamnya
mengandung
unsur
tetap
dan
mengandung unsur variabel. Contoh: biaya listrik, biaya air, dan
lain-lain.
18
Bab 2 – Konsep Biaya
Klasifikasi biaya berdasarkan periode waktu, yaitu:
a. Biaya pengeluaran modal
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa
depan dan dalam rangka waktu yang panjang dan dilaporkan
sebagai aktiva. Contoh pembelian mesin dan peralatan
b. Biaya pengeluaran pendapatan
Adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang
dan dilaporkan sebagai beban. Contoh penyusutan mesin dan
peralatan.
2. 3. Arus Biaya Produksi
Apabila biaya produksi muncul, maka biaya tersebut akan di catat
sebagai persediaan. Pada perusahaan manufaktur, ada terdapat 3 jenis
persediaan, yaitu:
a. Persediaan bahan baku (Raw Material Inventory)
Adalah bahan baku yang dibeli dimana nanti akan dipakai untuk
membuat suatu produk.
b. Persediaan barang dalam proses (Work In Process Inventory)
Adalah produk yang sudah ada dibagian proses produksi, tetapi
produk tersebut belum selesai.
c. Persediaan barang jadi (Finished Goods Inventory)
Adalah barang jadi yang sudah siap diproses tetapi belum
berhasil dijual.
19
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.5
Arus Persediaan Di Neraca
Barang yang sudah siap dan ditransfer ke barang jadi itu adalah harga pokok
produksi.
Gambar 2.6
Arus Biaya Manufaktur
20
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.6
Arus Biaya Ke Laporan Keuangan
21
Bab 2 – Konsep Biaya
PT. Senda Gurau
Cost of Goods Manufactured Statement
For the Year Ending December 31, 200X
Beginning WIP Inventory, January 1
Rp 270,000
Manufacturing Cost During the Year:
Direct Materials:
Beginning Raw Materials Inventory, Jan. 1
Rp 95,000
Add: Purchases
5,627,000
Direct Materials Available
Rp 5,722,000
Less: Ending RM Inventory, Dec. 31
72,000
Direct Materials put into Production
Rp5,650,000
Direct Labor
1,220,000
Manufacturing Overhead
6,780,000
Total Manufacturing Costs Incurred
13,650,000
Total Work-in-Process During the Year
Rp13,920,000
Less: Ending Work-in-Process Inv, Dec. 31
310,000
Cost of Goods Manufactured
Rp 13,610,000
==========
PT. Senda Gurau
Cost of Goods Sold Statement
For the Year Ending December 31, 200X
Beginning Finished Goods Inventory, Jan. 1
Rp 420,000
Cost of Goods Manufactured
13,610,000
Finished Goods Available for Sale
Rp 14,030,000
Less: Ending Finished Goods Inventory, Dec. 31
Cost of Goods Sold
930,000
Rp 13,100,000
=========
22
Bab 2 – Konsep Biaya
PT. Senda Gurau
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir, 31 Desember 200X
Persediaan Awal Barang Dalam Proses, 1 Januari
Rp 270,000
Biaya Produksi Selama Tahun Tersebut :
Bahan Baku :
Persediaan Awal Bahan Baku, 1 Januari
Rp 95,000
Ditambah: Pembelian
5,627,000
Bahan Baku Yang Tersedia
Rp 5,722,000
Dikurag: Persediaan Akhir Bahan Baku, 31 Des
72,000
Bahan Baku Yang Terpakai Selama Produksi
Rp5,650,000
Tenaga Kerja Langsung
1,220,000
Overhead Pabrik
6,780,000
Total Biaya Produksi
13,650,000
Total Barang Dalam Proses Selama Tahun Tersebut
Rp13,920,000
Dikurang: Persediaan Akhir Barang Dalam Proses, 31 Desember
310,000
Harga Pokok Produksi
Rp 13,610,000
==========
PT. Senda Gurau
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir, 31 Desember 200X
Persediaan Awal Barang Jadi, 1 Januari
Rp 420,000
Harga Pokok Produksi
13,610,000
Barang Yang Tersedia Untuk Dijual
Rp 14,030,000
Dikurang: Persediaan Akhir Barang Jadi, 31 Desember
Harga Pokok Penjualan
930,000
Rp 13,100,000
=========
23
Bab 2 – Konsep Biaya
LATIHAN
1. Suatu perusahaan telah mengumpulkan biaya yang terjadi selama bulan
Januari 2015 sebagai berikut: biaya utama sejumlah Rp 165.000,- biaya
konversi sebanyak Rp 100.000 dan biaya bahan baku langsung sebesar Rp
90.000,-/ Hitunglah berapa rupiah biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik selama bulan Januari 2015 tersebut?
2. Berikut ini adalah daftar saldo buku besar yang berkaitan dengan persediaan
dan harga pokok penjualan di CV. Senantiasa Senang untuk bulan Maret
2015:
Persediaan bahan baku
Persediaan barang dalam proses
Persediaan barang jadi
Bahan baku yang digunakan
Harga pokok penjualan
Saldo 1 Maret (Rp)
906.500
1.195.100
166.500
-
Saldo 30 Maret (Rp)
1.006.400
1.073.000
240.500
1.764.900
2.072.000
Buatlah laporan harga pokok produksi dan laporan harga pokok penjualan
serta carilah angka untuk data berikut ini:
a. Harga pokok produksi selama bulan Maret 2015!
b. Total biaya produksi yang terjadi selama bulan Maret 2015!
c. Bahan baku yang dibeli selama bulan Maret 2015!
3. Identifikasi keempat jenis perusahaan dibawah ini, manakah yang termasuk
bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung:
a. Perusahaan penerbitan memakai bahan baku kertas, tinta, lem, alat press
cetak, bingkai/ frame, pelumas, paku, cat.
b. Pabrik mobil memakai bahan baku bor, oli, alat pemadam kebakaran,
baja, besi, alumunium, biaya merk, kaca, listrik dan mesin mobil.
c. Pabrik komputer memakai bahan baku chipset, obeng, monitor,
konduktor, power supply dan pembersih debu.
d. Pabrik konveksi pakaian memakai bahan baku kain, benang, kancing,
pola, jarum, kapur, manik-manik, dan obras.
24
Bab 2 – Konsep Biaya
4. Berikut ini adalah data-data biaya:
Kain
Pegawai Pabrik
Tukang Potong Kayu
Upah Koki
Tepung
Minyak Mentah
Amplas
Kayu
Tukang Linting Rokok
Gaji Satpam Pabrik
Vanili
Pola Kertas
PBB Pabrik
Garam
Paku
Tukang Jahit
Oli
Mandor Pabrik
Tukang Bordir
Listrik Pabrik
Penyusutan Pabrik
Sekrup
Reparasi Mesin Pabrik
Reparasi Mesin Pabrik
Diminta: Klasifikasikan biaya-biaya diatas menjadi biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik!
5. Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini sebagai biaya penjualan dan biaya
administrasi umum:
Beban Iklan
Penyusutan Kantor
Sampel Barang Gratis
Biaya Piutang Tidak Tertagih
Gaji Administrasi Kantor
Hiburan
Sewa Kantor
Promosi
Biaya Alat Tulis Kantor
Gaji Bagian Penjualan
6. Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini sebagai biaya variabel, biaya tetap
dan biaya semivariabel:
Gaji Eksekutif Produksi
Upah Lembur
Telepon
Perlengkapan
Asuransi Properti
Biaya Komunikasi
Royalti
Biaya Perjalanan Dinas
Sewa
Pemeliharaan Gedung
PPh Pasal 21
Hiburan
Amortisasi Paten
Kerusakan Bahan
Gaji Penyelia
7. Toko roti “Rotiku” akan memproduksikan sebuah cake. Direncanakan akan
memproduksi 50 cake. Berikut ini adalah biaya-biaya untuk membuat cake:
Telur
Gula
Tepung
Rp
Rp
Rp
25
2.500.000
1.800.000
1.750.000
Bab 2 – Konsep Biaya
Vanili
Pelembut
Coklat Bubuk
Coklat Batang
Rum
Mentega
Gula Halus
Buah Chery
Mentega Putih
Upah Koki Kue
Gaji Supervisi
Bahan Pembantu Lainnya
Gaji Satpam (50 % dipakai oleh pabrik)
Gaji Pimpinan (35 % dipakai oleh Pabrik)
Penyusutan Bangunan (45 % dipakai oleh Kantor)
Perlengkapan ( 30 % dipakai oleh pabrik)
Gaji Bagian penjualan
Sampel Barang Gratis
Upah Operator Mesin Genset
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
RP
Rp
Rp
Rp
Rp
25.000
35.000
80.000
180.000
150.000
290.000
180.000
200.000
230.000
3.500.000
1.500.000
280.000
2.300.000
8.500.000
6.000.000
3.500.000
2.500.000
350.000
850.000
Diminta:
a. Hitunglah Bahan Baku Langsung!
b. Hitunglah Tenaga Kerja Langsung!
c. Hitunglah Biaya Overhead Pabrik!
d. Hitunglah total biaya produksi untuk cake tersebut!
e. Hitunglah Biaya Produksi Variabel!
f. Hitunglah Biaya Produksi Tetap!
g. Hitunglah Biaya Periode Variabel!
h. Hitunglah Biaya Periode Tetap!
i. Hitunglah Biaya utama dan biaya konversi!
8. Informasi berikut ini diperoleh dari CV. Subur Subuh Tahun 2014 (dalam Rp):
Biaya Administrasi
Biaya Pemakaian Energi Listrik Di Pabrik
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Komisi Penjualan
26
154.300
2.406.350
2.723.400
750.000
Bab 2 – Konsep Biaya
PBB Pabrik
Pemakaian Bahan Habis Pakai Pabrik
Pemakaian Bahan Pembantu
Pembelian Bahan Baku
Penjualan
Tenaga Kerja Tidak Langsung
Penyusutan Bangunan Pabrik
Persediaan Awal Bahan Baku
Persediaan Akhir Bahan Baku
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
Persediaan Awal Barang Jadi
Persediaan Akhir Barang Jadi
Diminta:
225.000
75.500
345.750
6.495.000
26.986.500
551.500
225.200
126.500
198.000
958.463
1.202.000
1.963.100
2.250.000
a. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi!
b. Buatlah Laporan Harga Pokok Penjualan!
c. Buatlah Laporan Laba Rugi!
9. PT. Batak Top mempunyai informasi biaya sebagai berikut (dalam Rp):
Biaya administrasi selain karyawan
Biaya depresiasi (80% untuk pabrik)
Biaya gaji bagian administrasi
Biaya pemasaran
Biaya pengangkutan pembelian bahan baku
Tenaga kerja tidak langsung
Bahan baku tidak langsung
Tenaga kerja langsung
Biaya listrik (80 % untuk pabrik)
PBB (65% untuk pabrik)
Pembelian bahan baku
Penjualan
Persediaan awal bahan baku
Persediaan akhir bahan baku
Persediaan awal barang dalam proses
Persediaan akhir barang dalam proses
Persediaan awal barang jadi
Persediaan akhir barang jadi
Diminta:
a. Buatlah laporan harga pokok produksi,
b. Buatlah laporan harga pokok penjualan !
c. Buatlah laporan laba rugi!
27
15.600.900
4.800.000
4.500.000
5.600.000
2.540.000
12.850.000
24.205.000
56.905.000
32.950.500
1.206.000
75.604.400
325.496.800
5.672.000
3.978.500
26.459.300
23.854.200
35.461.000
37.269.100
Bab 3 – Perilaku Biaya
BAB 3 Perilaku Biaya
Para
manajer
dihampir
semua
perusahaan
ingin
mengetahui
bagaimana biaya dipengaruhi oleh perubahan pada volume kegiatan atau
aktivitas perusahaan. Hubungan antara biaya dan volume aktivitas sangat
relevan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan manajemen.
Untuk tujuan pembuatan keputusan, klasifikasi biaya berdasarkan volume
produksi merupakan salah satu klasifikasi biaya yang paling bermanfaat.
Penentuan harga dan tingkat produksi merupakan contoh keputusan-keputusan
sebagian yang didasarkan atas informasi mengenai
perilaku biaya.
Kemampuan mengawasi biaya juga tergantung pada pengetahuan bagaimana
biaya bereaksi terhadap perubahan volume atau tingkat produksi maupun
tingkat kegiatan usaha.
3.1 Definisi Perilaku Biaya
Pengetahuan akan perilaku biaya akan membuat manajer terbantu
membuat prediksi biaya yang diperlukan. Prediksi biaya merupakan peramalan
atau taksiran biaya untuk tingkat atau volume aktivitas tertentu. Perilaku biaya
dapat kita artikan sebagai bagaimana sebuah biaya dapat merespon sebuah
perubahan pada level aktivitas tertentu dalam satu rentang relevan yang sama.
Rentang relevan adalah suatu level aktivitas tertentu dimana total biaya tetap
dan total biaya variabel tidak akan berubah.
Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu:
a. Biaya variabel
Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.
Contoh: bahan baku langsung, perlengkapan, biaya penjualan, dan
lain-lain.
28
Bab 3 – Perilaku Biaya
b. Biaya tetap
Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang
relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji
bagian produksi, pajak properti, dan lain-lain.
c. Biaya semivariabel
Adalah
biaya
didalamnya
mengandung
unsur
tetap
dan
mengandung unsur variabel. Contoh: biaya listrik, biaya air, dan
lain-lain.
3.2 Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel akan berubah secara proporsional terhadap volume
dalam satu rentang relevan. Biaya variabel akan “berubah-ubah” di total biaya
variabel walaupun aktivitas akan berubah. Biaya variabel per unit akan
kelihatan konstan ketika aktivitas berubah dalam suatu rentang relevan. Semua
biaya langsung adalah biaya variabel. Contoh dari biaya variabel adalah biaya
bahan bakar, biaya lembur, dan lain-lain.
Ciri-ciri biaya variabel adalah:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan
perubahan volume.
b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam
rentang yang relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan cukup
mudah dan tepat.
d. Dapat dikendalikan oleh seorang kepada departemen tertentu.
29
Bab 3 – Perilaku Biaya
Gambar 3.1
Gambar Grafik Biaya Variabel
Contoh 1:
Berikut ini adalah data-data biaya bahan untuk bulan Januari 2015:
Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan
bulan Januari 2015 dibawah ini:
30
Bab 3 – Perilaku Biaya
3.3 Biaya Tetap (fixed Cost)
Biaya tetap akan tetap terhadap perubahan volume dalam satu rentang
relevan. Biaya tetap per unit akan berbeda ketika aktivitas berubah dalam suatu
rentang relevan. Biaya tetap secara total akan “tetap” walaupun terdapat
perubahan aktivitas.
Ciri-ciri dari biaya tetap:
a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang output yang relevan.
b. Penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam rentang
yang relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen berdasarkan keputusan
manajemen atau menurut metode alokasi biaya.
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak ditanggug oleh
manajemen eksekutif daripada manajer operasi.
31
Bab 3 – Perilaku Biaya
Gambar 3.2
Gambar Grafik Biaya Tetap
Contoh 2:
Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan
bulan Januari 2015 dibawah ini:
32
Bab 3 – Perilaku Biaya
Tipe biaya tetap ada 2 (dua), yaitu:
a. Biaya Tetap Yang Dilakukan (Committed Fixed Cost)
Biaya ini biasanya akan muncul untuk waktu yang lama (jangka
panjang), dan tidak dapat diubah pada waktu sekarang (jangka
pendek). Contoh: depresiasi mesin, PBB, dan lain-lain.
b. Biaya Tetap Yang Berdasarkan Kebijakan (Discretionary Fixed
Cost)
Biaya tetap ini biasanya dapat diubah pada waktu sekarang (jangka
pendek) sesuai dengan keputusan manajemen yang dianggap
tepat. Contoh: biaya iklan, biaya riset dan pengembangan.
3.4 Biaya Semi Variabel (semivariable Cost)
Di dalam biaya semivariabel, terdapat komponen biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya semivariabel ini sering disebut juga sebagai biaya campuran.
Ciri- ciri daripada biaya semivariabel adalah:
a. Meskipun tidak ada aktivitas maka biaya ini tetap ada.
b. Total biaya semivariabel akan berubah jika aktivitasnya berubah.
33
Bab 3 – Perilaku Biaya
Costs ($)
Gambar 3.3
Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 1
Biaya Semi Variabel
Activity Level
Gambar 3.4
Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 2
3.5 Biaya Bertahap (Step Cost)
Dari segi total, biaya akan mengalami kenaikan ketika volume berubah
secara khusus. Biaya bertahap ini dapat kita jumpai untuk biaya variabel
34
Bab 3 – Perilaku Biaya
(disebut juga step variable cost) dan biaya tetap (disebut juga step fixed cost).
Perbedaan dari step fixed cost dengan step variable cost itu hanya pada
kedalaman rentang relevan saja. Step variable cost biasanya punya rentang
relevan yang lebih pendek (biasanya dibawah 1 tahun) dibandingkan dengan
step fixed cost (biasanya diatas 1 tahun). Contoh step variable cost adalah
seorang mahasiswa membayar uang makan ke rumah makan yang sama
selama 3 bulan berturut-turut, dan setelah 3 bulan, mahasiswa tersebut akan
pergi berlangganan rumah makan lain untuk bulan berikutnya. Contoh step
fixed cost adalah seorang mahasiswa mengontrak rumah untuk tempat tinggal
selama 1 tahun, pada tahun berikutnya sewa rumah tersebut naik.
Gambar 3.5
Gambar Grafik Biaya Variabel Yang Bertahap (Step Variable Cost)
Gambar 3.6
Gambar Grafik Biaya Tetap Yang Bertahap (Step Fixed Cost)
35
Bab 3 – Perilaku Biaya
3.6 Metode Pemisahan Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel mempunyai unsur komponen biaya tetap dan biaya
variabel. Oleh karena itu, biaya semivariabel harus dapat dipisahkan berapakah
sebenarnya komponen biaya tetap dan berapakah komponen biaya variabel.
Ada 3 (tiga) metode pemisahan biaya semivariabel, yaitu:
a. Metode tinggi rendah (high low method)
b. Metode scattergraph
c. Metode least Squares
Metode tinggi rendah (high low method)
Satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk memisahkan
komponen tetap dan variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode
tinggi rendah (high low method). Dari sekumpulan data untuk suatu periode,
dipilih satu tingkatan aktivitas tertinggi beserta jumlah biaya yang berkaitan, dan
satu tingkat biaya terendah juga beserta jumlah biaya yang berkaitan.
Perubahan biaya dari tingkat aktivitas terendah ke tingkat aktivitas tertinggi
dibagi dengan perubahan tingkatan aktivitas dari tingkat aktivitas terendah ke
tingkatan aktivitas tertinggi akan menghasilkan perubahan biaya (tarif variabel).
Apabila tingkat perubahan biaya telah diketahui maka jumlah biaya variabel
pada tingkat aktivitas tertinggi maupun pada tingkat aktivitas terendah dapat
dihitung.
Jika jumlah biaya variabel pada tingkat aktivitas yang dipilih
dikurangkan dari jumlah biaya pada tingkat aktivitas tersebut, maka sisanya
adalah unsur tetap dari biaya variabel yang dianalisa.
Metode tinggi rendah memiliki kelemahan dalam beberapa hal dan oleh
karena itu, komponen tetap dan komponen variabel yang diperoleh dengan
menggunakan metode ini harus di cek ulang kembali terhadap data mentahnya
untuk melihat kebenaran ataupun kewajarannya. Tidak ada solusi kuantitatif
yang lebih baik dari data masukan dan metode yang digunakan untuk
mengolah data tersebut. Metode tinggi rendah memberikan solusi yang layak
tetapi tidak sempurna.
36
Bab 3 – Perilaku Biaya
Contoh 2:
PT. Siantar Man mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung yang
sedang diteliti dan dipelajari. Data yang akan diteliti itu merupakan data bulan
Mei 2015. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:
Aktivitas (Jam Tenaga
Kerja Langsung
500
600
300
1.000
Januari
Februari
Maret
April
Biaya (Rp)
18.250.000
18.900.000
16.950.000
21.500.000
Dengan memakai metode tinggi rendah, maka kita dapat menghitung
komponen tetap dan variabel, seperti yang dibawah ini:
Aktivitas (Jam Tenaga
Kerja Langsung
1.000
300
700
Tertinggi (April)
Terendah (Maret)
Selisih
Tarif Biaya Variabel =
Jumlah Biaya
Biaya Variabel (1.000 x Rp 6.500)
Biaya Tetap
Rumus Biaya :
Biaya (Rp)
21.500.000
16.950.000
4.550.000
4.550.000
= 6.500
700
Pada Aktivitas 1.000 Jam (Rp)
21.500.000
6.500.000
15.000.000
Y = Rp 15.000.000 + Rp 6.500 X
Metode scattergraph
Metode lain yang dapat digunakan untuk dapat memisahkan komponen
tetap dan komponen variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode
scattergraph. Metode ini memerlukan penggambaran suatu grafik dimana pada
sumbu vertikal (sumbu Y) diperlihatkan sebagai biaya, sedangkan pada sumbu
horizontal (sumbu X) diperlihatkan sebagai volume atau tingkat aktivitas. Titik
yang berkaitan dengan data mentah (tingkat aktivitas dan biaya yang berkaitan)
diterakan pada grafik dan kemudian berdasarkan pengamatan/ pandangan
mata ditariklah satu garis yang paling mendekati semua titik-titik tersebut.
37
Bab 3 – Perilaku Biaya
Titik – titik yang digambarkan pada sistem sumbu X dan sumbu Y
disebut scattergraph dan satu garis yang ditarik paling mendekati semua titik –
titik – titik tersebut adalah merupakan garis regresi (regression line). Garis
regresi pada hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya
variabel per unit ditunjukkan oleh tingkat kemiringan garis regresi tersebut dan
unsur tetap, rata-rata totalnya ditunjukkan oleh titik dimana sumbu vertikal
(sumbu Y) dipotong oleh garis regresi itu.
Contoh 3:
CV. Lolipop mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung untuk
periode tahun 204 adalah sebagai berikut:
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jam
20
18
28
32
40
38
53
48
50
45
30
42
Total Biaya Tenaga Kerja
Langsung (Rp)
64.000
60.000
78.000
84.000
100.000
96.000
138.000
120.000
130.000
110.000
80.000
104.000
Maka, berdasarkan data-data biaya tenaga kerja tidak langsung maka
dapat digambarkan scarttergraph adalah sebagai berikut:
150,000
100,000
50,000
Garis Biaya Tetap
0
0
2
4
6
8
10
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp)
38
12
14
Bab 3 – Perilaku Biaya
Metode scattergraph memungkinkan penganalisaan sejumlah besar
titik-titik pengamatan, namun kecermatan dalam menarik garis total biaya atau
garis regresi sangat diperlukan, karena perubahan kecil pada kemiringan garis
tersebut akan berdampak besar terhadap tingkat perubahan biaya (variable
cost) yang dihitung berdasarkan metode ini.
Metode least Squares
Suatu
garis
regresi
yang
akurat
yang
dapat
ditemukan
dan
digambarkan setelah terlebih dahulu dihitung persamaan garis regresi itu
dengan memakai metode statistik least squares. Metode ini merupakan cara
yang paling akurat untuk mengestimasi komponen tetap dan komponen
variabel dari suatu biaya semivariabel.
Metode least squares didasarkan pada penentuan atau perhitungan
suatu persamaan garis lurus (straight line equation). Suatu garis lurus dapat
dinyatakan dengan bentuk persamaan:
Y = a + bx
a∑X + b∑X2
∑XY =
∑Y
= na + b∑X
a
: biaya tetap
b
: biaya variabel
n
: jumlah pengamatan atau observasi
x
: satuan aktivitas/ kegiatan
y
: biaya semivariabel yang diamati
Memakai data dari contoh 2 memakai least squares , maka:
Rata-rata Jam
=
444
=
12
37
Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
39
=
1.164.000
= 97.000
12
Bab 3 – Perilaku Biaya
Jam
Total
Biaya
Tenaga
Kerja
Langsung
(Rp)
(1)
(2)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
20
18
28
32
40
38
53
48
50
45
30
42
64.000
60.000
78.000
84.000
100.000
96.000
138.000
120.000
130.000
110.000
80.000
104.000
(17)
(19)
(9)
(5)
3
1
16
11
13
8
(7)
5
289
361
81
25
9
1
256
121
169
64
49
25
(33.000)
(37.000)
(19.000)
(13.000)
3.000
(1.000)
41.000
23.000
33.000
13.000
(17.000)
7.000
561.000
703.000
171.000
65.000
9.000
(1.000)
656.000
253.000
429.000
104.000
119.000
35.000
Total
444
1.164.000
0
1.450
0
3.104.000
Bulan
Selisih
Ratarata
Jam
(37
jam)
(1) - 37
=(3)
Biaya Variabel
=
Kolom (3)
dikuadratkan
(3)2 = (4)
Selisih Dari
Rata-rata By
Tenaga
Kerja Tidak
Langsung =
97.000
(2) - 97.000
= (5)
3.104.000
= 2.140,69
1.450
Biaya Tetap = 97.000 – (37) (2.140,69)
Biaya Tetap = 97.000 – 79.205,53
Biaya Tetap = 17.794,47
Rumus Biaya:
Y = Rp 17.794,47 + Rp 2.140,69 X
40
(3) x (5)
(6)
Bab 3 – Perilaku Biaya
LATIHAN
1. Berikut ini adaah data mengenai biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya:
Biaya
Penjualan
Bulan
Pemeliharaan
(Rp 000.000)
(Rp 000.000)
Januari
53
600
Februari
55
700
Maret
47
550
April
51
650
Mei
45
500
Juni
49
610
Dengan memakai metode tinggi rendah, hitunglah komponen variabel dan
komponen tetap dari biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya. Coba
gambarkan scattergraph.
2. Biaya sewa sebagai fungsi dari pemakaian jam mesin selama 4 (empat)
buan adalah sebagai berikut:
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Jam Mesin
20
15
25
20
Biaya Sewa
(Rp)
300.000
250.000
350.000
300.000
Diminta:
Tentukanlah dengan metode least squares formula biaya untuk menentukan
besarnya komponen tetap dan komponen variabel!
3. Toni merupakan seorang akuntan yang diberi tugas untuk menyusun
rencana pengembangan perusahaan tempat dia bekerja. Untuk mendukung
tugas Toni, maka diambil data-data biaya pemeliharaan tahun 2014.
41
Bab 3 – Perilaku Biaya
Jam
Pemeliharaan
Januari
480
Februari
320
Maret
400
April
300
Mei
500
Juni
310
Juli
320
Agustus
520
September
490
Oktober
470
November
350
Desember
340
Total
4.800
Rata-rata
400
Bulan
Biaya Pemeliharaan (Rp)
4.200.000
3.000.000
3.600.000
2.820.000
4.350.000
2.960.000
3.030.000
4.470.000
4.260.000
4.050.000
3.300.000
3.160.000
43.200.000
3.600.000
Diminta:
a. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, hitunglah komponen tetap
dan komponen variabel!
b. Tentukan rumus biaya!
c. Hitunglah berapa biaya pemeliharaan menurut prediksi seandainya
terdapat 600 jam pemeliharaan!
d. Hitunglah biaya pemeliharaan variabel per jam dan biaya pemeliharaan
tetap per jam pada volume 600 jam pemeliharaan!
4. PT. Mula Senang mengakumulasi data biaya pemeriksaan dan jumlah
pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut:
Biaya Pemeriksaan (Rp)
6.200.000
7.120.000
8.820.000
9.140.000
10.000.000
Diminta:
a. Tentukanlah titik tertinggi dan titik terendah!
42
Jumlah Pemeriksaan
100
200
300
400
500
Bab 3 – Perilaku Biaya
b. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, siapkanlah rumus biaya
pemeriksaan! Berapakah perkiraan biaya pemeriksaan seandainya yang
dipakai jumlah pemeriksaan sebesar 280?
c. Dengan menggunakan metode least squares, siapkanlah rumus biaya
pemeriksaan! Berapakah perkiraan biaya pemeriksaan seandainya yang
dipakai jumlah pemeriksaan sebesar 280?
5. PT. Deedee perlu membuat perkiraan anggaran yang cepat untuk biaya
overhead yang terkait dengan mesin. Untuk itu ia mengumpulkan informasi
tentang aktvitas overhead yang terkait dengan tiga mesin pada tahun 2014,
yaitu penyusutan, penggunaan listrik dan pemeliharaan. Dalam informasi
tersebut termasuk biaya penggunaan jam mesin pada bulan-bulan dengan
penggunaan tinggi rendah. Biaya total tiga aktivitas untuk tingkat jam mesin
tinggi rendah adalah sebagai berikut:
Aktivitas
Penyusutan
Penggunaan Listrik
Pemeliharaan
Biaya Total (Rp)
24.000 jam mesin
48.000 jam mesin
170.000.000
158.000.000
16.320.000
8.160.000
149.000.000
101.000.000
Diminta:
a. Gunakanlah metode tinggi rendah untuk menghitung komponen variabel
dan biaya tetap tiap aktivitas!
b. Berapakah prediksi biaya tiap aktivitas untuk 32.000 jam mesin?
c. Buatlah rumus biaya yang dapat digunakan untuk memprediksi tiga
aktivitas!
6. CV. Marsha Boneka sedang berusaha menentukan perilaku biaya dari
kegiatan overhead untuk pabriknya di Sumatera. Salah satu aktivitas
utamanya adalah aktivitas penyetelan. Dua kemungkinan penggerak telah
disebutkan yakni jam penyetelan dan jumlah penyetelan. Akuntan pabrik
dalam melihat perilaku biaya memakai metode least square. Akuntan pabrik
telah berhasil mengakumulasikan data mengenai aktivitas penyetelan, yaitu:
43
Bab 3 – Perilaku Biaya
Bulan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Jam
Penyetelan
2.000
2.100
3.000
2.700
3.000
Biaya Penyetelan (Rp)
7.600.000
7.850.000
11.200.000
9.350.000
9.000.000
Jumlah
Penyetelan
180
205
540
355
320
Diminta:
a. Hitunglah rumus biaya dengan jam penyetelan sebagai penggerak dan
satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan
2.600
jam
penyetelan
pada
bulan
berikutnya, berapakah
biaya
penyetelan yang akan diprediksikan?
b. Hitunglah rumus biaya dengan jumlah penyetelan sebagai penggerak dan
satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan
jumlah penyetelan sebanyak 280 pada bulan berikutnya, berapakah biaya
penyetelan yang akan diprediksikan?
7. PT. Sejahtera memproduksikan beberapa jenis produk. Perusahaan ini
sedang berencana memperkenalkan suatu produk baru yang akan dijual
dengan harga Rp 8.000 per unit. Taksiran berikut ini telah dibuat untu biaya
produksi sebanyak 100.000 units yang akan diproduksikan pada tahun
pertama:
Biaya bahan baku
Rp 50.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
(Tarif Upah : Rp 16.000 per jam)
Rp 40.000.000
Biaya-biaya overhead produksi belum ditaksir untuk produk baru tersebut,
tetapi data jumlah produksi dan biaya overhead untuk 24 bulan terakhir telah
dianalisa dengan menggunakan metode least squares. Rumusan berikut ini
adalah sebagai hasil analisa garis regresi yang akan dipakai sebagai dasar
menaksir besarnya overhead untuk produk baru:
Hasil analisa regresi
: Y = a + bx
44
Bab 3 – Perilaku Biaya
Y
: biaya overhead pabrik
X
: jam kerja langsung
Nilai perhitungan:
Titik perpotongan dengan sumbu Y
= Rp 40.000.000
Koefisien variabel bebas
= Rp 2.100
Diminta:
a. Tuliskan persamaan garis regresi untuk taksiran diatas!
b. Hitunglah prediksi biaya overhad pada volume aktivitas sebesar 20.000
jam tenaga kerja langsung!
45
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
BAB 4 Sistem Akuntansi Biaya
Suatu perusahaan dagang hanya memperjualbelikan barang tanpa
melakukan perubahan mendasar pada bentuk dan isi barang tersebut. Pada
perusahaan industri diperlukan beberapa perkiraan atau rekening biaya yang
tidak diperlukan pada perusahaan dagang, karena pada perusahaan industri,
manajemen tidak saja memerlukan informasi mengenai harga barang yang
dibeli dan dijual, tetapi juga perlu mengetahui nilai dari bahan baku, barang
dalam proses dan barang jadi yang tidak hanya dipengaruhi oleh harga bahan
baku tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai biaya yang berhubungan dengan
proses produksi.
4.1 Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen memerlukan informasi yang relevan dan baik (berkualitas)
untuk
mengelola
suatu
perusahaan.
Informasi
yang
dibutuhkan
oleh
manajemen tersebut dihasilkan oleh sebuah sistem yaitu sistem informasi
manajemen. Informasi akuntansi termasuk juga dalam informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen. Agar manajemen dapat menerima informasi
akuntansi sesuai dengan kebutuhannya, maka perusahaan menerapkan sistem
informasi akuntansi. Dengan diterapkannya sistem informasi akuntansi,
perusahaan dapat menyimpan data operasi perusahaan dan mengolahnya
menjadi informasi yang baik.
Manajemen memerlukan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem
informasi yang disebut sistem informasi manajemen. Untuk perusahaan
pabrikasi, di dalam sistem informasi manajemen terdapat sistem informasi
akuntansi, dan di dalam sistem informasi akuntansi terdapat sistem akuntansi
biaya. Pada sistem informasi akuntansi terdapat akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen.
46
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 4.1
Hubungan Database Akuntansi Biaya Dengan Akuntansi Keuangan
Dan Akuntansi Manajemen
Akuntansi
Akuntansi
Manajemen
Keuangan
Data Base Akuntansi Biaya
4.2 Sistem Informasi Akuntansi Biaya
Sistem informasi akuntansi biaya merupakan suatu deretan prosedur
dimulai dari formulir, catatan dan laporan biaya suatu perusahaan manufaktur
yang dibuat secara terkoordinasi dimana bertujuan untuk melaksanakan
kegiatan yang merupakan infromasi biaya bagi manajemen. Kalau kita
berbicara mengenai sistem informasi akuntansi biaya, maka kita akan berbicara
mengenai akumulasi biaya. Akumulasi biaya merupakan suatu cara untuk
mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk dan jasa
atau menyangkut suatu hal.
Untuk melihat sistem sebuah alur bahan yang hendak diproses akan
diubah menjadi barang jadi dapat dilihat di gambar 4.2. Informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi biaya berupa dasar untuk
membedakan biaya produk dan harga jual, dan menolong manajemen untuk
rencana dan pengendalian operasional.
Di dalam sistem informasi akuntansi biaya, biasanya kita akan
berbicara mengenai biaya-biaya produksi. Biaya-biaya produksi tersebut akan
diakumulasi
sesuai
dengan
cara
perusahaan itu
melakukan kegiatan
perusahaannya. Ada perusahaan akan melakukan kegiatan perusahaan
apabila ada pesanan dari pelanggan. Ada perusahaan akan melakukan
47
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
kegiatan perusahaan secara terus-menerus walaupun tidak ada yang
melakukan pesanan.
Sistem informasi akuntansi biaya ini akan membantu manajemen dalam
mendapatkan informasi yang paling akurat mengenai biaya produksi.
Manajemen memerlukan informasi biaya yang sangat akurat karena:
a. Manajemen memerlukan rencana masa depan.
b. Manajemen memerlukan pengendalian operasional perusahaan.
c. Manajemen perlu mengevaluasi kinerja masa lampau.
d. Manajemen
memerlukan
mengirimkan
kualitas
tertinggi
ke
pelanggan dengan harga yang rendah.
Manajemen akan selalu mengerjakan informasi yang akurat karena itu
akan dapat menetapkan ketepatan level untuk bekerja, untuk menaksir
keuntungan jangka panjang dari produk yang berbeda. Selain itu karena
disebabkan oleh supaya dapat mengatur biaya masing-masing aktivitas
produksi.
Gambar 4.2
Lini Bisnis Manufaktur
Akuntan supaya menghasilkan biaya produk yang akurat, maka:
a. Membedakan biaya yang berhubungan dengan manufaktur dan
biaya yang berhubungan dengan administrasi dan penjualan
48
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
b. Akurat dlm identifikasi dan mengukur semua biaya yg berhubungan
dengan manufaktur
c. Membedakan ketepatan arah untuk menempatkan biaya pada
manufaktur produk-produk
4.3 Metode Biaya
Metode yang dipakai untuk membedakan biaya itu biasanya adalah
sesuai dengan kepentingan daripada bisnis tersebut. Tetapi prinsip dasar
membedakan biaya tersebut akan sama untuk setiap metode. Pilihan metode
biaya yang dipakai biaya harus sesuai dengan tujuan bisnis. Ada 2 (dua)
pendekatan dasar metode biaya, yaitu:
a. Metode biaya pesanan (Job Costing/ Specific Order)
b. Metode biaya proses (Process Costing/ Continous Operation)
Kedua metode biaya ini digunakan untuk mengumpulkan data biaya
dan untuk alokasi biaya-biaya ke harga pokok produksi. Ada beberapa
perusahaan menggunakan kedua metode biaya tersebut.
4.4 Siklus Akuntansi Biaya
Siklus akuntansi biaya akan diawali dengan pencatatan transaksi
akuntansi.
Pertama-tama
biaya
dicatat
pada
perkiraan-perkiraan
yang
menunjukkan dengan jelas sifat biaya yang bersangkutan. Oleh karena itu,
sistem akuntansi biaya akan kita jumpai perkiraan biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya bahan baku tidak langsung, biaya penyusutan
pabrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan lain-lain yang
berhubungan dengan pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung itu dikategorikan sebagai biaya produksi langsung, dan biaya yang
lain dikategorikan sebagai biaya produksi tidak langsung.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditransfer
secara langsung dari masing-masing perkiraan persediaan bahan baku dan
perkiraan upah ke perkiraan persediaan barang dalam proses. Sedang semua
unsur-unsur biaya produksi tidak langsung pertama-tama ditransfer dahulu ke
overhead pabrik baru kemudian dari perkiraan ini ditransfer ke perkiraan
49
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
persediaan barang dalam proses. Pemindahan atau transfer terakhir sering
juga disebut penyerapan biaya-biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak
langsung oleh produk yang dikerjakan dalam proses produksi. Penyerapan ini
dilakukan dengan menggunakan suatu tarif biaya overhead yang telah
ditentukan dan diaplikasikan kepada produk menurut ukuran kegiatan tertentu
(misalnya jam tenaga kerja langsung). Pendebetan perkiraan persediaan
barang dalam proses tentu akan diikuti perkreditan biaya overhead pabrik untuk
jumlah biaya overhead yang ditransfer/ dibebankan.
Biaya produksi tidak langsung ditransfer ke perkiraan persediaan
barang dalam proses berdasarkan tarif pembebanan biaya produksi tidak
langsung, dalam hal ini adalah biaya overhead pabrik. Biaya tenaga kerja
langsung ditransfer ke perkiraan persediaan barang dalam proses berdasarkan
informasi yang terdapat pada laporan pemakaian jam kerja langsung. Transfer
biaya bahan baku ke perkiraan persediaan barang dalam proses dilakukan
berdasarkan daftar reakuisisi bahan baku yang dipakai.
Begitu barang rampung dikerjakan dan keluar dari proses produksi
segera dihitung secara mekanis atau fisik dan jumlahnya merupakan jumlah
barang atau produk yang telah dirampungkan hari itu. Setiap hari informasi
mengenai jumlah barang yang dirampungkan hari itu dilaporkan ke bagian
akuntansi dan menjadi dasar bagi pemindahanbukuan (transfer) dari perkiraan
persediaan barang dalam proses ke perkiraan persediaan barang jadi.
Pencatatan akuntansi akan mengikuti gerak fisik dari bahan baku dan biayabiaya lainnya dalam proses produksi.
Apabila barang dikirimkan kepada langganan maka bagian akuntansi
melakukan transfer dari perkiraan persediaan barang jadi ke perkiraan harga
pokok penjualan. Dasar transfer adalah laporan pengiriman barang yang
disusun oleh bagian pengiriman barang yang telah laku dijual kepada
langganan atau pembeli.
50
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 4.3
Arus Biaya Manufaktur
Contoh 1:
CV. Loe To Ye yang merupakan perusahaan manufaktur mempunyai informasi
data-data untuk tahun 2014 sebagai berikut:
Persediaan Awal
Saldo (Rp)
Bahan Baku Langsung
30.000.000
Barang Dalam Proses
50.000.000
Barang Jadi
120.000.000
a. Pembelian bahan secara kredit:
Bahan baku langsung
Rp
Bahan baku tidak langsung
210.000.000
15.000.000
Total
Rp
225.000.000
Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Utang Dagang
210.000.000
15.000.000
225.000.000
51
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Persediaan Bahan Baku Langsung
juta)
Utang Dagang (Rpjuta)
Saldo Awal
a)
180
225
Saldo Awal
a)
(Rp
30
210
Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)
a)
15
b. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sebanyak Rp
195.000.000,Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku Langsung
195.000.000
195.000.000
Persediaan Barang Dalam Proses
(Rp Juta)
Persediaan Bahan Baku (Rp Juta)
Saldo Awal
a)
30
210
195
b)
Saldo Akhir
45
Saldo Awal
b)
c. Upah untuk tenaga kerja di pabrik:
Tenaga Kerja Langsung (16.000 Jam)
Rp
Tenaga Kerja Tidak Langsung
320.000.000
70.000.000
Total
Rp
390.000.000
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses
Biaya Overhead Pabrik
Upah
390.000.000
320.000.000
70.000.000
52
50
195
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Persediaan Barang Dalam Proses
(Rp juta)
Daftar Upah (Rpjuta)
390
c)
Saldo Awal
b)
c)
50
195
320
Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)
a)
c)
15
70
d. Penyusutan untuk tahun 2014:
Pabrik
Rp
Bahagian Penjualan
40.000.000
12.000.000
Bahagian Umum
8.000.000
Total
Rp
60.000.000
Pada tahun 2013 dapat dibukukan akumulasi penyusutan sebesar
Rp 450.000.000.
Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Penjualan
Biaya Umum
Akumulasi Penyusutan
40.000.000
12.000.000
8.000.000
60.000.000
Akumulasi Penyusutan (Rp Juta)
Saldo Awal
d)
d)
450
60
Biaya Penjualan (Rp Juta)
12
Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)
a)
c)
d)
d)
53
15
70
40
Biaya Umum (Rp Juta)
8
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
e. Biaya-biaya overhead pabrik lainnya sebesar Rp 120.000.000 belum dibayar.
Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik
Ragam Kredit
120.000.000
120.000.000
Ragam Kredit (Rp Juta)
Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)
120
e)
a)
c)
d)
e)
15
70
40
120
f. Perusahaan mengganggarkan taksiran biaya overhead pabrik sebesar
Rp 225.000.000. Dasar pembebanan biaya overhead adalah berdasarkan
jam tenaga kerja langsung. Perusahaan menaksir jumlah jam tenaga kerja
langsung untuk tahun 2014 adalah 170.000 jam.
Tarif Pembebanan Overhead
Pembebanan Biaya Overhead
Rp225.000.000
= Rp1.500
170.000 jam
=
= 160.000 jam x Rp 1.500
= Rp 240.000.000
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses
Biaya Overhead Pabrik
240.000.000
240.000.000
Biaya Overhead Pabrik
(Rp Juta)
a)
c)
d)
e)
15
70
40
120
f)
Persediaan Barang Dalam Proses
(Rp Juta)
240
Saldo Awal
b)
c)
f)
54
50
195
320
240
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
g. Biaya produksi yang berhasil rampung dikerjakan selama tahun 2014
sebesar Rp 770.000.000
Setiap barang yang telah rampung dikerjakan dan ditransfer ke persediaan
barang jadi maka itulah yang disebut sebagai harga pokok produksi.
Jurnal:
Persediaan Barang Jadi
Persediaan Barang Dalam Proses
770.000.000
770.000.000
Persediaan Barang Dalam Proses (Rp Juta)
Saldo Awal
b)
c)
f)
50
195
320
240
Persediaan Barang Jadi (Rp juta)
770
g)
Saldo Akhir
Saldo Awal
g)
120
770
35
h. Penjualan dilakukan dengan kredit sebesar Rp 1.900.000.000 dengan harga
pokok penjualan Rp 767.000.000
Jurnal:
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Barang Jadi
767.000.000
Piutang Dagang
Penjualan
1.900.000.000
767.000.000
1.900.000.000
Persediaan Barang Jadi (Rp juta)
Saldo Awal
g)
120
770
Harga Pokok Penjualan
767
123
h)
Saldo Akhir
55
h)
767
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
i.
Biaya-biaya
penjualan
dan
umum
lainnya
dibayar
tunai
sebesar
Rp 840.000.000 dimana Rp 500.000.000 untuk biaya penjualan dan
Rp 340.000.000 untuk biaya umum.
CV Loe To Ye
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Total Biaya Produksi
Ditambah: Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Total Barang Dalam Proses Pada Tahun 2014
Dikurang: Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
Harga Pokok Produksi
Rp
195.000.000
320.000.000
240.000.000
Rp 755.000.000
50.000.000
Rp 805.000.000
(35.000.000)
Rp 770.000.000
Biaya Overhead Pabrik Aktual:
Bahan Baku Tidak Langsung
Rp
15.000.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung
70.000.000
Biaya Penyusutan Pabrik
40.000.000
Biaya Overhead Pabrik Lainnya
120.000.000
Total Biaya Aktual
Rp
Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan
Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan Kurang Rp
56
245.000.000
240.000.000
5.000.000
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
CV Loe To Ye
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014
Penjualan
Rp
1.900.000.000
Dikurang: Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Barang Jadi
Rp
Harga Pokok Produksi
120.000.000
770.000.000
Barang Yang Tersedia Untuk Dijual
Rp
Persediaan Akhir Barang Jadi
890.000.000
(123.000.000)
Harga Pokok Penjualan Normal
Ditambah: Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan
Kurang
Rp
767.000.000
5.000.000
Harga Pokok Penjualan Aktual
(772.000.000)
Laba Bruto
Rp
1.128.000
Dikurang: Biaya Usaha
Biaya Umum ( Rp 340.000.000 + Rp 8.000.000)
Biaya Penjualan (Rp 500.000.000 + Rp 12.000.000)
Laba Bersih
Rp
348.000.000
512.000.000
(860.000.000)
Rp
268.000.000
Contoh 2:
CV. Kera Sakti merupakan perusahaan yang bergerak di aksesoris.
Perusahaan menetapkan bahwa menggunakan satu rekening untuk bahan
baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Berikut ini data-data biaya yang
ada di perusahaan untuk tahun 2014 (dalam Rp):
Penjualan
65.000.000
Pembelian Bahan Baku
18.000.000
Ongkos Angkut Pembelian
200.000
Retur Dan Potongan Pembelian
1.000.000
Bahan Penolong
500.000
Tenaga Kerja Langsung
8.300.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung
2.000.000
Listrik Pabrik
450.000
Penyusutan Mesin Pabrik
650.000
PBB Pabrik
530.000
57
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Asuransi Pabrik
500.000
Biaya Overhead Pabrik Lainnya
1.600.000
Pendapatan Piutang
1.300.000
Beban Bunga
1.000.000
Biaya Pemasaran
9.000.000
Biaya Administrasi Dan Umum
5.000.000
Keterangan
Bahan Baku
Barang Dalam Proses
Barang Jadi
Persediaan (dalam Rp)
Awal
Akhir
750.000
350.000
1.000.000
520.000
230.000
580.000
CV. Kera Sakti
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014
Persediaan Awal Bahan Baku
Pembelian Bahan
Biaya Angkut Pembelian
Retur Dan Potongan Pembelian
Pembelian Bersih
Bahan Yang Tersedian Untuk Dipakai
Dikurangi:
Bahan Penolong
Persediaan Akhir Bahan Baku
Pemakaian Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead:
Bahan Penolong
Tenaga Kerja Tidak Langsung
Listrik Pabrik
Rp
Rp
Rp
750.000
Rp
17.200.000
17.950.000
18.000.000
200.000
(1.000.000)
500.000
350.000
Rp
Rp
Penyusutan Mesin Pabrik
(850.000)
17.100.000
8.300.000
500.000
2.000.000
450.000
650.000
PBB Pabrik
Asuransi Pabrik
Biaya Overhead Lainnya
Total Biaya Produksi
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Total Barang Dalam Proses Tahun Tersebut
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
Harga Pokok Produksi
58
530.000
500.000
1.600.000
Rp
Rp
Rp
6.230.000
31.630.000
1.000.000
32.630.000
(520.000)
32.110.000
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
CV. Kera Sakti
Laporan Laba Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014
Persediaan Awal Barang Jadi
Harga Pokok Produksi
Barang Yang Tersedia Dijual
Persediaan Akhir Barang Jadi
Harga Pokok Penjualan
Rp
Rp
Rp
(32.110.000)
230.000
(31.880.000)
(580.000)
(32.460.000)
CV. Kera Sakti
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Beban Operasional:
Beban Pemasaran
Beban Administrasi
Laba Operasional
Pendapatan Lain-lain:
Pendapatan Piutang
Rp
Rp
Rp
65.000.000
(32.460.000)
32.540.000
Rp
(14.000.000)
18.540.000
Rp
1.300.000
19.840.000
Rp
(1.000.000)
18.840.000
Rp
18.840.000
9.000.000
5.000.000
Beban Lain-lain:
Beban Bunga
Laba Bersih Sebelum Pajak
Pajak 30 %
Laba Setelah Pajak
59
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
LATIHAN
1. Berdasarkan informasi berikut ini (dalam Rp):
Persediaan awal bahan baku
45.000.000
Persediaan akhir bahan baku
60.000.000
Persediaan awal barang dalam proses
135.000.000
Persediaan akhir barang dalam proses
127.500.000
Persediaan awal barang jadi
105.000.000
Persediaan akhir barang jadi
120.000.000
Pembelian bahan baku selama periode
142.500.000
Total biaya produksi aktual
225.000.000
Diminta:
a. Hitunglah pemakaian bahan baku!
b. Hitunglah harga pokok produksi!
c. Hitunglah harga pokok penjualan!
d. Hitunglah biaya konversi!
2. Berikut ini saldo yang disajikan oleh PT. Andai-andai selama bulan berjalan:
Keterangan
Awal (Rp)
Akhir (Rp)
Persediaan Bahan Baku Langsung
423.000,153.600
Persediaan Produk Dalam Proses
1.652.000,4.509.400
Persediaan Produk Selesai
8.257.200
1.644.500
Bahan Baku Yang Digunakan
0
7.519.400
Harga Pokok Penjualan
0
23.615.250
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi!
b. Hitunglah harga pokok produksi!
3. Data berikut sebagian dari data operasi PT. Sepadan untuk tahun 2012:
Keterangan
Barang Jadi
Barang Dalam Proses
Bahan Baku
Informasi lain:
Awal
Rp 565.000
Rp 1.235.000
Rp 1.250.000
Akhir
Rp 875.000
Rp 995.000
Rp 1.280.000
a. Bahan baku yang digunakan untuk produksi: Rp 1.820.000
60
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
b. Total biaya pabrikasi Rp 6.320.000
c. Biaya overhead pabrik dibebankan 50 % dari biaya tenaga kerja
langsung
d. Harga pokok penjualan: Rp 6.250.000,Diminta:
a. Hitunglah biaya bahan yang dibeli!
b. Hitunglah overhead pabrik yang dibebankan!
4. PT. Cahaya Cemerlang mempunyai data-data akuntansi untuk bulan
Februari 2015 adalah sebagai berikut (dalam Rp):
Persediaan awal barang jadi
40.000.000
Persediaan akhir barang jadi
28.000.000
Persediaan awal barang dalam proses
14.000.000
Persediaan akhir barang dalam proses
18.000.000
Biaya tenaga kerja langsung
24.000.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung
16.000.000
Biaya pemeliharaan pabrik
4000.000
Asuransi peralatan pabrik
1.000.000
Asuransi peralatan kantor
600.000
Sewa atas fasilitas pabrik
10.000.000
Penyusutan peralatan kantor
1.000.000
Biaya bahan baku langsung
20.000.000
Biaya bahan penolong
2.000.000
Penyusutan peralatan pabrik
3.000.000
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi!
b. Susunlah laporan harga pokok penjualan!
5. Berikut ini merupakan perkiraan biaya PT. Sambu Baru :
Biaya bahan baku
12.000.000
Biaya tenaga kerja langsung
33.000.000
Biaya overhead pabrik
66.000.000
61
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Data tersebut diatas merupakan data bulan September 2014. Data
tambahan lainnya adalah persediaan awal barang dalam proses sebesar
Rp 3.000.000, persediaan akhir barang dalam proses sebesar Rp
5.000.000, persediaan awal barang jadi sebesar Rp 6.000.000, dan
persediaan akhir barang jadi sebesar Rp 8.000.000.
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi !
b. Hitunglah harga pokok produksi!
c. Hitunglah harga pokok penjualan!
6. Tuan Siahaan mempunyai suatu usaha manufaktur yang memiliki data-data
untuk bulan Maret 2015 sebagai berikut (dalam Rp):
Biaya bahan baku langsung
9.900.000
Biaya bahan baku tidak langsung
1.800.000
Biaya tenaga kerja langsung
9.000.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung
2.500.000
Gaji bagian produksi
3.600.000
Gaji bagian administrasi
7.500.000
Gaji bagian penjualan
4.800.000
Biaya sewa bangunan (bagian produksi memakai 50%)
2.100.000
Biaya sewa mesin pabrik Rp 800.000 per bulan ditambah Rp 750 per unit
produksi.
Royalti untuk pemakaian paten sebesar Rp 500 per unit produksi.
Biaya produksi lainnya
4.000.000
Biaya penjualan dan administrasi lainnya
2.700.000
Persediaan awal barang dalam proses sebesar Rp 7.500.000, persediaan
akhir barang dalam proses sebesar Rp 4.500.000. Pada bulan Maret 2015
diproduksikan sebesar 1.000 unit produk yang sudah rampung dan
ditransfer ke persediaan barang jadi.
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi pada bulan Maret 2015!
b. Hitunglah biaya per unit!
62
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
c. Susunlah laporan laba rugi, seandainya harga jual Rp 75.000/ unit!
7. Dian ditawarkan bekerja sebagai akuntan di CV. Nommensen Jaya. Tugas
Dian adalah menyusun laporan laba rugi perusahaan tersebut. CV.
Nommensen
jaya
memang
sudah
menyusun
laporan
laba
rugi
perusahaannya seperti dibawah ini:
CV. Nommensen Jaya
Laporan Laba/ Rugi
Untuk Bulan Januari 2015
Penjualan
Rp
315.000.000
Dikurang: Biaya Usaha:
Biaya Asuransi
Rp
4.000.000
Biaya Serbaguna
10.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
60.000.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
12.000.000
Penyusutan Atas Perlatan Pabrik
16.000.000
Pembelian Bahan Baku Langsung
120.000.000
Biaya Sewa
40.000.000
Gaji Bagian Penjualan Dan Administrasi
32.000.000
Laba Bersih
(294.000.000)
Rp
21.000.000
Informasi tambahan lainnya adalah sebagai berikut:
a. CV. Nommensen Jaya merupakan salah satu perusahaan manufaktur
yang memproduksikan suatu produk untuk dipasarkan.
b. 80 % dari sewa yang dibayarkan dialokasikan ke pabrik, sisanya akan
dialokasikan ke bagian penjualan dan administrasi.
c. Tidak ada persediaan awal bahan baku, dan sebanyak Rp 15.000.000
dari bahan baku yang dibeli masih tersimpan di gudang pada akhir
bulan Januari 2015.
d. 70 % dari biaya asuransi terpakai dan 90 % dari biaya serbaguna
dialokasikan ke pabrik, selebihnya dialokasikan ke bagian penjualan dan
administrasi.
e. Persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi adalah
sebagai berikut:
63
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
1 Januari 2015
31 Januari 2015
Barang Dalam Proses
Rp 42.000.000
Rp 48.000.000
Barang Jadi
Rp 54.000.000
Rp 40.000.000
Diminta: Seandainya anda membantu Dian sebagai akuntan, maka:
a. Susunlah laporan harga pokok penjualan!
b. Susunlah laporan laba rugi!
8. CV Salah Asuh memiliki data biaya dari kegiatan proses produksi pada
bulan April 2015 sebagai berikut:
a. Saldo perkiraan:
Persediaan
1 April 2015
30 April 2015
Bahan Baku
3.100.000
2.450.000
Barang Dalam Proses
2.300.000
3.400.000
Barang Jadi
1.250.000
?
b. Pembelian bahan baku selama bulan April 2015 sebesar 10.000 unit
dengan harga faktur Rp 10.000,- per unit. Biaya angkut bahan baku
sebesar Rp 2.000.000,- sedangkan retur pembelian bahan baku sebesar
Rp 500.000,-.
c. Jam Kerja langsung (JKL) digunakan sebanyak 4.000 JKL dengan tarif
upah langsung Rp 1.600 per jam.
d. Transaksi selama bulan April 2015 sebagai berikut:
ß
Bahan Tidak langsung yang digunakan sebesar Rp 1.750.000,-
ß
Biaya listrik sebesar Rp 6.300.000 (70% digunakan bagian pabik).
ß
Biaya pemeliharan pabrik sebesar Rp 1.440.000,-
ß
Biaya penyusutan ( 40.% dibagian mesin dan gedung pabrik.)
sebesar Rp 13.500.000
ß
Biaya PBB (30% dipakai bagian pabrik.) sebesar Rp 5.000.000
ß
Biaya perlengkapan (30% untuk pabrik) sebesar Rp 5.500.000
ß
Gaji akuntan sebesar Rp 6.400.000 ( 30% dipakai bagian pabrik).
ß
BOP atau overhead lain-lain sebesar Rp 1.470.000
64
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
e. Penjualan kotor selama bulan April 2015 sebesar Rp 250.000.000
dengan retur penjualan 1 % dari penjualan kotor, dan laba kotor sebesar
Rp 215.200.000
f. Beban penjualan dan distribusi sebesar 20 % dengan retur penjualan
bersih. Sedangkan beban administrasi sebesar 20% dari penjualan
kotor.
g. Pemakaian bahan baku langsung dan bahan tidak langsung ,
menggunakan satu rekening yaitu rekening bahan.
Diminta:
a.
Hitung jumlah biaya utama dan biaya konversi
b.
Hitung harga pokok penjualan dan persediaan akhir barang jadi.
c.
Susunlah laporan harga pokok produksi selama bulan April 2015
d.
Susun Laporan Laba Rugi selama bulan April 2015
9. Berikut ini adalah data yang disajikan oleh CV. XYZ selama tahun 2010:
Penjualan
Rp 78.250.000
Retur dan potongan penjualan
3.250.000
Pembelian bahan
23.000.000
Retur potongan pembelian
2.300.000
Potongan pembelian
200.000
Biaya angkut pembelian
500.000
Pemakaian bahan baku tidak langsung
200.000
Tenaga kerja langsung
7.500.000
Tenaga kerja tidak langsung
1.000.000
Biaya listrik dan telepon (50% untuk pabrik)
Biaya pemeliharaan mesin dan gudang pabrik
Penyusutan (30% untuk Kantor)
15.000.000
600.000
12.000.000
PBB (30% untuk pabrik)
5.000.000
Perlengkapan pabrik
400.000
Komisi penjualan
2.000.000
Beban administrasi dan umum
2.100.000
65
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Gaji bagian penjualan
7.300.000
Akuntan mencatat persediaan perusahaan sebagai berikut:
Keterangan
Awal
Barang Jadi
Rp 2.400.000
Barang Dalam Proses
Rp 2.100.000
Bahan Baku
Rp 2.100.000
Perusahaan tersebut menggunakan perkiraan
Akhir
Rp 3.100.000
Rp 1.700.000
Rp 3.100.000
bahan baku untuk
pemakaian bahan langsung dan bahan tidak langsung.
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok penjualan CV. XYZ untuk tahun 2010!
b. Susunlah laporan laba rugi CV. XYZ untuk tahun 2010!
66
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
BAB 5 Sistem Akuntansi Biaya
Pesanan
Manajer perusahaan manufaktur
sangat berkepentingan dengan
informasi mengenai jumlah biaya yang dipergunakan untuk memproduksi
produknya. Manajer memerlukan informasi mengenai berapa biaya produksi
yang dipergunakan untuk membuat suatu pesanan, berapa biaya produksi yang
telah dipergunakan untuk memenuhi pesanan pelanggan, dan lain-lain. Tujuan
manajer memerlukan informasi tersebut bertujuan untuk merumuskan strategi
yang harus ia ambil, untuk membuat keputusan tentang harga jual dan
pengendalian biaya, serta untuk menyusun laporan keuangan.
5.1 Sistem Penentuan Harga Pokok Pesanan
Kalau kita berbicara harga pokok pesanan, maka kita akan berbicara
mengenai pesanan itu sendiri, perusahaan yang bergerak di bidang pesanan
dan buku pembantu pesanan. Pesanan adalah jumlah unit produk yang sangat
mudah untuk kita lakukan identifikasi dibandingkan dengan unit yang lain.
Perusahaan yang bergerak di bidang pesanan biasanya akan melakukan
kegiatan operasional kalau ada pelanggan yang melakukan pemesanan. Buku
pembantu pesanan adalah tempat untuk mencatatkan biaya yang terjadi untuk
membuat pesanan tersebut di dalam sistem akuntansi.
Pada sistem ini, yang menjadi objek biaya adalah unit produk individual,
batch atau kelompok produk dalam satu pesanan. Umumnya manajer akan
menghendaki adanya informasi mengenai berapa harga pokok produk untuk
setiap jenis produk/ batch/ kelompok atau setiap kelompok pesanan, karena
setiap pesanan/ kelompok pesanan tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda.
Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang pesanannya tinggi dan
dalam jumlah banyak, yang bentuknya adalah unit, dan biaya masing-masing
akan tinggi. Contohnya adalah Laundry, kontruksi bangunan, rumah sakit, dan
lain-lain.
67
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Gambar 5.1
Contoh Kartu Biaya Pesanan
Apabila manajer sudah mengetahui harga pokok produk setiap
pesanan, maka ini akan mempermudah manajer dalam membuat berbagai
keputusan manajemen lain seperti:
a. Menentukan harga jual
b. Mempertimbangkan menolak atau menerima pesanan.
c. Memantau realisasi biaya
d. Menghitung laba rugi setiap pesanan
e. Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan persediaan
barang dalam proses yang akan disajikan di neraca.
68
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Tabel 5.1
Perbedaan Metode Pesanan Dengan Metode Proses
Metode Pesanan
Metode Proses
1. Variasi perbedaan produk luas
1. Produk homogen
2. Biaya diakumulasi berdasarkan 2. Biaya diakumulasi berdasarkan
pekerjaan
proses atau departemen
3. Biaya per unit dihitung melalui 3. Biaya per unit dihitung melalui
pembagian total biaya pekerjaan pembagian biaya proses satu periode
dengan unit yang diproduksi.
dengan unit yang diproduksi selama
periode tersebut.
5.2 Pencatatan Pemakaian Biaya-biaya Produksi
Sistem akuntansi biaya pesanan akan melakukan pencatatan biayabiaya pesanan pada perkiraan-perkiraan biaya di buku besar dan pada kartu
pesanan di buku tambahan. Dapat kita lihat aliran dokumen pada gambar 4.4 .
Gambar 5.2
Aliran Dokumen Pada Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Kartu Reakuisisi
Bahan Baku
Order
Pesanan
Perintah
Produksi
Daftar Distribusi
Pemakaian
Tenaga Kerja
Langsung
Kartu
Pesanan
Tarif
Overhead
Setiap pencatatan pemakaian biaya oleh pesanan dalam buku besar,
maka akan diikuti oleh pencatatan pemakaian biaya yang sama pada buku
tambahan. Dalam buku besar, pencatatan biaya dilakukan pada perkiraan
persediaan barang dalam proses dan dalam buku tambahan pencatatan yang
dilakukan pada kartu pesanan. Masukan untuk pencatatan pemakaian biaya
bahan baku diperoleh dari kartu reakuisisi bahan baku. Sedangkan, untuk
69
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
pencatatan pemakaian biaya tenaga kerja langsung itu dapat kita peroleh dari
daftar distribusi pemakaian tenaga kerja langsung.
Sebagaimana kebanyakan formulir-formulir yang dipergunakan dalam
akuntansi, bentuk atau desain dari kartu reakusisi bahan baku dan daftar
distribusi pemakaian tenaga kerja langsung tidaklah serupa antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain. Tetapi secara umum, jenis
keterangan yang dicatat pada masing-masing formulir itu hampir sama.
Biaya-biaya overhead produksi biasanya akan dibebankan kepada
setiap pesanan berdasarkan tarif overhead yang diaplikasikan menurut
pemakaian jam atau biaya tenaga kerja langsung atau menurut basis lain yang
lebih rasional.
Contoh 1:
Nona Angel mempunyai usaha membuat tas dari kulit. Usaha Nona Angel ini
baru saja berdiri. Nona Angel dalam memproduksikan tas tidaklah dalam jumlah
massal. Nona Angel dalam melakukan operasionalnya menggunakan pesanan,
Nona Angel menerima pesanan pembuatan tas dari bahan kulit. Nona Angel
dalam memulai bisnisnya menyewa gedung kecil untuk dijadikan tempat
workshop dan memberi beberapa peralatan produksi yang diperlukan. Pada
bulan Maret 2015, Nona Angel menerima 2 (dua) pesanan, yaitu 20 ransel kulit
untuk pesanan pertama dan 10 tas kulit untuk pesanan kedua. Nona Angel
menerima
pesanan
itu
pada
awal
Maret
2015
dan
berjanji
akan
menyelesaikannya pada akhir Maret 2015. Kedua pesanan itu akan dijual ke
toko dengan harga biaya ditambah 50 persen untuk keuntungan. Nona Angel
menyediakan dua kartu pesanan untuk kedua pesanan tersebut. Satu kartu
pesanan untuk tas, satu pesanan untuk ransel.
Akuntansi Untuk Bahan Baku
a. Usaha Nona Angel baru berdiri sehingga tidak terdapat persediaan. Nona
Angel membeli secara kredit bahan baku sebesar Rp 2.500.000
70
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Langsung
Utang Dagang
2.500.000
2.500.000
Persediaan Bahan Baku Langsung
(Rp 000)
Utang Dagang (Rp000)
2.500
a)
Saldo Awal
a)
0
2.500
b. Nona Angel membutuhkan Rp 1.000.000 bahan baku langsung untuk ransel
dan Rp 500.000 untuk tas.
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku Langsung
1.500.000
1.500.000
Persediaan Barang Dalam Proses
(Rp 000)
Persediaan Bahan Baku (Rp 000)
Saldo Awal
a)
0
2.500
1.500
1.000
b)
Saldo Akhir
Kartu Pesanan 20 Unit Ransel
Bahan Baku Langsung
Rp
50
1.500
Kartu Pesanan 10 Unit Tas
1.000.000
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
Total Biaya
Saldo Awal
b)
Rp
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
Rp
Total Biaya
Biaya Per Unit
Biaya Per Unit
71
Rp
500.000
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Akuntansi Untuk Tenaga Kerja Langsung
c. Nona Angel menentukan jumlah jam tenaga kerja langsung yang akan
digunakan. Ransel membutuhkan 120 jam dan tas membutuhkan 50 jam,
dengan upah Rp 9.000 per jam.
Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk:
Ransel
= 120 jam x Rp 9.000
=
Rp 1.080.000
Tas
= 50 jam x Rp 9.000
=
Rp
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung
450.000
Rp 1.530.000
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses
Utang Gaji
1.530.000
1.530.000
Persediaan Barang Dalam Proses
(Rp 000)
Daftar Upah (Rp000)
1.350
c)
Saldo Awal
b)
c)
Kartu Pesanan 20 Unit Ransel
Bahan Baku Langsung
Rp
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
Total Biaya
50
1.500
1.350
Kartu Pesanan 10 Unit Tas
1.000.000
Bahan Baku Langsung
1.080.000
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
Rp
Total Biaya
Biaya Per Unit
Rp
500.000
450.000
Rp
Biaya Per Unit
Akuntansi Untuk Biaya Overhead
d. Pada saat membuat ransel dan tas, Nona Angel mengeluarkan biaya-biaya
tidak langsung sebagai berikut:
72
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Pembayaran Sewa
Rp
200.000
Utilitas
50.000
Penyusutan Peralatan
100.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung
65.000
Total Biaya Overhead
Rp
415.000
Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik
Akun Kredit
415.000
415.000
Akun Kredit (Rp 000)
d)
Biaya Overhead Pabrik (Rp 000)
415
d)
415
e. Nona Angel memperkirakan biaya overhead yang akan dipakai untuk 1 tahun
sebesar Rp 9.600.000 dengan pemakaian 4.800 jam tenaga kerja langsung.
Untuk membuat ransel diperlukan 120 jam tenaga kerja langsung dan untuk
membuata tas diperlukan 50 jam tenaga kerja langsung.
Tarif Pembebanan Overhead
=
9.600.000
4800 jam
= Rp2.000
Pembebanan Biaya Overhead untuk :
Ransel
= 120 jam x Rp 2.000
=
Rp 240.000
Tas
= 50 jam x Rp 2.000
=
Rp 100.000
Total Pembebanan Biaya Overhead
Rp 340.000
Biaya Overhead Aktual
Rp
415.000
Pembebanan Biaya Overhead
Rp
340.000
Pembebanan Overhead Kurang
Rp
75.000
73
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses
Biaya Overhead Pabrik
340.000
340. 000
Biaya Overhead Pabrik
(Rp 000)
d)
415
e)
Persediaan Barang Dalam Proses
(Rp 000)
340
Saldo Awal
b)
c)
e)
Kartu Pesanan 20 Unit Ransel
Bahan Baku Langsung
Rp
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
Total Biaya
Kartu Pesanan 10 Unit Tas
1.000.000
Bahan Baku Langsung
1.080.000
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
240.000
Rp
50
1.500
850
340
2.320.000
Total Biaya
Biaya Per Unit
Rp
500.000
450.000
100.000
Rp
1.050.000
Biaya Per Unit
Akuntansi Untuk Barang Jadi
f) Pada akhir bulan Maret 2015, pesanan yang berhasil diselesaikan adalah
ransel, sedangkan tas masih akan dilanjutkan penyelesaiannya pada bulan
April 2015.
Untuk sistem akuntansi biaya pesanan, setiap pesanan tersebut telah 100 %
rampung dikerjakan, maka pesanan yang rampung tersebut akan dikirimkan
ke gudang dan dicatatkan sebagai persediaan barang jadi. Pesanan yang
belum rampung dikerjakan maka pesanan itu akan tetap ada dan dicatat
sebagai persediaan akhir barang dalam proses. Untuk contoh soal ini, yang
akan dicatat sebagai persediaan barang jadi adalah pesanan ransel, dan
yang akan dicatat sebagai persediaan akhir barang dalam proses adalah
pesanan tas.
74
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Jurnal:
Persediaan Barang Jadi
Persediaan Barang Dalam Proses
2.320.000
2.320.000
Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000)
Saldo Awal
b)
c)
e)
50
1.500
850
340
Persediaan Barang Jadi (Rp 000)
f)
2.320
Saldo Akhir
1.050
Kartu Pesanan 20 Unit Ransel
Bahan Baku Langsung
Rp
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
Total Biaya
0
2.320
Kartu Pesanan 10 Unit Tas
1.000.000
Bahan Baku Langsung
1.080.000
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang
Dibebankan
240.000
Rp
Saldo Awal
f)
2.320.000
Total Biaya
Biaya Per Unit
Rp
500.000
450.000
100.000
Rp
1.050.000
Biaya Per Unit
Rampung Pada Bulan Maret 2015
Akuntansi Untuk Harga Pokok Penjualan
Dalam perusahaan yang bergerak di bidang pesanan, apabila ada
barang jadi yang sudah siap dan akan dijual, biasanya sesuai dengan
permintaan dari pelanggan tersebut. Ini membuat biaya barang jadi akan
menjadi harga pokok penjualan. Laporan harga pokok penjualan disiapkan
pada tiap akhir periode yang disepakati di perusahaan tersebut.
75
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Lanjutan Soal 1:
g) Ransel yang dipesan oleh pelanggan ke Nona Angel sudah diambil
seluruhnya pada bulan Maret 2015.Harga jual per ransel adalah Rp
174.000. Nona Angel menjual ransel tersebut dengan tunai.
Jurnal:
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Barang Jadi
2.320.000
2.320.000
Penjualan = Rp 174.000 x 20 ransel = Rp 3.480.000
Piutang Dagang
Penjualan
3.480.000
3.480.000
Harga Pokok Penjualan
(Rp 000)
Persediaan Barang Jadi (Rp 000)
Saldo Awal
f)
0
2.320
g)
Saldo Akhir
2.320
0
g)
2.320
h) Informasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha Nona Angel adalah
sebagai berikut:
Iklan
Rp
75.000
Komisi Penjualan
125.000
Gaji Pegawai Kantor
500.000
Penyusutan Peralatan Kantor
50.000
76
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Nona Angel
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015
Persediaan Awal Bahan Baku
Pembelian Bahan Baku
Barang Yang Tersedia Di Gudang
Persediaan Akhir Bahan Baku
Pemakaian Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Aktual:
Sewa
Rp 200.000
Utilitas
50.000
Penyusutan
100.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung
65.000
Total Biaya Produksi Normal
Rp 415.000
Overhead Yang Dibebankan Kurang
(75.000)
Total Biaya Produksi Berdasarkan Pembebanan
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Total Barang Dalam Proses Maret 2015
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (Pesanan Tas)
Harga Pokok Produksi (Pesanan Ransel)
Rp
Rp
Rp
Rp
0
2.500.000
2.500.000
(1.000.000)
1.500.000
1.530.000
340.000
3.370.000
0
3.370.000
(1.050.000)
2.320.000
Nona Angel
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015
Persediaan Awal Barang Jadi
Harga Pokok Produksi (Pesanan Ransel)
Barang Yang Tersedia Dijual
Persediaan Akhir Barang Jadi
Harga Pokok Penjuaan Normal
Overhead Yang Dibebankan Kurang
Harga Pokok Penjuaan Setelah Disesuaikan
77
Rp
0
2.320.000
Rp 2.320.000
0
Rp 2.320.000
75.000
Rp 2.395.000
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Nona Angel
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Beban Operasional:
Iklan
Komisi Penjualan
Gaji Pegawai Kantor
Penyusutan Peralatan Kantor
Laba Bersih
Rp
Rp
Rp
3.480.000
(2.395.000)
1.085.000
Rp
(750.000)
335.000
75.000
125.000
500.000
50.000
78
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
LATIHAN
1. PT. Patgulipat menetapkan pembebanan biaya overhead pada pesanan
sebesar 80 % dari biaya tenaga kerja langsung. Seandainya pesanan no S01 menunjukkan jumlah biaya overhead yang dibebankan sebesar Rp
15.000.000, maka hitunglah jumlah biaya tenaga kerja langsung dari
pesanan no S-01 !
2. Sebuah konsultan sipil merancang dan membangun gudang serta
bangunan tambahan untuk beberapa pelanggan. Pada Mei 2015, terdapat
dua pekerjaan yang diproses, yaitu pesanan no 114 denngan saldo awal
Rp 134.000.000 dan pesanan no 115 dengan saldo awal Rp 96.700.000.
Konsultan ini menerapkan pembebanan tarif overhead pada tarif Rp 16.000
per jam tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung dibayar rata-rata Rp
10.000 per jam tenaga kerja langsung. Selama bulan Mei 2015, pesanan no
116 dan pesanan no 117 dimulai. Data biaya pada bulan Mei 2015 untuk
semua pesanan adalah sebagai berikut (dalam Rp 000):
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
No 114
22.000
18.000
Pesanan
No 115
No 116
90.000
15.000
40.000
1.500
No 117
34.500
8.000
Pesanan no 114 telah diselesaikan pada 22 Mei 2015 dan pelanggan telah
menerima tagihan semua biaya dengan tambahan laba 30% dari semua
biaya pesanan no 114. Pesanan yang lain masih dalam proses.
79
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Diminta:
a. Hitunglah biaya overhead yang dibebankan pada tiap pesanan selama
bulan Mei 2015!
b. Buatlah laporan pemakaian seluruh biaya masing-masing pesanan pada
akhir Mei 2015!
c. Hitunglah saldo akhir persediaan barang dalam proses !
d. Berapakah penjualan yang diperoleh dari pesanan no 114?
3. PT. Sentosa Jaya berproduksi atas pesanan, oleh karena itu perusahaan
tersebut memakai sistem akuntansi biaya pesanan. Pada bulan Februari
2015 perusahaan ini mengerjakan 3 (tiga) pesanan, yaitu pesanan X-001,
pesanan X – 002, pesanan X-003. Pesanan X-001 mulai dikerjakan dari
bulan Januari 2015 dengan memakai biaya bahan baku sebesar Rp
5.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 4.000.000 dan biaya
overhead pabrik sebesar Rp 3.000.000. Pesanan X-002 dan pesanan X003 mulai dikerjakan bulan Februari 2015. Data berikut ini adalah selama
bulan Februari 2015:
a. Jumlah pembelian bahan baku pada bulan Februari 2015 sebesar Rp
25.000.000. Ongkos angkut Rp 2.000.000. tidak ada saldo perkiraan
bahan baku pada tanggal 1 Februari 2015.
b. Pemakaian bahan baku selama Februari 2015 adalah:
Pesanan X-001
Rp
1.000.000
Pesanan X-002
Rp
5.000.000
Pesanan X-003
Rp
8.000.000
80
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
c. Pemakaian tenaga kerja langsung selama Februari 2015:
Pesanan X-001 (2.000 jam)
Rp
4.000.000
Pesanan X-002 (2.500 jam)
Rp
5.000.000
Pesanan X-003 (3.000 jam)
Rp
6.000.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung berjumlah Rp 2.000.000
d. Biaya-biaya berikut ini juga terpakai selama Februari 2015:
Bahan Baku Tidak Langsung
Rp
1.000.000
Penyusutan Mesin
Rp
2.000.000
Sewa Ats Bangunan Pabrik
Rp
3.000.000
e. Tarif overhead adalah Rp 800 per jam tenaga kerja langsung.
f. Pesanan X-001 dan pesanan X-002 rampung dikerjakan pada bulan
Februari 2015.
g. Pesanan Y-007 yang sudah rampung pada bulan Januari 2015 dengan
biaya Rp 16.000.000 terjual dengan harga Rp 20.000.000
h. Seperempat dari jumlah pesanan Y-007 dikembalikan oleh pelanggan
pada bulan Februari 2015.
Diminta:
a. Bukukanlah data-data biaya diatas untuk bulan Februari 2015 ke buku
besar dan kartu-kartu pesanan!
b. Susunlah laporan harga pokok produksi untuk bulan Februari 2015!
4. Tuan Billy mempunyai keahlian memasang komponen-komponen audio
dan sistem home theatre. Tuan Billy baru saja menyelesaikan instalasi
pengeras suara dan pengkabelan audio untuk 10 rumah yang dibangun
81
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
oleh Perumahan Bestari Indah. Pesanan tersebut menimbulkan biaya
bahan baku sebesar Rp 34.000.000, dan terdapat 50 jam tenaga kerja
langsung dengan biaya Rp 10.000 per jam. Overhead dibebankan
berdasarkan jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 40.000 per jam.
Diminta:
a. Berapakah total biaya pesanan tersebut? Berapakah biaya per unit?
b. Jika Tuan Billy membebankan harga satu setengah kali dari biaya,
berapakah harga yang ditagihkan untuk setiap rumah?
5. CV. Adonan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pesanan,
pembebanan biaya untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung
menggunakan biaya aktual sedangkan untuk biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif ditentukan dimuka dengan dasar alokasi jam kerja
langsung (JKL). Pada awal Agustus 2014 terdapat pesanan sebagai
berikut:
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang Dibebankan
Total
Status Pekerjaan
Pesanan X 1
Rp
10.000.000
Rp 400.000
Rp 300.000
Rp10.700.000
Dalam Proses
Pesanan X 2
Rp7.000.000
Pesanan X3
Rp 7.000.000
Rp 200.000
Rp 150.000
Rp 7.350.000
Dalam Proses
Rp 1.200.000
Rp 900.000
Rp 9.100.000
Selesai
Pada tanggal 31 Agustus 2014 pada catatan perusahaan diketahui terdapat
tiga pesanan yang sudah selesai dengan tambahan biaya produksi dan jam
sebagai berikut:
Bahan Baku
JKL
Pesanan X 1
Rp 5.000.000
50 JKL
Pesanan X 2
Rp 3.000.000
40 JKL
Pesanan X 4
Rp 5.000.000
55 JKL
Pesanan X 5
Rp 9.200.000
70 JKL
Pesanan X 6
Rp 3.000.000
10 JKL
Informasi lain:
a. Tarif tenaga kerja langsung dibayar untuk pekerja sebesar Rp 20.000,per JKL yang berlaku selama tahun 2014.
82
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
b. Pada akhir Agustus yang belum selesai adalah pesanan X 6.
c. Untuk bahan baku perusahaan menggunakan satu rekening yaitu
rekening bahan baku yang menampung bahan baku langsung dan
bahan baku tidak langsung, dengan saldo awal sebesar Rp 2.100.000,- .
Pembelian yang dilakukan selama bulan Agustus 2014 sebesar Rp
29.000.000,- dengan biaya angkut sebesar Rp 500.000,d. Selisih lebih/ kurang (over/underapplied) langsung dibebankan ke harga
pokok penjualan pada akhir bulan.
e. Penjualan dilakukan secara tunai sebesar Rp 57.000.000,-.
f. Biaya selama bulan Agustus 2014:
Biaya Penyusutan Mesin
Rp
700.000,-
Biaya Asuransi Pabrik
Rp 1.075.000,-
Pemakaian Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rp
Pemakaian Bahan Baku Tidak Langsung
Rp 1.000.000,-
Beban Pemasaran
Rp 3.000.000,-
Beban Administrasi
Rp 5.000.000,-
750.000,-
Diminta:
1. Hitunglah biaya produksi masing-masing pesanan!
2. Hitunglah selisih (over/under applied)!
3. Susunlah laporan harga pokok penjualan bulan Agustus 2014!
4. Susunlah laporan laba rugi bulan Agustus 2014!
6. Percetakan “Murni” menerima segala jenis cetakan, dimana setiap pesanan
dibuat kartu pesanan. Kartu pesanan dibuat untuk membedakan setiap
pelanggan. Berikut ini merupakan data-data yang terjadi selama bulan
September 2010:
a) Dibeli Bahan baku dgn hrg Rp 20 jt, dan dipakai oleh pesanan Y sebesar
Rp 13 jt dan pesanan Z sbsr Rp 7 jt. Tidak terdapat persediaan awal dan
persediaan akhir bahan baku.
83
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
b) Pd periode lalu sudah selesai dikerjakan pesanan X dengan nilai Rp 40
Jt, dan pesanan Y sudah dikerjakan bln lalu tetapi belum selesai dengan
nilai Rp 3 jt
c) Jam tenaga kerja yang digunakan adalah 60 jam untuk pesanan Y dan
10 jam untuk pesanan Z. Tarif tenaga kerja langsung sebesar Rp
200.000 per jam, dan tarif OH yang dibebankan sebesar Rp 125.000 per
jam TKL.
d) Biaya OH aktual pada periode tersebut sebesar Rp 8,7 Jt
e) Pada periode sekarang, pesanan
Y selesai diproses tetapi belum
diambil yang memesan, sedangkan pesanan X diambil oleh pemesan
dengan penjualan sebesar Rp 52 Jt.
Diminta:
a. Susunlah Laporan Harga Pokok Produksi!
b. Susunlah Laporan Harga Pokok Penjualan!
c. Dari data-data diatas, apakah percetakan “Murni” laba atau rugi? (Buat
memakai cara)
d. Hitunglah over/underapplied overhead!
7. PT. Karya Sentosa menggunakan perhitungan harga pokok menurut
metode pesanan. Biaya overhead yang dibebankan ke produk memakai
tarif yang ditentukan dimuka sebesar 150 % dari biaya tenaga kerja
langsung. Selisih biaya overhead ditutup ke rekening harga pokok
penjualan setiap akhir bulan. Informasi lain yang tersedia adalah sebagai
berikut:
a. Pesanan dalam proses yang masih ada pada bulan Juni 2015 pesanan
no 061 dengan biaya sebagai berikut:
84
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Biaya bahan baku langsung
Rp
4.000
Biaya Tenaga kerja langsung
Rp
2.000
Biaya overhead yang dibebankan
Rp
3.000
Total
Rp
9.000
b. Pesanan 62, 63, 64 mulai dikerjakan Juni 2015.
c. Permintaan bahan baku langsung untuk proses produksi selama Juni
2015 sejumlah Rp 26.000
d. Biaya tenaga kerja langsung yang terjadi adalah Rp 20.000
e. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya yang terjadi selama bulan
Juni 2015 adalah Rp 32.000
f. Pada akhir bulan Juni 2015, pesanan yang masih dalam proses
pengerjaan
adalah
pesanan
64.
Pesanan
64
tersebut
telah
menghabiskan biaya RP 2.800 untuk bahan baku langsung dan Rp
1.800 untuk biaya tenaga kerja langsung.
Diminta: Hitunglah harga pokok produksi selama bulan Juni 2015!
8. PT. Polo Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang menggunakan
biaya pesanan, dan mengerjakan 3 (tiga) pesanan selama bulan Juli 2015.
Data-datanya adalah sebagai berikut:
Keterangan
Saldo Awal (Rp)
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Jam Mesin
Perpindahan Bahan
Pesanan Pembelian
Pesanan 77
224.500.000
129.000.000
200.000.000
250
50
10
85
Pesanan 78
0
99.000.000
65.000.000
200
10
40
Pesanan 79
0
353.500.000
130.000.000
1.200
200
10
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Sistem ABC (activity based costing) digunakan untuk membebankan
overhead pabrik. Tarif listrik adalah Rp 30.000, tarif penanganan bahan Rp
300.000 per pemindahan dan Rp 250.000 per pesanan pembelian. Pada
akhir Juli 2015, pesanan 77 dan 79 telah diselesaikan. Pesanan 77 telah
terjual. Pesanan 78 masih dalam proses. Pada awal Juli 2015, saldo
barang jadi adalah nol.
Diminta:
a. Siapkanlah kartu pesanan untuk masing-masing pesanan untuk
menunjukkan semua biaya hingga akhir Juli 2015!
b. Hitunglah saldo barang dalam proses pada akhir Juli 2015!
c. Hitunglah saldo akhir barang jadi!
d. Hitunglah harga pokok penjualan pada bulan Juli 2015!
86
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
BAB 6 Sistem Akuntansi Biaya
Proses
Sistem akuntansi biaya proses biasanya digunakan apabila perusahaan
memproduksibarang yang identik atau serupa secara banyak di dalam suatu
proses produksi yang bersifat terus menerus. Permasalahan dalam akuntansi
biaya proses ialah bahwa kenyataan bahwa biasanya proses produksi tidaklah
selesai pada akhir periode akuntansi. Biaya produksi suatu departemen dapat
berubah dari periode satu dengan periode yang lain
6.1 Karateristik Manufaktur Proses
Perhitungan biaya proses berfungsi dengan baik apabila produk-produk
yang relatif sejenis melalui proses berurutan dan menerima biaya produksi yang
hampir sama. Berbeda dengan perhitungan biaya pesanan dimana metode
tersebut dapat bermanfaat untuk diterapkan pada perusahaan yang produknya
dapat diidentifikasikan menurut pesanan. Perhitungan biaya pesanan juga akan
menjadi tidak praktis penerapannya apabila suatu perusahaan hanya
memproduksi satu jenis produk homogen.
Perhitungan harga pokok proses merupakan sistem pengumpulan
biaya produksi menurut departemen atay pusat biaya selama satu periode.
Perhitungan harga pokok proses merupakan cara menentukan besarnya biaya
produksi yang terjadi setiap periode yang akan dialokasikan ke produk baik
produk jadi maupun produk yang belum jadi dalam suatu departemen yang
bersangkutan. Metode harga pokok proses digunakan oleh perusahaanperusahaan yang produknya bersifat masal seperti pabrik kimia, produk semen,
produk gula dan lain-lain.
Dalam suatu perusahaan dengan sistem perhitungan harga pokok
proses, unit-unit produksi umumnya melalui rangkaian departemen produksi,
dimana di setiap departemen , suatu proses operasi akan membawa suatu
produk satu langkah lebih dekat ke penyelesaian. Dalam tiap departemen,
87
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
mungkin dibutuhkan. Saat proses penyelesaian tertentu, barang yang setengah
jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen
terakhir, barang selesai diproduksikan dan dipindahkan ke gudang.
Gambar 6.1
Perbedaan Perhitungan Biaya Pesanan Dan Perhitungan Biaya Proses
Karateristik perhitungan biaya proses adalah sebagai berikut:
a. Biaya diakumulasikan menurut departemen.
b. Setiap departemen memiliki rekening persediaan barang dalam
proses. Rekening ini di debit dengan biaya pemrosesan yang terjadi
di departemen yang bersangkutan dan dikreditkan dengan harga
pokok barang jadi yang ditransfer ke departemen lain atau ditransfer
ke gudang barang jadi.
c. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan kembali persediaan
barang dalam proses pada akhir periode.
88
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
d. Biaya per unit ditentukan atau dihitung menurut departemen untuk
setiap periode.
e. Unit barang yang telah selesai diproses di salah satu departemen
dan biaya yang berhubungan dengannya, ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke persediaan barang jadi.
f. Biaya total dan biaya per unit untuk setiap departemen secara
periodik dijumlah, dianalisa dan dihitung dengan menggunakan
laporan biaya produksi departemen.
6.2 Ekuivalen Unit
Ekuivalen unit adalah ketika akan memproduksikan suatu produk
dengan
menggunakan
proses
yang
berkelanjutan,
perusahaan
akan
mengasumsikan semua unit yang diproduksikan akan sama. Akibat proses
berkelanjutan, terdapat unit produksi yang tidak siap diproses, maka nilai
tersebut disamakan dengan ekuivalen unit. Ekuivalen unit produksi yang
dikerjakan selesasi dlm periode tersebut pada unit fisik, yang dianggap sama
dengan unit produk yg selesai (rampung). Dari gambar 6.2, kita dapat melihat
bahwa 2 gelas air yang berisi masing-masing ½ gelas maka nilainya itu akan
ekuivalen unit dengan 1 gelas air yang berisi penuh.
Tingkat kerampungan produk tidak sama dari segi tiap unsur biaya
produksi. Biasanya produk lebih cepat rampung dari segi biaya bahan baku
ketimbang dari segi biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead
pabrik. Jadi sejumlah produk dapat saja sudah rampung dari segi biaya bahan
baku tapi belum rampung dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi
biaya
overhead
pabrik. Apabila
biaya overhead
89
produksi
dibebankan
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
berdasarkan biaya tenaga kerja langsung maka tingkat kesiapan atau
kerampungan produk akan sama dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari
segi biaya overhead pabrik.
Gambar 6.2
Ekuivalen Unit
6.3 Laporan Harga Pokok Produksi
Laporan harga pokok produksi merupakan laporan aktivitas suatu
departemen produksi selama satu periode. Laporan harga pokok produksi
dibuat setiap akhir periode. Isi laporan harga pokok produksi untuk perhitungan
biaya proses sebagai berikut:
a. Laporan produksi secara fisik
b. Laporan
tentang
biaya
yang
dibebankan
dan
harus
dipertanggungjawabkan oleh departemen tersebut.
c. Pertanggungjawaban biaya yang dibebankan pada departemen
tersebut.
90
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
5 tahapan untuk menghitung biaya sebuah produk di perhitungan biaya
proses, yaitu:
a. Ukur Arus fisik
b. Hitung ekuivalen unit produk
c. Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit
d. Hitung biaya per ekuivalen unit
e. Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai
Contoh 1
Merek sabun mandi “Wangi” yang diproduksikan sebuah perusahaan
manufaktur. Produk yang sudah selesai langsung ditransfer ke gudang barang
jadi. Data berikut berhubungan dengan produksi bulan Mei 2015:
Bahan baku yang dimasukkan untuk proses produksi sebesar 120 unit.
Produk jadi ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 90.000 unit. Pada
akhir periode terdapat produk yang belum selesai diproses sejumlah
30.000 unit dengan tingkat kerampungan 100 % bahan dan 50%
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya yang terjadi selama bulan Mei 2015:
Bahan Baku Langsung
Rp
32.400
Tenaga Kerja Langsung
35.700
Biaya Overhead Pabrik
33.600
Biaya Produksi
Rp
91
101.700
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Gambar 6.3
Arus Fisik Produk Untuk Satu Departemen
Bahan Baku
Rp 35.700
Bahan Baku
120.000 Unit
Rp 32.400
Bahan Baku
Rp 33.600
Barang Jadi
90.000 Unit
Proses
Barang Dalam Proses
30.000 Unit
BB: 100 %
TKL & Overhead: 50 %
Langkah 1: Ukur Arus Fisik
Produk Masuk Proses
120.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
30.000 Unit
120.000 Unit
Langkah 2 : Hitung Ekuivalen Unit Produk
Ekuivalen Unit Produk
= Jumlah Barang Jadi + (Persediaan Akhir
Barang
Dalam
Proses
x
%
Tingkat
Kerampungan)
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 90.000 Unit +(30.000 unit x 100 %)
= 90.000 unit + 30.000 unit
Ekuivalen unit Tenaga Kerja =
=
= 120.000 Unit
90.000 Unit + (30.000 unit x 50%)
90.000 unit + 15.000 unit = 105.000 unit
Ekuivalen unit Overhead Pabrik = 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%)
= 90.000 unit + 15.000 unit =105.000 unit
92
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Langkah 3: Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit
Dari data-data diatas maka :
Bahan Baku Langsung
Rp
32.400
Tenaga Kerja Langsung
35.700
Biaya Overhead Pabrik
33.600
Total Biaya Yang Dipertanggungjawabkan
Rp
101.700
Langkah 4: Hitung biaya per ekuivalen unit
Unsur
Jumlah
Ekuivalen
Harga Per EU
Biaya
Biaya (Rp)
Unit (EU)
(Rp)
BB
32.400
120.000
0,27
TKL
35.700
105.000
0,34
OH
33.600
105.000
0,32
Total
101.700
0,93
Langkah 5: Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90.000 unit x Rp 0,93)
Rp 83.700
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses :
BB (30.000 unit x 100% x Rp 0,27)
Rp
8.100
TKL (30.000 unit x 50% x Rp 0,34)
5.100
OH (30.000 unit x 50% x Rp 0,32)
4.800
Total Pertanggungjawaban Biaya
18.000
Rp101.700
93
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Merek Sabun Mandi Wangi
Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan Mei 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
120.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% TKL dan OH)
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
BB
Rp
32.400
TKL
Rp
35.700
OH
Rp
33.600
Total
Rp
101.700
90.000 unit
30.000 unit
EU
120.000
105.000
105.000
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90.000 unit x Rp 0,27)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 30.000 unit x 100%x Rp 0,27
TKL : 30.000 unit x 50% x Rp 0,34
OH : 30.000 unit x 50% x Rp 0,32
120.000 Unit
Harga Per EU
Rp
0,27
Rp
0,34
Rp
0,32
Rp
0,93
Rp
Rp
Rp
Rp
8.100
5.100
4.800
83.700
18.000
Rp
101.700
6.3 Produk Diolah Lebih Dari Satu Departemen
Apabila produk diolah melalui beberapa departemen produksi, maka
barang yang telah selesai diproses di departemen awal akan terus ditransfer
ke departemen berikutnya sampai ke departemen terakhir dan akhirnya
ditransfer ke gudang barang jadi. Dengan demikian harga pokok produk jadi di
departemen I akan ditransfer menjadi seolah-olah bagi departemen II.
94
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Gambar 6.4
Arus Fisik Untuk Dua Departemen
Contoh 2
PT. Sumber Rejeki mengolah produk melalui dua departemen produksi yaitu
departemen I dan departemen II. Produk yang telah selesai dikerjakan di
departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk diproses lebih lanjut,
sedangkan produk yang telah selesai diproses di departemen II ditransfer ke
gudang barang jadi. Berikut adalah data yang berkaitan dengan produksi pada
bulan Februari 2015:
Departemen I
Unit Produk:
Produk Masuk Proses
Diterima Dari Departemen I
Ditransfer Ke Departemen II
Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya
Konversi
100 % Bahan, 1/3 Biaya Konversi
Biaya-Biaya:
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Departemen II
420.000 unit
322.000 unit
322.000 unit
280.000 unit
98.000 unit
42.000 unit
Rp
Rp
Rp
95
218.400
252.840
242.004
Rp
Rp
Rp
249.900
223.440
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
DEPARTEMEN I
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 322.000 Unit +(98.000 unit x 100 %)
= 322.000 unit + 98.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi =
=
= 420.000 Unit
322.000 Unit +(98.000 unit x 40 %)
322.000 unit + 39.200 unit = 361.200 unit
Sumber Rejeki
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
420.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
322.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 40% Biaya Konversi)
98.000 unit
420.000 Unit
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB
Rp
218.400
420.000
Rp
0,52
TKL
Rp
252.840
361.200
Rp
0,70
OH
Rp
242.004
361.200
Rp
0,67
Total
Rp
713.244
Rp
1,89
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
(322.000 unit x Rp 1,89)
Rp
608.580
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 98.000 unit x 100%x Rp 0,52
Rp
50.960
TKL : 98.000 unit x 40% x Rp 0,70
Rp
27.440
OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,67
Rp
26.264
104.664
Rp
713.244
DEPARTEMEN II
Ekuivalen unit biaya konversi =
=
280.000 Unit +(42.000 unit x 1/3)
280.000 unit + 14.000 unit = 294.000 unit
96
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Sumber Rejeki
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
322.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(40% Biaya Konversi)
42.000 unit
32.000 Unit
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I
Rp
608.580
322.000
Rp
1,89
TKL
Rp
249.900
294.000
Rp
0,85
OH
Rp
223.440
294.000
Rp
0,76
Total
Rp
1.081.920
Rp
3,50
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(280. 000 unit x Rp 3,5))
Rp
980.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 42.000 unit x Rp 1,89
Rp
79.380
TKL : 42.000 unit x 40% x Rp 0,85
Rp
11.900
OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,76
Rp
10.640
101.920
Rp
1.081.920
6.4 Penambahan Bahan Di Departemen Lanjutan
Pemakaian bahan sering tidak hanya terjadi di departemen pertama,
akan tetapi pemakaian bahan sering pula dilakukan di departemen pertama dan
di
departemen
berikutnya
(departemen
setelah
departemen
pertama).
Penambahan pemakaian bahan akan berakibat sebagai berikut:
a. Tidak menambah unit yang dihasilkan
Pemakaian bahan di departemen setelah departemen pertama yang
sifatnya hanya pelengkap, tidak akan mempengaruhi jumlah unit
97
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
produk yang dihasilkan. Jumlah unit keluar dari proses jumlahnya
tetap sama dengan unit masuk proses, meskipun ada pemakaian
bahan tambahan. Dalam hal tidak terjadi perubahan jumlah unit,
maka penghitungan harga pokok per unit dari departemen
sebelumnya tidak mengalami perubahan.
b. Unit yang dihasilkan bertambah
Pemakaian bahan dapat berakibat unit produk yang dihasilkan
jumlahnya lebih banyak dari pada unit produk saat masuk proses.
Total harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya tidak
berubah. Karena terjadi perubahan jumlah unit maka harga pokok
yang diterima dari departemen sebelumnya akan ditanggung oleh
jumlah unit yang lebih banyak. Berarti harga pokol per unit yang
diterima dari departemen sebelumnya menjadi lebih rendah. Oleh
karena itu, harga pokok dari departemen sebelumnya harus
disesuaikan.
Contoh 3:
Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di departemen II CV. Ande ande:
a. Unit diterima dari departemen I 10 unit senilai Rp 360.000, dimana terdiri
dari biaya bahan baku Rp 100.000, biaya tenaga kerja langsung Rp
200.000 dan biaya overhead pabrik Rp 60.000.
b. Unit tambahan karena penambahan bahan di departemen II sebesar 2
unit.
c. Unit ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 8 unit.
98
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
d. Persediaan akhir barang dalam proses periode tersebut sebesar 4 unit
(100% BB, 50%TKL)
e. Biaya tambahan yang terjadi di departemen II:
Bahan Baku
Rp
72.000
Tenaga Kerja Langsung
120.000
Biaya Overhead Pabrik
120.000
Total
Rp
312.000
DEPARTEMEN II
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 8 Unit +(4 unit x 100 %) = 8 unit + 4 unit
= 12 unit
Ekuivalen unit biaya konversi = 8 Unit +(4 unit x 50 %) = 8 unit + 2 unit
= 10 unit
Catatan:
a) Meskipun terjadi perhitungan penyesuaian terhadap harga pokok produksi
yang diterima dari departemen I di departemen II, pada saat pencatatan
akuntansi tidak diperlukan pencatatan jurnal penyesuaian.
b) Laporan harga pokok produksi di departemen II dapat disusun dengan
harga pokok produksi dari departemen I dimana akan terlebih dahulu
disesuaikan. Atau dapat juga kita lakukan, harga pokok produksi dari
departemen I tidak diperlukan lagi penyesuaian tetapi langsung dibagi
dengan ukuivalen unit 12.
99
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
CV. Ande Ande
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
10 Unit
Unit Bahan Yang Tambah
2 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
8 unit
12 Unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% Biaya Konversi)
4 unit
12 Unit
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
Dept I
Rp
EU
360.000
Harga Per EU
10
Penye
Rp
2
36.000
-
Set Penye
Rp
360.000
12
Rp
30.000
BB
Rp
72.000
12
Rp
6.000
TKL
Rp
120.000
10
Rp
12.000
OH
Rp
120.000
10
Rp
12.000
Total
Rp
672.000
Rp
60.000
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(8 unit x Rp 60.000)
Rp
480.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 4 unit x Rp 30.000
Rp
120.000
BB : 4 Unit x 100 % x Rp 6.000
RP
24.000
TKL : 4 unit x 50 % x Rp 12.000
Rp
24.000
OH : 4unit x 50% x Rp 12.000
Rp
24.000
192.000
Rp
672.000
Contoh 4:
Tuan Sinurat mempunyai usaha manufaktur. Pada saat melakukan proses
produksi untuk produk akan melewati 2 (dua) departemen. Produk yang telah
selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk
100
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
diproses lebih lanjut. Pemakaian bahan dilakukan di departemen I dan
departemen II
Produk Masuk Proses
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
Unit Bahan Yang Tambah
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi
101 % BB, 70 % Biaya Konversi
Departemen I
350.000 liter
280.000 liter
Departemen II
70.000 liter
315.000 liter
70.000 liter
35.000 liter
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Rp 1.470.000
Rp
927.500
Rp
463.750
Departemen I
Rp 1.050.000
Rp
588.000
Rp
294.000
Departemen II
Rp
420.000
Rp
339.500
Rp
169.750
DEPARTEMEN I
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 280.000 Unit +(70.000 unit x 100 %)
= 280.000 unit + 70.000 unit
= 350.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi
= 280.000 Unit +(70.000 unit x 20 %)
= 280.000 unit + 14.000 unit
= 294.000 unit
101
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Tuan Sinurat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
350.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 20% Biaya Konversi)
70.000 unit
350.000 Unit
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB
Rp
1.050.000
350.000
Rp
3
TKL
Rp
588.000
294.000
Rp
2
OH
Rp
294.000
294.000
Rp
1
Total
Rp
713.244
Rp
6
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(280.000 unit x Rp 6)
Rp
1.680.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 70.000 unit x 100%x Rp 3
Rp
210.000
TKL : 70.000 unit x 20% x Rp 2
Rp
28.000
OH : 70.000 unit x 20% x Rp 1
Rp
14.000
252.000
Rp
1.932.000
DEPARTEMEN II
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 315.000 Unit +(35.000 unit x 100 %)
= 315.000 unit + 35.000 unit
= 350.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi
= 315.000 Unit +(35.000 unit x 70 %)
= 315.000 unit + 24.500 unit
= 339.500 unit
102
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Tuan Sinurat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
280.000 Unit
Unit Bahan Yang Tambah
70.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
350.000 Unit
315.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% Biaya Konversi)
35.000 unit
350.000 Unit
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
Dept I
Rp
1.680.000
EU
280.000
Penye
Harga Per EU
Rp
70.000
6
-
Set Penye
Rp
1.680.000
350.000
Rp
4,8
BB
Rp
420.000
350.000
Rp
1,2
TKL
Rp
339.500
339.500
Rp
1,0
OH
Rp
169.750
339.500
Rp
0,5
Total
Rp
2.609.250
Rp
7,5
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(315.000 unit x Rp 7,5)
Rp
2.362.500
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 35.000 unit x Rp 4,8
Rp
168.000
BB : 35.000 Unit x 100 % x Rp 1,2
RP
42.000
TKL : 35.000 unit x 70 % x Rp 1
Rp
24.500
OH : 35.000unit x 70% x Rp 0,5
Rp
12.250
246.750
Rp
2.609.250
6.5 Penambahan Bahan Di Akhir Proses
Bahan baku dapat di tambah pada awal proses maupun pada akhir
proses. Di departemen I, bahan baku umumnya masuk proses pada awal
proses saja. Sedangkan pada departemen lanjutan, penambahan bahan baku
dapat dilakukan pada awal saja atau pada akhir proses saja, ataupun pada
103
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
awal dan akhir proses. Untuk memudahkan penyusunan laporan harga pokok
produksi maka untuk bahan baku yang ditambahkan pada awal proses,
perhitungan ekuivalen unit akan dipisahkan dengan bahan baku yang
ditambahkan pada akhir proses. Bahan baku yang ditambahkan pada akhir
periode pada saat perhitungan ekuivalen unit tidak memasukkan nilai dari
persediaan akhir barang dalam proses. Sehingga, pada saat kita akan menilai
persediaan akhir barang dalam proses tidak akan ada nilai dari bahan baku
yang ditambahkan pada akhir proses.
Berbeda dengan pemakaian bahan baku, pemakaian tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik umumnya dilakukan secara merata dari
awal hingga akhir proses selama proses produksi. Jadi tidak ada anggapan
tenaga kerja atau biaya overhead pabrik hanya terlibat diawal atau diakhir
proses produksi saja.
Contoh 5:
CV. Harum Wangi memproduksikan pengharum ruangan. Produk diproses di 2
departemen, yaitu departemen I dan departemen II. Setiap 1 liter produk yang
ditransfer dari departemen I, ditambahkan 2 liter bahan baku X, dimana bahan
baku X ditambahkan pada awal proses dan kemudian pada akhir proses
ditambahkan 0,5 liter bahan baku Y, dimana bahan baku Y ditambahkan pada
proses mencapai 95 %. Pada awal bulan April 2015, produk yang ditransfer dari
departemen I sebanyak 25 liter dengan harga pokok per liter Rp 170. Harga per
liter bahan baku yang ditambahkan adalah Rp 1.000 untuk bahan baku X, dan
Rp 100 untuk bahan baku Y. Pada akhir bulan April terdapat 1/5 bahan baku
dari departemen I yang masuk proses masih belum selesai (baru menyerap
104
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
50% biaya konversi). Selama bulan April 2015, biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 7.750 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.750.
Bahan Baku X yang terpakai = 2 x Produk Masuk Proses Dari Departemen I
= 2 x 25 liter = 50 liter.
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses = 1/5 x Produk Masuk Proses Dari
Departemen I
= 1/5 x 25 liter
= 5 liter
Bahan Baku Y yang terpakai = (Produk Masuk Proses Dari Departemen I –
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses) x
Penambahan Bahan Baku Y
= (25 liter – 5 liter) x 0,5 liter
Bahan Baku X yang terpakai
50 liter
Bahan Baku Y yang terpakai
10 liter
Unit Bahan Yang Tambah
60 liter
Ekuivalen unit Bahan Baku
X = 70 liter +(15 liter x 100 %)
= 70 liter + 15 liter
= 85 liter
Ekuivalen unit biaya konversi
= 10 liter.
= 70 liter +(15 liter x 50 %)
= 70 liter + 7,5 liter
= 77,5 unit
105
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
CV. Harum Wangi
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
25 liter
Unit Bahan Yang Tambah
60 liter
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
70 liter
85 liter
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% Biaya Konversi)
15 liter
85 liter
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
Dept I
Rp
EU
4.250
Harga Per EU
25
Penye
Rp
60
170
-
Set Penye
Rp
4.250
85
Rp
50
BB X
Rp
85.000
85
Rp
1.000
BB Y
Rp
7.000
70
Rp
100
TKL
Rp
7.750
77,5
Rp
100
OH
Rp
7.750
77,5
Rp
100
Total
Rp
111.750
Rp
1.350
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(70 liter x Rp 1.350)
Rp
94.500
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 15 liter x Rp 50
Rp
750
BB X : 15 liter x 100 % x Rp 1.000
RP
15.000
TKL : 15 liter x 50 % x Rp 100
Rp
750
OH : 15 liter x 50% x Rp 100
Rp
750
17.250
Rp
111.750
6.6 Produk Hilang Awal Proses
Dalam pelaksanaan proses produksi sering terjadi produk yang
dihasilkan, baik yang sudah jadi maupun yang masih dalam proses, jumlahnya
tidak sama dengan unit yang masuk proses. Hal tersebut terjadi karena adanya
produk yang hilang dalam proses produksi. Produk yang hilang dalam proses
106
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
dapat bersifat normal maupun abnormal. Produk hilang karena sifat bahan yang
gampang menguap, ini dapat dikategorikan bersifat normal. Produk hilang
diakibatkan kelalaian atau kejadian tidak terduga, ini dapat dikategorikan
bersifat abnormal. Manajemen biasanya menentukan meskipun barang jadi
hilang
akibat
abnormal
tetapi
dibawah
persentase
tertentu
(misalkan
perusahaan menentukan 2 % dari barang jadi) maka ini dapat dikategorikan
bersifat normal.
Dalam pelaksanaan proses produksi, produk hilang dapat terjadi pada
awal proses, sepanjang proses atau pun pada akhir proses. Produk hilang
sering diketahui pada saat inspeksi. Inspeksi itu dilakukan pada tengah proses
atau pada akhir proses.
Produk yang hilang pada awal proses, dianggap belum menyerap biaya
produksi. Oleh karena itu, unit produk hilang yang masuk dalam proses tidak
ikut diperhitungkan dalam perhitungan ekuivalen unit. Adanya produk hilang di
departemen I akan menaikkan harga pokok per satuan. Apabila produk hilang
awal proses terjadi di departemen II, maka harga pokok produksi per unit
produk yang ditransfer dari departemen I akan meningkat. Produk hilang pada
awal proses di departemen II tidak diikutkan dalam perhitungan ekuivalen unit.
Harga pokok dari departemen I dan departemen II per unit akan disesuaikan
dalam penyusunan laporan harga pokok produksi.
Contoh 6:
Tuan Doloksaribu mempunyai usaha manufaktur, dimana produk yang
diproses melewati dua departemen yaitu departemen I dan departemen II.
Berikut adalah data produksi dan biaya yang terjadi dari kedua departemen:
107
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen I
100 kg
90 kg
10 kg
Produk Masuk Proses
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
Unit Yang Hilang (Normal)
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Departemen II
10 kg
80 kg
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Departemen I
Rp
10.800
Rp
4.050
Rp
3.150
Departemen II
Rp
Rp
6.000
Rp
2.960
Catatan: Pada contoh 6 ini, tidak ada persediaan akhir barang dalam proses,
sehingga ekuivalen unit akan sama dengan unit yang sebenarnya.
Sehingga, untuk departemen I dan departemen II, baik itu biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead memakai unit yang sebenarnya.
Tuan Dolok Saribu
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
100 Kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
0
Unit Yang Hilang
10 kg
100 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB
Rp
10.800
90
Rp
120
TKL
Rp
4.050
90
Rp
45
OH
Rp
3.150
90
Rp
35
Total
Rp
18.000
Rp
200
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90 kg x Rp 200)
108
Rp
18.000
Rp
18.000
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Tuan Dolok Saribu
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
90 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
80 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
0
Unit Yang Hilang
10 kg
90 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I
Rp
18.000
80
Rp
225
TKL
Rp
6.000
80
Rp
75
OH
Rp
2.960
80
Rp
37
Total
Rp
26.960
Rp
337
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(80 kg x Rp 337)
Rp
26.960
Rp
26.960
6.7 Produk Hilang Akhir Proses
Produk yang hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya
produksi. Oleh karena itu, produk hilang akhir proses ikut diperhitungkan dalam
ekuivalen unit. Harga pokok yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang barang jadi yang dihtitung berdasarkan ekuivalen unit diatas, pada
kenyataan jumlah unit yang ditransfer tidak termasuk unit yang hilang. Harga
pokok per unit yang ditrasfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang
jadi harus disesuaikan dengan produk yang hilang. Adanya produk yang hilang
akhir proses mengakibatkan harga pokok per unit meningkat.
Terhadap produk yang ditransfer masuk tidak perlu dilakukan
penyesuaian. Adanya produk yang hilang normal baik yang hilang awal maupun
109
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
hilang akhir tidak memerlukan jurnal penyesuaian. Penyesuaian hanyalah di
dalam laporan harga pokok produksi.
Contoh 7:
Dengan memakai data-data dari contoh 6, tetapi produk yang siap diproses
hilang pada akhir proses.
Tuan Dolok Saribu
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
100 Kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
0
Unit Yang Hilang
10 kg
100 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB
Rp
10.800
100
Rp
108
TKL
Rp
4.050
100
Rp
40,5
OH
Rp
3.150
100
Rp
31,5
Total
Rp
18.000
Rp
180
Peny:
Hilang
Rp
-
(10)
18.000
90
Rp
200
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90 kg x Rp 200)
110
Rp
18.000
Rp
18.000
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Tuan Dolok Saribu
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
90 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
80 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
0
Unit Yang Hilang
10 kg
90 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I
Rp
18.000
90
Rp
200
TKL
Rp
6.000
90
Rp
66,7
OH
Rp
2.960
90
Rp
32,9
Total
Rp
26.960
Rp
299,6
Peny:
Hilang
Rp
-
(10)
26.960
80
Rp
337
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(80 kg x Rp 337)
Rp
26.960
Rp
26.960
Contoh 8:
PT. Cat Sejati memproduksikan cat yang diproses memakai dua departemen.
Produk yang sudah selesai dari departemen I akan ditransfer ke departemen II
untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini data yang berkaitan dengan produksi
bulan Mei 2015:
111
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Produk Masuk Proses
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
Unit Yang Hilang
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 40 % Biaya Konversi
, 50 % Biaya Konversi
Departemen I
750 kg
500 kg
150 kg
Departemen II
50 kg
350 kg
100 kg
100 kg
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Rp
45.000
Rp
155.200
Rp
154.800
Departemen I
Rp
45.000
Rp
70.200
Rp
64.800
Departemen II
Rp
Rp
85.000
Rp
90.000
Apabila Hilang Awal Proses
Departemen I:
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 500 kg +(100kg x 100 %)
= 500 kg + 100 kg
= 600 Kg
Ekuivalen unit biaya konversi
= = 500 kg +(100kg x 40 %)
= 500 kg + 40 kg
= 540 kg
Departemen II:
Ekuivalen unit biaya konversi
= = 350 kg +(100kg x 50 %)
= 350 kg + 50 kg
= 400 kg
112
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PT. Cat Sejati
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
500 Kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 40% Biaya Konversi)
100 Kg
Produk Hilang Awal Proses
150 kg
750 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB
Rp
45.000
600
Rp
75
TKL
Rp
70.200
540
Rp
130
OH
Rp
64.800
540
Rp
120
Total
Rp
180.000
Rp
325
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(500 kg x Rp 325)
Rp
162.500
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 100 kgx 100%x Rp 75
Rp
7.500
TKL : 100 kg x 40% x Rp 130
Rp
5.200
OH : 100 kg x 40% x Rp 120
Rp
4.800
17.500
Rp
113
180.000
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PT. Cat Sejati
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
500 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(50% Biaya Konversi)
100 kg
Produk Hilang Awa Proses
50 kg
500 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
Dept I
Rp
EU
162.500
Harga Per EU
500
Penye
Rp
325
50
-
Set Penye
Rp
162.500
450
Rp
361,1
TKL
Rp
85.000
400
Rp
212,5
OH
Rp
90.000
400
Rp
225
Total
Rp
337.500
Rp
798,6
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(350 kg x Rp 798,6)
Rp
279.510
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 100 kg x Rp 361,1
Rp
36.100
TKL : 100 kg x 50 % x Rp 212,5
Rp
10.625
OH : 100 kg x 50% x Rp 225
Rp
11.250
57.975
Rp
Apabila Hilang Akhir Proses
Departemen I:
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 500 kg +(100kg x 100 %) +150 kg
= 500 kg + 100 kg +150 kg
= 750 Kg
114
337.500
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Ekuivalen unit biaya konversi
= = 500 kg +(100kg x 40 %) +150 kg
= 500 kg + 40 kg + 150 kg
= 690 kg
PT. Cat Sejati
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
500 Kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 40% Biaya Konversi)
100 Kg
Produk Hilang Akhir Proses
150 kg
750 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB
Rp
45.000
750
Rp
60
TKL
Rp
70.200
690
Rp
101,74
OH
Rp
64.800
690
Rp
93,91
Total
Rp
180.000
Rp
255,65
Rp
162.500
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(500 kg x Rp 255,65)
Produk Hilang (150 kg x Rp 255,65)
28.347,5
Setelah Disesuaikan
Rp
166,174
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 100 kgx 100%x Rp 60
Rp
6.000
TKL : 100 kg x 40% x Rp 101,74
Rp
4.069
OH : 100 kg x 40% x Rp 93,91
Rp
3.756,4
13.826
Rp
Departemen II:
Ekuivalen unit biaya konversi
= 350 kg +(100kg x 50 %) + 50 kg
= 350 kg + 50 kg + 50 kg = 450 kg
115
180.000
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PT. Cat Sejati
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Produk Masuk Proses
500 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(50% Biaya Konversi)
100 kg
Produk Hilang Akhir Proses
50 kg
500 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I
Rp
166.174
500
Rp
332,345
TKL
Rp
85.000
450
Rp
188,889
OH
Rp
90.000
450
Rp
200
Total
Rp
341.174
Rp
721,234
Rp
252.431,9
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(350 kg x Rp 721,234)
Produk Hilang (50 kg x Rp 721,234)
36.061,70
Setelah Disesuaikan
Rp
288.493,6
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 100 kg x Rp 332,345
Rp
33.234,5
TKL : 100 kg x 50 % x Rp 188,889
Rp
9.444,45
OH : 350 kg x 50% x Rp 200
Rp
10.000
52.678,95
Rp
341.174
6.8 Pengaruh Persediaan Barang Dalam Proses Apabila Ada Persediaan
Awal
Perusahaan yang memproduksikan barangnya secara terus menerus
jarang sekali tidak mempunyai persediaan awal. Apabila perusahaan tersebut
tidak mempunyai persediaan awal, kemungkinan perusahaan itu baru berdiri.
Perusahaan yang sifat produksinya terus menerus pasti akan mempunyai
persediaan awal dan persediaan akhir .
Persediaan
awal pada periode
sekarang itu diperoleh dari persediaan akhir dari periode sebelumnya. Adanya
persediaan awal akan menimbulkan persoalan di periode tersebut. Perhitungan
116
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
persediaan awal periode tersebut itu tergantung dari bagaimana pemberlakuan
dalam menghitung harga pokok produksi, metode perhitungan harga pokok
produksi mana yang dipakai. Metode yang umum dipakai yaitu metode rata-rata
tertimbang (weighted average cost) dan metode FIFO (first in first out).
6.9 Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost)
Metode ini memakai bahwa persediaan awal
barang dalam proses
akan diproses menjadi barang jadi bersamaan dengan bahan yang masuk
proses periode tersebut. Tidak ada perbedaan antara produk selesai yang
berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan produk selesai yang
berasal dari produk baru. Hanya ada satu macam harga pokok untuk seluruh
produk selesai, yaitu harga pokok rata-rata tertimbang. Maka, perhitungan
harga pokok produksi dilakukan dengan menambahkan biaya yang melekat
pada persediaan awal barang dalam proses dengan biaya yang terjadi selama
periode ini kemudian dibagi dengan ekuivalen unit.
Contoh 9:
CV. Minyak Angin Sehat sewaktu melakukan proses produksi melewati dua
departemen produksi. Berikut data-data bulan Februari 2015 yang dapat
diperoleh dari CV. Minyak Angin Sehat:
Departemen I
Unit Produk:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi
Produk Masuk Proses
Ditransfer Ke Departemen II
Unit Bahan Yang Tambah
Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 60% Biaya Konversi
100 % Bahan, 30% Biaya Konversi
Departemen II
68.000 unit
102.000 unit
680.000 unit
595.000 unit
85.000 unit
748.000 unit
153.000 unit
34.000 unit
117
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Biaya-Biaya:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Dept 1
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Total
Periode Sekarang:
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Total
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
238.000
111.520
187.000
536.520
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
680.000
204.000
174.760
78.200
1.136.960
Rp
Rp
Rp
Rp
2.380.000
850.000
1.530.000
4.760.000
Rp
Rp
Rp
Rp
1.360.000
1.190.000
680.000
3.230.000
Departemen I:
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 595.000 unit +(153.000 x 100 %)
= 595.000 unit + 153.000 unit
= 748.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi
= 595.000 unit +(153.000 x 60 %)
= 595.000 unit + 91.800 unit
= 686.800 unit
Departemen II:
Ekuivalen unit Bahan Baku
= 748.000 unit +(34.000 x 100 %)
= 748.000 unit + 34.000 unit
= 782.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi
= 748.000 unit +(34.000 x 30 %)
= 748.000 unit + 10.200 unit
= 758.200 unit
118
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
CV. Minyak Angin Sehat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS
FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
68.00
Produk Masuk Proses
680.00
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
595.00
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 60% Biaya Konversi)
153.00
PEMBEBANAN BIAYA
Pers Awal
Sekarang
Jumlah Biaya
EU
Harga Per E
BB
Rp
238.000
Rp
2.380.000
Rp
2.618.000
748.000
Rp
TKL
Rp
111.520
Rp
850.000
Rp
961.520
686.800
Rp
OH
Rp
187.000
Rp
1.530.000
Rp
1.717.000
686.800
Rp
Total
Rp
536.520
Rp
4.760.000
Rp
5.296.520
BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5
Rp
535.500
TKL : 153.000 unit x 40% x Rp1,4
Rp
128.520
OH : 153.000 unit x 40% x Rp 2,5
Rp
229.500
HARGA POKOK
PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(595.000 unit x Rp 7,4)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
119
Rp
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
CV. Minyak Angin Sehat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi
Produk Masuk Proses
Unit Bahan Yang Tambah
102.000 unit
595.000 Unit
85.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 30% Biaya Konversi)
PEMBEBANAN BIAYA
Pers Awal
Dept
I
Rp
680.000
BB
Rp
204.000
TKL
Rp
174.760
OH
Rp
78.200
Total
Rp 1.136.960
748.000 unit
34.000 unit
Sekarang
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.403.000
1.360.000
1.190.000
680.000
7.633.000
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(748.000 unit x Rp 11,3)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept 1: 34.000 unit x Rp 6,5
BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2
TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,8
OH : 34.000 unit x 30% x Rp 1
120
Jumlah Biaya
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.083.000
1.564.000
1.364.760
758.200
8.769.960
Rp
Rp
Rp
Rp
221.000
68000
18.360
10.200
EU
782.000
782.000
758.200
758.200
Harga Per EU
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
6,50
2,00
1,80
1,00
11,30
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
6.10 Metode FIFO
Metode FIFO menganggap bahwa persediaan awal akan terlebih
dahulu diproses sampai menjadi barang jadi, baru kemudian memproses
produk yang baru masuk proses. Unit persediaan awal akan terpisah dilaporkan
dibandingkan dengan unit produk yang baru masuk proses. Biaya yang
berhubungan dengan persediaan awal dibedakan dengan biaya produk jadi
yang berasal dari unit masuk proses pada periode yang bersangkutan. Adanya
pemisahan tersebut sehingga perhitungan ekuivalen unit juga harus dipisahkan.
Contoh untuk metode FIFO, kita memakai contoh 9.
Departemen I:
Ekuivalen unit BB
= 595.000 unit - (68.000 x 100 %) + (153.000 unit x 100%)
= 595.000 unit – 68.000 unit + 153.000 unit
= 680.000 unit
Ekuivalen unit BK
= 595.000 unit - (68.000 x 40 %) + (153.000 unit x 60%)
= 595.000 unit – 27.200 unit + 91.800 unit
= 659.600 unit
Departemen II:
Ekuivalen unit BB
= 748.000 unit - (102.000 x 100 %) + (34.000 unit x 100%)
= 748.000 unit – 102.000 unit + 34.000 unit
= 680.000 unit
Ekuivalen unit BK
= 748.000 unit - (102.000 x 20 %) + (34.000 unit x 30%)
= 748.000 unit – 20.400 unit + 10.200 unit
= 737.800 unit
121
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
CV. Minyak Angin Sehat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
Produk Masuk Proses
68.000 unit
680.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 60% Biaya Konversi)
PEMBEBANAN BIAYA
Sekarang
BB
Rp 2.380.000
TKL
Rp
850.000
OH
Rp 1.530.000
Pers Awal
Rp
536.520
Total
Rp 5.296.520
EU
680.000
659.600
659.600
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Awal
BB
Rp 238.000
TKL
Rp 111.520
OH
Rp 187.000
Penyelesaian Persediaan Awal
BB: (100% - 100%) x 68.000 unit x Rp 3,5
TKL: (100% - 40%) x 68.000 unit x Rp 1,29
OH: (100% - 40%) x68.000 unit x Rp 2,32
595.000 unit
153.000 unit
748.000 Unit
Harga Per EU
Rp
3,50
Rp
1,29
Rp
2,32
Rp
7,11
Rp
536.520
Rp
Rp
Rp
Rp
0
52.632
94.656
683.808
Produksi Yang Dikerjakan Sekarang:
(595.000 unit- 68.000 unit) x Rp 7,11) Rp
Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5
Rp
TKL : 153.000 unit x 60% x Rp1,29
Rp
OH : 153.000 unit x 60% x Rp 2,32
Rp
122
748.000 unit
3.746.970
Rp
4.430.778
Rp
Rp
866.898
5.297.676
535.500
118.422
212.976
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
CV. Minyak Angin Sehat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi
Produk Masuk Proses
Unit Bahan Yang Tambah
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 30% Biaya Konversi)
PEMBEBANAN BIAYA
Sekarang
Dept I
Rp 4.430.778
Penye
Set Penye
Rp 4.430.778
BB
Rp 1.360.000
TKL
Rp 1.190.000
OH
Rp
680.000
Pers Awal
Rp 1.136.960
Total
Rp 8.797.738
EU
595.000
85.000
680.000
680.000
737.800
737.800
102.000 unit
595.000 Unit
85.000 unit
748.000 unit
34.000 unit
782.000 unit
Harga Per EU
Rp
7,11
Rp
6,52
Rp
2,00
Rp
1,61
Rp
0,92
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Awal
Dept 1
Rp 680.000
BB
Rp 204.000
TKL
Rp 174.760
OH
Rp
78.200
Rp
Penyelesaian Persediaan Awal
BB: (100% - 100%) x 102.000 unit x Rp 2
Rp
TKL: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 1,61
Rp
OH: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 0,92
Rp
Produksi Yang Dikerjakan Sekarang:
(748.000 unit-102.000) x Rp 11,05)
Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 34.000 unit x Rp 6,52
Rp
BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2
Rp
TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,61
Rp
OH : 34.000 unit x 30% x Rp 0,92
Rp
123
782.000 unit
11,05
1.136.960
0
131.376
75.072 Rp
1.343.408
Rp
Rp
7.138.300
8.481.708
Rp
Rp
315.486
8.797.194
221.680
68.000
16.422
9.384
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
LATIHAN
1. CV. Lukis Sejati memproduksikan wallpaper. Berikut ini adalah data yang
terjadi selama bulan Februari 2015:
Data Fisik:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
-
Produk Yang Masuk Proses
185.000 unit
Barang Yang Selesai Diproduksi
175.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100 % BB dan 80 % biaya Konversi)
10.000 unit
Data Biaya:
Biaya Bahan Baku
Rp16.095.000
Tenaga Kerja Langsung
6.771.000
Biaya Overhead Pabrik
15.738.000
Total
Rp38.604.000
Diminta:
a. Hitunglah ekuivalen unit produk untuk bahan baku, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi!
2. CV. Kudapan Manis memproses produk makanan melewati 2 departemen,
yaitu departemen 1 dan departemen 2. Catatan yang diperoleh dari bagian
akuntansi adalah sebagai berikut:
124
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen 1
Produk Masuk Proses
420.000
Departemen 2
unit
Produk Selesai Diterima Dari Departemen I
360.000
unit
72.000
unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi
60.000
unit
70 % Biaya Konversi
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Departemen 1
Rp
378.000
Rp
260.400
Rp
223.200
Departemen 2
Rp
Rp
169.200
Rp
135.360
Diminta: Buatlah harga pokok produksi untuk departemen 1 dan
departemen 2!
3. PT. Medan sukses merupakan perusahaan manufaktur, dimana pada saat
operasional perusahaannya melewati 2 departemen produksi, departemen
A dan departemen B. Bagian akuntansi perusahaan tersebut mencatat
data-data sebagai berikut:
Departemen A
Produk Masuk Proses
35.000
unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen B
30.000
unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Departemen B
21.000
unit
???
unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi
???
unit
40 % Biaya Konversi
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Departemen A
Rp
430.000
Rp
620.000
Rp
620.000
Departemen B
Rp
Rp
861.000
Rp
738.000
Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi.
Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen
produksi tersebut!
125
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
4. Tuan Simon pemilik CV. Sinar Tunggal menggunakan 2 departemen
produksi. Proses dimulai dari departemen X. Produk yang telah selesai
diproses departemen X, kemudian diproses di departemen Y. Di
departemen Y, bahan lain ditambahkan pada awal proses produksi.
Pemakaian bahan di departemen Y mengakibatkan unit yang diproduksi
ikut bertambah sebanyak unit yang ditambahkan. Berikut data-data yang
dimiliki oleh Tuan Simon pada bulan Maret 2015:
Departemen X
Produk Masuk Proses
Departemen Y
1.040.000
unit
988.000
unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y
Unit Yang Ditambahkan
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
12.000
unit
900.000
unit
100.000
unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 30 % Biaya Konversi
52.000
100 % BB, 65 % Biaya Konversi
unit
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Maret 2015 sebagai berikut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Departemen X
Rp 2.600.000
Rp 3.763.500
Rp 1.254.500
Departemen Y
Rp
2.000.000
Rp
3.088.000
Rp
2.306.350
Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen
produksi tersebut!
5. Berikut ini adalah data yang tersedia di departemen C pada CV. Sentosa
Jaya:
Unit yang ditransfer ke departemen C
Unit yang ditambahkan
1.155.000 unit
105.000 unit
Unit yang ditransfer ke departemen D
126
1.008.000 unit
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Persediaan akhir barang dalam proses departemen C
(100 % BB dan 70% biaya konversi)
252.000 unit
Harga pokok produksi dari departemen C
Rp
529.200
BB
Rp
151.200
TKL
Rp
450.072
Overhead Pabrik
Rp
675.108
Biaya Tambahan di departemen C:
Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen C !
6. Minuman ringan cap Segar menggunakan bahan baku sirup, air dan cairan
zat asam. Sirup dimasukkan dalam proses produksi di departemen 1. Sirup
yang telah diproses dari departemen 1 kemudian ditransfer ke departemen
2. Di departemen 2 akan ditambahkan air (harga air per liter Rp 0) pada
awal proses dan zat asam ditambahkan pada akhir proses. Setiap liter sirup
yang ditransfer ke departemen 2 membutuhkan 2 liter air dab 1 liter zat
asam untuk menghasilkan produk jadi. Selam proses produksi tidak ada
produk hilang. Selama bulan Agustus 2015, 100.000 liter telah ditransfer ke
departemen 2 senilai Rp 45 per liter. Dari produk yang ditransfer tersebut,
75 % telah selesai menjadi produk jadi. Persediaan akhir bulan Agustus
2015, terdapat 45 % biaya konversi selesai.
Biaya yang terjadi selama bulan Agustus 2015 di departemen 2:
Biaya Bahan Air Per liter
Rp 0
Biaya Bahan Zat Asam
Rp 100 per liter
Biaya tenaga kerja langsung
Rp 6.007.500
Biaya overhead pabrik
Rp 7.008.750
127
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Diminta:
a. Berapa liter air yang ditambahkan untuk proses produksi di departemen
2?
b. Berapa liter zat asam yang ditambahkan untuk proses produksi di
departemen 2?
c. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen 2 !
7. CV. Sejati Jaya memproses produksi melalui dua departemen produksi,
yaitu departemen X dan departemen Y. Dalam bulan Juni 2015, laporan
produksi dan biaya menunjukkan data sebagai berikut:
Departemen X
Produk Masuk Proses
1.750
kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y
1.250
kg
200
kg
Departemen Y
1.250
kg
Unit Yang Hilang Awal Proses
150
kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
900
kg
200
kg
Unit Yang Hilang Akhir Proses
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 50 % Biaya Konversi
300
kg
100 % BB, 75 % Biaya Konversi
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Juni 2015 sebagai berikut:
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Departemen X
Rp 1.050.000
Rp
880.000
Rp
800.000
Departemen Y
Rp
Rp
2.047.500
Rp
1.968.750
Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing
departemen!
8. Berikut ini adalah data-data unit produksi yang terjadi di suatu departemen
produksi untuk 4 bulan pada tahun 2015:
128
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Pers Awal BDP
Tingkat Penyelesaian
Unit Masuk Proses
Unit Selesai Proses
Pers Akhir BDP
Tingkat Penyelesaian
Januari
9.000
30%
51.000
48.000
12.000
25%
Februari
12.000
25%
50.000
62.000
-
Maret
55.000
40.000
15.000
40%
April
15.000
40%
60.000
50.000
25.000
25%
Diminta:
a. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode ratarata!
b. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode FIFO!
9. Ada data-data dari suatu departemen:
Pers Awal BDP
Tingkat Penyelesaian
Unit Masuk Proses
Unit Hilang Normal:
Awal Proses
Akhir Proses
Unit Selesai Proses
Pers Akhir BDP
Tingkat Penyesuaian
Departemen I
100.000
Departemen II
25.000
50%
80.000
Departemen III
25.000
20%
75.000
5.000
80.000
15.000
40%
10.000
75.000
20.000
30%
5.000
95.000
-
Diminta:
a. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode
rata-rata!
b. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode
FIFO!
10. CV. Aroma Sejahtera memiliki data untuk bulan Januari 2015 sebagai
berikut: persediaan awal barang dalam proses sejumlah 3.600 unit dengan
129
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
biaya bahan pada tingkat penyelesaian 10% senilai Rp 756.000 dan biaya
konversi dengan tingkat penyelesaian 50% senilai Rp 5.220.000. Jumlah
unit yang dimasukkan ke dalam proses produksi selama bulan Januari 2015
adalah biaya bahan baku sejumlah Rp32.080.000, dan biaya konversi
sejumlah Rp 46.200.000. Pada akhir bulan Januari 2015 terdapat
persediaan barang dalam proses sebanyak 2.000 unit dengan tingkat
penyelesaian bahan 40% dan biaya konversi 80%. Dalam proses produksi
ini tidak terdapat unit yang hilang selama proses produksi.
Diminta:
a. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan
metode rata-rata!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan
metode FIFO!
11. Berikut ini data-data produksi dari CV. Indah Jaya untuk bulan November
2014:
Produk Masuk Proses
85.000 unit
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
(100 % BB, 83,33% Biaya Konversi)
15.300 unit
Barang Jadi Yang Ditransfer Ke Departemen Berikutnya
76.500 unit
Biaya Persediaan Awal Barang Dalam Proses:
Bahan Baku
Rp
113.900
Biaya Konversi
Rp
52.275
Rp
545.700
Biaya Yang Terjadi Selama Bulan November 2014:
Bahan Baku
130
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Biaya Konversi
Rp
272.765
Tingkat penyelesaian persediaan awal barang dalam proses adalah 25 %
bahan baku dan 20 % biaya konversi. Tidak ada produk yang hilang dalam
proses produksi.
Diminta:
a. Hitunglah ekuivalen unit dengan menggunakan metode rata-rata!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi dengan metode rata-rata!
12. PT. Kuku Indah adalah perusahaan manufaktur yang memproduksikan cat
kuku. Cat kuku yang yang diproduksikan oleh perusahaan ini diproduksi di
tiga departemen. Bahan dasar cat diproduksikan di departemen 1. Di
departemen 2 akan ditambahkan bahan lain dengn tujuan untuk
meningkatkan kualitas. Produk yang sudah selesai akan dikirim ke gudang.
Berikut ini adalah data-data untuk departemen 1 dan departemen 2 pada
bulan Agustus 2015:
Departemen
I
Unit Produk:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya
Konversi
100 % Bahan, 50% Biaya
Konversi
Produk Masuk Proses
Ditransfer Ke Departemen II
Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 80% Biaya
Konversi
100 % Bahan, 50% Biaya
Konversi
131
Departemen
II
35.000 unit
56.000 unit
175.000 unit
196.000 unit
231.000 unit
?
?
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Biaya-Biaya:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Dept 1
Bahan Baku Langsung
Biaya Konversi
Total
Periode Sekarang:
Bahan Baku Langsung
Biaya Konversi
Total
Rp
Rp
Rp
Rp
70.000
48.300
118.300
Rp
Rp
Rp
404.600
666.540
1.071.140
Rp
Rp Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
317.240
117.600
434.840
265.650
896.700
1.162.350
Diminta:
a. Buatlah
laporan
harga
pokok
produksi
untuk
masing-masing
departemen dengan menggunakan metode rata-rata!
b. Buatlah
laporan
harga
pokok
produksi
untuk
departemen dengan menggunakan metode FIFO!
132
masing-masing
Bab 7 – Biaya Bersama
BAB 7 Biaya Bersama
Banyak
perusahaan
yang
dalam
memproses
produksinya
akan
menghasilkan tidak hanya satu macam produk, akan tetapi menghasilkan
bermacam-macam produk. Produk yang bermacam-macam tersebut dihasilkan
dengan proses produksi yang bersamaan. Beberapa jenis produk yang dihasilkan
akan dapat memiliki nilai yang relatif lebih besar atau malah sebagian relatif lebih
kecil. Di dalam bab ini akan kita kenal yang namanya produk sampingan (by
product), produk utama (main product) dan produk gabungan (joint product).
7.1 Biaya Produk Bersama
Jika beberapa jenis produk gabungan atau produk sampingan yang berbeda
dihasilkan dari faktor biaya yang sama, maka akan menimbulkan biaya gabungan.
Biaya gabungan terjadi sebelum titik pemisahan. Atau, dapat juga kita katakan
bahwa biaya bersama akan timbul apabila dua atau lebih produk akan dihasilkan
oleh proses produksi yang sama.
Gambar 7.1
Produk Bersama (Joint Cost)
Joint cost berbeda dengan common cost . Common cost berkaitan dengan
pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua pemakai atau lebih. Joint cost tidak
dapat dipisah-pisahkan dan harus dibebankan ke produk. Contoh common cost
adalah biaya yang terjadi di departemen jasa yang kemudian dialokasikan ke
departemen produksi.
133
Bab 7 – Biaya Bersama
Gambar 7.2
Common Cost
Tabel 7.1
Perbedaan Joint Cost Dan Common Cost
Joint Cost
Common Cost
1. Merupakan produk-produk utama
1. Dihasilkan bersama dengan produk
yang dihasilkan dengan sengaja
utama dalam suatu proses atau
sesuai dengan tujuan produksi
serangkaian
proses
tanpa
melalui
suatu
proses
atau
dimaksudkan
untuk
membuat
serangkaian proses dan dilakukan
produk-produk ini.
secara simultan
2. Nilai penjualan adalah relatif besar
2. Nilai penjualan adalah relatif ecil
bula
dibandingkan
dengan
atau
tidak
berarti,
bila
produk-produk sampingan yang
dibandingkan
dengan
produkdihasilkan
dan
relatif
sana
produk utama.
diantara produk utama.
3. Biasanya dihasilkan dalam jumlah
3. Dihasilkan dalam jumlah unit yang
unit atau kualitas yang besar.
lebih sedikit.
4. Sering
kali
memerlukan
4. Kadang memerlukan pengolahan
pengolahan lebih lanjut.
lebih lanjut dan pembungkusan.
5. Salah satu produk tidak dapat
5. produk ini tidak akan dapat
dihasilkan tanpa memproduksi
dihasilkan tanpa memproduksi
yang lain.
produk utama.
Sumber: Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah, Akuntansi Biaya, Edisi Kedua:
Salemba Empat, 2009
Produk yang dihasilkan secara simultan dalam suatu proses produksi akan
menghasilkan produk bersama (joint product) dan produk sampingan (by product),
dimana itu akan terjadi apabila produk-produk tersebut mencapai titik pisah (splitt off
134
Bab 7 – Biaya Bersama
point). Biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi sampai batas titik pisah,
itulah yang dikatakan sebagai biaya bersama (joint cost).
Gambar 7.3
Hubungan Antara Biaya Bersama Dan Titik Pisah
Titik Pisah
Produk Utama A
Produk Utama B
Biaya Bersama
Produk Sampingan
Gambar 7.4
Beda Nilai Jual Produk Utama Dan Produk Sampingan
7.2 Alokasi Biaya Persama
Biaya bersama harus dialokasikan ke masing-masing jenis produk supaya
dapat menentukan nilai persediaan akhir barang dalam proses, persediaan barang
jadi, harga pokok produksi dan laporan laba kotor per segmen produk. Biaya
bersama dapat dialokasikan dengan menggunakan salah satu metode yang ada.
Pemilihan metode alokasi mana yang baik digunakan lebih baik melihat hubungan
yang bisa diterima akal. Metode alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut:
135
Bab 7 – Biaya Bersama
a. Nilai jual relatif
b. Satuan fisik
c. Rata-rata biaya
d. Rata-rata tertimbang
Nilai Jual Relatif
Biaya bersama dialokasikan ke setiap jenis produk bersama berdasarkan
proporsi nilai jualnya. Metode ini dipakai dengan asumsi bahwa produk yang
memiliki nilai jual yang lebih tinggi, tentu memerlukan biaya yang tinggi juga. Produk
yang memiliki nilai jual yang tinggi mendapat alokasi biaya bersama yang tinggi juga.
Pada metode niai jual relatif, terdapat dua metode, yaitu metode nilai pasar saat split
off dan metode nilai jual hipotesis.
Biaya bersamaa dialokasikan ke produk sesuai dengan perbandigan setiap
nilai jualnya. Dalam metode ini biasanya besarnya nilai jual merupakan cerminan
dari besarnya harga pokok produk yang bersangkutan.
Contoh 1
Tuan Sihombing mempunyai pabrik yang memproduksikan suatu produk. Produk
yang dihasilkan oleh pabrik tersebut ada 4 macam produk, yaitu produk A, B, C dan
D. Biaya bahan baku yang terjadi merupakan biaya bersama. Selain biaya bahan
baku, semua biaya yang terjadi sudah dapat dihitung menurut jenis produk. Biaya
bahan baku yang digunakan untuk proses produksi pada bulan Juni 2015 sebesar
Rp 500.000. jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk adalah sebagai
berikut:
Produk
A
B
C
D
Harga Jual/ Unit (Rp)
10
12
15
15
Unit
19.500
15.000
10.000
15.000
Biaya Konversi (Rp)
47.550
30.800
10.650
16.000
Nilai Jual Produk A = 19.500 unit x Rp 10 per unit
= Rp 195.000
Nilai Jual Produk B = 15.000 unit x Rp 12 per unit
= Rp 180.000
Nilai Jual Produk C = 10.000 unit x Rp 15 per unit
= Rp 150.000
Nilai Jual Produk D = 15.000 unit x Rp 15 per unit
= Rp 225.000
Total Nilai Jual
Rp 750.000
136
Bab 7 – Biaya Bersama
Biaya Bersama BB Untuk Produk A
=
195.000
750.000
Biaya Konversi
Total Harga Pokok Produksi
Unit Yang Diproduksikan
Harga Pokok Produksi Produk A Per Unit
X
500.000
=
Rp
130.000
Rp
Rp
47.550
177.550
19.500
9,11
Rp
Unit
180.000
X 500.000 = Rp 120.000
750.000
Biaya Konversi
Rp 30.800
Total Harga Pokok Produksi
Rp 150.800
Unit Yang Diproduksikan
15.000
Unit
Harga Pokok Produksi Produk B Per Unit
Rp 10,05
Biaya Bersama BB Untuk Produk B
=
150.000
X 500.000 = Rp 100.000
750.000
Biaya Konversi
Rp 10.650
Total Harga Pokok Produksi
Rp 110.650
Unit Yang Diproduksikan
10.000
Unit
Harga Pokok Produksi Produk C Per Unit
Rp 11,07
Biaya Bersama BB Untuk Produk C
=
225.000
X 500.000 = Rp 150.000
750.000
Biaya Konversi
Rp 16.000
Total Harga Pokok Produksi
Rp 166.000
Unit Yang Diproduksikan
15.000
Unit
Harga Pokok Produksi Produk D Per Unit
Rp 11,07
Biaya Bersama BB Untuk Produk D
=
Contoh 2
Di sebuah pabrik pengolahan kayu terdapat biaya bersama untuk memproduksikan
papan broti dan serbuk gergaji. Biaya bersama yang dikeluarkan untuk
memproduksikan papan broti dan serbuk gergaji sebesar Rp 150.000.000 untuk
bahan baku dan Rp 75.000.000 untuk biaya konversi. Nilai jual daripada papan broti
adalah Rp 385.000.000 dan nilai jual daripada serbuk gergaji sebesar Rp
265.000.000.
137
Bab 7 – Biaya Bersama
Biaya Bahan Baku
Rp 150.000.000
Biaya Konversi
Rp 75.000.000
Total Biaya Bersama
Rp 225.000.000
Nilai Jual Papan Broti
Rp 385.000.000
Nilai Jual Serbuk Gergaji Rp 265.000.000
Total Nilai Jual
Rp 650.000.000
Biaya Bersama Untuk Papan Broti
=
Biaya Bersama Untuk Serbuk Gergaji
Penjualan
Alokasi Biaya
Bersama
Laba Kotor
385.000.000
650.000 .000
=
265.000.000
650.000 .000
X
225.000.000 =
X
Rp
225.000.000 =
133.269.000
Rp
91.731.000
Papan Broti
Rp 385.000.000
Serbuk Gergaji
Rp 265.000.000
Total
Rp 650.000.000
133.269.000
Rp 251.731.000
91.731.000
Rp 173.269.000
225.000.000
Rp 425.000.000
Contoh 3
Pabrik keripik di tanjung morawa memproduksikan 3 rasa kripik dari satu jenis bahan
baku. Setelah diolah pada tahap pertama, kripik dapat dikenali menurut
rasanya.Rasa kripik yang dihasilkan adalah kripik asin, kripik manis dan kripik
pedas. Setelah pengolahan tahap pertama selesai, kripik itu diolah lebih lanjut
dengan biaya masing-masing per bungkus Rp 5,- untuk rasa manis dan Rp 7,5
untuk rasa pedas. Yang diproduksikan selama Maret 2015 adalah 250.000 bungkus
untuk rasa manis, 187.500 bungkus untuk rasa asin dan 187.500 bungkus untuk
rasa pedas. Untuk dapat menghasilkan ketiga rasa kripik tersebut telah
dipergunakan biaya bahan baku dan pengolahan pada tahap pertama sebesar Rp
10.000.000. setelah pengolahan tahap pertama selesai, 3 rasa kripik tersebut baru
dapat diidentifikasi. Harga jual masing-masing kripik adalah Rp 10 per bungkus
untuk rasa asin, Rp 12 per bungkus untuk rasa manis, dan Rp 15,5 per bungkus
untuk rasa pedas.
138
Bab 7 – Biaya Bersama
Harga jual per bungkus kripik rasa manis
Rp 10
Biaya tambahan per bungkus
(Rp 5)
Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa manis
Rp
Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa manis
250.000
5
Total nilai jual kripik rasa manis
Rp
1.250.000
Rp
2.250.000
Total nilai jual kripik rasa pedas
Rp
1.500.000
Total Nilai Jual Keseluruhan
Rp
5.000.000
Harga jual per bungkus kripik rasa asin
Rp 12
Biaya tambahan per bungkus
(Rp 0)
Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa asin
Rp 12
Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa asin
187.500
Total nilai jual kripik rasa asin
Harga jual per bungkus kripik rasa pedas
Rp15,5
Biaya tambahan per bungkus
(Rp7,5)
Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa pedas
Rp
Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa pedas
187.500
8
Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk:
1.250.000
5.000 .000
Kripik Rasa Manis
=
X 10.000.000 = Rp 2.500.000
Kripik Rasa Asin
=
2.250.000
5.000 .000
X 10.000.000 = Rp 4.500.000
Kripik Rasa Manis
=
1.500.000
5.000 .000
X 10.000.000 = Rp 3.000.000
Satuan Fisik
Pada metode ini, biaya bersama akan dialokasikan ke setiap jenis produk
memakai output per jenis produk.
139
Bab 7 – Biaya Bersama
Contoh 4
Pabrik minuman ringan mempunyai 3 jenis minuman, yaitu rasa jeruk manis, jeruk
asli dan jeruk sangat manis. Ketiga jenis produk tersebut merupakan produk utama
yang diolah dari satu jenis bahan baku. Data-data yang diperoleh dari pabrik
minuman
ringan
yaitu
biaya
bahan
baku
dan
biaya
pengolan
sebesar
Rp 95.405.000. Produksi yang dihasilkan untuk masing-masing minuman adalah 558
kaleng untuk rasa jeruk manis, 465 kaleng untuk rasa jeruk asli dan 837 kaleng
untuk rasa jeruk sangat manis.
Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Manis
558
kaleng
Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Asli
465
kaleng
Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Sangat Manis
837
kaleng
Total Produk Yang Dihasilkan
1.860
kaleng
Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk:
Rasa Jeruk Manis
=
558
1.860
Rasa Jeruk Asli
=
465
1.860
Rasa Jeruk Sangat Manis
=
X 95.405.000 = Rp 28.621.500
X 95.405.000 = Rp 23.851.250
837
1.860
X 95.405.000 = Rp 42.932.250
Rata-Rata Biaya
Biaya rata-rata satuan ditentukan dengan jumlah biaya bersama akan dibagi
dengan total unit produk bersama yang dihasilkan. Setiap jenis produk bersama
akan mendapatkan alokasi biaya bersama sebesar biaya rata-rata per unit yang
dikaitkan dengan besarnya unit pada jenis tersebut.
Contoh 5
Sebuah industri rumah tangga memproduksikan 3 produk, yaitu produk A, produk B
dan produk C. Ketiga produk tersbeut diolah secara bersama dari satu jenis bahan
140
Bab 7 – Biaya Bersama
baku yang sama. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat ketiga produk tersebut
adalah Rp 500.000. Produk A yang dihasilkan sebanyak 30.000 unit, produk B yang
dihasilkan sebanyak 28.000 unit dan produk C yang dihasilkan sebanyak 22.000
unit.
Produk A yang dihasilkan
30.000
unit
Produk B yang dihasilkan
28.000
unit
Produk C yang dihasilkan
22.000
unit
Total Produk Yang Dihasilkan
80.000
unit
Biaya Bersama Per Unit
=
Rp 500.000
= Rp 6,25
80.000 unit
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk A = 30.000 unit x Rp 6,25 = Rp 187.500
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk B = 28.000 unit x Rp 6,25 = Rp 175.000
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk C = 22.000 unit x Rp 6,25 = Rp 137.500
Rata-Rata Tertimbang
Metode ini mirip dengan metode nilai jual, dimana metode nilai jual setiap produk
diberi bobot dengan harga jualnya. Pada metode rata-rata tertimbang, tiap produk
diberi bobot sesuai dengan keinginan kita. Tentu dengan mempertimbangkan
berbagai faktor dalam menentukan besarnya bobot untuk setiap produk.
Contoh 6
CV. Cantika Indah memproduksikan 4 jenis produk yang dihasilkan dari satu proses
produksi. Selama periode Juni 2015 terjadi biaya bersama sebesar Rp 50.000.000.
Produk Q diproduksi sebanyak 20 unit dan diberi bobot 3, produksi X diproduksi
sebanyak 15 unit dan diberi bobot 2, produksi Y diproduksi sebanyak 10 unit dan
diberi bobot 4, produksi Z diproduksi sebanyak 15 unit dan diberi bobot 1.
Produk Q
= 24 unit x 3 =
72
Produk X
= 18 unit x 2 =
36
Produk Y
= 9 unit x 4 =
36
Produk Z
= 36 unit x 1 =
36
Total
180
141
Bab 7 – Biaya Bersama
Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk:
Produk Q
=
72
180
X Rp 50.000.000
= Rp 20.000.000
Produk X
=
36
180
X Rp 50.000.000
= Rp 10.000.000
Produk Y
=
36
180
X Rp 50.000.000
= Rp 10.000.000
ProdukZ
=
36
180
X Rp 50.000.000
= Rp 10.000.000
6.3 Produk Sampingan (By Product)
Produk sampingan (by product) merupakan produk yang relatif lebih kecil
apabila dibandingkan dengan nilai produk utama (main product). Produk sampingan
tidak dapat dihindarkan. Apabila kita akan melakukan proses produksi dimana akan
menghasilkan produk utama pasti akan menghasilkan juga produk sampingan.
Produk sampingan dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti:
a. Timbul karena seleksi dalam proses produksi, seperti dedak sewaktu
menggiling padi.
b. Limbah, seperti serbuk gergaji pada perusahaan pengolahan kayu.
c. Timbul akibat daripada proses penyempurnaan bahan baku, seperti
pemisahan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dari cangkang
tandan buah segar.
Gambar 7.5
Penjualan Produk Sampingan
Dijual Saat Splitt Off Point
Produk Sampingan
Dijual Saat Proses Lanjutan
142
Jual
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk sampingan yang dihasilkan dapat kita jual kembali dengan dua cara,
yaitu dijual pada saat titik pisah (splitt off point) tanpa proses lanjutan, dan dijual
setelah diproses lebih lanjut.
Apabila kita membandingkan antara produk sampingan dengan produk
utama, produk sampingan nilainya relatif lebih rendah. Oleh karena itu, alokasi biaya
bersama ke produk sampingan tidak perlu dilakukan. Ada beberapa metode yang
diperkenankan untuk menetapkan harga pokok produk sampingan, yaitu:
1. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai:
a. Pendapatan lain-lain.
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
2. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
Hasil penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya
pemasaran dan administrasi serta biaya pemrosesan lanjutan, dalam
perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai:
a. Pendapatan lain-lain.
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
3. Metode Sebagian Biaya Gabungan Dialokasikan Ke Produk Sampingan
Metode ini akan dapat dibedakan dengan dua metode, yaitu
a. Metode biaya pengganti (replacement cost)
b. Metode nilai pasar (reversal cost)
Contoh 7
Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual
per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan
produk sampingan sebesar Rp 5.000.000. Biaya penjualan dan administrasi produk
utama sebesar Rp 6.000.000.
143
Bab 7 – Biaya Bersama
Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
a. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai: pendapatan lain-lain.
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000)
Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500)
Laba Kotor
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih Sebelum Pendapatan Lain-lain
Pendapatan Lain-lain
Laba Bersih Setelah Pendapatan Lain-lain
Rp
100.000.000
(55.000.000)
Rp
45.000.000
(6.000.000)
Rp
39.000.000
5.000.000
Rp
44.000.000
b. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai: hasil penjualan tambahan.
Penjualan Produk Utama (10.000 unit x Rp 10.000)
Penjualan Produk Sampingan
Total Penjualan
Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500)
Laba Kotor
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih
Rp
100.000.000
5.000.000
Rp 105.000.000
(55.000.000)
Rp
50.000.000
(6.000.000)
Rp
44.000.000
c. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai: pengurang total biaya produksi utama
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000)
Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500)
Penjualan Produk Sampingan
Laba Kotor
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih
144
Rp
Rp
55.000.000
(5.000.000)
100.000.000
(50.000.000)
Rp
50.000.000
(6.000.000)
Rp
44.000.000
Bab 7 – Biaya Bersama
Contoh 8
Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual
per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan
produk sampingan sebesar Rp 5.000.000 dan membutuhkan biaya proses lanjutan
sebesar Rp 500.000. Biaya penjualan dan administrasi produk utama sebesar Rp
6.000.000 dan produk sampingan sebesar Rp 200.000.
Penjualan Produk Sampingan
Rp
Biaya Proses Lanjutan
Rp
Biaya Penjualan Dan Administrasi
5.000.000
500.000
200.000
(700.000)
Penjualan Produk Sampingan Bersih
Rp
4.300.000
Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
a. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai: pendapatan lain-lain.
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000)
Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500)
Laba Kotor
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih Sebelum Pendapatan Lain-lain
Pendapatan Lain-lain
Laba Bersih Setelah Pendapatan Lain-lain
Rp
100.000.000
(55.000.000)
Rp
45.000.000
(6.000.000)
Rp
39.000.000
4.300.000
Rp
43.300.000
b. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai: hasil penjualan tambahan.
Penjualan Produk Utama (10.000 unit x Rp 10.000)
Penjualan Produk Sampingan
Total Penjualan
Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500)
Laba Kotor
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih
145
Rp
100.000.000
4.300.000
Rp 104.300.000
(55.000.000)
Rp
49.300.000
(6.000.000)
Rp
43.300.000
Bab 7 – Biaya Bersama
c. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai: pengurang total biaya produksi utama
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000)
Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500)
Penjualan Produk Sampingan
Laba Kotor
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih
Rp
Rp 55.000.000
4.300.000
100.000.000
(59.300.000)
Rp
40.700.000
(6.000.000)
Rp
34.700.000
Metode biaya pengganti (replacement cost)
Pada metode ini, biasanya produk sampingan tersebut digunakan lagi untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, yang mungkin saja dipakai menjadi bahan untuk
membuat produk yang lain dalam satu perusahaan. Pada metode ini, produk
sampingan tidak dijual ke pasar. Nilai produk sampingan ini sebesar berapa nilai
pasar yang berlaku.
Contoh 9
Pabrik XYZ menghasilkan produk X sebagai produk utama dan menghasilkan
produk Q sebagai produk sampingan. Pada bulan Maret 2015 dihasilkanlah produk
X sebesar 20.000 unit dan produk sampingan Q sebesar 100 kg. Biaya produksi
yang dikeluarkan untuk memproduksikan X adalah bahan baku sebesar Rp
20.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000.000 dan biaya
overhead sebesar Rp 10.000.000. Produk Q digunakan oleh pabrik tersebut untuk
membuat produk Y. Harga pokok Q dipasaran adalah Rp 3000,- per kg.
Harga Pokok Produk Sampingan = 100 kg x Rp 3000 per kg = Rp 300.000
146
Bab 7 – Biaya Bersama
Bahan Baku
Rp 20.000.000
Tenaga Kerja Langsung
15.000.000
Biaya Overhead Pabrik
10.000.000
Biaya Produksi
Rp 45.000.000
Harga Pokok Pengganti
300.000
Harga Pokok Produksi Produk Utama
Rp 44.700.000
Metode Nilai Pasar (reversal cost)
Pada metode ini, produk sampingan mendapat alokasi harga pokok produksi
sebelum dipisahkan dari produk utama. Alokasi harga pokok produksi yang diterima
produk sampingan adalah sebesar taksiran dari nilai jual semua produk sampingan
setelah dikurangi denga taksiran laba kotor produk sampingan, biaya proses lanjutan
produk sampingan dan biaya penjualan dan administrasi dari produk sampingan.
Contoh 10
CV. Laris memproduksikan satu jenis produk yaitu produk S dan menghasilkan satu
produk sampingan yaitu produk A. Untuk menghasilkan kedua produk itu
memerlukan biaya bersama sebesar Rp 15.000.000. CV. Laris menetapkan taksiran
laba kotor dari produk sampingan adalah 20%. Data-data yang berhubungan dengan
produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut:
Unit Yang Dihasilkan
Penjualan
Biaya Proses Lanjutan
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Produk Utama S
50.000 unit
Rp 40.000.000
Rp 11.170.000
Rp 3.700.000
Penjualan Produk sampingan
Taksiran Laba Kotor (20%)
Taksiran Harga Pokok
Taksiran Biaya Proses Lanjutan
Taksiran Biaya Penjualan Dan Administrasi
Taksiran Biaya Produk Sampingan
Biaya Bersama
Taksiran Biaya Produk Sampingan
Biaya Bersama Produk Utama
Produk Utama A
6.850 unit
Rp 2.000.000
Rp 200.000
Rp 230.000
Rp 2.000.000
(400.000)
Rp 1.600.000
Rp
Rp
200.000
230.000
15.000.000
(1.170.000)
Rp 13.830.000
147
(430.000)
Rp 1.170.000
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk Utama S
=
Produk Utama A
=
Rp 13.830.000 + Rp 11.170.000
50.000 unit
Rp 1.170.000 + Rp 200.000
6.850 unit
=
=
Rp 25.000.000
50.000 unit
Rp 1.370.000
6.850 unit
=
Rp 500
=
Rp 200
CV. Laris
Laporan Laba Rugi
Produk Utama S
Penjualan
Rp
Produk Sampingan A
40.000.000
Rp
2.000.000
Harga Pokok Penjualan:
Alokasi Biaya Bersama
Rp
Biaya Proses Lanjutan
13.830.000
Rp
11.170.000
Laba Kotor
(25.000.000)
Rp
Biaya Penjualan Dan Administrasi
Laba Bersih
1.170.000
200.000
15.000.000
(1.370.000)
Rp
(3.700.000)
Rp
11.300.000
630.000
(230.000)
Rp
400.000
Contoh 11
PT. Xiyi memproduksi dua produk utama (yaitu : produk X dan produk Y) dan dua
produk sampingan (yaitu: produk Xi dan produk Yi). Biaya bersama yang dikeluarkan
dalam menghasilkan keempat produk tersebut sebesar Rp 180.975.000,-. Data-data
lain yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk tersebut adalah:
Unit
Pers Akhir
Harga Jual
Biaya Proses
Produksi
(Unit)
(Rp)
Lanjutan (Rp)
X
30.000
3.000
8.000
30.000.000
Y
25.000
1.500
6.400
20.000.000
Xi
600
150
1.300
180.000
Yi
500
100
1.000
150.000
Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan produk tersebut adalah:
Produk
Jenis Beban
Penjualan (Rp)
Administrasi Dan Umum (Rp)
X
25.000.000
17.500.000
Produk
Y
Xi
23.200.000
114.000
15.400.000
30.000
Taksiran laba masing-masing produk sebesar 20 %
148
Yi
50.000
25.000
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk Sampingan Xi
Penjualan Produk sampingan (600 unit x Rp 1.300)
Taksiran Laba Kotor (20%)
Taksiran Harga Pokok
Taksiran Biaya Proses Lanjutan
Rp 180.000
Taksiran Biaya Penjualan
114.000
Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum
30.000
Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Xi
Rp
780.000
(156.000)
Rp
624.000
(324.000)
Rp
300.000
Produk Sampingan Yi
Penjualan Produk sampingan (500 unit x Rp 1.000)
Taksiran Laba Kotor (20%)
Taksiran Harga Pokok
Taksiran Biaya Proses Lanjutan
Rp 150.000
Taksiran Biaya Penjualan
50.000
Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum
25.000
Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Yi
Biaya Bersama
Taksiran Biaya Produk Sampingan Xi
Taksiran Biaya Produk Sampingan Yi
Biaya Bersama Produk Utama
Rp
500.000
(100.000)
Rp
400.000
(225.000)
Rp
175.000
Rp 180.975.000
Rp
Penjualan X (30.000 unit x Rp 8.000)
Biaya Proses Lanjutan
Nilai Jual Hipotesis Produk X
Rp
Penjualan Y (25.000 unit x Rp6.400)
Biaya Proses Lanjutan
Nilai Jual Hipotesis Produk Y
Total
Rp
300.000
175.000
(475.000)
Rp 180.500.000
240.000.000
(30.000.000)
Rp 210.000.000
160.000.000
(20.000.000)
Rp 140.000.000
Rp 350.000.000
Alokasi Biaya Bersama Ke Produk Utama
Produk Utama X =
Rp 210.000.000
Rp 350.000.000
X Rp 180.975.000
= Rp 108.585.000
Produk Utama Y =
Rp 140.000.000
Rp 350.000.000
X Rp 180.975.000
= Rp 72.390.000
149
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk Utama X
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X
Rp 108.585.000
Biaya Proses Lanjutan
30.000.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X
Rp 138.585.000
Unit Yang Diproduksikan
30.000 unit
Harga Pokok Produksi Per Unit (
..
)
. Rp
4.619,5
Produk Utama Y
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X
Rp 72.390.000
Biaya Proses Lanjutan
20.000.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X
Rp 92.390.000
Unit Yang Diproduksikan
25.000 unit
..
Harga Pokok Produksi Per Unit (
. )
Rp
3.695,6
Produk Sampingan Xi
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X
Rp
Biaya Proses Lanjutan
300.000
180.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X
Rp
Unit Yang Diproduksikan
480.000
600 unit
.
Harga Pokok Produksi Per Unit (
)
Rp
800
Produk Sampingan Yi
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X
Rp
Biaya Proses Lanjutan
175.000
150.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X
Rp
Unit Yang Diproduksikan
325.000
500 unit
.
Harga Pokok Produksi Per Unit (
)
150
Rp
650
Bab 7 – Biaya Bersama
PT. XiYi
Laporan Laba Rugi
Penjualan Produk Utama:
Produk Utama X ((30.000 unit- 3.000 unit) x Rp 8.000)
Rp
Produk Utama Y ((25.000 unit - 1.500 unit) x Rp6.400)
216.000.000
150.400.000
Rp
366.400.000
Penjualan Produk Sampingan:
Produk Utama Xi ((600 unit - 150 unit)x Rp 1.300)
Rp
Produk Utama Yi ((500 unit - 100 unit)x Rp 1.000)
585.000
400.000
Total Penjualan
985.000
Rp
367.385.000
Harga Pokok Penjualan:
Produk Utama X ((30.000 unit- 3.000 unit) x Rp 4.619,5)
Rp
Produk Utama Y ((25.000 unit - 1.500 unit) x Rp 3.695,6)
124.726.500
86.846.600
Produk Utama Xi ((600 unit - 150 unit)x Rp 800)
360.000
Produk Utama Yi ((500 unit - 100 unit)x Rp 650)
260.000
Laba Kotor
(212.193.100)
Rp
155.191.900
Biaya Penjualan :
Produk Utama (Rp 25.000.000 +Rp 23.200.000)
Produk Sampingan (Rp 114.000 + Rp 50.000)
Rp
48.200.000
164.000
Biaya Administrasi Dan Umum :
Produk Utama (Rp17.500.000 +Rp 15.400.000)
Produk Sampingan (Rp 30.000 + Rp 25.000)
32.900.000
55.000
Laba Bersih
(81.319.000)
Rp
151
73.872.900
Bab 7 – Biaya Bersama
LATIHAN
1. Strada, Inc memproduksi empat jenis produk secara bersama yang terdiri dari
produk A, B, C, dam D. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ke empat
jenis
produk
tersebut
sebesar
Rp
135.000.000,-.
Perusahaan
dalam
mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan metode unit fisik.
Berikut data yang berhubungan dengan keempat produk tersebut:
Produk
A
B
C
D
Unit
28.000
10.500
21.000
10.500
Biaya Proses
Lanjutan
Rp 16.000.000,Rp 11.250.000,Rp 18.300.000,Rp 13.350.000,-
Diminta:
a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik!
b. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok produksi masing-masing produk!
2. PT. Muara memproduksi tiga jenis produk yang terdiri dari produk X, Y, dan Z.
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut sebesar Rp
59.500.000. Data yang berhubungan dengan ketiga jenis produk tersebut
adalah:
Keterangan
Unit Produksi
Harga Jual
Diminta:
Produk X
3.600
Rp 7.200.000
Produk Y
7.200
Rp 14.400.000
Produk Z
13.200
Rp 14.400.000
a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik!
b. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai jual!
3. CV. Bersama Sonang memproduksikan 4 (empat) jenis produk dalam suatu
proses dengan biaya produksi bersama sebesar Rp 30.000.000. Data penting
yang berhubungan dengan keempat produk tersebut adalah:
Produk
A
B
C
D
Unit Produksi
2.000
8.000
6.000
4.000
Nilai Pasar Per Unit (Rp)
4.000
1.000
2.000
3.000
152
Bobot
10
4
8
6
Bab 7 – Biaya Bersama
Diminta: Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode:
a. Rata-rata
b. Rata-rata tertimbang
4. Suatu industri manufaktur yang menghasilkan 3 produk utama , dimana ketiga
produk utama tersebut diproduksikan secara bersama-sama. Biaya produksi
bersama sebesar Rp 84.000.000. Data-data yang diperoleh dari perusahaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Produk
Unit Produksi
Nilai Pasar Per
Unit (Rp)
Bobot
A
3.000
20.000
6
B
5.000
15.000
4
C
4.000
12.000
3
Diminta: Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode:
Biaya
Proses
Lanjutan
(Rp)
6.500.000
6.000.000
4.500.000
a. Unit Fisik
b. Harga Jual Hipotesis
c. Rata-rata
d. Rata-rata tertimbang
5. PT. Indrapura memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk X, Y,
Z. Untuk menghasilkan ke tiga jenis produk tersebut dibutuhkan biaya sebesar
Rp 312.000.000,-. Data lain yang berhubungan dengan ketiga produk tersebut
adalah:
Keterangan
Unit Produksi
Harga Jual Setelah Proses Lanjutan
Biaya Proses Lanjutan
Produk X
30.000
Rp 2.500
Rp 24.000.000
Produk Y
70.000
Rp 2.000
Rp 38.000.000
Produk Z
20.000
Rp 950
Rp 2.000.000
Diminta:
c. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai rata-rata
satuan!
d. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode harga jual
hipotesis!
e. Hitunglah biaya produksi dan biaya produksi per unit masing-masing produk
dengan menggunakan alokasi biaya bersama metode harga jual hipotesis!
153
Bab 7 – Biaya Bersama
6. PT. Chocoku merupakan pabrik permen coklat yang memproduksi permen
coklat mint dan permen coklat original. Apabila 2.700 kg coklat akan dapat
menghasilkan 2.000 kg permen coklat mint dan 500 kg permen coklat origin.
Harga coklat per kg sebesar Rp 50.000/ Kg. Ampas coklat tidak menerima biaya
produksi dari produk bersama karena dianggap by product. Untuk mengolah
coklat, diperlukan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 75.000.000 dan
biaya overhead sebesar Rp 100.000.000,-. Harga jual permen coklat mint per kg
sebesar Rp 190.000,- dan harga jual permen coklat origin per kg sebesar Rp
175.000,- setelah titik pisah.
Diminta:
a. Alokasikan biaya bersama untuk produk utama (yaitu permen coklat mint dan
permen coklat origin) dengan menggunakan metode harga jual hipotesis,
dengan asumsi biaya proses lanjutan untuk permen coklat mint sebesar Rp
20.000,-/ kg dan untuk permen coklat origin sebesar Rp 5.000,- / per Kg.
b. Misalkan ampas coklat dapat dijual dengan harga Rp 10.000,- / kg, dan PT.
Chocoku beramsumsi bahwa penjualan ampas coklat dianggap sebagai
pengurang biaya produksi, maka buatlah laporan laba rugi PT. Chocoku.
7. PT. Exe memproduksi 1 jenis produk utama yaitu produk C dan menghasilkan 1
produk sampingan yaitu produk Cx. Untuk menghasilkan ke tdua produk
tersebut dibutuhkan biaya bersama sebesar Rp 64.800.000,-. Hasil penjualan
dan biaya lain yang berhubungan dengan proses produksi tersebut adalah:
Produk Utama
(C)
16.000 unit
Rp 150.700.000
Unit yang dihasilkan
Hasil Penjualan
Taksiran Penjualan
Biaya Proses Setelah Titik Pisah
Rp 10.900.000
Beban Penjualan
Rp 38.000.000
Beban Administrasi
Rp 20.000.000
Perusahaan mengestimasi laba sebesar 15 %
Produk Sampingan
(Cx)
6.000 unit
Rp 38.700.000
Rp 10.900.000
Rp 12.250.000
Rp 2.150.000
Diminta:
a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan
dengan menggunakan metode reversal!
b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk!
c. Susunlah laporan laba rugi untuk masing-masing produk!
154
Bab 7 – Biaya Bersama
8. CV. Dikidu merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk Y.
Selain produk Y sebagai produk utama, terdapat juga produk Y1 yang
merupakan produk sampingan dari produk Y. Untuk menghasilkan produk
tersebut, dibutuhkan biaya bersama, yaitu Bahan baku sebesar Rp 93.500.000,biaya tenaga kerja sebesar Rp 31.390.000,- dan biaya overhead pabrik sebesar
Rp 27.060.000,-. Hasil penjualan dan
biaya lain yang berhubungan dengan
proses produksi tersebut adalah:
Keterangan
Produk Utama (Y)
Unit yang dihasilkan
30.000 Unit
Hasil Penjualan
Rp 300.000.000,Taksiran Penjualan
Biaya proses setelah titik pisah
Rp 50.250.000,Beban penjualan
Rp 25.000.000,Beban administrasi
Rp 12.500.000,Perusahaan mengestimasikan laba sebesar 25 %.
Produk Sampingan (Y1)
1.000 Unit
Rp 2.500.000,Rp 300.000,Rp 100.000,Rp 275.000,-
Diminta:
a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan
dengan menggunakan metode reversal!
b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk!
c. Susunlah Laporan laba Rugi CV Dikidu!
9. PT. Kendal memproduksi dua produk utama yang terdiri atas produk X dan
produk Y, dan dua produk sampingan yaitu produk X1 dan produk Y1. Semua
produk semulanya diproduksi secara bersama yang kemudian diproses lebih
lanjut untuk menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kriteria produk yang
diinginkan. Biaya yang dikeluarkan dalam proses bersama sebesar Rp
65.575.000,-. Dalam mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan
metode harga jual hipotesis. Berikut ini data yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan produk adalah:
Produk
Unit
produksi
Harga Jual
Per Unit
Biaya Proses
Lanjutan
Biaya
Penjualan
X
Y
X1
Y1
40.000
25.000
15.000
20.000
Rp 2.200,Rp 2.000,Rp 1.500,Rp 1.600,-
Rp 16.000.000,Rp 14.000.000,Rp 5.220.000,Rp 7.500.000,-
Rp6.500.000,Rp 5.000.000,Rp 3.305.000,Rp 4.250.000,-
Taksiran laba untuk masing-masing produk sampingan adalah 20 %.
155
Biaya
Administrasi
Umum
Rp 5.000.000,Rp 2.500.000,Rp 2.500.000,Rp 3.250.000,-
Bab 7 – Biaya Bersama
Diminta:
a. Alokasikan Joint cost produk utama dan produk sampingan dengan metode
reversal!
b. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk utama!
c. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk
utama!
d. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk
sampingan!
10. CV senantiasa memproduksi dua produk utama dan dua produk sampingan.
Biaya bersama yang dikeluarkan sebesar Rp 90.000.000,-. Berikut ini data-data
dari setiap produk tersebut:
Produk Unit Produksi Pers Akhir (Unit)
Harga Jual
By Proses Lanjutan
X
15.000
1.800
Rp 8.500
Rp 40.000.500
Y
7.500
1.200
Rp 7.800
Rp 10.350.000
Xi
10.500
750
Rp 5.700
Rp 6.525.000
Yi
5.000
500
Rp 6.000
Rp 5.200.000
Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan tersebut adalah:
a) Biaya Penjualan untuk X sebesar Rp 15.600.000,-, Y sebesar Rp
13.400.000,-, Xi sebesar Rp 7.530.000,- dan Yi sebesar Rp 10.650.000,b) Biaya administrasi umum untuk X sebesar Rp 13.430.000,-, Y sebesar Rp
23.400.000,-, Xi sebesar Rp 5.630.000,- dan Yi sebesar Rp 8.450.000,Taksiran laba masing-masing produk tersebut adalah 20 %.
Diminta:
a. Hitunglah alokasi biaya bersama produk utama dan produk sampingan!
b. Hitunglah alokasi biaya bersama, biaya produksi dan harga pokok per unit!
c. Hitung biaya produksi dan harga pokok per unit produk sampingan!
d. Hitunglah nilai persediaan akhir masing-masing produk!
e. Susunlah laporan laba rugi dengan asumsi bahwa pendapatan penjualan
produk sampingan sebagai penambah penjualan!
156
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
BAB 8 Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan
dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu
dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita
hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan.
8.1 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung
terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong,
pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan
lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi.
Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses
adalah
berdasarkan
pembebanan,
bukan
berdasarkan
pemakaian,
seperti
pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal
pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi
jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi
itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka.
Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok
produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari:
a. Perubahan tingkat produksi setiap periode
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan
penolong yang boros.
c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak
merata selama satu tahun
d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya
pembayaran PBB pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak
biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume.
Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit
157
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja
langsung.
8.2 Kapasitas
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan
biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang
dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau
jangka panjang.
Ada beberapa kapasistas, yaitu:
a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal
capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas
teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang
beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas.
Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan
adanya penghentian secara normal seperti adanya
kerusakan mesin
atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis
tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.
b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity)
Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak
mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk
menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output
maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan
demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke
produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis
sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih
realistis
daripada
kapasitas
teoritis.
Kapasitas
praktis
telah
memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat
dihindarkan, contohnya : cuti.
158
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
c. Kapasitas Normal (Normal Capacity
Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena
pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan
mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan ratarata
pesanan
produksi
mempertimbangkan
dalam
perubahan
jangka
musim
panjang
dan
dan
perubahan
telah
tahunan.
Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan
besarnya biaya overhead pabrik.
d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity)
Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi
kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini
biasnaya
digunakan
untuk
jangka
pendek,
dimana
tidak
mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan
datang.
Gambar 8.1
Kapasitas
Kapasitas Teoritis
Unit
Kapasitas Praktis
Kapasitas Normal
Kapasitas Direncanakan
Waktu
6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi
sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya
overhead pabrik tidak mempengaruhi total biaya overhead. Total biaya overhead
159
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya
overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan
mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.
Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat
dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen
produksi
adalah
departemen
yang
secara
langsung
akan
bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung
adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan
suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia,
departemen
penyimpanan, dan
lain-lain.
Ketika
departemen
produksi
dan
departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap
departemen dapat ditentukan.
Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan
departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap
departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di
departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan
biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat
biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua
bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen
produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari
departemen pendukung.
Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan
Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan
b. Menghitung tingkat laba lini produk
c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
d. Menilai persediaan
e. Memotivasi para manajer.
Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal
sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya.
160
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.2
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke
Departemen Produksi
Langkah 1:
Biaya
Departemen
Pendukung Dialokasikan
Ke Dpeartemen Produksi
Departemen
Pendukung
Langkah 2:
Biaya
Departemen
Produksi,
Ditambah
Alokasi Biaya Departemen
Pendukung, Dibebankan
Ke Produk Memakai Tarif
Overhead Departemen
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung
Departemen
Pendukung
Produk
Departemen
Produksi
6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi
Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya
yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian
biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen
pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu
biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead
pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke
departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen
pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi
dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang
dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang
diberikan dengan jumlah biaya yang timbul.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak
langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke
departemen produksi.
Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu
a. Metode Langsung
b. Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
161
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
c. Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi
di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya.
Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen
pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya
pemakaian jasa.
Gambar 8.3
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 2
Dept
Pendukung 2
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 1
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 2
Kosong
Setelah Dialokasikan
162
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Contoh 1
PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi
yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses
produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen
listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia
melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya
yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai
dengan jam kerja langsung (JKL)
yang dikonsumsi oleh departemen produksi.
Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen
produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di
departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut
adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:
Departemen
Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)
Listrik
200.000
128.000
Bengkel
700.000
72.000
Perawatan
800.000
120.000
Produksi 1
1.200.000
300.000
560.000
Produksi 2
1.300.000
180.000
840.000
Total
4.000.000
800.000
1.600.000
Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:
Departemen Listrik
Rp
8.500.000
Departemen Bengkel
Rp
6.825.000
Departemen Perawatan
Rp
4.850.000
Departemen Produksi 1
Rp
952.000
Departemen Produksi 2
Rp
456.000
Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1
berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2
berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1
sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1
1.200.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2
1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik
2.500.000 kwh
163
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Alokasi Departemen Listrik Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
1.200.000 kwh
2.500.000 kwh
1.300.000 kwh
2.500.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000
X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1
300.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2
180.000
Total Pemakaian JKL
480.000
Alokasi Departemen Bengkel Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
300.000
480.000
180.000
480.000
X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625
X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1
600.000 LL
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2
800.000 LL
Total Pemakaian JKL
1.400.000 LL
Alokasi Departemen Perawatan Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
560.000
1.400.000
840.000
1.400.000
X
Rp 4.850.000
= Rp 1.940.000
X
Rp 4.850.000
= Rp 2.910.000
164
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
(8.500.000)
Alokasi Dari Bengkel (JKL)
(6.825.000)
Alokasi Dari Perawatan (LL)
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
0
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
952.000
442.625
4.080.000
4.420.000
4.265.625
2.559.375
(4.850.000)
1.940.000
2.910.000
0
11.237.625
10.332.000
15.000 JKL
12.600 JM
749,175
820
0
Aktivitas Normal
Tarif Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara
bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari
departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang
menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya.
Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada
semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen
pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan
alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi
dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling
besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya.
Contoh 2
Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.
Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel
dan
departemen
perawatan,
maka
departemen
yang
terlebih
dahulu
mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari
ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya
overhead.
165
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.4
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 2
Dept
Pendukung 2
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 1
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 2
Kosong
Setelah Dialokasikan
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel
700.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan
800.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1
1.200.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2
1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik
4.000.000 kwh
Alokasi Departemen Listrik Ke:
Departemen Bengkel
=
700.000 kwh
4.000.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500
166
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Departemen Perawatan
=
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
800.000 kwh
4.000.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000
1.200.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000
4.000.000 kwh
1.300.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500
4.000.000 kwh
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
952.000
442.625
(8.500.000)
1.487.500
1.700.000
2.550.000
2.762.500
0
8.312.500
6.550.000
3.502.000
3.205.125
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan
120.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1
300.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2
180.000
Total Pemakaian JKL
600.000
Alokasi Departemen Bengkel Ke:
Departemen Perawatan
=
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
120.000
X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500
600.000
300.000
X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250
600.000
180.000
X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009
600.000
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
952.000
442.625
(8.500.000)
1.487.500
320.754
3.849.056
4.169.813
Alokasi Dari Bengkel (LL)
-
(8.312.500)
1.662.500
4.156.250
2.493.750
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
0
0
6.833.254
8.957.306
7.106.188
167
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1
560.000 LL
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2
840000 LL
Total Pemakaian JKL
1.400.000 LL
Alokasi Departemen Perawatan Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
560.000
X
1.400.000
840.000
= Rp 2.733.301,6
Rp 6.833.254
X
1.400.000
Rp 6.833.254
= Rp 4.099.952,4
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
952.000
442.625
(8.500.000)
1.487.500
320.754
3.849.056
4.169.813
-
(8.312.500)
1.662.500
4.156.250
2.493.750
Alokasi Dari Bengkel (JKL)
Alokasi Dari Perawatan (LL)
-
-
(6.833.254)
2.733.301,6
4.099.952,4
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
0
0
0
11.690.607,6
11.206.140,4
15.000 JKL
12.600 JM
779,37
889,37
Aktivitas Normal
Tarif Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen
pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen
produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi,
biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen
pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang.
Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan
menerima biaya dari departemen pendukung lain.
Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen
pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah
mendapat alokasi dari departemen pendukung lain dapat ditentukan dengan
168
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
menyelesaikan persamaan matematika tersebut. Kemudian jumlah biaya tersebut
akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung.
Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya
departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung
yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi
ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain.
Gambar 8.5
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 2
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Contoh 3
Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3
departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk
kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu
departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari
perusahaan tersebut:
Departemen
Biaya Overhead Pabrik (Rp)
Kapasitas Normal
X
7.595.000
50.000 JKL
Y
8.300.000
30.000 JM
Z
3.865.000
25.000 JKL
P
20.000.000
Q
17.600.000
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen
produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.
Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada
169
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
proporsi
masing-masing
pemakaian
jasa.
Proporsi
pemakaian
jasa
antar
departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini:
Persentase Pemakaian Jasa
Departemen
Departemen Produksi
Departemen Pendukung
X
Y
Z
P
Q
P
30 %
40 %
20 %
-
10%
Q
25 %
20 %
35 %
20%
-
Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan
menggunakan tarif departemen.
Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q.
Persamaan 1
P = Rp 20.000.000 + 20% Q
Persamaan 2
Q = Rp 17.600.000 + 10% P
P
= Rp 20.000.000 + 20% Q
P
= Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P)
P
= Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P
0,98 P
= Rp 23.520.000
P
= Rp 24.000.000
Q
= Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000)
Q
= Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000
Q
= Rp 20.000.000
Alokasi Departemen Pendukung P ke:
Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000
= Rp 2.400.000
Departemen Produksi X
= 30% x Rp 24.000.000
= Rp 7.200.000
Departemen Produksi Y
= 40% x Rp 24.000.000
= Rp 9.600.000
Departemen Produksi Z
= 20% x Rp 24.000.000
= Rp 4.800.000
170
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Alokasi Departemen Pendukung Q ke:
Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000
= Rp 4.000.000
Departemen Produksi X
= 25% x Rp 20.000.000
= Rp 5.000.000
Departemen Produksi Y
= 20% x Rp 20.000.000
= Rp 4.000.000
Departemen Produksi Z
= 25% x Rp 20.000.000
= Rp 5.000.000
Departemen Produksi
X (Rp)
Y (Rp)
Z (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
7.595.000
8.300.000
Alokasi Dari Departemen P
7.200.000
9.600.000
Alokasi Dari Departemen Q
5.000.000
4.000.000
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
19.795.000
Aktivitas Normal
50.000 JKL
395,9
Tarif Biaya Overhead Pabrik
Departemen Pendukung
P (Rp)
Q (Rp)
3.865.000
20.000.000
17.600.000
4.800.000
(24.000.000)
2.400.000
5.000.000
4.000.000
(20.000.000)
21.900.000
15.665.000
0
0
30.000 JM
25.000 JKL
730
626,6
171
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
LATIHAN
1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan
departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen
pemotongan
dan
departemen
penampungan.
Masing-masing
departemen
bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya
overhead pabrik tahunan
Departemen
Biaya (Rp)
Luas
Jumlah
Jam Tenaga
Lantai
Pegawai
Listrik
Pemotongan
138.000.000
250
30
180
Perampungan 48.000.000
150
20
120
120.000.000
Bangunan
75
15
30
Administrasi
80.000.000
125
20
50
Listrik
65.000.000
30
5
25
Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi
berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga
listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin
dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen
pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam
mesin.
Diminta:
a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode langsung !
b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan !
2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses
operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen
produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang
ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada
kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen
dan data kapasitas normal:
172
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal
Departemen Produksi:
Departemen X
8.500.000
30.000 JKL
Departemen Y
10.500.000
60.000 JM
Departemen Z
6.000.000
50.000 JKL
Departemen Pendukung:
Departemen P
10.000.000
Departemen Q
8.800.000
Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen
pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa
dari departemen pendukung:
Pemakaian Departemen Pendukung
Departemen
Departemen Produksi
Jumlah
Pendukung
X
Y
Z
P
Q
Departemen P
25 %
40 %
25 %
10 %
100 %
Departemen Q
20 %
30 %
30 %
20 %
100 %
Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi
Departemen
Pendukung
dengan menggunakan metode aljabar!
3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2
departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data
aktivias untuk periode yang akan datang:
Biaya Overhead (Rp)
Unit Produksi
JKL
Jumlah Jam Perawatan
Jumlah kwh
Departemen Pendukung
Listrik
Perawatan
60.000
110.000
1.000 jam
800 kwh
300 jam
4.400 kwh
Departemen Produksi
A
B
C
800.000
500.000
330.000
150.000 unit 180.000 unit
220.000 unit
110.000
57.000
36.000
1.500 jam
5,500 jam
2.000 jam
5.600 kwh
4.800 kwh
5.200 kwh
Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan
dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan
berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A
berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit
produksi.
Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi
dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan
tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen.
173
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
4. PT. Brastagi memproduksi suatu produk menggunakan empat departemen, terdiri
dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen
penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen
administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik
departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian
berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen
gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan
jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen
jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini
merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan:
Departemen
Pencampuran
Penyelesaian
Gudang
Administrasi Dan Umum
Biaya Overhead
Rp 120.000.000
Rp 100.000.000
Rp 75.000.000
Rp 60.000.000
Hasil penelitian pabrik awal periode:
Departemen
Pencampuran
Penyelesaian
Gudang
Administrasi
Umum
Dan
Luas
Lantai
Jumlah
Karyawan
Jam
Mesin
3.000
2.000
1.500
1.000
42
98
34
26
5.000
6.000
-
Jam Tenaga
Kerja
Langsung
12.000
10.000
-
Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah:
Departemen
Variabel
Tetap
Pencampuran
40 %
60 %
Penyelesaian
35 %
65 %
Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen
produksi!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing
departemen produksi
5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua
departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari
departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa
terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar
174
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
alokasi
yang
digunakan
dalam
mengalokasikan
biaya
overhead
pabrik
departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut:
Departemen
Jumlah Biaya Overhead
(Rp)
250.000.000
172.000.000
168.000.000
60.000.000
Produksi I
Produksi II
Jasa X
Jasa Y
Dasar Alokasi
Jam Mesin
JTKL
Luas Lantai
Jumlah Karyawan
Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah
sebagai berikut:
Departemen
Produksi I
Produksi II
Jasa X
Jasa Y
Luas Lantai
4.000
4.000
2.500
2.000
Jumlah
Karyawan
100
60
40
10
Jam Mesin
JTKL
20.000
10.000
8.000
10.000
Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai
berikut:
Departemen
Produksi I
Produksi II
Variabel
60 %
40 %
Tetap
40 %
60 %
Diminta: dari data yang tertera diatas, maka:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke
departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan
metode dengan timbal balik (metode aljabar)!
b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap!
6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan
dua
departemen
pembantu.
Departemen
produksi
adalah
departemen
pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah
departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead
masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp
135.000.000,-, departemen pengepakan sebesar Rp 123.000.000,-, departemen
175
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
kafetaria sebesar Rp 35.000.000,-, dan departemen bangunan sebesar Rp
105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen:
Departemen
Pengolahan
Pengepakan
Kafetaria
Bangunan
Luas
Lantai
4.000
2.000
1.500
1.000
Jlh Karyawan
42
98
34
26
Jam
Mesin
5.000
6.000
Jam TKL
12.000
10.000
Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 %
dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen
pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 %
Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik
dan metode aljabar, maka:
a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen
pembantu ke departemen produksi.
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap
7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat
departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi
A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X
dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam
kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam
mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X
berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga
listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan
alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:
Jam
Jam
Jumlah
Jam
Tenaga
Tenaga
Karyawan
Mesin
Listrik
Kerja
Produksi A
3.000
90
2.500
3.500
Produksi B
1.800
90
2.100
5.000
Jasa X
1.200
15
Jasa Y
1.000
20
Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka :
Departemen
176
Biaya
Overhead
(Rp)
112.500.000
322.500.000
500.000.000
195.000.000
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik pada departemen jasa
ke departemen produksi!
b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi!
8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut:
Departemen Pendukung
X
Y
Biaya Overhead Pabrik (Rp)
Departemen Pemakai Jasa
Departemen Pendukung
Departemen Produksi
X
Y
A
C
50 %
20 %
30 %
40 %
20 %
40 %
10.000.000
20.000.000
40.000.000
60.000.000
Diminta: Buatlah daftar alokasi biaya dengan menggunakan metode aljabar!
177
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
BAB 8 Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan
dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu
dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita
hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan.
8.1 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung
terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong,
pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan
lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi.
Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses
adalah
berdasarkan
pembebanan,
bukan
berdasarkan
pemakaian,
seperti
pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal
pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi
jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi
itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka.
Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok
produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari:
a. Perubahan tingkat produksi setiap periode
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan
penolong yang boros.
c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak
merata selama satu tahun
d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya
pembayaran PBB pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak
biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume.
Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit
157
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja
langsung.
8.2 Kapasitas
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan
biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang
dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau
jangka panjang.
Ada beberapa kapasistas, yaitu:
a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal
capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas
teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang
beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas.
Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan
adanya penghentian secara normal seperti adanya
kerusakan mesin
atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis
tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.
b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity)
Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak
mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk
menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output
maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan
demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke
produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis
sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih
realistis
daripada
kapasitas
teoritis.
Kapasitas
praktis
telah
memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat
dihindarkan, contohnya : cuti.
158
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
c. Kapasitas Normal (Normal Capacity
Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena
pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan
mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan ratarata
pesanan
produksi
mempertimbangkan
dalam
perubahan
jangka
musim
panjang
dan
dan
perubahan
telah
tahunan.
Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan
besarnya biaya overhead pabrik.
d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity)
Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi
kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini
biasnaya
digunakan
untuk
jangka
pendek,
dimana
tidak
mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan
datang.
Gambar 8.1
Kapasitas
Kapasitas Teoritis
Unit
Kapasitas Praktis
Kapasitas Normal
Kapasitas Direncanakan
Waktu
6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi
sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya
overhead pabrik tidak mempengaruhi total biaya overhead. Total biaya overhead
159
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya
overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan
mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.
Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat
dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen
produksi
adalah
departemen
yang
secara
langsung
akan
bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung
adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan
suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia,
departemen
penyimpanan, dan
lain-lain.
Ketika
departemen
produksi
dan
departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap
departemen dapat ditentukan.
Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan
departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap
departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di
departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan
biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat
biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua
bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen
produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari
departemen pendukung.
Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan
Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan
b. Menghitung tingkat laba lini produk
c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
d. Menilai persediaan
e. Memotivasi para manajer.
Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal
sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya.
160
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.2
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke
Departemen Produksi
Langkah 1:
Biaya
Departemen
Pendukung Dialokasikan
Ke Dpeartemen Produksi
Departemen
Pendukung
Langkah 2:
Biaya
Departemen
Produksi,
Ditambah
Alokasi Biaya Departemen
Pendukung, Dibebankan
Ke Produk Memakai Tarif
Overhead Departemen
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung
Departemen
Pendukung
Produk
Departemen
Produksi
6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi
Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya
yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian
biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen
pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu
biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead
pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke
departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen
pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi
dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang
dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang
diberikan dengan jumlah biaya yang timbul.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak
langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke
departemen produksi.
Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu
a. Metode Langsung
b. Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
161
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
c. Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi
di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya.
Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen
pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya
pemakaian jasa.
Gambar 8.3
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 2
Dept
Pendukung 2
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 1
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 2
Kosong
Setelah Dialokasikan
162
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Contoh 1
PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi
yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses
produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen
listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia
melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya
yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai
dengan jam kerja langsung (JKL)
yang dikonsumsi oleh departemen produksi.
Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen
produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di
departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut
adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:
Departemen
Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)
Listrik
200.000
128.000
Bengkel
700.000
72.000
Perawatan
800.000
120.000
Produksi 1
1.200.000
300.000
560.000
Produksi 2
1.300.000
180.000
840.000
Total
4.000.000
800.000
1.600.000
Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:
Departemen Listrik
Rp
8.500.000
Departemen Bengkel
Rp
6.825.000
Departemen Perawatan
Rp
4.850.000
Departemen Produksi 1
Rp
952.000
Departemen Produksi 2
Rp
456.000
Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1
berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2
berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1
sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1
1.200.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2
1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik
2.500.000 kwh
163
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Alokasi Departemen Listrik Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
1.200.000 kwh
2.500.000 kwh
1.300.000 kwh
2.500.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000
X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1
300.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2
180.000
Total Pemakaian JKL
480.000
Alokasi Departemen Bengkel Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
300.000
480.000
180.000
480.000
X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625
X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1
600.000 LL
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2
800.000 LL
Total Pemakaian JKL
1.400.000 LL
Alokasi Departemen Perawatan Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
560.000
1.400.000
840.000
1.400.000
X
Rp 4.850.000
= Rp 1.940.000
X
Rp 4.850.000
= Rp 2.910.000
164
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
(8.500.000)
Alokasi Dari Bengkel (JKL)
(6.825.000)
Alokasi Dari Perawatan (LL)
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
0
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
952.000
442.625
4.080.000
4.420.000
4.265.625
2.559.375
(4.850.000)
1.940.000
2.910.000
0
11.237.625
10.332.000
15.000 JKL
12.600 JM
749,175
820
0
Aktivitas Normal
Tarif Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara
bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari
departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang
menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya.
Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada
semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen
pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan
alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi
dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling
besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya.
Contoh 2
Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.
Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel
dan
departemen
perawatan,
maka
departemen
yang
terlebih
dahulu
mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari
ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya
overhead.
165
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.4
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 2
Dept
Pendukung 2
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 1
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Pendukung 2
Kosong
Setelah Dialokasikan
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel
700.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan
800.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1
1.200.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2
1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik
4.000.000 kwh
Alokasi Departemen Listrik Ke:
Departemen Bengkel
=
700.000 kwh
4.000.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500
166
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Departemen Perawatan
=
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
800.000 kwh
4.000.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000
1.200.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000
4.000.000 kwh
1.300.000 kwh
X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500
4.000.000 kwh
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
952.000
442.625
(8.500.000)
1.487.500
1.700.000
2.550.000
2.762.500
0
8.312.500
6.550.000
3.502.000
3.205.125
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan
120.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1
300.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2
180.000
Total Pemakaian JKL
600.000
Alokasi Departemen Bengkel Ke:
Departemen Perawatan
=
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
120.000
X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500
600.000
300.000
X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250
600.000
180.000
X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009
600.000
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
952.000
442.625
(8.500.000)
1.487.500
320.754
3.849.056
4.169.813
Alokasi Dari Bengkel (LL)
-
(8.312.500)
1.662.500
4.156.250
2.493.750
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
0
0
6.833.254
8.957.306
7.106.188
167
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1
560.000 LL
Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2
840000 LL
Total Pemakaian JKL
1.400.000 LL
Alokasi Departemen Perawatan Ke:
Departemen Produksi 1
=
Departemen Produksi 2
=
560.000
X
1.400.000
840.000
= Rp 2.733.301,6
Rp 6.833.254
X
1.400.000
Rp 6.833.254
= Rp 4.099.952,4
Departemen Pendukung
Listrik
Bengkel
Perawatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
Alokasi Dari Listrik (kwh)
8.500.000
6.825.000
4.850.000
Departemen
Produksi 1
Produksi 2
(Rp)
(Rp)
952.000
442.625
(8.500.000)
1.487.500
320.754
3.849.056
4.169.813
-
(8.312.500)
1.662.500
4.156.250
2.493.750
Alokasi Dari Bengkel (JKL)
Alokasi Dari Perawatan (LL)
-
-
(6.833.254)
2.733.301,6
4.099.952,4
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
0
0
0
11.690.607,6
11.206.140,4
15.000 JKL
12.600 JM
779,37
889,37
Aktivitas Normal
Tarif Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen
pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen
produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi,
biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen
pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang.
Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan
menerima biaya dari departemen pendukung lain.
Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen
pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah
mendapat alokasi dari departemen pendukung lain dapat ditentukan dengan
168
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
menyelesaikan persamaan matematika tersebut. Kemudian jumlah biaya tersebut
akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung.
Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya
departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung
yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi
ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain.
Gambar 8.5
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Dept
Pendukung 1
Dept
Pendukung 2
Dept
Produksi A
Dept
Produksi B
Contoh 3
Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3
departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk
kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu
departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari
perusahaan tersebut:
Departemen
Biaya Overhead Pabrik (Rp)
Kapasitas Normal
X
7.595.000
50.000 JKL
Y
8.300.000
30.000 JM
Z
3.865.000
25.000 JKL
P
20.000.000
Q
17.600.000
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen
produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.
Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada
169
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
proporsi
masing-masing
pemakaian
jasa.
Proporsi
pemakaian
jasa
antar
departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini:
Persentase Pemakaian Jasa
Departemen
Departemen Produksi
Departemen Pendukung
X
Y
Z
P
Q
P
30 %
40 %
20 %
-
10%
Q
25 %
20 %
35 %
20%
-
Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan
menggunakan tarif departemen.
Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q.
Persamaan 1
P = Rp 20.000.000 + 20% Q
Persamaan 2
Q = Rp 17.600.000 + 10% P
P
= Rp 20.000.000 + 20% Q
P
= Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P)
P
= Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P
0,98 P
= Rp 23.520.000
P
= Rp 24.000.000
Q
= Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000)
Q
= Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000
Q
= Rp 20.000.000
Alokasi Departemen Pendukung P ke:
Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000
= Rp 2.400.000
Departemen Produksi X
= 30% x Rp 24.000.000
= Rp 7.200.000
Departemen Produksi Y
= 40% x Rp 24.000.000
= Rp 9.600.000
Departemen Produksi Z
= 20% x Rp 24.000.000
= Rp 4.800.000
170
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Alokasi Departemen Pendukung Q ke:
Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000
= Rp 4.000.000
Departemen Produksi X
= 25% x Rp 20.000.000
= Rp 5.000.000
Departemen Produksi Y
= 20% x Rp 20.000.000
= Rp 4.000.000
Departemen Produksi Z
= 25% x Rp 20.000.000
= Rp 5.000.000
Departemen Produksi
X (Rp)
Y (Rp)
Z (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi
7.595.000
8.300.000
Alokasi Dari Departemen P
7.200.000
9.600.000
Alokasi Dari Departemen Q
5.000.000
4.000.000
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi
19.795.000
Aktivitas Normal
50.000 JKL
395,9
Tarif Biaya Overhead Pabrik
Departemen Pendukung
P (Rp)
Q (Rp)
3.865.000
20.000.000
17.600.000
4.800.000
(24.000.000)
2.400.000
5.000.000
4.000.000
(20.000.000)
21.900.000
15.665.000
0
0
30.000 JM
25.000 JKL
730
626,6
171
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
LATIHAN
1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan
departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen
pemotongan
dan
departemen
penampungan.
Masing-masing
departemen
bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya
overhead pabrik tahunan
Departemen
Biaya (Rp)
Luas
Jumlah
Jam Tenaga
Lantai
Pegawai
Listrik
Pemotongan
138.000.000
250
30
180
Perampungan 48.000.000
150
20
120
120.000.000
Bangunan
75
15
30
Administrasi
80.000.000
125
20
50
Listrik
65.000.000
30
5
25
Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi
berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga
listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin
dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen
pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam
mesin.
Diminta:
a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode langsung !
b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan !
2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses
operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen
produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang
ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada
kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen
dan data kapasitas normal:
172
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal
Departemen Produksi:
Departemen X
8.500.000
30.000 JKL
Departemen Y
10.500.000
60.000 JM
Departemen Z
6.000.000
50.000 JKL
Departemen Pendukung:
Departemen P
10.000.000
Departemen Q
8.800.000
Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen
pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa
dari departemen pendukung:
Pemakaian Departemen Pendukung
Departemen
Departemen Produksi
Jumlah
Pendukung
X
Y
Z
P
Q
Departemen P
25 %
40 %
25 %
10 %
100 %
Departemen Q
20 %
30 %
30 %
20 %
100 %
Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi
Departemen
Pendukung
dengan menggunakan metode aljabar!
3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2
departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data
aktivias untuk periode yang akan datang:
Biaya Overhead (Rp)
Unit Produksi
JKL
Jumlah Jam Perawatan
Jumlah kwh
Departemen Pendukung
Listrik
Perawatan
60.000
110.000
1.000 jam
800 kwh
300 jam
4.400 kwh
Departemen Produksi
A
B
C
800.000
500.000
330.000
150.000 unit 180.000 unit
220.000 unit
110.000
57.000
36.000
1.500 jam
5,500 jam
2.000 jam
5.600 kwh
4.800 kwh
5.200 kwh
Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan
dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan
berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A
berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit
produksi.
Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi
dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan
tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen.
173
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
4. PT. Brastagi memproduksi suatu produk menggunakan empat departemen, terdiri
dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen
penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen
administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik
departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian
berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen
gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan
jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen
jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini
merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan:
Departemen
Pencampuran
Penyelesaian
Gudang
Administrasi Dan Umum
Biaya Overhead
Rp 120.000.000
Rp 100.000.000
Rp 75.000.000
Rp 60.000.000
Hasil penelitian pabrik awal periode:
Departemen
Pencampuran
Penyelesaian
Gudang
Administrasi
Umum
Dan
Luas
Lantai
Jumlah
Karyawan
Jam
Mesin
3.000
2.000
1.500
1.000
42
98
34
26
5.000
6.000
-
Jam Tenaga
Kerja
Langsung
12.000
10.000
-
Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah:
Departemen
Variabel
Tetap
Pencampuran
40 %
60 %
Penyelesaian
35 %
65 %
Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen
produksi!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing
departemen produksi
5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua
departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari
departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa
terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar
174
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
alokasi
yang
digunakan
dalam
mengalokasikan
biaya
overhead
pabrik
departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut:
Departemen
Jumlah Biaya Overhead
(Rp)
250.000.000
172.000.000
168.000.000
60.000.000
Produksi I
Produksi II
Jasa X
Jasa Y
Dasar Alokasi
Jam Mesin
JTKL
Luas Lantai
Jumlah Karyawan
Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah
sebagai berikut:
Departemen
Produksi I
Produksi II
Jasa X
Jasa Y
Luas Lantai
4.000
4.000
2.500
2.000
Jumlah
Karyawan
100
60
40
10
Jam Mesin
JTKL
20.000
10.000
8.000
10.000
Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai
berikut:
Departemen
Produksi I
Produksi II
Variabel
60 %
40 %
Tetap
40 %
60 %
Diminta: dari data yang tertera diatas, maka:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke
departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan
metode dengan timbal balik (metode aljabar)!
b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap!
6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan
dua
departemen
pembantu.
Departemen
produksi
adalah
departemen
pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah
departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead
masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp
135.000.000,-, departemen pengepakan sebesar Rp 123.000.000,-, departemen
175
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
kafetaria sebesar Rp 35.000.000,-, dan departemen bangunan sebesar Rp
105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen:
Departemen
Pengolahan
Pengepakan
Kafetaria
Bangunan
Luas
Lantai
4.000
2.000
1.500
1.000
Jlh Karyawan
42
98
34
26
Jam
Mesin
5.000
6.000
Jam TKL
12.000
10.000
Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 %
dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen
pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 %
Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik
dan metode aljabar, maka:
a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen
pembantu ke departemen produksi.
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap
7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat
departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi
A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X
dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam
kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam
mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X
berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga
listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan
alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:
Jam
Jam
Jumlah
Jam
Tenaga
Tenaga
Karyawan
Mesin
Listrik
Kerja
Produksi A
3.000
90
2.500
3.500
Produksi B
1.800
90
2.100
5.000
Jasa X
1.200
15
Jasa Y
1.000
20
Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka :
Departemen
176
Biaya
Overhead
(Rp)
112.500.000
322.500.000
500.000.000
195.000.000
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik pada departemen jasa
ke departemen produksi!
b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi!
8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut:
Departemen Pendukung
X
Y
Biaya Overhead Pabrik (Rp)
Departemen Pemakai Jasa
Departemen Pendukung
Departemen Produksi
X
Y
A
C
50 %
20 %
30 %
40 %
20 %
40 %
10.000.000
20.000.000
40.000.000
60.000.000
Diminta: Buatlah daftar alokasi biaya dengan menggunakan metode aljabar!
177
Bab 9 – Biaya Standar
BAB 9 Biaya Standar
Perusahaan sangat perlu menciptakan suasana yang bisa mendorong
peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan dapat meningkat
dengan cara penerapan pengendalian biaya. Pengendalian biaya dapat dilakukan
dengan menentukan biaya standar yang dapat dijadikan pedoman. Biaya standar
yang telah kita tentukan akan dapat digunakan untuk mengendalikan dan untuk
dapat mengevaluasi kinerja manajer. Pengendalian dan evaluasi dapat dilakukan
dengan membandingka antara realisasi biaya dengan biaya standar.
9.1 Standar Unit
Standar adalah tolak ukur atau dasar-dasar untuk norma-norma untuk
mengukur suatu kinerja. Standar yang ditetapkan pasti berhubungan dengan harga
dan kuantitas. Berapa jumlah input yang seharusnya digunakan per unit output
merupakan keputusan yang berhubungan dengan standar kuantitas. Berapa jumlah
yang seharusnya dibayarkan untuk kuantitas yang digunakan merupakan keputusan
yang berhubungan dengan standar harga. Biaya standar per unit dapat dihitung
dengan mengalikan standar kuantitas dengan standar harga.
Biaya Standar per Unit = Standar Kuantitas X Standar Harga
Agar perusahaan dapat menerapkan biaya standar dengan baik, maka
perusahaan harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Sumber yang
mungkin untuk menentukan standar kuantitas adalah pengalaman historis, penelitian
teknis dan masukan dari personal bagian operasional. Sumber yang mungkin untuk
menentukan standar harga adalah kualitas produk yang dihasilkan, bagian
pembelian yang harus mempertimbangkan disko atau bonus yang mungkin terjadi.
Terdapat 2 (dua) jenis standar yang biasanya dipakai, yaitu:
a. Ideal
Standar ini disusun berdasarkan kondisi perusahaan saat berada pada
tingkat efisiensi yang maksimum. Standar ideal harus dapat dicapai jika
semuanya berjalan dengan sempurna tidak mempertimbangkan adanya
kemacetan dan tidak ada karyawan yang berketrampilan kurang.
b. Currently Attainable
178
Bab 9 – Biaya Standar
Standar ini dapat dicapai dalam kondisi operasi secara efisien dan telah
mempertimbangkan
adanya
kemacetan
secara
normal,
adanya
kemungkinan tenaga kerja yang kurang terampil, dan lain-lain.
Kedua jenis standar diatas mempunyai dampak perilaku terhadap pekerja
dan kinerja. Jika standar dilakukan dengan ketat dan sulit untuk dicapai, maka
tenaga kerja akan frustrasi dan berkinerja buruk dan menurun. Jika standar
dilakukan dengan cara memberi tantangan dan adanya kemungkinan untuk dapat
dicapai, maka tenaga kerja akan lebih semangat dalam bekerja dan berkinerja baik.
Perusahaan manufaktur akan mengembangkan biaya standar untuk bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan
menggunakan biaya ini, biaya standar dapat dihitung.
9.2 Analisis Penyimpangan
Penggunaan biaya standar akan mencatat biaya menurut standar dan
menatat biaya sesungguhnya yang terjadi. Kedua biaya ini akan diperbandingkan
dan akan diperoleh selisih biaya yang terjadi antara biaya yang sesungguhnya
terjadi dan biaya menurut standar. Selisih biaya ini akan dimanfaatkan oleh manajer
untuk mengendalian biaya. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi akan diperoleh
informasi yang harus dipertanggungjawabkan atas terjadinya penyimpangan biaya.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas yang
sesungguhnya dan kapasitas standar. Biaya overhead pabrik memiliki kapasitas
sesungguhnya, kapasitas standar dan kapasitas normal. Biaya bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standra,
maka perhitungan selisih yang terkadi dikaitkan dengan cara yang sama.
Apabila Biaya Standar > Biaya Sesungguhnya,
maka akan terjadi Menguntungkan (M) Atau Favorable (F)
Apabila Biaya Standar < Biaya Sesungguhnya,
maka akan terjadi Tidak Menguntungkan (TM) Atau Unfavorable (UF)
Analisis Penyimpangan Bahan Baku
Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual bahan baku
dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual. Penyimpangan harga
bahan baku (material price variance) mengukur perbedaan antara berapa yang
179
Bab 9 – Biaya Standar
harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Harga Bahan Baku
= (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) –
(Harga Standar x Kuantitas Aktual)
atau
Penyimpangan Harga Bahan Baku
= (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
atau
Kuantitas Aktual Pada Harga
Aktual
Harga Aktual x Kuantitas Aktual
Kuantitas Aktual Pada Harga
Standar
Harga Standar x Kuantitas
Aktual
Penyimpangan
Harga
Penyimpangan penggunaan
bahan baku (material usage variance)
mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang aktual yang digunakan dan
bahan baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output atual. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku
= (Harga Standar x Kuantitas
Aktual) – (Harga Standar x
Kuantitas Standar)
atau
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku
= (Kuantitas Aktual - Kuantitas
Standar) X Harga Standar
atau
Kuantitas Aktual Pada Harga
Standar
Harga Standar x Kuantitas
Aktual
Kuantitas Standar Pada Harga
Standar
Harga Standar x Kuantitas
Standar
Penyimpangan
Penggunaan
180
Bab 9 – Biaya Standar
Total penyimpangan biaya bahan baku merupakan penjumlahan dari
penyimpangan harga bahan baku dan penyimpanggan penggunana bahan baku.
Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Total Penyimpangan Biaya Bahan Baku
= Penyimpangan Harga Bahan
Baku + Penyimpangan
Penggunaan Bahan Baku
Atau
Kuantitas Aktual Pada Harga
Aktual
Harga Aktual x Kuantitas Aktual
Kuantitas Aktual Pada Harga
Standar
Harga Standar x Kuantitas
Aktual
Penyimpangan
Harga
Kuantitas Standar Pada Harga
Standar
Harga Standar x Kuantitas
Standar
Penyimpangan
Penggunaan
Total Penyimpangan
Contoh 1
Berikut ini adalah data biaya bahan baku langsung untuk memproduksikan satu unit
produk jadi. Bahan baku A digunakan untuk memproduksikan produk jadi tersebut.
Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk 1 unit produk jadi diperlukan 10 kg
bahan baku A dengan harga standar sebesar Rp 5. Pada kenyataannya, untuk
membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 12 kg bahan baku A dengan harga
sebesar Rp 7.
Penyimpangan Harga Bahan Baku
= (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) –
(Harga Standar x Kuantitas Aktual)
= (Rp 7 x 12 kg) – (Rp 5 x 12 kg)
= Rp 84 – Rp 60 = Rp 24 (UF)
atau
Penyimpangan Harga Bahan Baku
= (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
= (Rp 7 – Rp 5) x 12 kg
= Rp 2 x 12 kg = Rp 24 (UF)
181
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku
= (Harga Standar x Kuantitas
Aktual) – (Harga Standar x
Kuantitas Standar)
= (Rp 5 x 12 kg) – (Rp 5 x 10 kg)
= Rp 60 – Rp 50 = Rp 10 ( UF)
atau
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku
= (Kuantitas Aktual - Kuantitas
Standar) X Harga Standar
= (12 kg – 10 kg) x Rp 5
= 2 kg x Rp 5 = Rp 10 (UF)
Kuantitas Aktual Pada Harga
Aktual
Rp 7 x 12 kg = Rp 84
Kuantitas Aktual Pada Harga
Standar
Rp 5 x 12 kg = Rp 60
Penyimpangan Harga
Rp 24 (UF)
Kuantitas Standar Pada Harga
Standar
Rp 5 x 10 kg = Rp 50
Penyimpangan Penggunaan
Rp 10 (UF)
Total Penyimpangan
Rp 34 (UF)
Analisis Penyimpangan Tenaga Kerja Langsung
Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual tenaga kerja
langsung
dengan
biaya
yang
dianggarkan
untuk
tingkat
aktivitas
aktual.
Penyimpangan tarif bahan baku (labor rate variance) mengukur perbedaan antara
apa yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang seharusnya
dibayarkan.. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja
= (Tarif Aktual x Jam Aktual) –
(Tarif Standar x Jam Aktual)
atau
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja
= (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
atau
182
Bab 9 – Biaya Standar
Jam Aktual Pada Tarif Aktual
Tarif Aktual x Jam Aktual
Jam Aktual Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Aktual
Penyimpangan
Tarif
Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance) mengukur
perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga
kerja yang seharusnya digunakan. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja
= (Tarif Standar x Jam
Aktual) – (Tarif Standar x
Jam Standar)
atau
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja
= (Jam Aktual - Jam
Standar) X Tarif Standar
atau
Jam Aktual Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Aktual
Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Standar
Penyimpangan
Efisiensi
Total penyimpangan biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan dari
penyimpangan tarif tenaga kerja dan penyimpanggan efisiensi tenaga kerja. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
Total Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja
= Penyimpangan Tarif Tenaga
Kerja + Penyimpangan
Efisiensi Tenaga Kerja
Atau
183
Bab 9 – Biaya Standar
Jam Aktual Pada Tarif Aktual
Tarif Aktual x Jam Aktual
Jam Aktual Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Aktual
Penyimpangan
Tarif
Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Standar
Penyimpangan
Efisiensi
Total Penyimpangan
Contoh 2
Melanjutkan contoh 1, berikut ini adalah data biaya tenaga kerja langsung untuk
memproduksikan satu unit produk jadi. Tenaga Kerja Ahli digunakan untuk
memproduksikan produk jadi tersebut. Perusahaan menetapkan standar bahwa
untuk 1 unit produk jadi diperlukan 3 jam tenaga kerja ahli dengan tarif standar
sebesar Rp 5.000. Pada kenyataannya, untuk membuat 1 unit produk jadi
terpakailah sebesar 2 jam tenaga kerja ahli dengan upah sebesar Rp 4.500.
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja
= (Tarif Aktual x Jam Aktual) –
(Tarif Standar x Jam Aktual)
= (Rp 4.500 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 2 jam)
= Rp 9.000 – Rp 10.000 = Rp 1.000 (F)
atau
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja
= (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
= (Rp 4.500 – Rp 5.000) x 2 jam
= Rp 500 x 2 jam = Rp 1.000 (F)
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam
Aktual)
–
(Tarif
Standar
x
Jam
Standar)
= (Rp 5.000 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 3 jam)
= Rp 10.000 – Rp15.000 = Rp 5.000 ( F)
atau
184
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja
= (Jam Aktual - Jam
Standar) X Tarif Standar
= (2 jam – 3 jam) x Rp 5.000
= 1 jam x Rp 5.000 = Rp 5.000 (F)
Jam Aktual Pada Tarif Aktual
Rp 4.500 x 2 jam = Rp 9.000
Jam Aktual Pada Tarif Standar
Rp 5.000 x 2 jam = Rp 10.000
Penyimpangan
Tarif
Rp 1.000 (F)
Jam Standar Pada Tarif Standar
Rp 5.000 x 3 jam = Rp 15.000
Penyimpangan
Efisiensi
Rp 5.000 (F)
Total Penyimpangan
Rp 6.000 (F)
Analisis Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik
Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat terjadi disebabkan oleh :
a. Jumlah produksi melebihi atau kurang dari kapasitas produksi yang
disiapkan atau dianggarkan. Penganggaran kapasita produksi biasanya
berdasarkan pada aktivitas normal.
b. Realisasi biaya overhead produksi melebihi atau kurang dari jumlah yang
telah dianggarkan.
c. Jam kerja atau volume aktivitias yang digunakan melebihi atau kurang
dari jumlah yang diperkenankan menurut standar untuk jumlah produksi
yang dihasilkan.
Biaya
overhead
pabrik
pada
umumnya
dibebankan
pada
produk
berdasarkan jam standar. Penyimpangan overhead pabrik terjadi bila realisasi
pemakaian jam tenaga kerja langsung berbeda dari jumlah jam yang seharusnya
menurut standar dan dari jumlah jam yang dianggarkan untuk kapasitas produksi.
Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat dianalisa dengan beberapa
cara, yaitu:
a. Metode dua selisih
b. Metode tiga selisih
c. Metode empat selisih
d. Metode lima selisih
185
Bab 9 – Biaya Standar
Metode Dua Selisih
Pada metode dua selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan
atas dua, yaitu:
a. Penyimpangan terkendali (Controllable Variance)
Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan jumlah anggaran biaya overhead pabrik pada jam standar.
Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar)
b. Penyimpangan volume ( Volume Variance)
Penyimpangan ini terjadi karena volume produksi tidak mencapai atau
melebihi kapasitas produksi yang direncanakan. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:
Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar
– (Jam Standar x Tarif Overhead)
Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari
penyimpangan volume dan penyimpanggan terkendali. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:
Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Terkendali +
Penyimpangan Volume
Atau
Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Pada Jam Standar
Jam Standar Pada Tarif Overhead
Penyimpangan
Terkendali
Penyimpangan
Terkendali
Total Penyimpangan
186
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 3
Data-data kegiatan yang dipunyai oleh Tuan Sihombing untuk dianalisis adalah
sebagai berikut:
Jam tenaga kerja langsung aktual
5.000
jam
Jam tenaga kerja langsung menurut standar
5.200
jam
Kapasitas normal
6.000
jam
Biaya overhead pabrik aktual
Rp 29.500.000
Biaya overhead pabrik yang direncanakan:
Overhead variabel
Rp 12.000.000
Overhead tetap
Rp 18.000.000
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan
=
Tarif Overhead Tetap Yang Dianggarkan
=
Total Tarif Overhead Yang Dianggarkan
Rp12.000.000
= Rp 2000
6.000 jam
/ jam
Rp18.000.000
= Rp 3000 / jam
6.000 jam
Rp 5.000 / jam
Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar)
Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Rp 29.500.000
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar:
Overhead Tetap
Rp 18.000.000
Overhead Variabel
(5.200 jam x Rp 2.000/ jam)
10.400.000
Penyimpangan Terkendali
28.400.000
Rp
187
1.100.000
(U)
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar
– (Jam Standar x Tarif Overhead)
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar
Rp 28.400.000
(Jam Standar x Tarif Overhead Yang Dianggarkan)
(5.200 jam x Rp 5.000/ jam)
26.000.000
Penyimpangan Volume
Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Rp 29.500.000
Rp
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Pada Jam Standar
Rp 18.000.000 + (5.200 jam x Rp
2.000/jam = Rp 28.400.000
Penyimpangan
Terkendali
Rp 1.100.000 (U)
2.400.000
(U)
Jam Standar Pada Tarif Overhead
Rp 5.000 x 5.200 jam =
Rp 26.000.000
Penyimpangan
Terkendali
Rp 2.400.000 (U)
Total Penyimpangan
Rp 3.500.000 (U)
Metode Tiga Selisih
Pada metode tiga selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan
atas tiga, yaitu:
a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance)
Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut
anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam
Sesungguhnya Terpakai)
atau
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan)
188
Bab 9 – Biaya Standar
b. Penyimpangan efisiensi (efficiency variance)
Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja
langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:
Penyimpangan Efisiensi
=
Tarif
Biaya
Overhead
Pabrik
Yang
Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah
Jam
Yang
Seharusnya
Menurut
Standar)
c. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance)
Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau
melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan.
Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan,
selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over
capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap
Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada
Volume
Dianggarkan
–
Kapasitas
Pemakaian
Yang
Jam
Aktual)
Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari
penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas
mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran +
Penyimpangan
Penyimpangan
Menganggur
189
Efisiensi
+
Kapasitas
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 4
Memakai soal no 3, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.
Penyimpangan Pengeluaran
=
(Biaya
Overhead
Pabrik
Aktual
(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)
Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Rp 29.500.000
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap
Rp 18.000.000
Overhead Variabel
(5.000 jam x Rp 2.000/ jam)
10.000.000
Penyimpangan Pengeluaran
Penyimpangan Efisiensi
28.000.000
Rp
=
Tarif
Biaya
1.500.000
Overhead
Pabrik
(U)
Yang
Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah
Jam
Yang
Seharusnya
Menurut
Standar)
= Rp 5.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)
= Rp 5.000 x 200 Jam
= Rp 1.000.000 (F)
Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap
Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)
= Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam)
= Rp 3.000 x 1.000 Jam
= Rp 3.000.000 (U)
190
Bab 9 – Biaya Standar
Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik = Penyimpangan Pengeluaran +
Penyimpangan Efisiensi +
Penyimpangan Kapasitas
Menganggur
= Rp 1.500.000 (U) + Rp 1.000.000
(F) + Rp 3.000.000 (U)
= Rp 3.500.000 (U)
Metode Empat Selisih
Pada metode empat selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik
dibedakan atas empat, yaitu:
a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance)
Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut
anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam
Sesungguhnya Terpakai)
atau
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan)
b. Penyimpangan efisiensi biaya overhead variabel
Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam
kerja langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik
variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
191
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel =
Tarif
Biaya
Pabrik
Overhead
Variabel
Yang
Dianggarkan
x
(Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah
Jam
Seharusnya
Yang
Menurut
Standar)
c. Penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap
Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik tetap yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja
langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik tetap
yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya
adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap
= Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang
Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual
– Jumlah Jam Yang Seharusnya
Menurut Standar)
d. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance)
Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau
melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan.
Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan,
selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over
capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap
Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada
Volume
Dianggarkan
Aktual)
192
–
Kapasitas
Pemakaian
Yang
Jam
Bab 9 – Biaya Standar
Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari
penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas
mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran +
Penyimpangan Efisiensi Biaya
Overhead
Pabrik
Variabel
+
Penyimpangan Efisiensi Biaya
Overhead
Pabrik
Penyimpangan
+
Kapasitas
Menganggur
Contoh 5
Memakai soal no 4, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.
Penyimpangan Pengeluaran
=
(Biaya
Overhead
Pabrik
Aktual
(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)
Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Rp 29.500.000
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap
Rp 18.000.000
Overhead Variabel
(5.000 jam x Rp 2.000/ jam)
10.000.000
Penyimpangan Pengeluaran
28.000.000
Rp
1.500.000
(U)
Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel
= Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam
Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar)
= Rp 2.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)
= Rp 2.000 x 200 Jam
= Rp 400.000 (F)
193
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap
= Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam
Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar)
= Rp 3.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)
= Rp 3.000 x 200 Jam
= Rp 600.000 (F)
Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap
Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)
= Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam)
= Rp 3.000 x 1.000 Jam
= Rp 3.000.000 (U)
Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik
= Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead
Pabrik Variabel + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik +
Penyimpangan Kapasitas Menganggur
= Rp 1.500.000 (U) + Rp 400.000 (F) + Rp 600.000 (F) + Rp 3.000.000 (U)
= Rp 3.500.000 (U)
9.3 Penyimpangan Campuran Dan Penyimpangan Hasil (Mix And Yield
Variance)
Campuran bahan baku digunakan dalam memproduksikan suatu barang
jadi.Banyak industri yang memerlukan campuran bahan baku yang beberapa
diantaranya
dapat
dipertukarkan
satu
terhadap
yang
lain
tanpa
banyak
mempengaruhi mutu dari barang yang dihasilkan. Pada industri digunakan berbagai
bermacam-macam bahan baku, maka diperlukan analisa penyimpagan campuran
194
Bab 9 – Biaya Standar
dan penyimpangan hasil dalam hal menghasilkan produk yang lebih menguntungan
dan untuk penghematan biaya.
Selain penyimpangan campuran dan penyimpangan hasil bahan baku dan
biaya tenaga kerja maka penyimpangan hasil biaya overhead juga dihitung untuk
biaya overhead pabrik. Ini dikarenakan ada kaitannya dengan biaya produksi.
Penyimpangan Campuran Dan Penyimpangan Hasil Bahan Baku
Kombinasi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi akan
didasarkan pada campuran standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Penyimpangan dapat terjadi bila dimungkinkan penggunaan campurn bahan baku
yang berbeda dari campuran standar untuk memperoleh hasil yang sama.
Perbedaan antara campuran yang terlaksana dengan campuran standar merupakan
penyimpangan campuran. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Campuran Bahan Baku
=
Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar
=
(Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar MasingMasing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x
Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku)
Campuran bahan baku yang ditetapkan pada campuran standar akan
diharapkan menghasilkan sejumlah produk (yield). Jika jumlah produk yang
dihasilkan berbeda dari jumlah produk seharusnya menurut standar, maka
perbedaan ini disebut penyimpangan hasil. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Hasil Bahan Baku
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) –
(Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit)
195
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 6
Suatu perusahaan memproduksikan barang dengan memakai dua bahan baku, yaitu
bahan baku X dan bahan baku Y dengan biaya dan jumlah standar per unit XY
adalah sebagai berikut:
Bahan
Harga Standar Per Kg
Jumlah Bahan Baku
Baku
(Rp)
Per Unit Produk
X
4.000
5 kg
Y
8.000
5 kg
Selama bulan Maret 2015 data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Unit Yang Diproduksikan
1.000 unit
Pemakaian Bahan Baku X
4.400 kg x Rp 5.000
Pemakaian Bahan Baku Y
5.800 kg x Rp 8.000
10.200 kg
Penyimpangan Harga Bahan Baku
= (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
Penyimpangan Harga Bahan Baku X
= (Rp 5.000 – Rp 4.000) x 4.400 kg
= Rp 1.000 x 4.400 kg
= Rp 4.400.000 (U)
Penyimpangan Harga Bahan Baku X
= (Rp 8.000 – Rp 8.000) x 5.800 kg
= Rp 0 x 5.800 kg
= Rp 0
Penyimpangan Harga Bahan Baku X
Rp4.400.000 (U)
Penyimpangan Harga Bahan Baku Y
0
Total Penyimpangan Harga Bahan Baku
Rp4.400.000 (U)
Biaya Bahan Baku X Menurut Jumlah Produksi
(5kg x 1.000 unit x Rp 4.000 per kg)
Rp
20.000.000
(5kg x 1.000 unit x Rp 8.000 per kg)
Rp
40.000.000
Total Biaya Bahan Baku Selama Produksi
Rp
60.000.000
Biaya Bahan Baku Y Menurut Jumlah Produksi
196
Bab 9 – Biaya Standar
Rata-rata Harga Standar Masukan
=
Rata-rata Harga Standar Keluaran
=
Rp60.000.000
5.000 kg + 5.000 kg
Rp60.000.000
1.000 unit
=
=
Rp60.000.000
10.000 kg
=
Rp 6.000
Rp 60.000
Penyimpangan Campuran Bahan Baku
=
Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar
=
(Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar MasingMasing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x
Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku)
Campuran Yang Terlaksana:
Bahan Baku X
: 4.400 kg x Rp 4.000
Bahan Baku Y
: 5.800 kg x Rp 8.000
Total Campuran Yang Terlaksana
Rp
17.600.000
46.400.000
Rp
64.000.000
Campuran Standar
(10.200 kg x Rp 6.000)
61.200.000
Penyimpangan Campuran Bahan Baku
Rp
-
2.800.000 (U)
Penyimpangan Hasil Bahan Baku
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar – Hasil Aktual
=
(Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) –
(Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit)
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar
(10.200 kg x Rp 6.000)
Rp
61.200.000
Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 60.000)
60.000.000
Penyimpangan Hasil Bahan Baku
Rp 1.200.000 (U)
197
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Hasil Tenaga Kerja Langsung Dan Overhead Pabrik
Rasio rata-rata standar keluaran dan masukan yang dikemukakan pada
penyimpangan campuran bahan baku dan penyimpangan hasil bahan baku, juga
akan digunakan dalam menghitung penyimpangan hasil biaya tenaga kerja langsung
dan penyimpangan hasil biaya overhead pabrik. Rumus biayanya adalah sebagai
berikut:
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif
Standar Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x RataRata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit)
Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif
Standar Overhead Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata
Standar Keluaran Overhead Pabrik Per Unit)
Contoh 7
Melanjutkan contoh soal no 6, biaya untuk mengolah 12.000 kg bahan baku menjadi
1.000 unit produk memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah
Rp 3.000 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada bulan Maret
2015 adalah 40 jam dengan tarif tenaga kerja langsung yang dibayarkan Rp 3.200
per jam. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung
dengan tarif overhead pabrik sebesar Rp 4.000 per jam. Biaya overhead pabrik pada
volume aktivitas normal sebesar 40 jam per minggu adalah Rp 200.000.
198
Bab 9 – Biaya Standar
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Masukan
50 jam x Rp 3.000 per jam
=
10.000 kg
Rp150.000
=
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran
Rp 150.000
=
1.000 unit
Rp 15
=
10.000 kg
=
Rp 150
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Tenaga
Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar
Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit)
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
= 10.200 kg x Rp 15
= 10.200 kg x Rp 15
=
Rp 153.000
Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 150)
150.000
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Masukan
=
199
3.000 (U)
50 jam x Rp 4.000 per jam
10.000 kg
Rp200.000
=
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran
Rp
-
10.000 kg
=
Rp 200.000
1.000 unit
=
Rp 20
=
Rp 200
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Overhead
Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran
Overhead Pabrik Per Unit)
Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik
= 10.200 kg x Rp 20 = 10.200 kg x 0,1 x Rp 20
= Rp 204.000
Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 200)
200.000 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 4.000 (U)
Contoh 8
Data berikut ini menunjukkan campuran dan biaya standar bahan baku untuk
menghasilkan 10.000 liter cat kuku:
Bahan Harga Standar Per liter
Jumlah Bahan Baku
Baku
(Rp)
Yang Dipakai
A
1.200
4.000 liter
B
900
8.000 liter
Biaya untuk mengolah 12.000 liter bahan baku menjadi 10.000 liter cat kuku
memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah tenaga kerja langsung
Rp 3.840 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada minggu ini
adalah 40 jam dengan tarif upah yang dibayarkan Rp 4.500 per jam.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja
langsung dengan tarif overhead tetap Rp 1.500 dan tarif overhead variabel Rp
3.000. Biaya overhead pabrik tetap Aktual Rp 68.000 dan biaya overhead pabrik
variabel Aktual Rp 76.000.
Realisasi produksi adalah 9.500 liter dari 14.000 liter bahan baku (5.700 liter
bahan baku A dan 8.300 liter bahan baku B). Harga beli bahan baku A sebesar
Rp 1.500 per liter dan harga beli bahan baku B sebesar Rp 800 per liter.
Penyimpangan Harga Bahan Baku
= (Harga Aktual - Harga Standar) X
200
Bab 9 – Biaya Standar
Kuantitas Aktual
Penyimpangan Harga Bahan Baku A
= (Rp 1.500 – Rp 1.200) x 5.700 liter
= Rp 300 x 5.700 liter
= Rp 1.710.000 (U)
Penyimpangan Harga Bahan Baku B
= (Rp 800 – Rp 900) x 8.300 liter
= Rp 100 x 5.800 kg
= Rp 580.000 (F)
Penyimpangan Harga Bahan Baku A
Rp 1.710.000
(U)
Penyimpangan Harga Bahan Baku B
580.000
(F)
Rp 1.130.000
(U)
Total Penyimpangan Harga Bahan Baku
Biaya Bahan Baku A Menurut Jumlah Produksi
(4.000 liter x Rp 1.200 per liter)
Rp
4.800.000
(8.000 liter x Rp 900 per liter)
Rp
7.200.000
Total Biaya Bahan Baku Selama Produksi
Rp
12.000.000
Biaya Bahan Baku B Menurut Jumlah Produksi
Rata-rata Harga Standar Masukan
=
Rata-rata Harga Standar Keluaran
=
Rp12.000.000
4.000 liter + 8.000 liter
Rp12.000.000
10.000 liter
=
=
Rp12.000.000
12.000 liter
=
Rp 1.000
Rp 1.200
Penyimpangan Campuran Bahan Baku
=
Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar
=
(Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar MasingMasing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x
Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku)
201
Bab 9 – Biaya Standar
Campuran Yang Terlaksana:
Bahan Baku A
: 5.700 liter x Rp 1.200
Bahan Baku B
: 8.300 liter x Rp 900
Rp
6.840.000
7.470.000
Total Campuran Yang Terlaksana
Rp
14.310.000
Campuran Standar
(14.000 liter x Rp 1.000)
14.000.000
Penyimpangan Campuran Bahan Baku
Rp
-
310.000 (U)
Penyimpangan Hasil Bahan Baku
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar – Hasil Aktual
=
(Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) –
(Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit)
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar
(14.000 liter x Rp 1.000)
Rp
14.000.000
Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 1.200)
11.400.000
Penyimpangan Hasil Bahan Baku
Rp
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku
2.600.000
= (Kuantitas Aktual - Kuantitas
Standar) X Harga Standar
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku A
= (5.700 liter – 4.000 liter) x Rp 1.200
= 1.700 liter x Rp 1.200
= Rp 2.040.000 (U)
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku B
= (8.300 liter – 8.000 liter) x Rp 900
= 300 liter x Rp 900
= Rp 270.000 (U)
202
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku A
Rp 2.040.000 (U)
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku B
Rp
Total Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku
Rp 2.310.000 (U)
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja
270.000 (U)
= (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
= (Rp 4.500 – Rp 3.840) x 40 jam
= Rp 660 x 40 jam = Rp 26.400 (U)
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja
= (Jam Aktual – Jam Standar) X Tarif
Standar
= (40 jam – 50 jam) x Rp 3.840
= 10 jam x Rp 3.840
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran
=
=
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran
=
= Rp 38.400 ( F)
50 jam x Rp 3.840 per jam
12.000 liter
Rp 192.000
=
12.000 liter
Rp192.000
=
10.000 liter
Rp 19,2
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif
Standar Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x RataRata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit)
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
= 14.000 liter x Rp 16
= Rp 224.000
Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 19,2)
182.400 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
203
Rp 41.600 (U)
Rp 16
Bab 9 – Biaya Standar
Biaya overhead pabrik tetap Aktual
Rp
68.000
Biaya overhead pabrik variabel Aktual
Rp
76.000.
Biaya Overhead Pabrik Aktual
Rp
144.000
Penyimpangan Pengeluaran
=
(Biaya
Overhead
Pabrik
Aktual
(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)
Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Rp
144.000
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap ( 50 jam Rp 1.500/ jam) Rp75.000
Overhead Variabel
(50 jam x Rp 3.000/ jam)
150.000
Penyimpangan Pengeluaran
Penyimpangan Efisiensi
225.000
Rp
=
Tarif
Biaya
Overhead
81.000
Pabrik
(F)
Yang
Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah
Jam
Yang
Seharusnya
Menurut
Standar)
= Rp 4.500 x (40 Jam – 50 Jam)
= Rp 4.500 x 10 Jam = Rp 45.000 (U)
Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap
Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)
= Rp 1.500 x (50 Jam – 40 Jam)
= Rp 1.500 x 10 Jam
= Rp 15.000 (U)
204
Bab 9 – Biaya Standar
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Masukan
=
50 jam x Rp 4.500 per jam
12.000 liter
Rp225.000
=
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran
12.000 liter
=
Rp 225.000
10.000 liter
=
Rp 18,75
=
Rp 22,5
Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik
=
Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
=
(Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Overhead
Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran
Overhead Pabrik Per Unit)
Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik
= 14.000 liter x Rp 18,75
=
Rp
262.500
Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 22,5)
213.750 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung
205
Rp
48.750 U)
Bab 9 – Biaya Standar
LATIHAN
1. Berikut ini adalah data-data biaya overhead pabrik standar per unit, dengan
aktivitas produksi normal 2.000 unit :
Biaya Overhead Variabel Standar
: 1,5 jam mesin @ Rp 5.500,-
Biaya Overhead Tetap Standar
: 1,5 jam mesin @ Rp 10.000,- Rp 15.000
Biaya Overhead Tetap Yang Dianggarkan
Rp 8.250
Rp 30.000.000,-
Hasil produksi aktual
1.500 unit
Volume yang dianggarkan pada aktivitas normal
3.000 jam mesin
Jam mesin aktual
2.850 jam mesin
Jam mesin standar
2.250 jam mesin
Biaya overhead variabel aktual
Rp
12.475.000,-
Biaya overhead tetap aktual
Rp
25.000.000,-
Total Biaya Overhead Aktual
Rp
37.475.000.-
Diminta: Hitunglah varian overhead dengan memakai metode dua selisih, metode
tiga selisih (model A dan model B) dan metode tiga selisih!
2. Untuk membuat 1 jenis tart memerlukan biaya standar sebagai berikut:
Bahan Baku : 1 Kg Tepung @ Rp 8.500/ kg
Rp
8.500,-
Tenaga Kerja: 45 menit @ Rp 15.000/ kg
11.250,-
Overhead
18.750,-
: 45 menit @Rp 25.000/ kg
(Rasio tetap : variable = 2:3)
Kapasitas normal sebesar 3.750 jam kerja langsung. Data-data berikut
merupakan data-data yang diperoleh pada bulan April 2011:
Unit yang diproduksi
4.000 unit
Pembelian Bahan
4.500 kg @ Rp 8.300/ kg
Pemakaian bahan
4.100 Kg
Tenaga Kerja Langsung
3.150 jam @ Rp 17.500,-/ jam
Overhead aktual
Rp 75.600.000,-
Diminta:
a. Hitunglah budget biaya overhead tetap dan variabel berdasarkan kapasitas
normal bulanan!
206
Bab 9 – Biaya Standar
b. Hitunglah varians bahan (varians harga saat dibeli, dan varians kuantitas
pemakaian), varians tenaga kerja (varians tarif dan varians efisiensi) dan
varians overhead (varians terkendali dan varians volume)!
3. CV. Uenak memproduksi 1 cup jus lidah buaya. 1 cup mempunyai isi 250 ml.
Untuk membuat jus lidah buaya, diperlukan air (150 ml @ Rp 460/ liter), lidah
buaya (120 ml @ Rp 1.100/ liter), dan gula (10 ml @ Rp 5.300/ liter). Untuk
menghasilkan 1 cup jus lidah buaya diperlukan waktu pengerjaan selama 30
menit dengan tariff tenaga kerja langsung sebesar Rp 750,- per jam, tarif
overhead variabel sebesar Rp 900,- per jam dan tarif overhead tetap sebesar Rp
1.000,- per jam. Perusahaan tersebut menerapkan kapasitas normal sebesar
4.000 jam kerja langsung dengan 8.000 cup jus lidah buaya yang dihasilkan.
Berikut ini data-data biaya pada bulan September 2011:
Persediaan
Pembelian
Awal (Liter)
Akhir (Liter)
Kuantitas
Biaya/ Unit
Air
205
30
1.050
Rp 430,Lidah Buaya
250
150
950
Rp 1.250,
Gula
30
36
80
Rp 6.000,
Pada bulan September 2011 dihasilkanlah sebanyak 7.500 cup jus lidah buaya
Jenis Bahan
dengan lama pengerjaan selama 4.000 jam kerja langsung. Biaya tenaga kerja
langsung aktual sebesar Rp 8.000.000,Diminta:
a. Hitunglah varians bauran bahan!
b. Hitunglah varians hasil bahan!
c. Hitunglah varians hasil tenaga kerja!
d. Hitunglah varians hasil biaya overhead pabrik!
4. PT. Dau-dau menggunakan biaya standar dalam menetapkan biaya untuk
produk yang dihasilkan. Perusahaan menggunakan tiga jenis bahan yaitu bahan
X, bahan Y, dan bahan Z, dan komposisi dari bahan tersebut dapat diubahubah, tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Standar bahan yang
digunakan untuk menghasilkan 1 unit produk jadi, memerlukan 0,7 kg @ Rp
6.700,- bahan X; 0,5 kg @ Rp 3.520,- bahan Y; dan 0,3 kg @ Rp 4.000,-. Jam
kerja langsung yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit produk jadi
207
Bab 9 – Biaya Standar
memerlukan 0, 35 jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 17.800,-. Jam
tenaga kerja langsung aktual sebesar 2.500 dengan tarif Rp 17.500,-. Anggaran
biaya overhead disusun pada tingkat kapasitas normal sebesar 3.000 jam
tenaga kerja langsung per bulan. Anggaran biaya overhead tetap sebesar Rp
30.900.000,- dan anggaran biaya overhead variabel sebesar Rp 27.500.000,-.
Biaya overhead tetap aktual sebesar Rp 36.000.000,- dan biaya overhead
variabel aktual sebesar Rp 26.250.000,-. Unit produksi aktual sebesar 6.400.
Data-data aktual yang dapat dikumpulkan adalah sebagai berikut:
Kwantitas
Standar
2.000
4.000
4.000
Bahan
X
Y
Z
Kwantitas
Aktual
1.900
3.700
4.100
Harga Standar
(Rp)
6.700
3.520
4.000
Harga Aktual
(Rp)
7.000
3.400
4.100
Diminta: Hitunglah:
a. Penyimpangan Bahan !
b. Penyimpangan Tenaga Kerja (Penyimpangan tarif tenaga kerja,
penyimpangan efisiensi tenaga kerja, penyimpangan hasil tenaga
kerja)
c. Penyimpangan Biaya Overhead (penyimpangan pengeluaran,
penyimpangan kapasits menganggur, penyimpangan efisiensi
overhead dan penyimpangan hasil overhead).
5. PT. Mantap, menggunakan sistem biaya standar untuk menetapkan biaya
produk yg dihasilkan. Perusahaan tersebut memakai 3 bahan dasar, yaitu:
bahan A, bahan B, dan bahan C. Standar bahan yang digunakan untuk
menghasilkan 1 kg produk jadi memerlukan: bahan A sebesar 0,6 Kg @ Rp
1.200; bahan B sebesar 0,4 Kg @ Rp 870; bahan C sebesar 0,2 Kg @ Rp 750.
Jam kerja yg dibutuhkan utk menghasilkan 1 kg sebesar 0,5 jam kerja langsung
dengan tarif Rp 2.850 per jam. Anggaran biaya overhead pada tingkat kapasitas
normal sebesar 2.400 jam kerja langsung dengan biaya tetap sebesar Rp
3.600.000,- dan Rp 3.240.000 untuk biaya variabel
Data-data aktual sebagai berikut:
a. Tenaga kerja langsung sebesar Rp 6.188.000 dan jam
sebesar 2.380 jam
208
kerja langsung
Bab 9 – Biaya Standar
b. Biaya overhead tetap aktual sebesar Rp 3.800.000 dam biaya overhead
variabel aktual sebesar Rp 3.000.000,c. Hasil sesungguhnya sebesar 4.800 kg.
d. Bahan baku aktual:
Bahan
A
B
C
Pembelian
3.500 kg
2.300 kg
1.000 kg
Harga beli/ kg (Rp)
1.250
870
600
Diminta:
a. Hitunglah varians Bahan (bauran, dan hasil)
b. Hitunglah varians hasil tenaga kerja
c. Hitunglah varians biaya overhead pabrik
209
Pemakaian
2.900 Kg
1.930 Kg
870 Kg
Download