U-niversitas HKBPNommensen Medan Edisi Pertama Akuntansi Biaya Mangasa Sinurat Audrey M. Siahaan Ardin Doloksaribu Halomoan Sihombing Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya BAB 1 Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya Seorang manajer mempunyai tugas dan tanggungjawab manajemen sebagai seorang perencana dan pengawas perusahaan. Perencanaan mencakup penentuan serta penggarisan cara-cara bagaimana tujuan supaya dapat tercapai. Pengawasan mencakup langkah-langkah maupun metodemetode yang digunakan untuk menjamin pencapaian tujuan yang dimaksud. Agar perencanaan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik, manajemen memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi. 1. 1. Konsep Manajemen Dan Tujuan Akuntansi Biaya Manajemen puncak terdiri dari orang-orang yang bertugas mengambil keputusan, memberikan perintah, membentuk kebijaksanaan, dan mengarahkan agar semua orang mendukung kebijaksanaan perusahaan. Secara menyeluruh, fungsi manajemen meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian. Fungsi-fungsi tersebut terbentuk karena dalam suatu perusahaan akan terlibat orang-orang yang mendukung berjalannya sebuah perusahaan. Dalam rangka pengendalian operasi perusahaan manajemen ingin memperoleh umpan balik sampai sejauh mana wewenang yang telah didelegasikan kepada bawahan telah digunakan dengan sebaik-baiknya. Umpan balik itu berupa informasi yang dapat memberikan gambaran pelaksanaan tugas para bawahan sudah terpenuhi dan sejauh mana operasi tersebut telah menyerap dana perusahaan. Hal ini berarti umpan balik yang diharapkan akan berupa berapa biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam satu periode dan berapa kuantitas yang dihasilkannya. Menurut Carter dan Usry, akuntansi biaya adalah perhitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan 1 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis. Akuntansi biaya pada umumnya mempunyai empat fungsi yang berbeda yaitu: a. Fungsi penentuan biaya (Cost Finding) b. Fungsi pencatatan biaya (Cost Recording) c. Fungsi penganalisaan biaya (Cost Analyzing) d. Fungsi pelaporan biaya (Cost Rerportingi) Suatu perusahaan dalam melakukan sistem akuntansi biaya biasanya terlebih dahulu menentukan biaya dari suatu produk atau kegiatan tertentu. Walaupun semua fungsi akuntansi biaya penting, namun penentuan biaya dipandang paling kritis. Ini disebabkan karena fungsi-fungsi akuntansi biaya lainnya bergantung pada penentuan biaya. Di dalam sistem akuntansi biaya yang paling sering dibahas adalah mengenai prosedur-prosedur dan teknikteknik penentuan biaya. Sebuah sistem akuntansi biaya merupakan bahagian yang menyatu dari sistem akuntansi perusahaan dimana biaya-biaya dicatat pada buku jurnal. Setelah dicatat dalam buku jurnal, kemudian dipindahbukukan (posting) ke buku besar (general ledger). Data biaya biasanya disiapkan oleh seorang akuntan. Akuntan yang biasanya yang paling mampu untuk menganalisa informasi biaya dalam memecahkan permasalahan-permasalahan, merencanakan kegiatan-kegiatan dan memberikan tanggapan kepada manajemen. Analisa biaya yang tepat digunakan tergantung kepada pemahaman atas metode-metode yang digunakan dalam akuntansi biaya. Pada gambar 1.1 dapat kita lihat hubungan antara laporan akuntansi keuangan, laporan akuntansi biaya,dan kegiatan perusahaan. Penentuan umum tujuan perusahaan merupakan pembuatan keputusan tingkat yang paling tinggi. Untuk mencapai tujuan manajer membuat perencanaan. 2 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya Gambar 1.1 Hubungan Antara Akuntansi Biaya Dengan Perencanaan Dan Pengendalian Tujuan Umum Perusahaan Tujuan Khusus Perusahaan Laporan Akuntansi Keuangan Laporan Akuntansi Manajenen Perencanaan Untuk Mencapai Tujuan Operasi Data Akuntansi Biaya Hasil Sesungguhnya Pembuatan perencanaan yang terinci membutuhkan informasi akuntansi. Misalnya pembuatan anggaran, penentuan harga jual dan strategi pemasaran produk. Manager akan mengawasi dna mengarahkan aktivitas operasi perusahaan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kegiatan operasi perusahaan akan menghasilkan output yang sesungguhnya. Hasil tersebut akan dicatat dalam sistem akuntansi perusahaan. Data tersebut akan diproses dalam akuntansi biaya yang kemudian akan digunakan untuk penyusunan laporan akuntansi manajemen dan laporan akuntansi keuangan. Hasil laporan akuntansi tersebut akan dipergunakan untuk mengevaluasi perencanaan. Jika terjadi penyimpangan terhadap perencanaan, maka manajer akan mengambil tindakan untuk melakukan penyesuaian operasi perusahaan. Pengendalian seperti ini akan dilakukan oleh manajer secara periodik atau sesering mungkin. Sistem akuntansi biaya mengalami perubahan sesuai dengan perubahan proses produksi. Beberapa tahun terakhir ini perusahaan sudah memakai sistem komputer sehingga hampir menghapus pembukuan manual. 3 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya Sistem akuntansi biaya sangat dibutuhkan dalam dunia nyata suatu perusahaan seperti bank, pemerintah, dan lain-lain. Metode pabrikasi suatu produk, perdagangan suatu produk ataupun pemberian jasa suatu perusahaan dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga sangat berdampak pada sistem akuntansi biaya. Manfaat sistem akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya. Biaya-biaya biasanya dilaporkan secara rinci pada kebanyakan laporan-laporan akuntansi untuk kebutuhan inter/ manajemen, dan dilaporkan secara menyeluruh pada laporan-laporan akuntansi untuk kebutuhan ekstern. Laporan-laporan biaya biasanya yang paling banyak dan ini digunakan untuk keperluan intern manajemen. Informasi yang diperoleh dari sistem informasi akuntansi biaya akan berbeda-beda. Oleh karena itu, informasi biaya ini harus dapat dibandingkan dengan pendapatan dari berbagai tindakan alternatif yang akan dipilih oleh manajemen. Informasi biaya yang diperoleh tersebut dapat dipakai oleh manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, terutama yang menyangkut masalah-masalah khusus seperti membuat produk baru, menghentikan atau meneruskan suatu produk tertentu, menerima atau menolak pesanan khusus, membeli atau membuat sendiri bahan baku, dan, menjual langsung atau diproses lebih lanjut untuk produk bersama. Tujuan daripada sistem akuntansi biaya adalah: a. Memberikan data biaya untuk penentuan laba dan penilaian persediaan. b. Memberikan informasi yang diperlukan bagi pelaksanaan pengawasan kegiatan dan biaya perusahaan oleh manajemen. c. Memberikan informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan oleh manajemen. 4 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya 1. 2. Manajemen Produksi Manajemen produksi adalah salah satu bagian dari bidang manajemen yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan sangat diperlukan pembuatan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan agar barang yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengambilan keputusan yang diambil biasanya berhubungan dengan proses produksi dimana nanti bertujuan dengan tujuan perusahaan. Gambar 1.2 Skema Suatu Bisnis Gambar 1.2 Skema Sistem Produksi INPUT Material Manusia Modal Energi Proses Transformasi Produksi 5 OUTPUT Barang Jasa Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya Proses produksi pada umumnya dapat dipisahkan menurut berbagai segi. Pemilihan sudut pandang yang akan digunakan untuk pemisahan proses produksi dalam perusahaan ini akan tergantung untuk apa pemisahan tersebut dilaksanakan serta penentuan tipe produksi didasarkan faktor volume jumlah produk yang akan dihasilkan, kualitas produk yang diisyaratkan dan peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Jenis proses produksi ditinjau dari segi wujud proses produksi: a. Proses produksi Kimiawi Proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang menitikberatkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta senyawa kimia. Contoh perusahaan obat-obatan, perusahaan pertambangan minyak, dan lain-lain. b. Proses produksi perubahan bentuk Proses perubahan bentuk adalah proses produksi dimana yang dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses perubahan input menjadi output sehingga didapatkan penambahan manfaat atau faedah dari barang tersbeut. Contoh perusahaan mebel, perusahaan garmen, dan lain-lain. c. Proses produksi assembling Proses produksi assembling merupakan suatu proses produksi yang dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses penggabungan dari komponen-komponen produk dalam perusahaan yang bersangkutan atau membeli komponen produk yang dibeli dan perusahaan lain. Contoh perusahaan yang memproduksi peralatan elektronika, perakitan mobil, dan lain-lain. d. Proses produksi transportasi Proses produksi transportasi merupakan suatu proses produksi dengan jalan menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang ataupun manusia. Dengan adanya pemindahan tempat tersebut maka barang atau manusia yang bersangkutan ini akan mempunyai kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat. Contoh perusahaan kereta api, perusahaan angkutan umum, dan lain-lain. 6 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proses produksi yang memberikan jasa administrasi kepada perusahaanperusahaan yang lain atau lembaga-lembaga yang memerlukannya. Pemberian metode penyusunan, penyimpanan dan penyajian data serta informasi yang diperlukan oleh masingmasing perusahaan yang memerlukannya merupakan jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan semacam ini. Contoh lembaha konsultan manajemen atau akuntansi, biro konsultasi, dan lain-lain. Jenis produksi ditinjau dari segi arus proses produksi: a. Proses produksi terus menerus (continous processes) Merupakan proses produksi yang mempunyai pola atau urutan yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. b. Proses produksi terputus-putus (intermitten processes) Merupakan suatu proses produksi dimana arus proses yang ada dalam perusahaan tidak selalu sama. c. Proses produksi campuran Merupakan penggabungan dari proses terus menerus dan terputusputus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara utuh. 1. 3. Akuntansi Biaya Vs Akuntansi Keuangan Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang menyediakan informasi penting. Bahasa akuntansi didasari atas 2 (dua) variasi, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen; dan, akuntansi biaya merupakan yang menjembatani akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Informasi akuntansi dibedakan atas 3 (tiga) fungsi, yaitu: a. Menyediakan informasi untuk pihak eksternal (seperti: pemegang saham, kreditur, dan pihak-pihak yang berkepentingan). 7 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya b. Estimasi biaya produk yang diproduksikan dan pelayanan yang disediakan oleh perusahaan. c. Menyediakan informasi yang berguna untuk manajer internal dimana bertanggungjawab untuk perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja. Definisi akuntansi biaya menurut institute of management accounting dalam Jesse T. Barfield, et. al., bahwa: “... a technique or method for determining the cost of a project, process, or thing ... This cost is determining by direct measurement, arbitrary assignment, or systematic and rational allocation” Sistem akuntansi biaya adalah proses untuk menelusuri berbagai biaya masukan (input) ke pengeluaran (output) perusahaan seperti produk atau jasa. Proses ini digunakan oleh bentuk akuntansi tradisional melalui pencatatan buku – mulai dari jurnal, dan akun buku besar. Akun- akun yang mengandung sistem akuntansi biaya dan manajemen adalah penjualan, pembelian (bahan baku dan aset tanaman), produksi dan persediaan, perorangan, gaji, pengiriman, keuangan dan manajemen dana. Tidak semua informasi biaya dimasukkan ke laporan keuangan. Sejalan dengan itu, tidak semua informasi akuntansi keuangan berguna bagi manajer dalam melakukan fungsi pekerjaan sehari-hari. Akuntansi biaya dibuat tumpang tindih antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya berhubungan dengan akuntansi keuangan dalam hal penyediaan informasi biaya produk untuk akuntansi keuangan, dan untuk akuntansi manajemen menyediakan beberapa kuantitatif, manajer sistem berdasarkan biaya memerlukannya untuk melakukan tugas-tugasnya. Akuntansi biaya bisa tumpang tindih disebabkan sistem akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen harus mampu berbicara dan bergabung dengan bentuk jaringan informasi. Ada 2 (dua) sistem artikulasi, akuntan harus mampu mengerti bagaimana akuntansi biaya untuk laporan keuangan dan mendukung informasi manajemen yang diperlukan. Perusahaan yang tidak berbentuk manufaktur tidak perlu menguraikan sistem akuntansi biaya. Untuk perusahaan jasa perlu untuk mengerti berapa besar biaya jasa sehingga dapat membedakan biaya yang efektif yang dipakai pada aktivitas bisnis. 8 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya Tabel 1.1 Perbedaan Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Keuangan Akuntansi Biaya Akuntansi Keuangan Menyiapkan informasi untuk pihak Menyiapkan informasi untuk pihak internal eksternal Laporan hasil kegiatan produksi Laporan hasil operasi, perubahan ekuitas pemilik dan arus kas untuk suatu periode akuntansi Pengguna manajer Pengguna kreditur, pemilik, investor, pegawai dan masyarakat Gunanya untuk memantau setiap Gunanya untuk pengambilan kegiatan produksi keputusan 1. 3. Lingkungan Bisnis Global Pada jaman bisnis global sekarang, diperlukan 3 (tiga) tantangan dasar, yaitu: (1) Seorang manajer harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada pasar bisnis internasional sehingga manajer dapat mengidentifikasikan lokasi dimana perusahaan itu merasa kuat dan berkeinginan bersaing; (2) manajer harus merancang rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan; (3) perusahaan harus merancang sistem informasi yang akan konsisten dipegang perusahaan sesuai dengan rencana-rencana dan tujuantujuan. Berbicara mengenai lingkungan bisnis global, berarti kita berbicara mengenai struktur pasar internasional, perjanjian perdagangan, e commerce, peraturan dan perencanaan pertimbangan strategi dan etika. Oleh hubungan karena strategi itu, yang sangat penting diciptakan dan diimplementasikan pada sistem informasi akuntansi. Lingkungan bisnis yang selalu berubah akan menuntut setiap perusahaan untuk selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengeliminasi pemborosan dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Pengaruh daripada ekonomi internasional, persaingan global, tuntutan on time peformance mengakibatkan peningkatan seluruh aktivitas dari bisnis. Hampir semua bisnis berpartisipasi pada ekonomi global, dimana meliputi perdagang internasional barang dan jasa, perpindahan tenaga kerja, dan arus dana dan informasi. Dunia sangat penting menjadi lebih kecil dengan 9 Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya menggunakan perubahan teknologi dan kemampuan berkomunikasi baik itu perjanjian perdagangan dimana mendorong perpindahan internasional barang dan jasa ke beberapa negara. 10 Bab 2 – Konsep Biaya Konsep Biaya BAB 2 Pekerjaan manajemen biasanya terpusat terlebih dahulu kepada perencanaan dimana didalamnya terdapat penetapan tujuan serta perincian biaya. Setelah perencanaan, manajemen akan melihat pengawasan atau pengendalian. Manajemen didalam perencanaan, dan pengawasan memerlukan informasi. Informasi biaya diperoleh oleh manajemen dari akuntan. Biaya tidak dapat diartikan secara sederhana. Bagi akuntansi keuangan, biaya merupakan pengorbanan untuk dapat memperoleh sebuah barang atau jasa. Bagi akuntansi biaya, biaya itu mempunyai banyak maksud dan arti, tergantung dengan cara ataupun penggunaannya.Oleh karena itu, biaya itu harus mampu kita klasifikasikan berdasarkan keperluan daripada manajemen perusahaan. 2. 1. Konsep Biaya Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan/ bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Biaya dapat dibedakan atas biaya (cost) dan beban (expense). Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Beban (expenses) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang ditujukan untuk memperoleh pendapatan pada periode dimana beban itu terjadi. Beban (expenses) merupakan bagian daripada cost yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Objek biaya adalah sesuatu yang kita inginkan untuk suatu biaya yang diukur. Objek biaya itu dapat berupa produk, aktivitas, proyek, departemen, dan lain-lain. Manager menggunakan klasifikasi biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, dan data dicatat serta diklasifikasikan untuk satu tujuan yang mungkin tidak tepat untuk tujuan yang lain. Dengan mengetahui bagaimana biaya diklasifikasikan untuk tujuan tertentu (tujuan khusus), kita akan lebih 11 Bab 2 – Konsep Biaya mudah untuk mengklasifikasikan kembali biaya tersebut untuk kepentingan tujuan yang lain. Gambar 2.1 Dasar Konsep Biaya Biaya Pengeluaran Biaya Masa Lalu, Sekarang Atau Masa Datang Kas Yang Keluar Biaya Kesempatan Keuntungan Yang Tidak Diambil Dari Pilihan Alternatif Terbaik Beban Biaya Yang Dikorbankan Untuk Memperoleh Pendapatan Pada Periode AKuntansi 2. 1. Klasifikasi Biaya Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitannya dengan biaya. Pada umumnya jenis biaya-biaya yang timbul atau terjadi, serta pengklasifikasian biaya-biaya ini bergantung pada tipe perusahaan yang bersangkutan. Akuntansi biaya diperluan pada tipe perusahaan yang satu, sama seperti diperlukan pada tipe perusahaan lainnya. Oleh karena itu perlu juga mengetahui ciri-ciri biaya dari berbagai perusahaan industri, dagang dan jasa. Biaya-biaya secara umum dapat diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu : biaya berdasarkan hubungan dengan produk, biaya berdasarkan waktu, dan biaya berdasarkan volume produksi, dan lain-lain. 12 Bab 2 – Konsep Biaya Klasifikasi biaya menurut waktu pengakuan (timing recognition), yaitu: a. Biaya Produk (Product Cost) Adalah biaya yang terjadi dalam rangka membuat produk. Biaya tersebut sifatnya melekat pada produk. Biaya produk akan dipertemukan dengan pendapatan pada periode dimana produk tersebut dijual. Selama produk belum dijual, biaya produk tetap akan melekat pada produk (persediaan). Karena melekat pada produk (selama produk menjadi persediaan), biaya produk disebut sebagai biaya persediaan. b. Biaya Periode (Period Cost) Adalah biaya yang terjadi dalam satu periode yang tidak ada kaitannya dengan pembuatan produk. Biaya periode sifatnya tidak melekat pada produk dan akan dipertemukan dengan pendapatan untuk menghitung laba rugi pada periode yang bersangkutan. Klasifikasi biaya berdasarkan penelusuran biaya, yaitu: a. Biaya Langsung (Direct Cost) Adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau objek biaya. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau objek biaya. Contoh cara penelusuran biaya adalah Nona Nina ingin pergi nonton dan makan di malam hari. Cara menelusuri biaya tersebut, maka kita terlebih dahulu mengidentifikasi objek biaya apa saja yang ada selama Nona Nina pergi di malam hari. Hasil penelusuran bahwa, biaya langsungnya adalah tiket bioskop dan biaya makan malam. Sedangkan, biaya tidak langsungnya adalah biaya pakaian, sepatu, tas dan mobil yang dipakai Nona Nina untuk pergi nonton dan makan di malam hari. 13 Bab 2 – Konsep Biaya Gambar 2.2 Penelusuran Biaya Ke Objek Biaya Ditelusuri Secara Langsung Ditelusuri Secara Tidak Langsung Ditelusuri Secara Langsung Biaya Tidak Langsung Biaya Langsung Klasifikasi biaya berdasarkan hubungan dengan produk, yaitu: a. Biaya Produksi Adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. b. Biaya Non Produksi Adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi, yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi umum. Biaya penjualan adalah biaya yang diperlukan untuk menjual suatu barang/ jasa. Contoh biaya penjualan adalah biaya iklan, komisi penjualan, biaya pengiriman barang, biaya pelayanan pelanggan, dan lain-lain. Biaya administrasi umum adalah biaya yang diperlukan selama operasi bisnis. Contoh gaji eksekutif, biaya proses data, gaji satpam kantor, gaji akuntan, PBB kantor, biaya penyusutan gedung penyusutan komputer kantor, dan lain-lain. 14 kantor, biaya Bab 2 – Konsep Biaya Gambar 2.3 Arus Fisik Manufaktur Biaya bahan baku (Raw material) adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan, dimana bahan tersebut digunakan untuk membuat barang jadi. Biaya bahan baku dapat dibedakan, yaitu : a. Bahan baku langsung (Direct Material) Yaitu bahan baku yang dipakai secara langsung untuk proses langsung. Contoh kayu yang dipakai untuk membuat mebel, kain untuk membuat pakaian, karet yang dipakai untuk membuat ban, tepung untuk membuat kue, dan lain-lain. b. Bahan baku tidak langsung (Indirect Material) Bahan baku tidak langsung sering juga disebut bahan penolong. Yang termasuk bahan penolong 15 adalah bahan-bahan yang Bab 2 – Konsep Biaya digunakan untuk menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya relatif kecil, atau pemakainnya sangat rumit untuk dikenali di produk jadi. Contoh paku, lem kayu dalam pembuatan mebel, benang dalam pembuatan pakaian, kertas pola dan manik-manik yang ada dipakaian, cherry, coklat penghias kue, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja (labor cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji/ upah karyawan di bagian produksi. Biaya tenaga kerja dapat dibedakan, yaitu: a. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang secara langsung berhubungan untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi. Contoh baker untuk pembuat roti, koki untuk membuat makanan di rumah makan, tukang jahit yang menjahit pakaian, dan lain-lain. b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor Cost) Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi, tetapi bekerja di bagian produksi. Contoh satpam pabrik, mandor pabrik, dan lainlain. Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam proses produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk biaya overhead pabrik adalah: a. Biaya bahan baku tidak langsung b. Biaya tenaga kerja tidak langsung 16 Bab 2 – Konsep Biaya c. Biaya penyusutan pabrik, contoh biaya penyusutan mesin pabrik, biaya penyusutan gedung pabrik, dan lain-lain. d. Biaya lain-lain pabrik, contoh biaya listrik dan air pabrik, PBB pabrik, gaji akuntan pabrik, biaya pemakaian peralatan pabrik, biaya asuransi pabrik, biaya pemakaian minyak pabrik, dan lain-lain. Klasifikasi biaya berdasarkan terminologi biaya, yaitu: a. Biaya Utama (Prime Cost) Adalah biaya yang merupakan penggabungan dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. b. Biaya Konversi (Conversation Cost) Adalah biaya yang merupakan penggabungan dari tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Gambar 2.4 Diagram Venn Biaya Produksi Keterangan : Bahan Baku Langsung T K L Overhead Pabrik : Biaya Utama : Biaya Konversi Contoh 1: Data biaya suatu usaha kecil untuk bulan Juli 2015 per unit adalah sebagai berikut: biaya bahan baku langsung yang berhasil dihimpun adalah Rp 8.500,-, biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 5.000,- dan biaya overhead pabrik adalah Rp 10.000. 17 Bab 2 – Konsep Biaya Biaya Utama = Bahan Baku Langsung + Tenaga Kerja Langsung Biaya Utama = Rp 8.500 + Rp 5.000 Biaya Utama = Rp 13.500,- Biaya Konversi = Biaya Utama = Rp 5.000 + Rp 10.000 Biaya Utama = Rp 15.000,- Tenaga Kerja Langsung Overhead Pabrik + Biaya Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu: a. Biaya variabel Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Contoh: bahan baku langsung, perlengkapan, biaya penjualan, dan lain-lain. b. Biaya tetap Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji bagian produksi, pajak properti, dan lain-lain. c. Biaya semivariabel Adalah biaya didalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel. Contoh: biaya listrik, biaya air, dan lain-lain. 18 Bab 2 – Konsep Biaya Klasifikasi biaya berdasarkan periode waktu, yaitu: a. Biaya pengeluaran modal Adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dalam rangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva. Contoh pembelian mesin dan peralatan b. Biaya pengeluaran pendapatan Adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Contoh penyusutan mesin dan peralatan. 2. 3. Arus Biaya Produksi Apabila biaya produksi muncul, maka biaya tersebut akan di catat sebagai persediaan. Pada perusahaan manufaktur, ada terdapat 3 jenis persediaan, yaitu: a. Persediaan bahan baku (Raw Material Inventory) Adalah bahan baku yang dibeli dimana nanti akan dipakai untuk membuat suatu produk. b. Persediaan barang dalam proses (Work In Process Inventory) Adalah produk yang sudah ada dibagian proses produksi, tetapi produk tersebut belum selesai. c. Persediaan barang jadi (Finished Goods Inventory) Adalah barang jadi yang sudah siap diproses tetapi belum berhasil dijual. 19 Bab 2 – Konsep Biaya Gambar 2.5 Arus Persediaan Di Neraca Barang yang sudah siap dan ditransfer ke barang jadi itu adalah harga pokok produksi. Gambar 2.6 Arus Biaya Manufaktur 20 Bab 2 – Konsep Biaya Gambar 2.6 Arus Biaya Ke Laporan Keuangan 21 Bab 2 – Konsep Biaya PT. Senda Gurau Cost of Goods Manufactured Statement For the Year Ending December 31, 200X Beginning WIP Inventory, January 1 Rp 270,000 Manufacturing Cost During the Year: Direct Materials: Beginning Raw Materials Inventory, Jan. 1 Rp 95,000 Add: Purchases 5,627,000 Direct Materials Available Rp 5,722,000 Less: Ending RM Inventory, Dec. 31 72,000 Direct Materials put into Production Rp5,650,000 Direct Labor 1,220,000 Manufacturing Overhead 6,780,000 Total Manufacturing Costs Incurred 13,650,000 Total Work-in-Process During the Year Rp13,920,000 Less: Ending Work-in-Process Inv, Dec. 31 310,000 Cost of Goods Manufactured Rp 13,610,000 ========== PT. Senda Gurau Cost of Goods Sold Statement For the Year Ending December 31, 200X Beginning Finished Goods Inventory, Jan. 1 Rp 420,000 Cost of Goods Manufactured 13,610,000 Finished Goods Available for Sale Rp 14,030,000 Less: Ending Finished Goods Inventory, Dec. 31 Cost of Goods Sold 930,000 Rp 13,100,000 ========= 22 Bab 2 – Konsep Biaya PT. Senda Gurau Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Tahun Yang Berakhir, 31 Desember 200X Persediaan Awal Barang Dalam Proses, 1 Januari Rp 270,000 Biaya Produksi Selama Tahun Tersebut : Bahan Baku : Persediaan Awal Bahan Baku, 1 Januari Rp 95,000 Ditambah: Pembelian 5,627,000 Bahan Baku Yang Tersedia Rp 5,722,000 Dikurag: Persediaan Akhir Bahan Baku, 31 Des 72,000 Bahan Baku Yang Terpakai Selama Produksi Rp5,650,000 Tenaga Kerja Langsung 1,220,000 Overhead Pabrik 6,780,000 Total Biaya Produksi 13,650,000 Total Barang Dalam Proses Selama Tahun Tersebut Rp13,920,000 Dikurang: Persediaan Akhir Barang Dalam Proses, 31 Desember 310,000 Harga Pokok Produksi Rp 13,610,000 ========== PT. Senda Gurau Laporan Harga Pokok Penjualan Untuk Tahun Yang Berakhir, 31 Desember 200X Persediaan Awal Barang Jadi, 1 Januari Rp 420,000 Harga Pokok Produksi 13,610,000 Barang Yang Tersedia Untuk Dijual Rp 14,030,000 Dikurang: Persediaan Akhir Barang Jadi, 31 Desember Harga Pokok Penjualan 930,000 Rp 13,100,000 ========= 23 Bab 2 – Konsep Biaya LATIHAN 1. Suatu perusahaan telah mengumpulkan biaya yang terjadi selama bulan Januari 2015 sebagai berikut: biaya utama sejumlah Rp 165.000,- biaya konversi sebanyak Rp 100.000 dan biaya bahan baku langsung sebesar Rp 90.000,-/ Hitunglah berapa rupiah biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik selama bulan Januari 2015 tersebut? 2. Berikut ini adalah daftar saldo buku besar yang berkaitan dengan persediaan dan harga pokok penjualan di CV. Senantiasa Senang untuk bulan Maret 2015: Persediaan bahan baku Persediaan barang dalam proses Persediaan barang jadi Bahan baku yang digunakan Harga pokok penjualan Saldo 1 Maret (Rp) 906.500 1.195.100 166.500 - Saldo 30 Maret (Rp) 1.006.400 1.073.000 240.500 1.764.900 2.072.000 Buatlah laporan harga pokok produksi dan laporan harga pokok penjualan serta carilah angka untuk data berikut ini: a. Harga pokok produksi selama bulan Maret 2015! b. Total biaya produksi yang terjadi selama bulan Maret 2015! c. Bahan baku yang dibeli selama bulan Maret 2015! 3. Identifikasi keempat jenis perusahaan dibawah ini, manakah yang termasuk bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung: a. Perusahaan penerbitan memakai bahan baku kertas, tinta, lem, alat press cetak, bingkai/ frame, pelumas, paku, cat. b. Pabrik mobil memakai bahan baku bor, oli, alat pemadam kebakaran, baja, besi, alumunium, biaya merk, kaca, listrik dan mesin mobil. c. Pabrik komputer memakai bahan baku chipset, obeng, monitor, konduktor, power supply dan pembersih debu. d. Pabrik konveksi pakaian memakai bahan baku kain, benang, kancing, pola, jarum, kapur, manik-manik, dan obras. 24 Bab 2 – Konsep Biaya 4. Berikut ini adalah data-data biaya: Kain Pegawai Pabrik Tukang Potong Kayu Upah Koki Tepung Minyak Mentah Amplas Kayu Tukang Linting Rokok Gaji Satpam Pabrik Vanili Pola Kertas PBB Pabrik Garam Paku Tukang Jahit Oli Mandor Pabrik Tukang Bordir Listrik Pabrik Penyusutan Pabrik Sekrup Reparasi Mesin Pabrik Reparasi Mesin Pabrik Diminta: Klasifikasikan biaya-biaya diatas menjadi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik! 5. Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini sebagai biaya penjualan dan biaya administrasi umum: Beban Iklan Penyusutan Kantor Sampel Barang Gratis Biaya Piutang Tidak Tertagih Gaji Administrasi Kantor Hiburan Sewa Kantor Promosi Biaya Alat Tulis Kantor Gaji Bagian Penjualan 6. Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini sebagai biaya variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel: Gaji Eksekutif Produksi Upah Lembur Telepon Perlengkapan Asuransi Properti Biaya Komunikasi Royalti Biaya Perjalanan Dinas Sewa Pemeliharaan Gedung PPh Pasal 21 Hiburan Amortisasi Paten Kerusakan Bahan Gaji Penyelia 7. Toko roti “Rotiku” akan memproduksikan sebuah cake. Direncanakan akan memproduksi 50 cake. Berikut ini adalah biaya-biaya untuk membuat cake: Telur Gula Tepung Rp Rp Rp 25 2.500.000 1.800.000 1.750.000 Bab 2 – Konsep Biaya Vanili Pelembut Coklat Bubuk Coklat Batang Rum Mentega Gula Halus Buah Chery Mentega Putih Upah Koki Kue Gaji Supervisi Bahan Pembantu Lainnya Gaji Satpam (50 % dipakai oleh pabrik) Gaji Pimpinan (35 % dipakai oleh Pabrik) Penyusutan Bangunan (45 % dipakai oleh Kantor) Perlengkapan ( 30 % dipakai oleh pabrik) Gaji Bagian penjualan Sampel Barang Gratis Upah Operator Mesin Genset Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp RP Rp Rp Rp Rp 25.000 35.000 80.000 180.000 150.000 290.000 180.000 200.000 230.000 3.500.000 1.500.000 280.000 2.300.000 8.500.000 6.000.000 3.500.000 2.500.000 350.000 850.000 Diminta: a. Hitunglah Bahan Baku Langsung! b. Hitunglah Tenaga Kerja Langsung! c. Hitunglah Biaya Overhead Pabrik! d. Hitunglah total biaya produksi untuk cake tersebut! e. Hitunglah Biaya Produksi Variabel! f. Hitunglah Biaya Produksi Tetap! g. Hitunglah Biaya Periode Variabel! h. Hitunglah Biaya Periode Tetap! i. Hitunglah Biaya utama dan biaya konversi! 8. Informasi berikut ini diperoleh dari CV. Subur Subuh Tahun 2014 (dalam Rp): Biaya Administrasi Biaya Pemakaian Energi Listrik Di Pabrik Biaya Tenaga Kerja Langsung Komisi Penjualan 26 154.300 2.406.350 2.723.400 750.000 Bab 2 – Konsep Biaya PBB Pabrik Pemakaian Bahan Habis Pakai Pabrik Pemakaian Bahan Pembantu Pembelian Bahan Baku Penjualan Tenaga Kerja Tidak Langsung Penyusutan Bangunan Pabrik Persediaan Awal Bahan Baku Persediaan Akhir Bahan Baku Persediaan Awal Barang Dalam Proses Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Persediaan Awal Barang Jadi Persediaan Akhir Barang Jadi Diminta: 225.000 75.500 345.750 6.495.000 26.986.500 551.500 225.200 126.500 198.000 958.463 1.202.000 1.963.100 2.250.000 a. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi! b. Buatlah Laporan Harga Pokok Penjualan! c. Buatlah Laporan Laba Rugi! 9. PT. Batak Top mempunyai informasi biaya sebagai berikut (dalam Rp): Biaya administrasi selain karyawan Biaya depresiasi (80% untuk pabrik) Biaya gaji bagian administrasi Biaya pemasaran Biaya pengangkutan pembelian bahan baku Tenaga kerja tidak langsung Bahan baku tidak langsung Tenaga kerja langsung Biaya listrik (80 % untuk pabrik) PBB (65% untuk pabrik) Pembelian bahan baku Penjualan Persediaan awal bahan baku Persediaan akhir bahan baku Persediaan awal barang dalam proses Persediaan akhir barang dalam proses Persediaan awal barang jadi Persediaan akhir barang jadi Diminta: a. Buatlah laporan harga pokok produksi, b. Buatlah laporan harga pokok penjualan ! c. Buatlah laporan laba rugi! 27 15.600.900 4.800.000 4.500.000 5.600.000 2.540.000 12.850.000 24.205.000 56.905.000 32.950.500 1.206.000 75.604.400 325.496.800 5.672.000 3.978.500 26.459.300 23.854.200 35.461.000 37.269.100 Bab 3 – Perilaku Biaya BAB 3 Perilaku Biaya Para manajer dihampir semua perusahaan ingin mengetahui bagaimana biaya dipengaruhi oleh perubahan pada volume kegiatan atau aktivitas perusahaan. Hubungan antara biaya dan volume aktivitas sangat relevan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan manajemen. Untuk tujuan pembuatan keputusan, klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi merupakan salah satu klasifikasi biaya yang paling bermanfaat. Penentuan harga dan tingkat produksi merupakan contoh keputusan-keputusan sebagian yang didasarkan atas informasi mengenai perilaku biaya. Kemampuan mengawasi biaya juga tergantung pada pengetahuan bagaimana biaya bereaksi terhadap perubahan volume atau tingkat produksi maupun tingkat kegiatan usaha. 3.1 Definisi Perilaku Biaya Pengetahuan akan perilaku biaya akan membuat manajer terbantu membuat prediksi biaya yang diperlukan. Prediksi biaya merupakan peramalan atau taksiran biaya untuk tingkat atau volume aktivitas tertentu. Perilaku biaya dapat kita artikan sebagai bagaimana sebuah biaya dapat merespon sebuah perubahan pada level aktivitas tertentu dalam satu rentang relevan yang sama. Rentang relevan adalah suatu level aktivitas tertentu dimana total biaya tetap dan total biaya variabel tidak akan berubah. Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu: a. Biaya variabel Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Contoh: bahan baku langsung, perlengkapan, biaya penjualan, dan lain-lain. 28 Bab 3 – Perilaku Biaya b. Biaya tetap Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji bagian produksi, pajak properti, dan lain-lain. c. Biaya semivariabel Adalah biaya didalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel. Contoh: biaya listrik, biaya air, dan lain-lain. 3.2 Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel akan berubah secara proporsional terhadap volume dalam satu rentang relevan. Biaya variabel akan “berubah-ubah” di total biaya variabel walaupun aktivitas akan berubah. Biaya variabel per unit akan kelihatan konstan ketika aktivitas berubah dalam suatu rentang relevan. Semua biaya langsung adalah biaya variabel. Contoh dari biaya variabel adalah biaya bahan bakar, biaya lembur, dan lain-lain. Ciri-ciri biaya variabel adalah: a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume. b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan. c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan cukup mudah dan tepat. d. Dapat dikendalikan oleh seorang kepada departemen tertentu. 29 Bab 3 – Perilaku Biaya Gambar 3.1 Gambar Grafik Biaya Variabel Contoh 1: Berikut ini adalah data-data biaya bahan untuk bulan Januari 2015: Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan bulan Januari 2015 dibawah ini: 30 Bab 3 – Perilaku Biaya 3.3 Biaya Tetap (fixed Cost) Biaya tetap akan tetap terhadap perubahan volume dalam satu rentang relevan. Biaya tetap per unit akan berbeda ketika aktivitas berubah dalam suatu rentang relevan. Biaya tetap secara total akan “tetap” walaupun terdapat perubahan aktivitas. Ciri-ciri dari biaya tetap: a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang output yang relevan. b. Penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan. c. Dapat dibebankan kepada departemen berdasarkan keputusan manajemen atau menurut metode alokasi biaya. d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak ditanggug oleh manajemen eksekutif daripada manajer operasi. 31 Bab 3 – Perilaku Biaya Gambar 3.2 Gambar Grafik Biaya Tetap Contoh 2: Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan bulan Januari 2015 dibawah ini: 32 Bab 3 – Perilaku Biaya Tipe biaya tetap ada 2 (dua), yaitu: a. Biaya Tetap Yang Dilakukan (Committed Fixed Cost) Biaya ini biasanya akan muncul untuk waktu yang lama (jangka panjang), dan tidak dapat diubah pada waktu sekarang (jangka pendek). Contoh: depresiasi mesin, PBB, dan lain-lain. b. Biaya Tetap Yang Berdasarkan Kebijakan (Discretionary Fixed Cost) Biaya tetap ini biasanya dapat diubah pada waktu sekarang (jangka pendek) sesuai dengan keputusan manajemen yang dianggap tepat. Contoh: biaya iklan, biaya riset dan pengembangan. 3.4 Biaya Semi Variabel (semivariable Cost) Di dalam biaya semivariabel, terdapat komponen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya semivariabel ini sering disebut juga sebagai biaya campuran. Ciri- ciri daripada biaya semivariabel adalah: a. Meskipun tidak ada aktivitas maka biaya ini tetap ada. b. Total biaya semivariabel akan berubah jika aktivitasnya berubah. 33 Bab 3 – Perilaku Biaya Costs ($) Gambar 3.3 Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 1 Biaya Semi Variabel Activity Level Gambar 3.4 Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 2 3.5 Biaya Bertahap (Step Cost) Dari segi total, biaya akan mengalami kenaikan ketika volume berubah secara khusus. Biaya bertahap ini dapat kita jumpai untuk biaya variabel 34 Bab 3 – Perilaku Biaya (disebut juga step variable cost) dan biaya tetap (disebut juga step fixed cost). Perbedaan dari step fixed cost dengan step variable cost itu hanya pada kedalaman rentang relevan saja. Step variable cost biasanya punya rentang relevan yang lebih pendek (biasanya dibawah 1 tahun) dibandingkan dengan step fixed cost (biasanya diatas 1 tahun). Contoh step variable cost adalah seorang mahasiswa membayar uang makan ke rumah makan yang sama selama 3 bulan berturut-turut, dan setelah 3 bulan, mahasiswa tersebut akan pergi berlangganan rumah makan lain untuk bulan berikutnya. Contoh step fixed cost adalah seorang mahasiswa mengontrak rumah untuk tempat tinggal selama 1 tahun, pada tahun berikutnya sewa rumah tersebut naik. Gambar 3.5 Gambar Grafik Biaya Variabel Yang Bertahap (Step Variable Cost) Gambar 3.6 Gambar Grafik Biaya Tetap Yang Bertahap (Step Fixed Cost) 35 Bab 3 – Perilaku Biaya 3.6 Metode Pemisahan Biaya Semivariabel Biaya semivariabel mempunyai unsur komponen biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu, biaya semivariabel harus dapat dipisahkan berapakah sebenarnya komponen biaya tetap dan berapakah komponen biaya variabel. Ada 3 (tiga) metode pemisahan biaya semivariabel, yaitu: a. Metode tinggi rendah (high low method) b. Metode scattergraph c. Metode least Squares Metode tinggi rendah (high low method) Satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk memisahkan komponen tetap dan variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode tinggi rendah (high low method). Dari sekumpulan data untuk suatu periode, dipilih satu tingkatan aktivitas tertinggi beserta jumlah biaya yang berkaitan, dan satu tingkat biaya terendah juga beserta jumlah biaya yang berkaitan. Perubahan biaya dari tingkat aktivitas terendah ke tingkat aktivitas tertinggi dibagi dengan perubahan tingkatan aktivitas dari tingkat aktivitas terendah ke tingkatan aktivitas tertinggi akan menghasilkan perubahan biaya (tarif variabel). Apabila tingkat perubahan biaya telah diketahui maka jumlah biaya variabel pada tingkat aktivitas tertinggi maupun pada tingkat aktivitas terendah dapat dihitung. Jika jumlah biaya variabel pada tingkat aktivitas yang dipilih dikurangkan dari jumlah biaya pada tingkat aktivitas tersebut, maka sisanya adalah unsur tetap dari biaya variabel yang dianalisa. Metode tinggi rendah memiliki kelemahan dalam beberapa hal dan oleh karena itu, komponen tetap dan komponen variabel yang diperoleh dengan menggunakan metode ini harus di cek ulang kembali terhadap data mentahnya untuk melihat kebenaran ataupun kewajarannya. Tidak ada solusi kuantitatif yang lebih baik dari data masukan dan metode yang digunakan untuk mengolah data tersebut. Metode tinggi rendah memberikan solusi yang layak tetapi tidak sempurna. 36 Bab 3 – Perilaku Biaya Contoh 2: PT. Siantar Man mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung yang sedang diteliti dan dipelajari. Data yang akan diteliti itu merupakan data bulan Mei 2015. Data-data tersebut adalah sebagai berikut: Aktivitas (Jam Tenaga Kerja Langsung 500 600 300 1.000 Januari Februari Maret April Biaya (Rp) 18.250.000 18.900.000 16.950.000 21.500.000 Dengan memakai metode tinggi rendah, maka kita dapat menghitung komponen tetap dan variabel, seperti yang dibawah ini: Aktivitas (Jam Tenaga Kerja Langsung 1.000 300 700 Tertinggi (April) Terendah (Maret) Selisih Tarif Biaya Variabel = Jumlah Biaya Biaya Variabel (1.000 x Rp 6.500) Biaya Tetap Rumus Biaya : Biaya (Rp) 21.500.000 16.950.000 4.550.000 4.550.000 = 6.500 700 Pada Aktivitas 1.000 Jam (Rp) 21.500.000 6.500.000 15.000.000 Y = Rp 15.000.000 + Rp 6.500 X Metode scattergraph Metode lain yang dapat digunakan untuk dapat memisahkan komponen tetap dan komponen variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode scattergraph. Metode ini memerlukan penggambaran suatu grafik dimana pada sumbu vertikal (sumbu Y) diperlihatkan sebagai biaya, sedangkan pada sumbu horizontal (sumbu X) diperlihatkan sebagai volume atau tingkat aktivitas. Titik yang berkaitan dengan data mentah (tingkat aktivitas dan biaya yang berkaitan) diterakan pada grafik dan kemudian berdasarkan pengamatan/ pandangan mata ditariklah satu garis yang paling mendekati semua titik-titik tersebut. 37 Bab 3 – Perilaku Biaya Titik – titik yang digambarkan pada sistem sumbu X dan sumbu Y disebut scattergraph dan satu garis yang ditarik paling mendekati semua titik – titik – titik tersebut adalah merupakan garis regresi (regression line). Garis regresi pada hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya variabel per unit ditunjukkan oleh tingkat kemiringan garis regresi tersebut dan unsur tetap, rata-rata totalnya ditunjukkan oleh titik dimana sumbu vertikal (sumbu Y) dipotong oleh garis regresi itu. Contoh 3: CV. Lolipop mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung untuk periode tahun 204 adalah sebagai berikut: Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jam 20 18 28 32 40 38 53 48 50 45 30 42 Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) 64.000 60.000 78.000 84.000 100.000 96.000 138.000 120.000 130.000 110.000 80.000 104.000 Maka, berdasarkan data-data biaya tenaga kerja tidak langsung maka dapat digambarkan scarttergraph adalah sebagai berikut: 150,000 100,000 50,000 Garis Biaya Tetap 0 0 2 4 6 8 10 Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) 38 12 14 Bab 3 – Perilaku Biaya Metode scattergraph memungkinkan penganalisaan sejumlah besar titik-titik pengamatan, namun kecermatan dalam menarik garis total biaya atau garis regresi sangat diperlukan, karena perubahan kecil pada kemiringan garis tersebut akan berdampak besar terhadap tingkat perubahan biaya (variable cost) yang dihitung berdasarkan metode ini. Metode least Squares Suatu garis regresi yang akurat yang dapat ditemukan dan digambarkan setelah terlebih dahulu dihitung persamaan garis regresi itu dengan memakai metode statistik least squares. Metode ini merupakan cara yang paling akurat untuk mengestimasi komponen tetap dan komponen variabel dari suatu biaya semivariabel. Metode least squares didasarkan pada penentuan atau perhitungan suatu persamaan garis lurus (straight line equation). Suatu garis lurus dapat dinyatakan dengan bentuk persamaan: Y = a + bx a∑X + b∑X2 ∑XY = ∑Y = na + b∑X a : biaya tetap b : biaya variabel n : jumlah pengamatan atau observasi x : satuan aktivitas/ kegiatan y : biaya semivariabel yang diamati Memakai data dari contoh 2 memakai least squares , maka: Rata-rata Jam = 444 = 12 37 Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 39 = 1.164.000 = 97.000 12 Bab 3 – Perilaku Biaya Jam Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) (1) (2) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 20 18 28 32 40 38 53 48 50 45 30 42 64.000 60.000 78.000 84.000 100.000 96.000 138.000 120.000 130.000 110.000 80.000 104.000 (17) (19) (9) (5) 3 1 16 11 13 8 (7) 5 289 361 81 25 9 1 256 121 169 64 49 25 (33.000) (37.000) (19.000) (13.000) 3.000 (1.000) 41.000 23.000 33.000 13.000 (17.000) 7.000 561.000 703.000 171.000 65.000 9.000 (1.000) 656.000 253.000 429.000 104.000 119.000 35.000 Total 444 1.164.000 0 1.450 0 3.104.000 Bulan Selisih Ratarata Jam (37 jam) (1) - 37 =(3) Biaya Variabel = Kolom (3) dikuadratkan (3)2 = (4) Selisih Dari Rata-rata By Tenaga Kerja Tidak Langsung = 97.000 (2) - 97.000 = (5) 3.104.000 = 2.140,69 1.450 Biaya Tetap = 97.000 – (37) (2.140,69) Biaya Tetap = 97.000 – 79.205,53 Biaya Tetap = 17.794,47 Rumus Biaya: Y = Rp 17.794,47 + Rp 2.140,69 X 40 (3) x (5) (6) Bab 3 – Perilaku Biaya LATIHAN 1. Berikut ini adaah data mengenai biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya: Biaya Penjualan Bulan Pemeliharaan (Rp 000.000) (Rp 000.000) Januari 53 600 Februari 55 700 Maret 47 550 April 51 650 Mei 45 500 Juni 49 610 Dengan memakai metode tinggi rendah, hitunglah komponen variabel dan komponen tetap dari biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya. Coba gambarkan scattergraph. 2. Biaya sewa sebagai fungsi dari pemakaian jam mesin selama 4 (empat) buan adalah sebagai berikut: Bulan Januari Februari Maret April Jam Mesin 20 15 25 20 Biaya Sewa (Rp) 300.000 250.000 350.000 300.000 Diminta: Tentukanlah dengan metode least squares formula biaya untuk menentukan besarnya komponen tetap dan komponen variabel! 3. Toni merupakan seorang akuntan yang diberi tugas untuk menyusun rencana pengembangan perusahaan tempat dia bekerja. Untuk mendukung tugas Toni, maka diambil data-data biaya pemeliharaan tahun 2014. 41 Bab 3 – Perilaku Biaya Jam Pemeliharaan Januari 480 Februari 320 Maret 400 April 300 Mei 500 Juni 310 Juli 320 Agustus 520 September 490 Oktober 470 November 350 Desember 340 Total 4.800 Rata-rata 400 Bulan Biaya Pemeliharaan (Rp) 4.200.000 3.000.000 3.600.000 2.820.000 4.350.000 2.960.000 3.030.000 4.470.000 4.260.000 4.050.000 3.300.000 3.160.000 43.200.000 3.600.000 Diminta: a. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, hitunglah komponen tetap dan komponen variabel! b. Tentukan rumus biaya! c. Hitunglah berapa biaya pemeliharaan menurut prediksi seandainya terdapat 600 jam pemeliharaan! d. Hitunglah biaya pemeliharaan variabel per jam dan biaya pemeliharaan tetap per jam pada volume 600 jam pemeliharaan! 4. PT. Mula Senang mengakumulasi data biaya pemeriksaan dan jumlah pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut: Biaya Pemeriksaan (Rp) 6.200.000 7.120.000 8.820.000 9.140.000 10.000.000 Diminta: a. Tentukanlah titik tertinggi dan titik terendah! 42 Jumlah Pemeriksaan 100 200 300 400 500 Bab 3 – Perilaku Biaya b. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, siapkanlah rumus biaya pemeriksaan! Berapakah perkiraan biaya pemeriksaan seandainya yang dipakai jumlah pemeriksaan sebesar 280? c. Dengan menggunakan metode least squares, siapkanlah rumus biaya pemeriksaan! Berapakah perkiraan biaya pemeriksaan seandainya yang dipakai jumlah pemeriksaan sebesar 280? 5. PT. Deedee perlu membuat perkiraan anggaran yang cepat untuk biaya overhead yang terkait dengan mesin. Untuk itu ia mengumpulkan informasi tentang aktvitas overhead yang terkait dengan tiga mesin pada tahun 2014, yaitu penyusutan, penggunaan listrik dan pemeliharaan. Dalam informasi tersebut termasuk biaya penggunaan jam mesin pada bulan-bulan dengan penggunaan tinggi rendah. Biaya total tiga aktivitas untuk tingkat jam mesin tinggi rendah adalah sebagai berikut: Aktivitas Penyusutan Penggunaan Listrik Pemeliharaan Biaya Total (Rp) 24.000 jam mesin 48.000 jam mesin 170.000.000 158.000.000 16.320.000 8.160.000 149.000.000 101.000.000 Diminta: a. Gunakanlah metode tinggi rendah untuk menghitung komponen variabel dan biaya tetap tiap aktivitas! b. Berapakah prediksi biaya tiap aktivitas untuk 32.000 jam mesin? c. Buatlah rumus biaya yang dapat digunakan untuk memprediksi tiga aktivitas! 6. CV. Marsha Boneka sedang berusaha menentukan perilaku biaya dari kegiatan overhead untuk pabriknya di Sumatera. Salah satu aktivitas utamanya adalah aktivitas penyetelan. Dua kemungkinan penggerak telah disebutkan yakni jam penyetelan dan jumlah penyetelan. Akuntan pabrik dalam melihat perilaku biaya memakai metode least square. Akuntan pabrik telah berhasil mengakumulasikan data mengenai aktivitas penyetelan, yaitu: 43 Bab 3 – Perilaku Biaya Bulan Februari Maret April Mei Juni Jam Penyetelan 2.000 2.100 3.000 2.700 3.000 Biaya Penyetelan (Rp) 7.600.000 7.850.000 11.200.000 9.350.000 9.000.000 Jumlah Penyetelan 180 205 540 355 320 Diminta: a. Hitunglah rumus biaya dengan jam penyetelan sebagai penggerak dan satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan 2.600 jam penyetelan pada bulan berikutnya, berapakah biaya penyetelan yang akan diprediksikan? b. Hitunglah rumus biaya dengan jumlah penyetelan sebagai penggerak dan satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan jumlah penyetelan sebanyak 280 pada bulan berikutnya, berapakah biaya penyetelan yang akan diprediksikan? 7. PT. Sejahtera memproduksikan beberapa jenis produk. Perusahaan ini sedang berencana memperkenalkan suatu produk baru yang akan dijual dengan harga Rp 8.000 per unit. Taksiran berikut ini telah dibuat untu biaya produksi sebanyak 100.000 units yang akan diproduksikan pada tahun pertama: Biaya bahan baku Rp 50.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Tarif Upah : Rp 16.000 per jam) Rp 40.000.000 Biaya-biaya overhead produksi belum ditaksir untuk produk baru tersebut, tetapi data jumlah produksi dan biaya overhead untuk 24 bulan terakhir telah dianalisa dengan menggunakan metode least squares. Rumusan berikut ini adalah sebagai hasil analisa garis regresi yang akan dipakai sebagai dasar menaksir besarnya overhead untuk produk baru: Hasil analisa regresi : Y = a + bx 44 Bab 3 – Perilaku Biaya Y : biaya overhead pabrik X : jam kerja langsung Nilai perhitungan: Titik perpotongan dengan sumbu Y = Rp 40.000.000 Koefisien variabel bebas = Rp 2.100 Diminta: a. Tuliskan persamaan garis regresi untuk taksiran diatas! b. Hitunglah prediksi biaya overhad pada volume aktivitas sebesar 20.000 jam tenaga kerja langsung! 45 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya BAB 4 Sistem Akuntansi Biaya Suatu perusahaan dagang hanya memperjualbelikan barang tanpa melakukan perubahan mendasar pada bentuk dan isi barang tersebut. Pada perusahaan industri diperlukan beberapa perkiraan atau rekening biaya yang tidak diperlukan pada perusahaan dagang, karena pada perusahaan industri, manajemen tidak saja memerlukan informasi mengenai harga barang yang dibeli dan dijual, tetapi juga perlu mengetahui nilai dari bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi yang tidak hanya dipengaruhi oleh harga bahan baku tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai biaya yang berhubungan dengan proses produksi. 4.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memerlukan informasi yang relevan dan baik (berkualitas) untuk mengelola suatu perusahaan. Informasi yang dibutuhkan oleh manajemen tersebut dihasilkan oleh sebuah sistem yaitu sistem informasi manajemen. Informasi akuntansi termasuk juga dalam informasi yang dibutuhkan oleh manajemen. Agar manajemen dapat menerima informasi akuntansi sesuai dengan kebutuhannya, maka perusahaan menerapkan sistem informasi akuntansi. Dengan diterapkannya sistem informasi akuntansi, perusahaan dapat menyimpan data operasi perusahaan dan mengolahnya menjadi informasi yang baik. Manajemen memerlukan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem informasi yang disebut sistem informasi manajemen. Untuk perusahaan pabrikasi, di dalam sistem informasi manajemen terdapat sistem informasi akuntansi, dan di dalam sistem informasi akuntansi terdapat sistem akuntansi biaya. Pada sistem informasi akuntansi terdapat akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. 46 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Gambar 4.1 Hubungan Database Akuntansi Biaya Dengan Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Manajemen Akuntansi Akuntansi Manajemen Keuangan Data Base Akuntansi Biaya 4.2 Sistem Informasi Akuntansi Biaya Sistem informasi akuntansi biaya merupakan suatu deretan prosedur dimulai dari formulir, catatan dan laporan biaya suatu perusahaan manufaktur yang dibuat secara terkoordinasi dimana bertujuan untuk melaksanakan kegiatan yang merupakan infromasi biaya bagi manajemen. Kalau kita berbicara mengenai sistem informasi akuntansi biaya, maka kita akan berbicara mengenai akumulasi biaya. Akumulasi biaya merupakan suatu cara untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk dan jasa atau menyangkut suatu hal. Untuk melihat sistem sebuah alur bahan yang hendak diproses akan diubah menjadi barang jadi dapat dilihat di gambar 4.2. Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi biaya berupa dasar untuk membedakan biaya produk dan harga jual, dan menolong manajemen untuk rencana dan pengendalian operasional. Di dalam sistem informasi akuntansi biaya, biasanya kita akan berbicara mengenai biaya-biaya produksi. Biaya-biaya produksi tersebut akan diakumulasi sesuai dengan cara perusahaan itu melakukan kegiatan perusahaannya. Ada perusahaan akan melakukan kegiatan perusahaan apabila ada pesanan dari pelanggan. Ada perusahaan akan melakukan 47 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya kegiatan perusahaan secara terus-menerus walaupun tidak ada yang melakukan pesanan. Sistem informasi akuntansi biaya ini akan membantu manajemen dalam mendapatkan informasi yang paling akurat mengenai biaya produksi. Manajemen memerlukan informasi biaya yang sangat akurat karena: a. Manajemen memerlukan rencana masa depan. b. Manajemen memerlukan pengendalian operasional perusahaan. c. Manajemen perlu mengevaluasi kinerja masa lampau. d. Manajemen memerlukan mengirimkan kualitas tertinggi ke pelanggan dengan harga yang rendah. Manajemen akan selalu mengerjakan informasi yang akurat karena itu akan dapat menetapkan ketepatan level untuk bekerja, untuk menaksir keuntungan jangka panjang dari produk yang berbeda. Selain itu karena disebabkan oleh supaya dapat mengatur biaya masing-masing aktivitas produksi. Gambar 4.2 Lini Bisnis Manufaktur Akuntan supaya menghasilkan biaya produk yang akurat, maka: a. Membedakan biaya yang berhubungan dengan manufaktur dan biaya yang berhubungan dengan administrasi dan penjualan 48 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya b. Akurat dlm identifikasi dan mengukur semua biaya yg berhubungan dengan manufaktur c. Membedakan ketepatan arah untuk menempatkan biaya pada manufaktur produk-produk 4.3 Metode Biaya Metode yang dipakai untuk membedakan biaya itu biasanya adalah sesuai dengan kepentingan daripada bisnis tersebut. Tetapi prinsip dasar membedakan biaya tersebut akan sama untuk setiap metode. Pilihan metode biaya yang dipakai biaya harus sesuai dengan tujuan bisnis. Ada 2 (dua) pendekatan dasar metode biaya, yaitu: a. Metode biaya pesanan (Job Costing/ Specific Order) b. Metode biaya proses (Process Costing/ Continous Operation) Kedua metode biaya ini digunakan untuk mengumpulkan data biaya dan untuk alokasi biaya-biaya ke harga pokok produksi. Ada beberapa perusahaan menggunakan kedua metode biaya tersebut. 4.4 Siklus Akuntansi Biaya Siklus akuntansi biaya akan diawali dengan pencatatan transaksi akuntansi. Pertama-tama biaya dicatat pada perkiraan-perkiraan yang menunjukkan dengan jelas sifat biaya yang bersangkutan. Oleh karena itu, sistem akuntansi biaya akan kita jumpai perkiraan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku tidak langsung, biaya penyusutan pabrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan lain-lain yang berhubungan dengan pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung itu dikategorikan sebagai biaya produksi langsung, dan biaya yang lain dikategorikan sebagai biaya produksi tidak langsung. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditransfer secara langsung dari masing-masing perkiraan persediaan bahan baku dan perkiraan upah ke perkiraan persediaan barang dalam proses. Sedang semua unsur-unsur biaya produksi tidak langsung pertama-tama ditransfer dahulu ke overhead pabrik baru kemudian dari perkiraan ini ditransfer ke perkiraan 49 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya persediaan barang dalam proses. Pemindahan atau transfer terakhir sering juga disebut penyerapan biaya-biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung oleh produk yang dikerjakan dalam proses produksi. Penyerapan ini dilakukan dengan menggunakan suatu tarif biaya overhead yang telah ditentukan dan diaplikasikan kepada produk menurut ukuran kegiatan tertentu (misalnya jam tenaga kerja langsung). Pendebetan perkiraan persediaan barang dalam proses tentu akan diikuti perkreditan biaya overhead pabrik untuk jumlah biaya overhead yang ditransfer/ dibebankan. Biaya produksi tidak langsung ditransfer ke perkiraan persediaan barang dalam proses berdasarkan tarif pembebanan biaya produksi tidak langsung, dalam hal ini adalah biaya overhead pabrik. Biaya tenaga kerja langsung ditransfer ke perkiraan persediaan barang dalam proses berdasarkan informasi yang terdapat pada laporan pemakaian jam kerja langsung. Transfer biaya bahan baku ke perkiraan persediaan barang dalam proses dilakukan berdasarkan daftar reakuisisi bahan baku yang dipakai. Begitu barang rampung dikerjakan dan keluar dari proses produksi segera dihitung secara mekanis atau fisik dan jumlahnya merupakan jumlah barang atau produk yang telah dirampungkan hari itu. Setiap hari informasi mengenai jumlah barang yang dirampungkan hari itu dilaporkan ke bagian akuntansi dan menjadi dasar bagi pemindahanbukuan (transfer) dari perkiraan persediaan barang dalam proses ke perkiraan persediaan barang jadi. Pencatatan akuntansi akan mengikuti gerak fisik dari bahan baku dan biayabiaya lainnya dalam proses produksi. Apabila barang dikirimkan kepada langganan maka bagian akuntansi melakukan transfer dari perkiraan persediaan barang jadi ke perkiraan harga pokok penjualan. Dasar transfer adalah laporan pengiriman barang yang disusun oleh bagian pengiriman barang yang telah laku dijual kepada langganan atau pembeli. 50 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Gambar 4.3 Arus Biaya Manufaktur Contoh 1: CV. Loe To Ye yang merupakan perusahaan manufaktur mempunyai informasi data-data untuk tahun 2014 sebagai berikut: Persediaan Awal Saldo (Rp) Bahan Baku Langsung 30.000.000 Barang Dalam Proses 50.000.000 Barang Jadi 120.000.000 a. Pembelian bahan secara kredit: Bahan baku langsung Rp Bahan baku tidak langsung 210.000.000 15.000.000 Total Rp 225.000.000 Jurnal: Persediaan Bahan Baku Langsung Biaya Overhead Pabrik Utang Dagang 210.000.000 15.000.000 225.000.000 51 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Persediaan Bahan Baku Langsung juta) Utang Dagang (Rpjuta) Saldo Awal a) 180 225 Saldo Awal a) (Rp 30 210 Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta) a) 15 b. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sebanyak Rp 195.000.000,Jurnal: Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Bahan Baku Langsung 195.000.000 195.000.000 Persediaan Barang Dalam Proses (Rp Juta) Persediaan Bahan Baku (Rp Juta) Saldo Awal a) 30 210 195 b) Saldo Akhir 45 Saldo Awal b) c. Upah untuk tenaga kerja di pabrik: Tenaga Kerja Langsung (16.000 Jam) Rp Tenaga Kerja Tidak Langsung 320.000.000 70.000.000 Total Rp 390.000.000 Jurnal: Persediaan Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik Upah 390.000.000 320.000.000 70.000.000 52 50 195 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Persediaan Barang Dalam Proses (Rp juta) Daftar Upah (Rpjuta) 390 c) Saldo Awal b) c) 50 195 320 Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta) a) c) 15 70 d. Penyusutan untuk tahun 2014: Pabrik Rp Bahagian Penjualan 40.000.000 12.000.000 Bahagian Umum 8.000.000 Total Rp 60.000.000 Pada tahun 2013 dapat dibukukan akumulasi penyusutan sebesar Rp 450.000.000. Jurnal: Biaya Overhead Pabrik Biaya Penjualan Biaya Umum Akumulasi Penyusutan 40.000.000 12.000.000 8.000.000 60.000.000 Akumulasi Penyusutan (Rp Juta) Saldo Awal d) d) 450 60 Biaya Penjualan (Rp Juta) 12 Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta) a) c) d) d) 53 15 70 40 Biaya Umum (Rp Juta) 8 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya e. Biaya-biaya overhead pabrik lainnya sebesar Rp 120.000.000 belum dibayar. Jurnal: Biaya Overhead Pabrik Ragam Kredit 120.000.000 120.000.000 Ragam Kredit (Rp Juta) Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta) 120 e) a) c) d) e) 15 70 40 120 f. Perusahaan mengganggarkan taksiran biaya overhead pabrik sebesar Rp 225.000.000. Dasar pembebanan biaya overhead adalah berdasarkan jam tenaga kerja langsung. Perusahaan menaksir jumlah jam tenaga kerja langsung untuk tahun 2014 adalah 170.000 jam. Tarif Pembebanan Overhead Pembebanan Biaya Overhead Rp225.000.000 = Rp1.500 170.000 jam = = 160.000 jam x Rp 1.500 = Rp 240.000.000 Jurnal: Persediaan Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik 240.000.000 240.000.000 Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta) a) c) d) e) 15 70 40 120 f) Persediaan Barang Dalam Proses (Rp Juta) 240 Saldo Awal b) c) f) 54 50 195 320 240 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya g. Biaya produksi yang berhasil rampung dikerjakan selama tahun 2014 sebesar Rp 770.000.000 Setiap barang yang telah rampung dikerjakan dan ditransfer ke persediaan barang jadi maka itulah yang disebut sebagai harga pokok produksi. Jurnal: Persediaan Barang Jadi Persediaan Barang Dalam Proses 770.000.000 770.000.000 Persediaan Barang Dalam Proses (Rp Juta) Saldo Awal b) c) f) 50 195 320 240 Persediaan Barang Jadi (Rp juta) 770 g) Saldo Akhir Saldo Awal g) 120 770 35 h. Penjualan dilakukan dengan kredit sebesar Rp 1.900.000.000 dengan harga pokok penjualan Rp 767.000.000 Jurnal: Harga Pokok Penjualan Persediaan Barang Jadi 767.000.000 Piutang Dagang Penjualan 1.900.000.000 767.000.000 1.900.000.000 Persediaan Barang Jadi (Rp juta) Saldo Awal g) 120 770 Harga Pokok Penjualan 767 123 h) Saldo Akhir 55 h) 767 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya i. Biaya-biaya penjualan dan umum lainnya dibayar tunai sebesar Rp 840.000.000 dimana Rp 500.000.000 untuk biaya penjualan dan Rp 340.000.000 untuk biaya umum. CV Loe To Ye Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Tahun Yang Berakhir 2014 Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Total Biaya Produksi Ditambah: Persediaan Awal Barang Dalam Proses Total Barang Dalam Proses Pada Tahun 2014 Dikurang: Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Harga Pokok Produksi Rp 195.000.000 320.000.000 240.000.000 Rp 755.000.000 50.000.000 Rp 805.000.000 (35.000.000) Rp 770.000.000 Biaya Overhead Pabrik Aktual: Bahan Baku Tidak Langsung Rp 15.000.000 Tenaga Kerja Tidak Langsung 70.000.000 Biaya Penyusutan Pabrik 40.000.000 Biaya Overhead Pabrik Lainnya 120.000.000 Total Biaya Aktual Rp Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan Kurang Rp 56 245.000.000 240.000.000 5.000.000 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya CV Loe To Ye Laporan Harga Pokok Penjualan Untuk Tahun Yang Berakhir 2014 Penjualan Rp 1.900.000.000 Dikurang: Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal Barang Jadi Rp Harga Pokok Produksi 120.000.000 770.000.000 Barang Yang Tersedia Untuk Dijual Rp Persediaan Akhir Barang Jadi 890.000.000 (123.000.000) Harga Pokok Penjualan Normal Ditambah: Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan Kurang Rp 767.000.000 5.000.000 Harga Pokok Penjualan Aktual (772.000.000) Laba Bruto Rp 1.128.000 Dikurang: Biaya Usaha Biaya Umum ( Rp 340.000.000 + Rp 8.000.000) Biaya Penjualan (Rp 500.000.000 + Rp 12.000.000) Laba Bersih Rp 348.000.000 512.000.000 (860.000.000) Rp 268.000.000 Contoh 2: CV. Kera Sakti merupakan perusahaan yang bergerak di aksesoris. Perusahaan menetapkan bahwa menggunakan satu rekening untuk bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Berikut ini data-data biaya yang ada di perusahaan untuk tahun 2014 (dalam Rp): Penjualan 65.000.000 Pembelian Bahan Baku 18.000.000 Ongkos Angkut Pembelian 200.000 Retur Dan Potongan Pembelian 1.000.000 Bahan Penolong 500.000 Tenaga Kerja Langsung 8.300.000 Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.000.000 Listrik Pabrik 450.000 Penyusutan Mesin Pabrik 650.000 PBB Pabrik 530.000 57 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Asuransi Pabrik 500.000 Biaya Overhead Pabrik Lainnya 1.600.000 Pendapatan Piutang 1.300.000 Beban Bunga 1.000.000 Biaya Pemasaran 9.000.000 Biaya Administrasi Dan Umum 5.000.000 Keterangan Bahan Baku Barang Dalam Proses Barang Jadi Persediaan (dalam Rp) Awal Akhir 750.000 350.000 1.000.000 520.000 230.000 580.000 CV. Kera Sakti Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Tahun Yang Berakhir 2014 Persediaan Awal Bahan Baku Pembelian Bahan Biaya Angkut Pembelian Retur Dan Potongan Pembelian Pembelian Bersih Bahan Yang Tersedian Untuk Dipakai Dikurangi: Bahan Penolong Persediaan Akhir Bahan Baku Pemakaian Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead: Bahan Penolong Tenaga Kerja Tidak Langsung Listrik Pabrik Rp Rp Rp 750.000 Rp 17.200.000 17.950.000 18.000.000 200.000 (1.000.000) 500.000 350.000 Rp Rp Penyusutan Mesin Pabrik (850.000) 17.100.000 8.300.000 500.000 2.000.000 450.000 650.000 PBB Pabrik Asuransi Pabrik Biaya Overhead Lainnya Total Biaya Produksi Persediaan Awal Barang Dalam Proses Total Barang Dalam Proses Tahun Tersebut Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Harga Pokok Produksi 58 530.000 500.000 1.600.000 Rp Rp Rp 6.230.000 31.630.000 1.000.000 32.630.000 (520.000) 32.110.000 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya CV. Kera Sakti Laporan Laba Harga Pokok Penjualan Untuk Tahun Yang Berakhir 2014 Persediaan Awal Barang Jadi Harga Pokok Produksi Barang Yang Tersedia Dijual Persediaan Akhir Barang Jadi Harga Pokok Penjualan Rp Rp Rp (32.110.000) 230.000 (31.880.000) (580.000) (32.460.000) CV. Kera Sakti Laporan Laba Rugi Untuk Tahun Yang Berakhir 2014 Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Operasional: Beban Pemasaran Beban Administrasi Laba Operasional Pendapatan Lain-lain: Pendapatan Piutang Rp Rp Rp 65.000.000 (32.460.000) 32.540.000 Rp (14.000.000) 18.540.000 Rp 1.300.000 19.840.000 Rp (1.000.000) 18.840.000 Rp 18.840.000 9.000.000 5.000.000 Beban Lain-lain: Beban Bunga Laba Bersih Sebelum Pajak Pajak 30 % Laba Setelah Pajak 59 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya LATIHAN 1. Berdasarkan informasi berikut ini (dalam Rp): Persediaan awal bahan baku 45.000.000 Persediaan akhir bahan baku 60.000.000 Persediaan awal barang dalam proses 135.000.000 Persediaan akhir barang dalam proses 127.500.000 Persediaan awal barang jadi 105.000.000 Persediaan akhir barang jadi 120.000.000 Pembelian bahan baku selama periode 142.500.000 Total biaya produksi aktual 225.000.000 Diminta: a. Hitunglah pemakaian bahan baku! b. Hitunglah harga pokok produksi! c. Hitunglah harga pokok penjualan! d. Hitunglah biaya konversi! 2. Berikut ini saldo yang disajikan oleh PT. Andai-andai selama bulan berjalan: Keterangan Awal (Rp) Akhir (Rp) Persediaan Bahan Baku Langsung 423.000,153.600 Persediaan Produk Dalam Proses 1.652.000,4.509.400 Persediaan Produk Selesai 8.257.200 1.644.500 Bahan Baku Yang Digunakan 0 7.519.400 Harga Pokok Penjualan 0 23.615.250 Diminta: a. Hitunglah biaya produksi! b. Hitunglah harga pokok produksi! 3. Data berikut sebagian dari data operasi PT. Sepadan untuk tahun 2012: Keterangan Barang Jadi Barang Dalam Proses Bahan Baku Informasi lain: Awal Rp 565.000 Rp 1.235.000 Rp 1.250.000 Akhir Rp 875.000 Rp 995.000 Rp 1.280.000 a. Bahan baku yang digunakan untuk produksi: Rp 1.820.000 60 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya b. Total biaya pabrikasi Rp 6.320.000 c. Biaya overhead pabrik dibebankan 50 % dari biaya tenaga kerja langsung d. Harga pokok penjualan: Rp 6.250.000,Diminta: a. Hitunglah biaya bahan yang dibeli! b. Hitunglah overhead pabrik yang dibebankan! 4. PT. Cahaya Cemerlang mempunyai data-data akuntansi untuk bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut (dalam Rp): Persediaan awal barang jadi 40.000.000 Persediaan akhir barang jadi 28.000.000 Persediaan awal barang dalam proses 14.000.000 Persediaan akhir barang dalam proses 18.000.000 Biaya tenaga kerja langsung 24.000.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung 16.000.000 Biaya pemeliharaan pabrik 4000.000 Asuransi peralatan pabrik 1.000.000 Asuransi peralatan kantor 600.000 Sewa atas fasilitas pabrik 10.000.000 Penyusutan peralatan kantor 1.000.000 Biaya bahan baku langsung 20.000.000 Biaya bahan penolong 2.000.000 Penyusutan peralatan pabrik 3.000.000 Diminta: a. Susunlah laporan harga pokok produksi! b. Susunlah laporan harga pokok penjualan! 5. Berikut ini merupakan perkiraan biaya PT. Sambu Baru : Biaya bahan baku 12.000.000 Biaya tenaga kerja langsung 33.000.000 Biaya overhead pabrik 66.000.000 61 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Data tersebut diatas merupakan data bulan September 2014. Data tambahan lainnya adalah persediaan awal barang dalam proses sebesar Rp 3.000.000, persediaan akhir barang dalam proses sebesar Rp 5.000.000, persediaan awal barang jadi sebesar Rp 6.000.000, dan persediaan akhir barang jadi sebesar Rp 8.000.000. Diminta: a. Hitunglah biaya produksi ! b. Hitunglah harga pokok produksi! c. Hitunglah harga pokok penjualan! 6. Tuan Siahaan mempunyai suatu usaha manufaktur yang memiliki data-data untuk bulan Maret 2015 sebagai berikut (dalam Rp): Biaya bahan baku langsung 9.900.000 Biaya bahan baku tidak langsung 1.800.000 Biaya tenaga kerja langsung 9.000.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung 2.500.000 Gaji bagian produksi 3.600.000 Gaji bagian administrasi 7.500.000 Gaji bagian penjualan 4.800.000 Biaya sewa bangunan (bagian produksi memakai 50%) 2.100.000 Biaya sewa mesin pabrik Rp 800.000 per bulan ditambah Rp 750 per unit produksi. Royalti untuk pemakaian paten sebesar Rp 500 per unit produksi. Biaya produksi lainnya 4.000.000 Biaya penjualan dan administrasi lainnya 2.700.000 Persediaan awal barang dalam proses sebesar Rp 7.500.000, persediaan akhir barang dalam proses sebesar Rp 4.500.000. Pada bulan Maret 2015 diproduksikan sebesar 1.000 unit produk yang sudah rampung dan ditransfer ke persediaan barang jadi. Diminta: a. Susunlah laporan harga pokok produksi pada bulan Maret 2015! b. Hitunglah biaya per unit! 62 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya c. Susunlah laporan laba rugi, seandainya harga jual Rp 75.000/ unit! 7. Dian ditawarkan bekerja sebagai akuntan di CV. Nommensen Jaya. Tugas Dian adalah menyusun laporan laba rugi perusahaan tersebut. CV. Nommensen jaya memang sudah menyusun laporan laba rugi perusahaannya seperti dibawah ini: CV. Nommensen Jaya Laporan Laba/ Rugi Untuk Bulan Januari 2015 Penjualan Rp 315.000.000 Dikurang: Biaya Usaha: Biaya Asuransi Rp 4.000.000 Biaya Serbaguna 10.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 60.000.000 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 12.000.000 Penyusutan Atas Perlatan Pabrik 16.000.000 Pembelian Bahan Baku Langsung 120.000.000 Biaya Sewa 40.000.000 Gaji Bagian Penjualan Dan Administrasi 32.000.000 Laba Bersih (294.000.000) Rp 21.000.000 Informasi tambahan lainnya adalah sebagai berikut: a. CV. Nommensen Jaya merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksikan suatu produk untuk dipasarkan. b. 80 % dari sewa yang dibayarkan dialokasikan ke pabrik, sisanya akan dialokasikan ke bagian penjualan dan administrasi. c. Tidak ada persediaan awal bahan baku, dan sebanyak Rp 15.000.000 dari bahan baku yang dibeli masih tersimpan di gudang pada akhir bulan Januari 2015. d. 70 % dari biaya asuransi terpakai dan 90 % dari biaya serbaguna dialokasikan ke pabrik, selebihnya dialokasikan ke bagian penjualan dan administrasi. e. Persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi adalah sebagai berikut: 63 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya 1 Januari 2015 31 Januari 2015 Barang Dalam Proses Rp 42.000.000 Rp 48.000.000 Barang Jadi Rp 54.000.000 Rp 40.000.000 Diminta: Seandainya anda membantu Dian sebagai akuntan, maka: a. Susunlah laporan harga pokok penjualan! b. Susunlah laporan laba rugi! 8. CV Salah Asuh memiliki data biaya dari kegiatan proses produksi pada bulan April 2015 sebagai berikut: a. Saldo perkiraan: Persediaan 1 April 2015 30 April 2015 Bahan Baku 3.100.000 2.450.000 Barang Dalam Proses 2.300.000 3.400.000 Barang Jadi 1.250.000 ? b. Pembelian bahan baku selama bulan April 2015 sebesar 10.000 unit dengan harga faktur Rp 10.000,- per unit. Biaya angkut bahan baku sebesar Rp 2.000.000,- sedangkan retur pembelian bahan baku sebesar Rp 500.000,-. c. Jam Kerja langsung (JKL) digunakan sebanyak 4.000 JKL dengan tarif upah langsung Rp 1.600 per jam. d. Transaksi selama bulan April 2015 sebagai berikut: ß Bahan Tidak langsung yang digunakan sebesar Rp 1.750.000,- ß Biaya listrik sebesar Rp 6.300.000 (70% digunakan bagian pabik). ß Biaya pemeliharan pabrik sebesar Rp 1.440.000,- ß Biaya penyusutan ( 40.% dibagian mesin dan gedung pabrik.) sebesar Rp 13.500.000 ß Biaya PBB (30% dipakai bagian pabrik.) sebesar Rp 5.000.000 ß Biaya perlengkapan (30% untuk pabrik) sebesar Rp 5.500.000 ß Gaji akuntan sebesar Rp 6.400.000 ( 30% dipakai bagian pabrik). ß BOP atau overhead lain-lain sebesar Rp 1.470.000 64 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya e. Penjualan kotor selama bulan April 2015 sebesar Rp 250.000.000 dengan retur penjualan 1 % dari penjualan kotor, dan laba kotor sebesar Rp 215.200.000 f. Beban penjualan dan distribusi sebesar 20 % dengan retur penjualan bersih. Sedangkan beban administrasi sebesar 20% dari penjualan kotor. g. Pemakaian bahan baku langsung dan bahan tidak langsung , menggunakan satu rekening yaitu rekening bahan. Diminta: a. Hitung jumlah biaya utama dan biaya konversi b. Hitung harga pokok penjualan dan persediaan akhir barang jadi. c. Susunlah laporan harga pokok produksi selama bulan April 2015 d. Susun Laporan Laba Rugi selama bulan April 2015 9. Berikut ini adalah data yang disajikan oleh CV. XYZ selama tahun 2010: Penjualan Rp 78.250.000 Retur dan potongan penjualan 3.250.000 Pembelian bahan 23.000.000 Retur potongan pembelian 2.300.000 Potongan pembelian 200.000 Biaya angkut pembelian 500.000 Pemakaian bahan baku tidak langsung 200.000 Tenaga kerja langsung 7.500.000 Tenaga kerja tidak langsung 1.000.000 Biaya listrik dan telepon (50% untuk pabrik) Biaya pemeliharaan mesin dan gudang pabrik Penyusutan (30% untuk Kantor) 15.000.000 600.000 12.000.000 PBB (30% untuk pabrik) 5.000.000 Perlengkapan pabrik 400.000 Komisi penjualan 2.000.000 Beban administrasi dan umum 2.100.000 65 Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya Gaji bagian penjualan 7.300.000 Akuntan mencatat persediaan perusahaan sebagai berikut: Keterangan Awal Barang Jadi Rp 2.400.000 Barang Dalam Proses Rp 2.100.000 Bahan Baku Rp 2.100.000 Perusahaan tersebut menggunakan perkiraan Akhir Rp 3.100.000 Rp 1.700.000 Rp 3.100.000 bahan baku untuk pemakaian bahan langsung dan bahan tidak langsung. Diminta: a. Susunlah laporan harga pokok penjualan CV. XYZ untuk tahun 2010! b. Susunlah laporan laba rugi CV. XYZ untuk tahun 2010! 66 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan BAB 5 Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Manajer perusahaan manufaktur sangat berkepentingan dengan informasi mengenai jumlah biaya yang dipergunakan untuk memproduksi produknya. Manajer memerlukan informasi mengenai berapa biaya produksi yang dipergunakan untuk membuat suatu pesanan, berapa biaya produksi yang telah dipergunakan untuk memenuhi pesanan pelanggan, dan lain-lain. Tujuan manajer memerlukan informasi tersebut bertujuan untuk merumuskan strategi yang harus ia ambil, untuk membuat keputusan tentang harga jual dan pengendalian biaya, serta untuk menyusun laporan keuangan. 5.1 Sistem Penentuan Harga Pokok Pesanan Kalau kita berbicara harga pokok pesanan, maka kita akan berbicara mengenai pesanan itu sendiri, perusahaan yang bergerak di bidang pesanan dan buku pembantu pesanan. Pesanan adalah jumlah unit produk yang sangat mudah untuk kita lakukan identifikasi dibandingkan dengan unit yang lain. Perusahaan yang bergerak di bidang pesanan biasanya akan melakukan kegiatan operasional kalau ada pelanggan yang melakukan pemesanan. Buku pembantu pesanan adalah tempat untuk mencatatkan biaya yang terjadi untuk membuat pesanan tersebut di dalam sistem akuntansi. Pada sistem ini, yang menjadi objek biaya adalah unit produk individual, batch atau kelompok produk dalam satu pesanan. Umumnya manajer akan menghendaki adanya informasi mengenai berapa harga pokok produk untuk setiap jenis produk/ batch/ kelompok atau setiap kelompok pesanan, karena setiap pesanan/ kelompok pesanan tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda. Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang pesanannya tinggi dan dalam jumlah banyak, yang bentuknya adalah unit, dan biaya masing-masing akan tinggi. Contohnya adalah Laundry, kontruksi bangunan, rumah sakit, dan lain-lain. 67 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Gambar 5.1 Contoh Kartu Biaya Pesanan Apabila manajer sudah mengetahui harga pokok produk setiap pesanan, maka ini akan mempermudah manajer dalam membuat berbagai keputusan manajemen lain seperti: a. Menentukan harga jual b. Mempertimbangkan menolak atau menerima pesanan. c. Memantau realisasi biaya d. Menghitung laba rugi setiap pesanan e. Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses yang akan disajikan di neraca. 68 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Tabel 5.1 Perbedaan Metode Pesanan Dengan Metode Proses Metode Pesanan Metode Proses 1. Variasi perbedaan produk luas 1. Produk homogen 2. Biaya diakumulasi berdasarkan 2. Biaya diakumulasi berdasarkan pekerjaan proses atau departemen 3. Biaya per unit dihitung melalui 3. Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan pembagian biaya proses satu periode dengan unit yang diproduksi. dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut. 5.2 Pencatatan Pemakaian Biaya-biaya Produksi Sistem akuntansi biaya pesanan akan melakukan pencatatan biayabiaya pesanan pada perkiraan-perkiraan biaya di buku besar dan pada kartu pesanan di buku tambahan. Dapat kita lihat aliran dokumen pada gambar 4.4 . Gambar 5.2 Aliran Dokumen Pada Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Kartu Reakuisisi Bahan Baku Order Pesanan Perintah Produksi Daftar Distribusi Pemakaian Tenaga Kerja Langsung Kartu Pesanan Tarif Overhead Setiap pencatatan pemakaian biaya oleh pesanan dalam buku besar, maka akan diikuti oleh pencatatan pemakaian biaya yang sama pada buku tambahan. Dalam buku besar, pencatatan biaya dilakukan pada perkiraan persediaan barang dalam proses dan dalam buku tambahan pencatatan yang dilakukan pada kartu pesanan. Masukan untuk pencatatan pemakaian biaya bahan baku diperoleh dari kartu reakuisisi bahan baku. Sedangkan, untuk 69 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan pencatatan pemakaian biaya tenaga kerja langsung itu dapat kita peroleh dari daftar distribusi pemakaian tenaga kerja langsung. Sebagaimana kebanyakan formulir-formulir yang dipergunakan dalam akuntansi, bentuk atau desain dari kartu reakusisi bahan baku dan daftar distribusi pemakaian tenaga kerja langsung tidaklah serupa antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Tetapi secara umum, jenis keterangan yang dicatat pada masing-masing formulir itu hampir sama. Biaya-biaya overhead produksi biasanya akan dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif overhead yang diaplikasikan menurut pemakaian jam atau biaya tenaga kerja langsung atau menurut basis lain yang lebih rasional. Contoh 1: Nona Angel mempunyai usaha membuat tas dari kulit. Usaha Nona Angel ini baru saja berdiri. Nona Angel dalam memproduksikan tas tidaklah dalam jumlah massal. Nona Angel dalam melakukan operasionalnya menggunakan pesanan, Nona Angel menerima pesanan pembuatan tas dari bahan kulit. Nona Angel dalam memulai bisnisnya menyewa gedung kecil untuk dijadikan tempat workshop dan memberi beberapa peralatan produksi yang diperlukan. Pada bulan Maret 2015, Nona Angel menerima 2 (dua) pesanan, yaitu 20 ransel kulit untuk pesanan pertama dan 10 tas kulit untuk pesanan kedua. Nona Angel menerima pesanan itu pada awal Maret 2015 dan berjanji akan menyelesaikannya pada akhir Maret 2015. Kedua pesanan itu akan dijual ke toko dengan harga biaya ditambah 50 persen untuk keuntungan. Nona Angel menyediakan dua kartu pesanan untuk kedua pesanan tersebut. Satu kartu pesanan untuk tas, satu pesanan untuk ransel. Akuntansi Untuk Bahan Baku a. Usaha Nona Angel baru berdiri sehingga tidak terdapat persediaan. Nona Angel membeli secara kredit bahan baku sebesar Rp 2.500.000 70 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Jurnal: Persediaan Bahan Baku Langsung Utang Dagang 2.500.000 2.500.000 Persediaan Bahan Baku Langsung (Rp 000) Utang Dagang (Rp000) 2.500 a) Saldo Awal a) 0 2.500 b. Nona Angel membutuhkan Rp 1.000.000 bahan baku langsung untuk ransel dan Rp 500.000 untuk tas. Jurnal: Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Bahan Baku Langsung 1.500.000 1.500.000 Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000) Persediaan Bahan Baku (Rp 000) Saldo Awal a) 0 2.500 1.500 1.000 b) Saldo Akhir Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Bahan Baku Langsung Rp 50 1.500 Kartu Pesanan 10 Unit Tas 1.000.000 Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Total Biaya Saldo Awal b) Rp Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Rp Total Biaya Biaya Per Unit Biaya Per Unit 71 Rp 500.000 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Akuntansi Untuk Tenaga Kerja Langsung c. Nona Angel menentukan jumlah jam tenaga kerja langsung yang akan digunakan. Ransel membutuhkan 120 jam dan tas membutuhkan 50 jam, dengan upah Rp 9.000 per jam. Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk: Ransel = 120 jam x Rp 9.000 = Rp 1.080.000 Tas = 50 jam x Rp 9.000 = Rp Total Biaya Tenaga Kerja Langsung 450.000 Rp 1.530.000 Jurnal: Persediaan Barang Dalam Proses Utang Gaji 1.530.000 1.530.000 Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000) Daftar Upah (Rp000) 1.350 c) Saldo Awal b) c) Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Bahan Baku Langsung Rp Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Total Biaya 50 1.500 1.350 Kartu Pesanan 10 Unit Tas 1.000.000 Bahan Baku Langsung 1.080.000 Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Rp Total Biaya Biaya Per Unit Rp 500.000 450.000 Rp Biaya Per Unit Akuntansi Untuk Biaya Overhead d. Pada saat membuat ransel dan tas, Nona Angel mengeluarkan biaya-biaya tidak langsung sebagai berikut: 72 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Pembayaran Sewa Rp 200.000 Utilitas 50.000 Penyusutan Peralatan 100.000 Tenaga Kerja Tidak Langsung 65.000 Total Biaya Overhead Rp 415.000 Jurnal: Biaya Overhead Pabrik Akun Kredit 415.000 415.000 Akun Kredit (Rp 000) d) Biaya Overhead Pabrik (Rp 000) 415 d) 415 e. Nona Angel memperkirakan biaya overhead yang akan dipakai untuk 1 tahun sebesar Rp 9.600.000 dengan pemakaian 4.800 jam tenaga kerja langsung. Untuk membuat ransel diperlukan 120 jam tenaga kerja langsung dan untuk membuata tas diperlukan 50 jam tenaga kerja langsung. Tarif Pembebanan Overhead = 9.600.000 4800 jam = Rp2.000 Pembebanan Biaya Overhead untuk : Ransel = 120 jam x Rp 2.000 = Rp 240.000 Tas = 50 jam x Rp 2.000 = Rp 100.000 Total Pembebanan Biaya Overhead Rp 340.000 Biaya Overhead Aktual Rp 415.000 Pembebanan Biaya Overhead Rp 340.000 Pembebanan Overhead Kurang Rp 75.000 73 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Jurnal: Persediaan Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik 340.000 340. 000 Biaya Overhead Pabrik (Rp 000) d) 415 e) Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000) 340 Saldo Awal b) c) e) Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Bahan Baku Langsung Rp Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Total Biaya Kartu Pesanan 10 Unit Tas 1.000.000 Bahan Baku Langsung 1.080.000 Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan 240.000 Rp 50 1.500 850 340 2.320.000 Total Biaya Biaya Per Unit Rp 500.000 450.000 100.000 Rp 1.050.000 Biaya Per Unit Akuntansi Untuk Barang Jadi f) Pada akhir bulan Maret 2015, pesanan yang berhasil diselesaikan adalah ransel, sedangkan tas masih akan dilanjutkan penyelesaiannya pada bulan April 2015. Untuk sistem akuntansi biaya pesanan, setiap pesanan tersebut telah 100 % rampung dikerjakan, maka pesanan yang rampung tersebut akan dikirimkan ke gudang dan dicatatkan sebagai persediaan barang jadi. Pesanan yang belum rampung dikerjakan maka pesanan itu akan tetap ada dan dicatat sebagai persediaan akhir barang dalam proses. Untuk contoh soal ini, yang akan dicatat sebagai persediaan barang jadi adalah pesanan ransel, dan yang akan dicatat sebagai persediaan akhir barang dalam proses adalah pesanan tas. 74 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Jurnal: Persediaan Barang Jadi Persediaan Barang Dalam Proses 2.320.000 2.320.000 Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000) Saldo Awal b) c) e) 50 1.500 850 340 Persediaan Barang Jadi (Rp 000) f) 2.320 Saldo Akhir 1.050 Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Bahan Baku Langsung Rp Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Total Biaya 0 2.320 Kartu Pesanan 10 Unit Tas 1.000.000 Bahan Baku Langsung 1.080.000 Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan 240.000 Rp Saldo Awal f) 2.320.000 Total Biaya Biaya Per Unit Rp 500.000 450.000 100.000 Rp 1.050.000 Biaya Per Unit Rampung Pada Bulan Maret 2015 Akuntansi Untuk Harga Pokok Penjualan Dalam perusahaan yang bergerak di bidang pesanan, apabila ada barang jadi yang sudah siap dan akan dijual, biasanya sesuai dengan permintaan dari pelanggan tersebut. Ini membuat biaya barang jadi akan menjadi harga pokok penjualan. Laporan harga pokok penjualan disiapkan pada tiap akhir periode yang disepakati di perusahaan tersebut. 75 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Lanjutan Soal 1: g) Ransel yang dipesan oleh pelanggan ke Nona Angel sudah diambil seluruhnya pada bulan Maret 2015.Harga jual per ransel adalah Rp 174.000. Nona Angel menjual ransel tersebut dengan tunai. Jurnal: Harga Pokok Penjualan Persediaan Barang Jadi 2.320.000 2.320.000 Penjualan = Rp 174.000 x 20 ransel = Rp 3.480.000 Piutang Dagang Penjualan 3.480.000 3.480.000 Harga Pokok Penjualan (Rp 000) Persediaan Barang Jadi (Rp 000) Saldo Awal f) 0 2.320 g) Saldo Akhir 2.320 0 g) 2.320 h) Informasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha Nona Angel adalah sebagai berikut: Iklan Rp 75.000 Komisi Penjualan 125.000 Gaji Pegawai Kantor 500.000 Penyusutan Peralatan Kantor 50.000 76 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Nona Angel Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015 Persediaan Awal Bahan Baku Pembelian Bahan Baku Barang Yang Tersedia Di Gudang Persediaan Akhir Bahan Baku Pemakaian Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Aktual: Sewa Rp 200.000 Utilitas 50.000 Penyusutan 100.000 Tenaga Kerja Tidak Langsung 65.000 Total Biaya Produksi Normal Rp 415.000 Overhead Yang Dibebankan Kurang (75.000) Total Biaya Produksi Berdasarkan Pembebanan Persediaan Awal Barang Dalam Proses Total Barang Dalam Proses Maret 2015 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (Pesanan Tas) Harga Pokok Produksi (Pesanan Ransel) Rp Rp Rp Rp 0 2.500.000 2.500.000 (1.000.000) 1.500.000 1.530.000 340.000 3.370.000 0 3.370.000 (1.050.000) 2.320.000 Nona Angel Laporan Harga Pokok Penjualan Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015 Persediaan Awal Barang Jadi Harga Pokok Produksi (Pesanan Ransel) Barang Yang Tersedia Dijual Persediaan Akhir Barang Jadi Harga Pokok Penjuaan Normal Overhead Yang Dibebankan Kurang Harga Pokok Penjuaan Setelah Disesuaikan 77 Rp 0 2.320.000 Rp 2.320.000 0 Rp 2.320.000 75.000 Rp 2.395.000 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Nona Angel Laporan Laba Rugi Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015 Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Operasional: Iklan Komisi Penjualan Gaji Pegawai Kantor Penyusutan Peralatan Kantor Laba Bersih Rp Rp Rp 3.480.000 (2.395.000) 1.085.000 Rp (750.000) 335.000 75.000 125.000 500.000 50.000 78 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan LATIHAN 1. PT. Patgulipat menetapkan pembebanan biaya overhead pada pesanan sebesar 80 % dari biaya tenaga kerja langsung. Seandainya pesanan no S01 menunjukkan jumlah biaya overhead yang dibebankan sebesar Rp 15.000.000, maka hitunglah jumlah biaya tenaga kerja langsung dari pesanan no S-01 ! 2. Sebuah konsultan sipil merancang dan membangun gudang serta bangunan tambahan untuk beberapa pelanggan. Pada Mei 2015, terdapat dua pekerjaan yang diproses, yaitu pesanan no 114 denngan saldo awal Rp 134.000.000 dan pesanan no 115 dengan saldo awal Rp 96.700.000. Konsultan ini menerapkan pembebanan tarif overhead pada tarif Rp 16.000 per jam tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung dibayar rata-rata Rp 10.000 per jam tenaga kerja langsung. Selama bulan Mei 2015, pesanan no 116 dan pesanan no 117 dimulai. Data biaya pada bulan Mei 2015 untuk semua pesanan adalah sebagai berikut (dalam Rp 000): Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung No 114 22.000 18.000 Pesanan No 115 No 116 90.000 15.000 40.000 1.500 No 117 34.500 8.000 Pesanan no 114 telah diselesaikan pada 22 Mei 2015 dan pelanggan telah menerima tagihan semua biaya dengan tambahan laba 30% dari semua biaya pesanan no 114. Pesanan yang lain masih dalam proses. 79 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Diminta: a. Hitunglah biaya overhead yang dibebankan pada tiap pesanan selama bulan Mei 2015! b. Buatlah laporan pemakaian seluruh biaya masing-masing pesanan pada akhir Mei 2015! c. Hitunglah saldo akhir persediaan barang dalam proses ! d. Berapakah penjualan yang diperoleh dari pesanan no 114? 3. PT. Sentosa Jaya berproduksi atas pesanan, oleh karena itu perusahaan tersebut memakai sistem akuntansi biaya pesanan. Pada bulan Februari 2015 perusahaan ini mengerjakan 3 (tiga) pesanan, yaitu pesanan X-001, pesanan X – 002, pesanan X-003. Pesanan X-001 mulai dikerjakan dari bulan Januari 2015 dengan memakai biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 4.000.000 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.000.000. Pesanan X-002 dan pesanan X003 mulai dikerjakan bulan Februari 2015. Data berikut ini adalah selama bulan Februari 2015: a. Jumlah pembelian bahan baku pada bulan Februari 2015 sebesar Rp 25.000.000. Ongkos angkut Rp 2.000.000. tidak ada saldo perkiraan bahan baku pada tanggal 1 Februari 2015. b. Pemakaian bahan baku selama Februari 2015 adalah: Pesanan X-001 Rp 1.000.000 Pesanan X-002 Rp 5.000.000 Pesanan X-003 Rp 8.000.000 80 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan c. Pemakaian tenaga kerja langsung selama Februari 2015: Pesanan X-001 (2.000 jam) Rp 4.000.000 Pesanan X-002 (2.500 jam) Rp 5.000.000 Pesanan X-003 (3.000 jam) Rp 6.000.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung berjumlah Rp 2.000.000 d. Biaya-biaya berikut ini juga terpakai selama Februari 2015: Bahan Baku Tidak Langsung Rp 1.000.000 Penyusutan Mesin Rp 2.000.000 Sewa Ats Bangunan Pabrik Rp 3.000.000 e. Tarif overhead adalah Rp 800 per jam tenaga kerja langsung. f. Pesanan X-001 dan pesanan X-002 rampung dikerjakan pada bulan Februari 2015. g. Pesanan Y-007 yang sudah rampung pada bulan Januari 2015 dengan biaya Rp 16.000.000 terjual dengan harga Rp 20.000.000 h. Seperempat dari jumlah pesanan Y-007 dikembalikan oleh pelanggan pada bulan Februari 2015. Diminta: a. Bukukanlah data-data biaya diatas untuk bulan Februari 2015 ke buku besar dan kartu-kartu pesanan! b. Susunlah laporan harga pokok produksi untuk bulan Februari 2015! 4. Tuan Billy mempunyai keahlian memasang komponen-komponen audio dan sistem home theatre. Tuan Billy baru saja menyelesaikan instalasi pengeras suara dan pengkabelan audio untuk 10 rumah yang dibangun 81 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan oleh Perumahan Bestari Indah. Pesanan tersebut menimbulkan biaya bahan baku sebesar Rp 34.000.000, dan terdapat 50 jam tenaga kerja langsung dengan biaya Rp 10.000 per jam. Overhead dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 40.000 per jam. Diminta: a. Berapakah total biaya pesanan tersebut? Berapakah biaya per unit? b. Jika Tuan Billy membebankan harga satu setengah kali dari biaya, berapakah harga yang ditagihkan untuk setiap rumah? 5. CV. Adonan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pesanan, pembebanan biaya untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung menggunakan biaya aktual sedangkan untuk biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ditentukan dimuka dengan dasar alokasi jam kerja langsung (JKL). Pada awal Agustus 2014 terdapat pesanan sebagai berikut: Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Overhead Yang Dibebankan Total Status Pekerjaan Pesanan X 1 Rp 10.000.000 Rp 400.000 Rp 300.000 Rp10.700.000 Dalam Proses Pesanan X 2 Rp7.000.000 Pesanan X3 Rp 7.000.000 Rp 200.000 Rp 150.000 Rp 7.350.000 Dalam Proses Rp 1.200.000 Rp 900.000 Rp 9.100.000 Selesai Pada tanggal 31 Agustus 2014 pada catatan perusahaan diketahui terdapat tiga pesanan yang sudah selesai dengan tambahan biaya produksi dan jam sebagai berikut: Bahan Baku JKL Pesanan X 1 Rp 5.000.000 50 JKL Pesanan X 2 Rp 3.000.000 40 JKL Pesanan X 4 Rp 5.000.000 55 JKL Pesanan X 5 Rp 9.200.000 70 JKL Pesanan X 6 Rp 3.000.000 10 JKL Informasi lain: a. Tarif tenaga kerja langsung dibayar untuk pekerja sebesar Rp 20.000,per JKL yang berlaku selama tahun 2014. 82 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan b. Pada akhir Agustus yang belum selesai adalah pesanan X 6. c. Untuk bahan baku perusahaan menggunakan satu rekening yaitu rekening bahan baku yang menampung bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung, dengan saldo awal sebesar Rp 2.100.000,- . Pembelian yang dilakukan selama bulan Agustus 2014 sebesar Rp 29.000.000,- dengan biaya angkut sebesar Rp 500.000,d. Selisih lebih/ kurang (over/underapplied) langsung dibebankan ke harga pokok penjualan pada akhir bulan. e. Penjualan dilakukan secara tunai sebesar Rp 57.000.000,-. f. Biaya selama bulan Agustus 2014: Biaya Penyusutan Mesin Rp 700.000,- Biaya Asuransi Pabrik Rp 1.075.000,- Pemakaian Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp Pemakaian Bahan Baku Tidak Langsung Rp 1.000.000,- Beban Pemasaran Rp 3.000.000,- Beban Administrasi Rp 5.000.000,- 750.000,- Diminta: 1. Hitunglah biaya produksi masing-masing pesanan! 2. Hitunglah selisih (over/under applied)! 3. Susunlah laporan harga pokok penjualan bulan Agustus 2014! 4. Susunlah laporan laba rugi bulan Agustus 2014! 6. Percetakan “Murni” menerima segala jenis cetakan, dimana setiap pesanan dibuat kartu pesanan. Kartu pesanan dibuat untuk membedakan setiap pelanggan. Berikut ini merupakan data-data yang terjadi selama bulan September 2010: a) Dibeli Bahan baku dgn hrg Rp 20 jt, dan dipakai oleh pesanan Y sebesar Rp 13 jt dan pesanan Z sbsr Rp 7 jt. Tidak terdapat persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku. 83 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan b) Pd periode lalu sudah selesai dikerjakan pesanan X dengan nilai Rp 40 Jt, dan pesanan Y sudah dikerjakan bln lalu tetapi belum selesai dengan nilai Rp 3 jt c) Jam tenaga kerja yang digunakan adalah 60 jam untuk pesanan Y dan 10 jam untuk pesanan Z. Tarif tenaga kerja langsung sebesar Rp 200.000 per jam, dan tarif OH yang dibebankan sebesar Rp 125.000 per jam TKL. d) Biaya OH aktual pada periode tersebut sebesar Rp 8,7 Jt e) Pada periode sekarang, pesanan Y selesai diproses tetapi belum diambil yang memesan, sedangkan pesanan X diambil oleh pemesan dengan penjualan sebesar Rp 52 Jt. Diminta: a. Susunlah Laporan Harga Pokok Produksi! b. Susunlah Laporan Harga Pokok Penjualan! c. Dari data-data diatas, apakah percetakan “Murni” laba atau rugi? (Buat memakai cara) d. Hitunglah over/underapplied overhead! 7. PT. Karya Sentosa menggunakan perhitungan harga pokok menurut metode pesanan. Biaya overhead yang dibebankan ke produk memakai tarif yang ditentukan dimuka sebesar 150 % dari biaya tenaga kerja langsung. Selisih biaya overhead ditutup ke rekening harga pokok penjualan setiap akhir bulan. Informasi lain yang tersedia adalah sebagai berikut: a. Pesanan dalam proses yang masih ada pada bulan Juni 2015 pesanan no 061 dengan biaya sebagai berikut: 84 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Biaya bahan baku langsung Rp 4.000 Biaya Tenaga kerja langsung Rp 2.000 Biaya overhead yang dibebankan Rp 3.000 Total Rp 9.000 b. Pesanan 62, 63, 64 mulai dikerjakan Juni 2015. c. Permintaan bahan baku langsung untuk proses produksi selama Juni 2015 sejumlah Rp 26.000 d. Biaya tenaga kerja langsung yang terjadi adalah Rp 20.000 e. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya yang terjadi selama bulan Juni 2015 adalah Rp 32.000 f. Pada akhir bulan Juni 2015, pesanan yang masih dalam proses pengerjaan adalah pesanan 64. Pesanan 64 tersebut telah menghabiskan biaya RP 2.800 untuk bahan baku langsung dan Rp 1.800 untuk biaya tenaga kerja langsung. Diminta: Hitunglah harga pokok produksi selama bulan Juni 2015! 8. PT. Polo Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang menggunakan biaya pesanan, dan mengerjakan 3 (tiga) pesanan selama bulan Juli 2015. Data-datanya adalah sebagai berikut: Keterangan Saldo Awal (Rp) Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Jam Mesin Perpindahan Bahan Pesanan Pembelian Pesanan 77 224.500.000 129.000.000 200.000.000 250 50 10 85 Pesanan 78 0 99.000.000 65.000.000 200 10 40 Pesanan 79 0 353.500.000 130.000.000 1.200 200 10 Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan Sistem ABC (activity based costing) digunakan untuk membebankan overhead pabrik. Tarif listrik adalah Rp 30.000, tarif penanganan bahan Rp 300.000 per pemindahan dan Rp 250.000 per pesanan pembelian. Pada akhir Juli 2015, pesanan 77 dan 79 telah diselesaikan. Pesanan 77 telah terjual. Pesanan 78 masih dalam proses. Pada awal Juli 2015, saldo barang jadi adalah nol. Diminta: a. Siapkanlah kartu pesanan untuk masing-masing pesanan untuk menunjukkan semua biaya hingga akhir Juli 2015! b. Hitunglah saldo barang dalam proses pada akhir Juli 2015! c. Hitunglah saldo akhir barang jadi! d. Hitunglah harga pokok penjualan pada bulan Juli 2015! 86 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses BAB 6 Sistem Akuntansi Biaya Proses Sistem akuntansi biaya proses biasanya digunakan apabila perusahaan memproduksibarang yang identik atau serupa secara banyak di dalam suatu proses produksi yang bersifat terus menerus. Permasalahan dalam akuntansi biaya proses ialah bahwa kenyataan bahwa biasanya proses produksi tidaklah selesai pada akhir periode akuntansi. Biaya produksi suatu departemen dapat berubah dari periode satu dengan periode yang lain 6.1 Karateristik Manufaktur Proses Perhitungan biaya proses berfungsi dengan baik apabila produk-produk yang relatif sejenis melalui proses berurutan dan menerima biaya produksi yang hampir sama. Berbeda dengan perhitungan biaya pesanan dimana metode tersebut dapat bermanfaat untuk diterapkan pada perusahaan yang produknya dapat diidentifikasikan menurut pesanan. Perhitungan biaya pesanan juga akan menjadi tidak praktis penerapannya apabila suatu perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk homogen. Perhitungan harga pokok proses merupakan sistem pengumpulan biaya produksi menurut departemen atay pusat biaya selama satu periode. Perhitungan harga pokok proses merupakan cara menentukan besarnya biaya produksi yang terjadi setiap periode yang akan dialokasikan ke produk baik produk jadi maupun produk yang belum jadi dalam suatu departemen yang bersangkutan. Metode harga pokok proses digunakan oleh perusahaanperusahaan yang produknya bersifat masal seperti pabrik kimia, produk semen, produk gula dan lain-lain. Dalam suatu perusahaan dengan sistem perhitungan harga pokok proses, unit-unit produksi umumnya melalui rangkaian departemen produksi, dimana di setiap departemen , suatu proses operasi akan membawa suatu produk satu langkah lebih dekat ke penyelesaian. Dalam tiap departemen, 87 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik mungkin dibutuhkan. Saat proses penyelesaian tertentu, barang yang setengah jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir, barang selesai diproduksikan dan dipindahkan ke gudang. Gambar 6.1 Perbedaan Perhitungan Biaya Pesanan Dan Perhitungan Biaya Proses Karateristik perhitungan biaya proses adalah sebagai berikut: a. Biaya diakumulasikan menurut departemen. b. Setiap departemen memiliki rekening persediaan barang dalam proses. Rekening ini di debit dengan biaya pemrosesan yang terjadi di departemen yang bersangkutan dan dikreditkan dengan harga pokok barang jadi yang ditransfer ke departemen lain atau ditransfer ke gudang barang jadi. c. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan kembali persediaan barang dalam proses pada akhir periode. 88 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses d. Biaya per unit ditentukan atau dihitung menurut departemen untuk setiap periode. e. Unit barang yang telah selesai diproses di salah satu departemen dan biaya yang berhubungan dengannya, ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi. f. Biaya total dan biaya per unit untuk setiap departemen secara periodik dijumlah, dianalisa dan dihitung dengan menggunakan laporan biaya produksi departemen. 6.2 Ekuivalen Unit Ekuivalen unit adalah ketika akan memproduksikan suatu produk dengan menggunakan proses yang berkelanjutan, perusahaan akan mengasumsikan semua unit yang diproduksikan akan sama. Akibat proses berkelanjutan, terdapat unit produksi yang tidak siap diproses, maka nilai tersebut disamakan dengan ekuivalen unit. Ekuivalen unit produksi yang dikerjakan selesasi dlm periode tersebut pada unit fisik, yang dianggap sama dengan unit produk yg selesai (rampung). Dari gambar 6.2, kita dapat melihat bahwa 2 gelas air yang berisi masing-masing ½ gelas maka nilainya itu akan ekuivalen unit dengan 1 gelas air yang berisi penuh. Tingkat kerampungan produk tidak sama dari segi tiap unsur biaya produksi. Biasanya produk lebih cepat rampung dari segi biaya bahan baku ketimbang dari segi biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik. Jadi sejumlah produk dapat saja sudah rampung dari segi biaya bahan baku tapi belum rampung dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi biaya overhead pabrik. Apabila biaya overhead 89 produksi dibebankan Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses berdasarkan biaya tenaga kerja langsung maka tingkat kesiapan atau kerampungan produk akan sama dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi biaya overhead pabrik. Gambar 6.2 Ekuivalen Unit 6.3 Laporan Harga Pokok Produksi Laporan harga pokok produksi merupakan laporan aktivitas suatu departemen produksi selama satu periode. Laporan harga pokok produksi dibuat setiap akhir periode. Isi laporan harga pokok produksi untuk perhitungan biaya proses sebagai berikut: a. Laporan produksi secara fisik b. Laporan tentang biaya yang dibebankan dan harus dipertanggungjawabkan oleh departemen tersebut. c. Pertanggungjawaban biaya yang dibebankan pada departemen tersebut. 90 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses 5 tahapan untuk menghitung biaya sebuah produk di perhitungan biaya proses, yaitu: a. Ukur Arus fisik b. Hitung ekuivalen unit produk c. Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit d. Hitung biaya per ekuivalen unit e. Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai Contoh 1 Merek sabun mandi “Wangi” yang diproduksikan sebuah perusahaan manufaktur. Produk yang sudah selesai langsung ditransfer ke gudang barang jadi. Data berikut berhubungan dengan produksi bulan Mei 2015: Bahan baku yang dimasukkan untuk proses produksi sebesar 120 unit. Produk jadi ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 90.000 unit. Pada akhir periode terdapat produk yang belum selesai diproses sejumlah 30.000 unit dengan tingkat kerampungan 100 % bahan dan 50% tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya yang terjadi selama bulan Mei 2015: Bahan Baku Langsung Rp 32.400 Tenaga Kerja Langsung 35.700 Biaya Overhead Pabrik 33.600 Biaya Produksi Rp 91 101.700 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Gambar 6.3 Arus Fisik Produk Untuk Satu Departemen Bahan Baku Rp 35.700 Bahan Baku 120.000 Unit Rp 32.400 Bahan Baku Rp 33.600 Barang Jadi 90.000 Unit Proses Barang Dalam Proses 30.000 Unit BB: 100 % TKL & Overhead: 50 % Langkah 1: Ukur Arus Fisik Produk Masuk Proses 120.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 30.000 Unit 120.000 Unit Langkah 2 : Hitung Ekuivalen Unit Produk Ekuivalen Unit Produk = Jumlah Barang Jadi + (Persediaan Akhir Barang Dalam Proses x % Tingkat Kerampungan) Ekuivalen unit Bahan Baku = 90.000 Unit +(30.000 unit x 100 %) = 90.000 unit + 30.000 unit Ekuivalen unit Tenaga Kerja = = = 120.000 Unit 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%) 90.000 unit + 15.000 unit = 105.000 unit Ekuivalen unit Overhead Pabrik = 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%) = 90.000 unit + 15.000 unit =105.000 unit 92 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Langkah 3: Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit Dari data-data diatas maka : Bahan Baku Langsung Rp 32.400 Tenaga Kerja Langsung 35.700 Biaya Overhead Pabrik 33.600 Total Biaya Yang Dipertanggungjawabkan Rp 101.700 Langkah 4: Hitung biaya per ekuivalen unit Unsur Jumlah Ekuivalen Harga Per EU Biaya Biaya (Rp) Unit (EU) (Rp) BB 32.400 120.000 0,27 TKL 35.700 105.000 0,34 OH 33.600 105.000 0,32 Total 101.700 0,93 Langkah 5: Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (90.000 unit x Rp 0,93) Rp 83.700 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses : BB (30.000 unit x 100% x Rp 0,27) Rp 8.100 TKL (30.000 unit x 50% x Rp 0,34) 5.100 OH (30.000 unit x 50% x Rp 0,32) 4.800 Total Pertanggungjawaban Biaya 18.000 Rp101.700 93 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Merek Sabun Mandi Wangi Laporan Harga Pokok Produksi Bulan Mei 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 120.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% TKL dan OH) PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya BB Rp 32.400 TKL Rp 35.700 OH Rp 33.600 Total Rp 101.700 90.000 unit 30.000 unit EU 120.000 105.000 105.000 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (90.000 unit x Rp 0,27) Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 30.000 unit x 100%x Rp 0,27 TKL : 30.000 unit x 50% x Rp 0,34 OH : 30.000 unit x 50% x Rp 0,32 120.000 Unit Harga Per EU Rp 0,27 Rp 0,34 Rp 0,32 Rp 0,93 Rp Rp Rp Rp 8.100 5.100 4.800 83.700 18.000 Rp 101.700 6.3 Produk Diolah Lebih Dari Satu Departemen Apabila produk diolah melalui beberapa departemen produksi, maka barang yang telah selesai diproses di departemen awal akan terus ditransfer ke departemen berikutnya sampai ke departemen terakhir dan akhirnya ditransfer ke gudang barang jadi. Dengan demikian harga pokok produk jadi di departemen I akan ditransfer menjadi seolah-olah bagi departemen II. 94 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Gambar 6.4 Arus Fisik Untuk Dua Departemen Contoh 2 PT. Sumber Rejeki mengolah produk melalui dua departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II. Produk yang telah selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk diproses lebih lanjut, sedangkan produk yang telah selesai diproses di departemen II ditransfer ke gudang barang jadi. Berikut adalah data yang berkaitan dengan produksi pada bulan Februari 2015: Departemen I Unit Produk: Produk Masuk Proses Diterima Dari Departemen I Ditransfer Ke Departemen II Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 100 % Bahan, 1/3 Biaya Konversi Biaya-Biaya: Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Departemen II 420.000 unit 322.000 unit 322.000 unit 280.000 unit 98.000 unit 42.000 unit Rp Rp Rp 95 218.400 252.840 242.004 Rp Rp Rp 249.900 223.440 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses DEPARTEMEN I Ekuivalen unit Bahan Baku = 322.000 Unit +(98.000 unit x 100 %) = 322.000 unit + 98.000 unit Ekuivalen unit biaya konversi = = = 420.000 Unit 322.000 Unit +(98.000 unit x 40 %) 322.000 unit + 39.200 unit = 361.200 unit Sumber Rejeki Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I Bulan Februari 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 420.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 322.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 40% Biaya Konversi) 98.000 unit 420.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU BB Rp 218.400 420.000 Rp 0,52 TKL Rp 252.840 361.200 Rp 0,70 OH Rp 242.004 361.200 Rp 0,67 Total Rp 713.244 Rp 1,89 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II (322.000 unit x Rp 1,89) Rp 608.580 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 98.000 unit x 100%x Rp 0,52 Rp 50.960 TKL : 98.000 unit x 40% x Rp 0,70 Rp 27.440 OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,67 Rp 26.264 104.664 Rp 713.244 DEPARTEMEN II Ekuivalen unit biaya konversi = = 280.000 Unit +(42.000 unit x 1/3) 280.000 unit + 14.000 unit = 294.000 unit 96 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Sumber Rejeki Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II Bulan Februari 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 322.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 280.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (40% Biaya Konversi) 42.000 unit 32.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU Dept I Rp 608.580 322.000 Rp 1,89 TKL Rp 249.900 294.000 Rp 0,85 OH Rp 223.440 294.000 Rp 0,76 Total Rp 1.081.920 Rp 3,50 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (280. 000 unit x Rp 3,5)) Rp 980.000 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 42.000 unit x Rp 1,89 Rp 79.380 TKL : 42.000 unit x 40% x Rp 0,85 Rp 11.900 OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,76 Rp 10.640 101.920 Rp 1.081.920 6.4 Penambahan Bahan Di Departemen Lanjutan Pemakaian bahan sering tidak hanya terjadi di departemen pertama, akan tetapi pemakaian bahan sering pula dilakukan di departemen pertama dan di departemen berikutnya (departemen setelah departemen pertama). Penambahan pemakaian bahan akan berakibat sebagai berikut: a. Tidak menambah unit yang dihasilkan Pemakaian bahan di departemen setelah departemen pertama yang sifatnya hanya pelengkap, tidak akan mempengaruhi jumlah unit 97 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses produk yang dihasilkan. Jumlah unit keluar dari proses jumlahnya tetap sama dengan unit masuk proses, meskipun ada pemakaian bahan tambahan. Dalam hal tidak terjadi perubahan jumlah unit, maka penghitungan harga pokok per unit dari departemen sebelumnya tidak mengalami perubahan. b. Unit yang dihasilkan bertambah Pemakaian bahan dapat berakibat unit produk yang dihasilkan jumlahnya lebih banyak dari pada unit produk saat masuk proses. Total harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya tidak berubah. Karena terjadi perubahan jumlah unit maka harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya akan ditanggung oleh jumlah unit yang lebih banyak. Berarti harga pokol per unit yang diterima dari departemen sebelumnya menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, harga pokok dari departemen sebelumnya harus disesuaikan. Contoh 3: Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di departemen II CV. Ande ande: a. Unit diterima dari departemen I 10 unit senilai Rp 360.000, dimana terdiri dari biaya bahan baku Rp 100.000, biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 dan biaya overhead pabrik Rp 60.000. b. Unit tambahan karena penambahan bahan di departemen II sebesar 2 unit. c. Unit ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 8 unit. 98 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses d. Persediaan akhir barang dalam proses periode tersebut sebesar 4 unit (100% BB, 50%TKL) e. Biaya tambahan yang terjadi di departemen II: Bahan Baku Rp 72.000 Tenaga Kerja Langsung 120.000 Biaya Overhead Pabrik 120.000 Total Rp 312.000 DEPARTEMEN II Ekuivalen unit Bahan Baku = 8 Unit +(4 unit x 100 %) = 8 unit + 4 unit = 12 unit Ekuivalen unit biaya konversi = 8 Unit +(4 unit x 50 %) = 8 unit + 2 unit = 10 unit Catatan: a) Meskipun terjadi perhitungan penyesuaian terhadap harga pokok produksi yang diterima dari departemen I di departemen II, pada saat pencatatan akuntansi tidak diperlukan pencatatan jurnal penyesuaian. b) Laporan harga pokok produksi di departemen II dapat disusun dengan harga pokok produksi dari departemen I dimana akan terlebih dahulu disesuaikan. Atau dapat juga kita lakukan, harga pokok produksi dari departemen I tidak diperlukan lagi penyesuaian tetapi langsung dibagi dengan ukuivalen unit 12. 99 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses CV. Ande Ande Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 10 Unit Unit Bahan Yang Tambah 2 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 8 unit 12 Unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% Biaya Konversi) 4 unit 12 Unit PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya Dept I Rp EU 360.000 Harga Per EU 10 Penye Rp 2 36.000 - Set Penye Rp 360.000 12 Rp 30.000 BB Rp 72.000 12 Rp 6.000 TKL Rp 120.000 10 Rp 12.000 OH Rp 120.000 10 Rp 12.000 Total Rp 672.000 Rp 60.000 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (8 unit x Rp 60.000) Rp 480.000 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 4 unit x Rp 30.000 Rp 120.000 BB : 4 Unit x 100 % x Rp 6.000 RP 24.000 TKL : 4 unit x 50 % x Rp 12.000 Rp 24.000 OH : 4unit x 50% x Rp 12.000 Rp 24.000 192.000 Rp 672.000 Contoh 4: Tuan Sinurat mempunyai usaha manufaktur. Pada saat melakukan proses produksi untuk produk akan melewati 2 (dua) departemen. Produk yang telah selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk 100 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses diproses lebih lanjut. Pemakaian bahan dilakukan di departemen I dan departemen II Produk Masuk Proses Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II Unit Bahan Yang Tambah Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 20 % Biaya Konversi 101 % BB, 70 % Biaya Konversi Departemen I 350.000 liter 280.000 liter Departemen II 70.000 liter 315.000 liter 70.000 liter 35.000 liter Biaya-biaya selama periode tersebut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Jumlah Rp 1.470.000 Rp 927.500 Rp 463.750 Departemen I Rp 1.050.000 Rp 588.000 Rp 294.000 Departemen II Rp 420.000 Rp 339.500 Rp 169.750 DEPARTEMEN I Ekuivalen unit Bahan Baku = 280.000 Unit +(70.000 unit x 100 %) = 280.000 unit + 70.000 unit = 350.000 unit Ekuivalen unit biaya konversi = 280.000 Unit +(70.000 unit x 20 %) = 280.000 unit + 14.000 unit = 294.000 unit 101 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Tuan Sinurat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 350.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 280.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 20% Biaya Konversi) 70.000 unit 350.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU BB Rp 1.050.000 350.000 Rp 3 TKL Rp 588.000 294.000 Rp 2 OH Rp 294.000 294.000 Rp 1 Total Rp 713.244 Rp 6 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (280.000 unit x Rp 6) Rp 1.680.000 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 70.000 unit x 100%x Rp 3 Rp 210.000 TKL : 70.000 unit x 20% x Rp 2 Rp 28.000 OH : 70.000 unit x 20% x Rp 1 Rp 14.000 252.000 Rp 1.932.000 DEPARTEMEN II Ekuivalen unit Bahan Baku = 315.000 Unit +(35.000 unit x 100 %) = 315.000 unit + 35.000 unit = 350.000 unit Ekuivalen unit biaya konversi = 315.000 Unit +(35.000 unit x 70 %) = 315.000 unit + 24.500 unit = 339.500 unit 102 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Tuan Sinurat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 280.000 Unit Unit Bahan Yang Tambah 70.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350.000 Unit 315.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% Biaya Konversi) 35.000 unit 350.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya Dept I Rp 1.680.000 EU 280.000 Penye Harga Per EU Rp 70.000 6 - Set Penye Rp 1.680.000 350.000 Rp 4,8 BB Rp 420.000 350.000 Rp 1,2 TKL Rp 339.500 339.500 Rp 1,0 OH Rp 169.750 339.500 Rp 0,5 Total Rp 2.609.250 Rp 7,5 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (315.000 unit x Rp 7,5) Rp 2.362.500 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 35.000 unit x Rp 4,8 Rp 168.000 BB : 35.000 Unit x 100 % x Rp 1,2 RP 42.000 TKL : 35.000 unit x 70 % x Rp 1 Rp 24.500 OH : 35.000unit x 70% x Rp 0,5 Rp 12.250 246.750 Rp 2.609.250 6.5 Penambahan Bahan Di Akhir Proses Bahan baku dapat di tambah pada awal proses maupun pada akhir proses. Di departemen I, bahan baku umumnya masuk proses pada awal proses saja. Sedangkan pada departemen lanjutan, penambahan bahan baku dapat dilakukan pada awal saja atau pada akhir proses saja, ataupun pada 103 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses awal dan akhir proses. Untuk memudahkan penyusunan laporan harga pokok produksi maka untuk bahan baku yang ditambahkan pada awal proses, perhitungan ekuivalen unit akan dipisahkan dengan bahan baku yang ditambahkan pada akhir proses. Bahan baku yang ditambahkan pada akhir periode pada saat perhitungan ekuivalen unit tidak memasukkan nilai dari persediaan akhir barang dalam proses. Sehingga, pada saat kita akan menilai persediaan akhir barang dalam proses tidak akan ada nilai dari bahan baku yang ditambahkan pada akhir proses. Berbeda dengan pemakaian bahan baku, pemakaian tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik umumnya dilakukan secara merata dari awal hingga akhir proses selama proses produksi. Jadi tidak ada anggapan tenaga kerja atau biaya overhead pabrik hanya terlibat diawal atau diakhir proses produksi saja. Contoh 5: CV. Harum Wangi memproduksikan pengharum ruangan. Produk diproses di 2 departemen, yaitu departemen I dan departemen II. Setiap 1 liter produk yang ditransfer dari departemen I, ditambahkan 2 liter bahan baku X, dimana bahan baku X ditambahkan pada awal proses dan kemudian pada akhir proses ditambahkan 0,5 liter bahan baku Y, dimana bahan baku Y ditambahkan pada proses mencapai 95 %. Pada awal bulan April 2015, produk yang ditransfer dari departemen I sebanyak 25 liter dengan harga pokok per liter Rp 170. Harga per liter bahan baku yang ditambahkan adalah Rp 1.000 untuk bahan baku X, dan Rp 100 untuk bahan baku Y. Pada akhir bulan April terdapat 1/5 bahan baku dari departemen I yang masuk proses masih belum selesai (baru menyerap 104 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses 50% biaya konversi). Selama bulan April 2015, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 7.750 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.750. Bahan Baku X yang terpakai = 2 x Produk Masuk Proses Dari Departemen I = 2 x 25 liter = 50 liter. Persediaan Akhir Barang Dalam Proses = 1/5 x Produk Masuk Proses Dari Departemen I = 1/5 x 25 liter = 5 liter Bahan Baku Y yang terpakai = (Produk Masuk Proses Dari Departemen I – Persediaan Akhir Barang Dalam Proses) x Penambahan Bahan Baku Y = (25 liter – 5 liter) x 0,5 liter Bahan Baku X yang terpakai 50 liter Bahan Baku Y yang terpakai 10 liter Unit Bahan Yang Tambah 60 liter Ekuivalen unit Bahan Baku X = 70 liter +(15 liter x 100 %) = 70 liter + 15 liter = 85 liter Ekuivalen unit biaya konversi = 10 liter. = 70 liter +(15 liter x 50 %) = 70 liter + 7,5 liter = 77,5 unit 105 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses CV. Harum Wangi Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 25 liter Unit Bahan Yang Tambah 60 liter Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 70 liter 85 liter Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% Biaya Konversi) 15 liter 85 liter PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya Dept I Rp EU 4.250 Harga Per EU 25 Penye Rp 60 170 - Set Penye Rp 4.250 85 Rp 50 BB X Rp 85.000 85 Rp 1.000 BB Y Rp 7.000 70 Rp 100 TKL Rp 7.750 77,5 Rp 100 OH Rp 7.750 77,5 Rp 100 Total Rp 111.750 Rp 1.350 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (70 liter x Rp 1.350) Rp 94.500 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 15 liter x Rp 50 Rp 750 BB X : 15 liter x 100 % x Rp 1.000 RP 15.000 TKL : 15 liter x 50 % x Rp 100 Rp 750 OH : 15 liter x 50% x Rp 100 Rp 750 17.250 Rp 111.750 6.6 Produk Hilang Awal Proses Dalam pelaksanaan proses produksi sering terjadi produk yang dihasilkan, baik yang sudah jadi maupun yang masih dalam proses, jumlahnya tidak sama dengan unit yang masuk proses. Hal tersebut terjadi karena adanya produk yang hilang dalam proses produksi. Produk yang hilang dalam proses 106 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses dapat bersifat normal maupun abnormal. Produk hilang karena sifat bahan yang gampang menguap, ini dapat dikategorikan bersifat normal. Produk hilang diakibatkan kelalaian atau kejadian tidak terduga, ini dapat dikategorikan bersifat abnormal. Manajemen biasanya menentukan meskipun barang jadi hilang akibat abnormal tetapi dibawah persentase tertentu (misalkan perusahaan menentukan 2 % dari barang jadi) maka ini dapat dikategorikan bersifat normal. Dalam pelaksanaan proses produksi, produk hilang dapat terjadi pada awal proses, sepanjang proses atau pun pada akhir proses. Produk hilang sering diketahui pada saat inspeksi. Inspeksi itu dilakukan pada tengah proses atau pada akhir proses. Produk yang hilang pada awal proses, dianggap belum menyerap biaya produksi. Oleh karena itu, unit produk hilang yang masuk dalam proses tidak ikut diperhitungkan dalam perhitungan ekuivalen unit. Adanya produk hilang di departemen I akan menaikkan harga pokok per satuan. Apabila produk hilang awal proses terjadi di departemen II, maka harga pokok produksi per unit produk yang ditransfer dari departemen I akan meningkat. Produk hilang pada awal proses di departemen II tidak diikutkan dalam perhitungan ekuivalen unit. Harga pokok dari departemen I dan departemen II per unit akan disesuaikan dalam penyusunan laporan harga pokok produksi. Contoh 6: Tuan Doloksaribu mempunyai usaha manufaktur, dimana produk yang diproses melewati dua departemen yaitu departemen I dan departemen II. Berikut adalah data produksi dan biaya yang terjadi dari kedua departemen: 107 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Departemen I 100 kg 90 kg 10 kg Produk Masuk Proses Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II Unit Yang Hilang (Normal) Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Departemen II 10 kg 80 kg Biaya-biaya selama periode tersebut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Departemen I Rp 10.800 Rp 4.050 Rp 3.150 Departemen II Rp Rp 6.000 Rp 2.960 Catatan: Pada contoh 6 ini, tidak ada persediaan akhir barang dalam proses, sehingga ekuivalen unit akan sama dengan unit yang sebenarnya. Sehingga, untuk departemen I dan departemen II, baik itu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead memakai unit yang sebenarnya. Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 100 Kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0 Unit Yang Hilang 10 kg 100 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU BB Rp 10.800 90 Rp 120 TKL Rp 4.050 90 Rp 45 OH Rp 3.150 90 Rp 35 Total Rp 18.000 Rp 200 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (90 kg x Rp 200) 108 Rp 18.000 Rp 18.000 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 90 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 80 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0 Unit Yang Hilang 10 kg 90 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU Dept I Rp 18.000 80 Rp 225 TKL Rp 6.000 80 Rp 75 OH Rp 2.960 80 Rp 37 Total Rp 26.960 Rp 337 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (80 kg x Rp 337) Rp 26.960 Rp 26.960 6.7 Produk Hilang Akhir Proses Produk yang hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya produksi. Oleh karena itu, produk hilang akhir proses ikut diperhitungkan dalam ekuivalen unit. Harga pokok yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi yang dihtitung berdasarkan ekuivalen unit diatas, pada kenyataan jumlah unit yang ditransfer tidak termasuk unit yang hilang. Harga pokok per unit yang ditrasfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi harus disesuaikan dengan produk yang hilang. Adanya produk yang hilang akhir proses mengakibatkan harga pokok per unit meningkat. Terhadap produk yang ditransfer masuk tidak perlu dilakukan penyesuaian. Adanya produk yang hilang normal baik yang hilang awal maupun 109 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses hilang akhir tidak memerlukan jurnal penyesuaian. Penyesuaian hanyalah di dalam laporan harga pokok produksi. Contoh 7: Dengan memakai data-data dari contoh 6, tetapi produk yang siap diproses hilang pada akhir proses. Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 100 Kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0 Unit Yang Hilang 10 kg 100 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU BB Rp 10.800 100 Rp 108 TKL Rp 4.050 100 Rp 40,5 OH Rp 3.150 100 Rp 31,5 Total Rp 18.000 Rp 180 Peny: Hilang Rp - (10) 18.000 90 Rp 200 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (90 kg x Rp 200) 110 Rp 18.000 Rp 18.000 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 90 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 80 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0 Unit Yang Hilang 10 kg 90 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU Dept I Rp 18.000 90 Rp 200 TKL Rp 6.000 90 Rp 66,7 OH Rp 2.960 90 Rp 32,9 Total Rp 26.960 Rp 299,6 Peny: Hilang Rp - (10) 26.960 80 Rp 337 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (80 kg x Rp 337) Rp 26.960 Rp 26.960 Contoh 8: PT. Cat Sejati memproduksikan cat yang diproses memakai dua departemen. Produk yang sudah selesai dari departemen I akan ditransfer ke departemen II untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini data yang berkaitan dengan produksi bulan Mei 2015: 111 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Produk Masuk Proses Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II Unit Yang Hilang Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 40 % Biaya Konversi , 50 % Biaya Konversi Departemen I 750 kg 500 kg 150 kg Departemen II 50 kg 350 kg 100 kg 100 kg Biaya-biaya selama periode tersebut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Jumlah Rp 45.000 Rp 155.200 Rp 154.800 Departemen I Rp 45.000 Rp 70.200 Rp 64.800 Departemen II Rp Rp 85.000 Rp 90.000 Apabila Hilang Awal Proses Departemen I: Ekuivalen unit Bahan Baku = 500 kg +(100kg x 100 %) = 500 kg + 100 kg = 600 Kg Ekuivalen unit biaya konversi = = 500 kg +(100kg x 40 %) = 500 kg + 40 kg = 540 kg Departemen II: Ekuivalen unit biaya konversi = = 350 kg +(100kg x 50 %) = 350 kg + 50 kg = 400 kg 112 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 750 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 500 Kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 40% Biaya Konversi) 100 Kg Produk Hilang Awal Proses 150 kg 750 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU BB Rp 45.000 600 Rp 75 TKL Rp 70.200 540 Rp 130 OH Rp 64.800 540 Rp 120 Total Rp 180.000 Rp 325 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (500 kg x Rp 325) Rp 162.500 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 100 kgx 100%x Rp 75 Rp 7.500 TKL : 100 kg x 40% x Rp 130 Rp 5.200 OH : 100 kg x 40% x Rp 120 Rp 4.800 17.500 Rp 113 180.000 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 500 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (50% Biaya Konversi) 100 kg Produk Hilang Awa Proses 50 kg 500 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya Dept I Rp EU 162.500 Harga Per EU 500 Penye Rp 325 50 - Set Penye Rp 162.500 450 Rp 361,1 TKL Rp 85.000 400 Rp 212,5 OH Rp 90.000 400 Rp 225 Total Rp 337.500 Rp 798,6 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (350 kg x Rp 798,6) Rp 279.510 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 100 kg x Rp 361,1 Rp 36.100 TKL : 100 kg x 50 % x Rp 212,5 Rp 10.625 OH : 100 kg x 50% x Rp 225 Rp 11.250 57.975 Rp Apabila Hilang Akhir Proses Departemen I: Ekuivalen unit Bahan Baku = 500 kg +(100kg x 100 %) +150 kg = 500 kg + 100 kg +150 kg = 750 Kg 114 337.500 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Ekuivalen unit biaya konversi = = 500 kg +(100kg x 40 %) +150 kg = 500 kg + 40 kg + 150 kg = 690 kg PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 750 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 500 Kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 40% Biaya Konversi) 100 Kg Produk Hilang Akhir Proses 150 kg 750 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU BB Rp 45.000 750 Rp 60 TKL Rp 70.200 690 Rp 101,74 OH Rp 64.800 690 Rp 93,91 Total Rp 180.000 Rp 255,65 Rp 162.500 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (500 kg x Rp 255,65) Produk Hilang (150 kg x Rp 255,65) 28.347,5 Setelah Disesuaikan Rp 166,174 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 100 kgx 100%x Rp 60 Rp 6.000 TKL : 100 kg x 40% x Rp 101,74 Rp 4.069 OH : 100 kg x 40% x Rp 93,91 Rp 3.756,4 13.826 Rp Departemen II: Ekuivalen unit biaya konversi = 350 kg +(100kg x 50 %) + 50 kg = 350 kg + 50 kg + 50 kg = 450 kg 115 180.000 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses 500 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (50% Biaya Konversi) 100 kg Produk Hilang Akhir Proses 50 kg 500 kg PEMBEBANAN BIAYA Jumlah Biaya EU Harga Per EU Dept I Rp 166.174 500 Rp 332,345 TKL Rp 85.000 450 Rp 188,889 OH Rp 90.000 450 Rp 200 Total Rp 341.174 Rp 721,234 Rp 252.431,9 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (350 kg x Rp 721,234) Produk Hilang (50 kg x Rp 721,234) 36.061,70 Setelah Disesuaikan Rp 288.493,6 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 100 kg x Rp 332,345 Rp 33.234,5 TKL : 100 kg x 50 % x Rp 188,889 Rp 9.444,45 OH : 350 kg x 50% x Rp 200 Rp 10.000 52.678,95 Rp 341.174 6.8 Pengaruh Persediaan Barang Dalam Proses Apabila Ada Persediaan Awal Perusahaan yang memproduksikan barangnya secara terus menerus jarang sekali tidak mempunyai persediaan awal. Apabila perusahaan tersebut tidak mempunyai persediaan awal, kemungkinan perusahaan itu baru berdiri. Perusahaan yang sifat produksinya terus menerus pasti akan mempunyai persediaan awal dan persediaan akhir . Persediaan awal pada periode sekarang itu diperoleh dari persediaan akhir dari periode sebelumnya. Adanya persediaan awal akan menimbulkan persoalan di periode tersebut. Perhitungan 116 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses persediaan awal periode tersebut itu tergantung dari bagaimana pemberlakuan dalam menghitung harga pokok produksi, metode perhitungan harga pokok produksi mana yang dipakai. Metode yang umum dipakai yaitu metode rata-rata tertimbang (weighted average cost) dan metode FIFO (first in first out). 6.9 Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost) Metode ini memakai bahwa persediaan awal barang dalam proses akan diproses menjadi barang jadi bersamaan dengan bahan yang masuk proses periode tersebut. Tidak ada perbedaan antara produk selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan produk selesai yang berasal dari produk baru. Hanya ada satu macam harga pokok untuk seluruh produk selesai, yaitu harga pokok rata-rata tertimbang. Maka, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menambahkan biaya yang melekat pada persediaan awal barang dalam proses dengan biaya yang terjadi selama periode ini kemudian dibagi dengan ekuivalen unit. Contoh 9: CV. Minyak Angin Sehat sewaktu melakukan proses produksi melewati dua departemen produksi. Berikut data-data bulan Februari 2015 yang dapat diperoleh dari CV. Minyak Angin Sehat: Departemen I Unit Produk: Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 100 % Bahan, 20% Biaya Konversi Produk Masuk Proses Ditransfer Ke Departemen II Unit Bahan Yang Tambah Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 60% Biaya Konversi 100 % Bahan, 30% Biaya Konversi Departemen II 68.000 unit 102.000 unit 680.000 unit 595.000 unit 85.000 unit 748.000 unit 153.000 unit 34.000 unit 117 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Biaya-Biaya: Persediaan Awal Barang Dalam Proses Dept 1 Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Total Periode Sekarang: Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Total Rp Rp Rp Rp Rp 238.000 111.520 187.000 536.520 Rp Rp Rp Rp Rp 680.000 204.000 174.760 78.200 1.136.960 Rp Rp Rp Rp 2.380.000 850.000 1.530.000 4.760.000 Rp Rp Rp Rp 1.360.000 1.190.000 680.000 3.230.000 Departemen I: Ekuivalen unit Bahan Baku = 595.000 unit +(153.000 x 100 %) = 595.000 unit + 153.000 unit = 748.000 unit Ekuivalen unit biaya konversi = 595.000 unit +(153.000 x 60 %) = 595.000 unit + 91.800 unit = 686.800 unit Departemen II: Ekuivalen unit Bahan Baku = 748.000 unit +(34.000 x 100 %) = 748.000 unit + 34.000 unit = 782.000 unit Ekuivalen unit biaya konversi = 748.000 unit +(34.000 x 30 %) = 748.000 unit + 10.200 unit = 758.200 unit 118 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I Bulan Februari 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 68.00 Produk Masuk Proses 680.00 Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 595.00 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 60% Biaya Konversi) 153.00 PEMBEBANAN BIAYA Pers Awal Sekarang Jumlah Biaya EU Harga Per E BB Rp 238.000 Rp 2.380.000 Rp 2.618.000 748.000 Rp TKL Rp 111.520 Rp 850.000 Rp 961.520 686.800 Rp OH Rp 187.000 Rp 1.530.000 Rp 1.717.000 686.800 Rp Total Rp 536.520 Rp 4.760.000 Rp 5.296.520 BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5 Rp 535.500 TKL : 153.000 unit x 40% x Rp1,4 Rp 128.520 OH : 153.000 unit x 40% x Rp 2,5 Rp 229.500 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (595.000 unit x Rp 7,4) Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: 119 Rp Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II Bulan Februari 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 20% Biaya Konversi Produk Masuk Proses Unit Bahan Yang Tambah 102.000 unit 595.000 Unit 85.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 30% Biaya Konversi) PEMBEBANAN BIAYA Pers Awal Dept I Rp 680.000 BB Rp 204.000 TKL Rp 174.760 OH Rp 78.200 Total Rp 1.136.960 748.000 unit 34.000 unit Sekarang Rp Rp Rp Rp Rp 4.403.000 1.360.000 1.190.000 680.000 7.633.000 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (748.000 unit x Rp 11,3) Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept 1: 34.000 unit x Rp 6,5 BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2 TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,8 OH : 34.000 unit x 30% x Rp 1 120 Jumlah Biaya Rp Rp Rp Rp Rp 5.083.000 1.564.000 1.364.760 758.200 8.769.960 Rp Rp Rp Rp 221.000 68000 18.360 10.200 EU 782.000 782.000 758.200 758.200 Harga Per EU Rp Rp Rp Rp Rp 6,50 2,00 1,80 1,00 11,30 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses 6.10 Metode FIFO Metode FIFO menganggap bahwa persediaan awal akan terlebih dahulu diproses sampai menjadi barang jadi, baru kemudian memproses produk yang baru masuk proses. Unit persediaan awal akan terpisah dilaporkan dibandingkan dengan unit produk yang baru masuk proses. Biaya yang berhubungan dengan persediaan awal dibedakan dengan biaya produk jadi yang berasal dari unit masuk proses pada periode yang bersangkutan. Adanya pemisahan tersebut sehingga perhitungan ekuivalen unit juga harus dipisahkan. Contoh untuk metode FIFO, kita memakai contoh 9. Departemen I: Ekuivalen unit BB = 595.000 unit - (68.000 x 100 %) + (153.000 unit x 100%) = 595.000 unit – 68.000 unit + 153.000 unit = 680.000 unit Ekuivalen unit BK = 595.000 unit - (68.000 x 40 %) + (153.000 unit x 60%) = 595.000 unit – 27.200 unit + 91.800 unit = 659.600 unit Departemen II: Ekuivalen unit BB = 748.000 unit - (102.000 x 100 %) + (34.000 unit x 100%) = 748.000 unit – 102.000 unit + 34.000 unit = 680.000 unit Ekuivalen unit BK = 748.000 unit - (102.000 x 20 %) + (34.000 unit x 30%) = 748.000 unit – 20.400 unit + 10.200 unit = 737.800 unit 121 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I Bulan Februari 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi Produk Masuk Proses 68.000 unit 680.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 60% Biaya Konversi) PEMBEBANAN BIAYA Sekarang BB Rp 2.380.000 TKL Rp 850.000 OH Rp 1.530.000 Pers Awal Rp 536.520 Total Rp 5.296.520 EU 680.000 659.600 659.600 HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Awal BB Rp 238.000 TKL Rp 111.520 OH Rp 187.000 Penyelesaian Persediaan Awal BB: (100% - 100%) x 68.000 unit x Rp 3,5 TKL: (100% - 40%) x 68.000 unit x Rp 1,29 OH: (100% - 40%) x68.000 unit x Rp 2,32 595.000 unit 153.000 unit 748.000 Unit Harga Per EU Rp 3,50 Rp 1,29 Rp 2,32 Rp 7,11 Rp 536.520 Rp Rp Rp Rp 0 52.632 94.656 683.808 Produksi Yang Dikerjakan Sekarang: (595.000 unit- 68.000 unit) x Rp 7,11) Rp Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5 Rp TKL : 153.000 unit x 60% x Rp1,29 Rp OH : 153.000 unit x 60% x Rp 2,32 Rp 122 748.000 unit 3.746.970 Rp 4.430.778 Rp Rp 866.898 5.297.676 535.500 118.422 212.976 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II Bulan Februari 2015 DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 20% Biaya Konversi Produk Masuk Proses Unit Bahan Yang Tambah Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 30% Biaya Konversi) PEMBEBANAN BIAYA Sekarang Dept I Rp 4.430.778 Penye Set Penye Rp 4.430.778 BB Rp 1.360.000 TKL Rp 1.190.000 OH Rp 680.000 Pers Awal Rp 1.136.960 Total Rp 8.797.738 EU 595.000 85.000 680.000 680.000 737.800 737.800 102.000 unit 595.000 Unit 85.000 unit 748.000 unit 34.000 unit 782.000 unit Harga Per EU Rp 7,11 Rp 6,52 Rp 2,00 Rp 1,61 Rp 0,92 Rp HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Awal Dept 1 Rp 680.000 BB Rp 204.000 TKL Rp 174.760 OH Rp 78.200 Rp Penyelesaian Persediaan Awal BB: (100% - 100%) x 102.000 unit x Rp 2 Rp TKL: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 1,61 Rp OH: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 0,92 Rp Produksi Yang Dikerjakan Sekarang: (748.000 unit-102.000) x Rp 11,05) Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 34.000 unit x Rp 6,52 Rp BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2 Rp TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,61 Rp OH : 34.000 unit x 30% x Rp 0,92 Rp 123 782.000 unit 11,05 1.136.960 0 131.376 75.072 Rp 1.343.408 Rp Rp 7.138.300 8.481.708 Rp Rp 315.486 8.797.194 221.680 68.000 16.422 9.384 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses LATIHAN 1. CV. Lukis Sejati memproduksikan wallpaper. Berikut ini adalah data yang terjadi selama bulan Februari 2015: Data Fisik: Persediaan Awal Barang Dalam Proses - Produk Yang Masuk Proses 185.000 unit Barang Yang Selesai Diproduksi 175.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100 % BB dan 80 % biaya Konversi) 10.000 unit Data Biaya: Biaya Bahan Baku Rp16.095.000 Tenaga Kerja Langsung 6.771.000 Biaya Overhead Pabrik 15.738.000 Total Rp38.604.000 Diminta: a. Hitunglah ekuivalen unit produk untuk bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik! b. Buatlah laporan harga pokok produksi! 2. CV. Kudapan Manis memproses produk makanan melewati 2 departemen, yaitu departemen 1 dan departemen 2. Catatan yang diperoleh dari bagian akuntansi adalah sebagai berikut: 124 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Departemen 1 Produk Masuk Proses 420.000 Departemen 2 unit Produk Selesai Diterima Dari Departemen I 360.000 unit 72.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 20 % Biaya Konversi 60.000 unit 70 % Biaya Konversi Biaya-biaya selama periode tersebut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Departemen 1 Rp 378.000 Rp 260.400 Rp 223.200 Departemen 2 Rp Rp 169.200 Rp 135.360 Diminta: Buatlah harga pokok produksi untuk departemen 1 dan departemen 2! 3. PT. Medan sukses merupakan perusahaan manufaktur, dimana pada saat operasional perusahaannya melewati 2 departemen produksi, departemen A dan departemen B. Bagian akuntansi perusahaan tersebut mencatat data-data sebagai berikut: Departemen A Produk Masuk Proses 35.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen B 30.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Departemen B 21.000 unit ??? unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 20 % Biaya Konversi ??? unit 40 % Biaya Konversi Biaya-biaya selama periode tersebut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 430.000 Rp 620.000 Rp 620.000 Departemen B Rp Rp 861.000 Rp 738.000 Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi. Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen produksi tersebut! 125 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses 4. Tuan Simon pemilik CV. Sinar Tunggal menggunakan 2 departemen produksi. Proses dimulai dari departemen X. Produk yang telah selesai diproses departemen X, kemudian diproses di departemen Y. Di departemen Y, bahan lain ditambahkan pada awal proses produksi. Pemakaian bahan di departemen Y mengakibatkan unit yang diproduksi ikut bertambah sebanyak unit yang ditambahkan. Berikut data-data yang dimiliki oleh Tuan Simon pada bulan Maret 2015: Departemen X Produk Masuk Proses Departemen Y 1.040.000 unit 988.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y Unit Yang Ditambahkan Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 12.000 unit 900.000 unit 100.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 30 % Biaya Konversi 52.000 100 % BB, 65 % Biaya Konversi unit Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Maret 2015 sebagai berikut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Departemen X Rp 2.600.000 Rp 3.763.500 Rp 1.254.500 Departemen Y Rp 2.000.000 Rp 3.088.000 Rp 2.306.350 Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen produksi tersebut! 5. Berikut ini adalah data yang tersedia di departemen C pada CV. Sentosa Jaya: Unit yang ditransfer ke departemen C Unit yang ditambahkan 1.155.000 unit 105.000 unit Unit yang ditransfer ke departemen D 126 1.008.000 unit Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Persediaan akhir barang dalam proses departemen C (100 % BB dan 70% biaya konversi) 252.000 unit Harga pokok produksi dari departemen C Rp 529.200 BB Rp 151.200 TKL Rp 450.072 Overhead Pabrik Rp 675.108 Biaya Tambahan di departemen C: Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen C ! 6. Minuman ringan cap Segar menggunakan bahan baku sirup, air dan cairan zat asam. Sirup dimasukkan dalam proses produksi di departemen 1. Sirup yang telah diproses dari departemen 1 kemudian ditransfer ke departemen 2. Di departemen 2 akan ditambahkan air (harga air per liter Rp 0) pada awal proses dan zat asam ditambahkan pada akhir proses. Setiap liter sirup yang ditransfer ke departemen 2 membutuhkan 2 liter air dab 1 liter zat asam untuk menghasilkan produk jadi. Selam proses produksi tidak ada produk hilang. Selama bulan Agustus 2015, 100.000 liter telah ditransfer ke departemen 2 senilai Rp 45 per liter. Dari produk yang ditransfer tersebut, 75 % telah selesai menjadi produk jadi. Persediaan akhir bulan Agustus 2015, terdapat 45 % biaya konversi selesai. Biaya yang terjadi selama bulan Agustus 2015 di departemen 2: Biaya Bahan Air Per liter Rp 0 Biaya Bahan Zat Asam Rp 100 per liter Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.007.500 Biaya overhead pabrik Rp 7.008.750 127 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Diminta: a. Berapa liter air yang ditambahkan untuk proses produksi di departemen 2? b. Berapa liter zat asam yang ditambahkan untuk proses produksi di departemen 2? c. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen 2 ! 7. CV. Sejati Jaya memproses produksi melalui dua departemen produksi, yaitu departemen X dan departemen Y. Dalam bulan Juni 2015, laporan produksi dan biaya menunjukkan data sebagai berikut: Departemen X Produk Masuk Proses 1.750 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y 1.250 kg 200 kg Departemen Y 1.250 kg Unit Yang Hilang Awal Proses 150 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 900 kg 200 kg Unit Yang Hilang Akhir Proses Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 50 % Biaya Konversi 300 kg 100 % BB, 75 % Biaya Konversi Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Juni 2015 sebagai berikut: Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Departemen X Rp 1.050.000 Rp 880.000 Rp 800.000 Departemen Y Rp Rp 2.047.500 Rp 1.968.750 Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing departemen! 8. Berikut ini adalah data-data unit produksi yang terjadi di suatu departemen produksi untuk 4 bulan pada tahun 2015: 128 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Pers Awal BDP Tingkat Penyelesaian Unit Masuk Proses Unit Selesai Proses Pers Akhir BDP Tingkat Penyelesaian Januari 9.000 30% 51.000 48.000 12.000 25% Februari 12.000 25% 50.000 62.000 - Maret 55.000 40.000 15.000 40% April 15.000 40% 60.000 50.000 25.000 25% Diminta: a. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode ratarata! b. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode FIFO! 9. Ada data-data dari suatu departemen: Pers Awal BDP Tingkat Penyelesaian Unit Masuk Proses Unit Hilang Normal: Awal Proses Akhir Proses Unit Selesai Proses Pers Akhir BDP Tingkat Penyesuaian Departemen I 100.000 Departemen II 25.000 50% 80.000 Departemen III 25.000 20% 75.000 5.000 80.000 15.000 40% 10.000 75.000 20.000 30% 5.000 95.000 - Diminta: a. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode rata-rata! b. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode FIFO! 10. CV. Aroma Sejahtera memiliki data untuk bulan Januari 2015 sebagai berikut: persediaan awal barang dalam proses sejumlah 3.600 unit dengan 129 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses biaya bahan pada tingkat penyelesaian 10% senilai Rp 756.000 dan biaya konversi dengan tingkat penyelesaian 50% senilai Rp 5.220.000. Jumlah unit yang dimasukkan ke dalam proses produksi selama bulan Januari 2015 adalah biaya bahan baku sejumlah Rp32.080.000, dan biaya konversi sejumlah Rp 46.200.000. Pada akhir bulan Januari 2015 terdapat persediaan barang dalam proses sebanyak 2.000 unit dengan tingkat penyelesaian bahan 40% dan biaya konversi 80%. Dalam proses produksi ini tidak terdapat unit yang hilang selama proses produksi. Diminta: a. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan metode rata-rata! b. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan metode FIFO! 11. Berikut ini data-data produksi dari CV. Indah Jaya untuk bulan November 2014: Produk Masuk Proses 85.000 unit Persediaan Awal Barang Dalam Proses (100 % BB, 83,33% Biaya Konversi) 15.300 unit Barang Jadi Yang Ditransfer Ke Departemen Berikutnya 76.500 unit Biaya Persediaan Awal Barang Dalam Proses: Bahan Baku Rp 113.900 Biaya Konversi Rp 52.275 Rp 545.700 Biaya Yang Terjadi Selama Bulan November 2014: Bahan Baku 130 Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Biaya Konversi Rp 272.765 Tingkat penyelesaian persediaan awal barang dalam proses adalah 25 % bahan baku dan 20 % biaya konversi. Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi. Diminta: a. Hitunglah ekuivalen unit dengan menggunakan metode rata-rata! b. Buatlah laporan harga pokok produksi dengan metode rata-rata! 12. PT. Kuku Indah adalah perusahaan manufaktur yang memproduksikan cat kuku. Cat kuku yang yang diproduksikan oleh perusahaan ini diproduksi di tiga departemen. Bahan dasar cat diproduksikan di departemen 1. Di departemen 2 akan ditambahkan bahan lain dengn tujuan untuk meningkatkan kualitas. Produk yang sudah selesai akan dikirim ke gudang. Berikut ini adalah data-data untuk departemen 1 dan departemen 2 pada bulan Agustus 2015: Departemen I Unit Produk: Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 100 % Bahan, 50% Biaya Konversi Produk Masuk Proses Ditransfer Ke Departemen II Ditransfer Ke Gudang Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 80% Biaya Konversi 100 % Bahan, 50% Biaya Konversi 131 Departemen II 35.000 unit 56.000 unit 175.000 unit 196.000 unit 231.000 unit ? ? Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses Biaya-Biaya: Persediaan Awal Barang Dalam Proses Dept 1 Bahan Baku Langsung Biaya Konversi Total Periode Sekarang: Bahan Baku Langsung Biaya Konversi Total Rp Rp Rp Rp 70.000 48.300 118.300 Rp Rp Rp 404.600 666.540 1.071.140 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 317.240 117.600 434.840 265.650 896.700 1.162.350 Diminta: a. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing departemen dengan menggunakan metode rata-rata! b. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen dengan menggunakan metode FIFO! 132 masing-masing Bab 7 – Biaya Bersama BAB 7 Biaya Bersama Banyak perusahaan yang dalam memproses produksinya akan menghasilkan tidak hanya satu macam produk, akan tetapi menghasilkan bermacam-macam produk. Produk yang bermacam-macam tersebut dihasilkan dengan proses produksi yang bersamaan. Beberapa jenis produk yang dihasilkan akan dapat memiliki nilai yang relatif lebih besar atau malah sebagian relatif lebih kecil. Di dalam bab ini akan kita kenal yang namanya produk sampingan (by product), produk utama (main product) dan produk gabungan (joint product). 7.1 Biaya Produk Bersama Jika beberapa jenis produk gabungan atau produk sampingan yang berbeda dihasilkan dari faktor biaya yang sama, maka akan menimbulkan biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pemisahan. Atau, dapat juga kita katakan bahwa biaya bersama akan timbul apabila dua atau lebih produk akan dihasilkan oleh proses produksi yang sama. Gambar 7.1 Produk Bersama (Joint Cost) Joint cost berbeda dengan common cost . Common cost berkaitan dengan pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua pemakai atau lebih. Joint cost tidak dapat dipisah-pisahkan dan harus dibebankan ke produk. Contoh common cost adalah biaya yang terjadi di departemen jasa yang kemudian dialokasikan ke departemen produksi. 133 Bab 7 – Biaya Bersama Gambar 7.2 Common Cost Tabel 7.1 Perbedaan Joint Cost Dan Common Cost Joint Cost Common Cost 1. Merupakan produk-produk utama 1. Dihasilkan bersama dengan produk yang dihasilkan dengan sengaja utama dalam suatu proses atau sesuai dengan tujuan produksi serangkaian proses tanpa melalui suatu proses atau dimaksudkan untuk membuat serangkaian proses dan dilakukan produk-produk ini. secara simultan 2. Nilai penjualan adalah relatif besar 2. Nilai penjualan adalah relatif ecil bula dibandingkan dengan atau tidak berarti, bila produk-produk sampingan yang dibandingkan dengan produkdihasilkan dan relatif sana produk utama. diantara produk utama. 3. Biasanya dihasilkan dalam jumlah 3. Dihasilkan dalam jumlah unit yang unit atau kualitas yang besar. lebih sedikit. 4. Sering kali memerlukan 4. Kadang memerlukan pengolahan pengolahan lebih lanjut. lebih lanjut dan pembungkusan. 5. Salah satu produk tidak dapat 5. produk ini tidak akan dapat dihasilkan tanpa memproduksi dihasilkan tanpa memproduksi yang lain. produk utama. Sumber: Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah, Akuntansi Biaya, Edisi Kedua: Salemba Empat, 2009 Produk yang dihasilkan secara simultan dalam suatu proses produksi akan menghasilkan produk bersama (joint product) dan produk sampingan (by product), dimana itu akan terjadi apabila produk-produk tersebut mencapai titik pisah (splitt off 134 Bab 7 – Biaya Bersama point). Biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi sampai batas titik pisah, itulah yang dikatakan sebagai biaya bersama (joint cost). Gambar 7.3 Hubungan Antara Biaya Bersama Dan Titik Pisah Titik Pisah Produk Utama A Produk Utama B Biaya Bersama Produk Sampingan Gambar 7.4 Beda Nilai Jual Produk Utama Dan Produk Sampingan 7.2 Alokasi Biaya Persama Biaya bersama harus dialokasikan ke masing-masing jenis produk supaya dapat menentukan nilai persediaan akhir barang dalam proses, persediaan barang jadi, harga pokok produksi dan laporan laba kotor per segmen produk. Biaya bersama dapat dialokasikan dengan menggunakan salah satu metode yang ada. Pemilihan metode alokasi mana yang baik digunakan lebih baik melihat hubungan yang bisa diterima akal. Metode alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut: 135 Bab 7 – Biaya Bersama a. Nilai jual relatif b. Satuan fisik c. Rata-rata biaya d. Rata-rata tertimbang Nilai Jual Relatif Biaya bersama dialokasikan ke setiap jenis produk bersama berdasarkan proporsi nilai jualnya. Metode ini dipakai dengan asumsi bahwa produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi, tentu memerlukan biaya yang tinggi juga. Produk yang memiliki nilai jual yang tinggi mendapat alokasi biaya bersama yang tinggi juga. Pada metode niai jual relatif, terdapat dua metode, yaitu metode nilai pasar saat split off dan metode nilai jual hipotesis. Biaya bersamaa dialokasikan ke produk sesuai dengan perbandigan setiap nilai jualnya. Dalam metode ini biasanya besarnya nilai jual merupakan cerminan dari besarnya harga pokok produk yang bersangkutan. Contoh 1 Tuan Sihombing mempunyai pabrik yang memproduksikan suatu produk. Produk yang dihasilkan oleh pabrik tersebut ada 4 macam produk, yaitu produk A, B, C dan D. Biaya bahan baku yang terjadi merupakan biaya bersama. Selain biaya bahan baku, semua biaya yang terjadi sudah dapat dihitung menurut jenis produk. Biaya bahan baku yang digunakan untuk proses produksi pada bulan Juni 2015 sebesar Rp 500.000. jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk adalah sebagai berikut: Produk A B C D Harga Jual/ Unit (Rp) 10 12 15 15 Unit 19.500 15.000 10.000 15.000 Biaya Konversi (Rp) 47.550 30.800 10.650 16.000 Nilai Jual Produk A = 19.500 unit x Rp 10 per unit = Rp 195.000 Nilai Jual Produk B = 15.000 unit x Rp 12 per unit = Rp 180.000 Nilai Jual Produk C = 10.000 unit x Rp 15 per unit = Rp 150.000 Nilai Jual Produk D = 15.000 unit x Rp 15 per unit = Rp 225.000 Total Nilai Jual Rp 750.000 136 Bab 7 – Biaya Bersama Biaya Bersama BB Untuk Produk A = 195.000 750.000 Biaya Konversi Total Harga Pokok Produksi Unit Yang Diproduksikan Harga Pokok Produksi Produk A Per Unit X 500.000 = Rp 130.000 Rp Rp 47.550 177.550 19.500 9,11 Rp Unit 180.000 X 500.000 = Rp 120.000 750.000 Biaya Konversi Rp 30.800 Total Harga Pokok Produksi Rp 150.800 Unit Yang Diproduksikan 15.000 Unit Harga Pokok Produksi Produk B Per Unit Rp 10,05 Biaya Bersama BB Untuk Produk B = 150.000 X 500.000 = Rp 100.000 750.000 Biaya Konversi Rp 10.650 Total Harga Pokok Produksi Rp 110.650 Unit Yang Diproduksikan 10.000 Unit Harga Pokok Produksi Produk C Per Unit Rp 11,07 Biaya Bersama BB Untuk Produk C = 225.000 X 500.000 = Rp 150.000 750.000 Biaya Konversi Rp 16.000 Total Harga Pokok Produksi Rp 166.000 Unit Yang Diproduksikan 15.000 Unit Harga Pokok Produksi Produk D Per Unit Rp 11,07 Biaya Bersama BB Untuk Produk D = Contoh 2 Di sebuah pabrik pengolahan kayu terdapat biaya bersama untuk memproduksikan papan broti dan serbuk gergaji. Biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksikan papan broti dan serbuk gergaji sebesar Rp 150.000.000 untuk bahan baku dan Rp 75.000.000 untuk biaya konversi. Nilai jual daripada papan broti adalah Rp 385.000.000 dan nilai jual daripada serbuk gergaji sebesar Rp 265.000.000. 137 Bab 7 – Biaya Bersama Biaya Bahan Baku Rp 150.000.000 Biaya Konversi Rp 75.000.000 Total Biaya Bersama Rp 225.000.000 Nilai Jual Papan Broti Rp 385.000.000 Nilai Jual Serbuk Gergaji Rp 265.000.000 Total Nilai Jual Rp 650.000.000 Biaya Bersama Untuk Papan Broti = Biaya Bersama Untuk Serbuk Gergaji Penjualan Alokasi Biaya Bersama Laba Kotor 385.000.000 650.000 .000 = 265.000.000 650.000 .000 X 225.000.000 = X Rp 225.000.000 = 133.269.000 Rp 91.731.000 Papan Broti Rp 385.000.000 Serbuk Gergaji Rp 265.000.000 Total Rp 650.000.000 133.269.000 Rp 251.731.000 91.731.000 Rp 173.269.000 225.000.000 Rp 425.000.000 Contoh 3 Pabrik keripik di tanjung morawa memproduksikan 3 rasa kripik dari satu jenis bahan baku. Setelah diolah pada tahap pertama, kripik dapat dikenali menurut rasanya.Rasa kripik yang dihasilkan adalah kripik asin, kripik manis dan kripik pedas. Setelah pengolahan tahap pertama selesai, kripik itu diolah lebih lanjut dengan biaya masing-masing per bungkus Rp 5,- untuk rasa manis dan Rp 7,5 untuk rasa pedas. Yang diproduksikan selama Maret 2015 adalah 250.000 bungkus untuk rasa manis, 187.500 bungkus untuk rasa asin dan 187.500 bungkus untuk rasa pedas. Untuk dapat menghasilkan ketiga rasa kripik tersebut telah dipergunakan biaya bahan baku dan pengolahan pada tahap pertama sebesar Rp 10.000.000. setelah pengolahan tahap pertama selesai, 3 rasa kripik tersebut baru dapat diidentifikasi. Harga jual masing-masing kripik adalah Rp 10 per bungkus untuk rasa asin, Rp 12 per bungkus untuk rasa manis, dan Rp 15,5 per bungkus untuk rasa pedas. 138 Bab 7 – Biaya Bersama Harga jual per bungkus kripik rasa manis Rp 10 Biaya tambahan per bungkus (Rp 5) Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa manis Rp Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa manis 250.000 5 Total nilai jual kripik rasa manis Rp 1.250.000 Rp 2.250.000 Total nilai jual kripik rasa pedas Rp 1.500.000 Total Nilai Jual Keseluruhan Rp 5.000.000 Harga jual per bungkus kripik rasa asin Rp 12 Biaya tambahan per bungkus (Rp 0) Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa asin Rp 12 Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa asin 187.500 Total nilai jual kripik rasa asin Harga jual per bungkus kripik rasa pedas Rp15,5 Biaya tambahan per bungkus (Rp7,5) Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa pedas Rp Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa pedas 187.500 8 Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk: 1.250.000 5.000 .000 Kripik Rasa Manis = X 10.000.000 = Rp 2.500.000 Kripik Rasa Asin = 2.250.000 5.000 .000 X 10.000.000 = Rp 4.500.000 Kripik Rasa Manis = 1.500.000 5.000 .000 X 10.000.000 = Rp 3.000.000 Satuan Fisik Pada metode ini, biaya bersama akan dialokasikan ke setiap jenis produk memakai output per jenis produk. 139 Bab 7 – Biaya Bersama Contoh 4 Pabrik minuman ringan mempunyai 3 jenis minuman, yaitu rasa jeruk manis, jeruk asli dan jeruk sangat manis. Ketiga jenis produk tersebut merupakan produk utama yang diolah dari satu jenis bahan baku. Data-data yang diperoleh dari pabrik minuman ringan yaitu biaya bahan baku dan biaya pengolan sebesar Rp 95.405.000. Produksi yang dihasilkan untuk masing-masing minuman adalah 558 kaleng untuk rasa jeruk manis, 465 kaleng untuk rasa jeruk asli dan 837 kaleng untuk rasa jeruk sangat manis. Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Manis 558 kaleng Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Asli 465 kaleng Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Sangat Manis 837 kaleng Total Produk Yang Dihasilkan 1.860 kaleng Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk: Rasa Jeruk Manis = 558 1.860 Rasa Jeruk Asli = 465 1.860 Rasa Jeruk Sangat Manis = X 95.405.000 = Rp 28.621.500 X 95.405.000 = Rp 23.851.250 837 1.860 X 95.405.000 = Rp 42.932.250 Rata-Rata Biaya Biaya rata-rata satuan ditentukan dengan jumlah biaya bersama akan dibagi dengan total unit produk bersama yang dihasilkan. Setiap jenis produk bersama akan mendapatkan alokasi biaya bersama sebesar biaya rata-rata per unit yang dikaitkan dengan besarnya unit pada jenis tersebut. Contoh 5 Sebuah industri rumah tangga memproduksikan 3 produk, yaitu produk A, produk B dan produk C. Ketiga produk tersbeut diolah secara bersama dari satu jenis bahan 140 Bab 7 – Biaya Bersama baku yang sama. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat ketiga produk tersebut adalah Rp 500.000. Produk A yang dihasilkan sebanyak 30.000 unit, produk B yang dihasilkan sebanyak 28.000 unit dan produk C yang dihasilkan sebanyak 22.000 unit. Produk A yang dihasilkan 30.000 unit Produk B yang dihasilkan 28.000 unit Produk C yang dihasilkan 22.000 unit Total Produk Yang Dihasilkan 80.000 unit Biaya Bersama Per Unit = Rp 500.000 = Rp 6,25 80.000 unit Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk A = 30.000 unit x Rp 6,25 = Rp 187.500 Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk B = 28.000 unit x Rp 6,25 = Rp 175.000 Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk C = 22.000 unit x Rp 6,25 = Rp 137.500 Rata-Rata Tertimbang Metode ini mirip dengan metode nilai jual, dimana metode nilai jual setiap produk diberi bobot dengan harga jualnya. Pada metode rata-rata tertimbang, tiap produk diberi bobot sesuai dengan keinginan kita. Tentu dengan mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan besarnya bobot untuk setiap produk. Contoh 6 CV. Cantika Indah memproduksikan 4 jenis produk yang dihasilkan dari satu proses produksi. Selama periode Juni 2015 terjadi biaya bersama sebesar Rp 50.000.000. Produk Q diproduksi sebanyak 20 unit dan diberi bobot 3, produksi X diproduksi sebanyak 15 unit dan diberi bobot 2, produksi Y diproduksi sebanyak 10 unit dan diberi bobot 4, produksi Z diproduksi sebanyak 15 unit dan diberi bobot 1. Produk Q = 24 unit x 3 = 72 Produk X = 18 unit x 2 = 36 Produk Y = 9 unit x 4 = 36 Produk Z = 36 unit x 1 = 36 Total 180 141 Bab 7 – Biaya Bersama Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk: Produk Q = 72 180 X Rp 50.000.000 = Rp 20.000.000 Produk X = 36 180 X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000 Produk Y = 36 180 X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000 ProdukZ = 36 180 X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000 6.3 Produk Sampingan (By Product) Produk sampingan (by product) merupakan produk yang relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai produk utama (main product). Produk sampingan tidak dapat dihindarkan. Apabila kita akan melakukan proses produksi dimana akan menghasilkan produk utama pasti akan menghasilkan juga produk sampingan. Produk sampingan dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti: a. Timbul karena seleksi dalam proses produksi, seperti dedak sewaktu menggiling padi. b. Limbah, seperti serbuk gergaji pada perusahaan pengolahan kayu. c. Timbul akibat daripada proses penyempurnaan bahan baku, seperti pemisahan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dari cangkang tandan buah segar. Gambar 7.5 Penjualan Produk Sampingan Dijual Saat Splitt Off Point Produk Sampingan Dijual Saat Proses Lanjutan 142 Jual Bab 7 – Biaya Bersama Produk sampingan yang dihasilkan dapat kita jual kembali dengan dua cara, yaitu dijual pada saat titik pisah (splitt off point) tanpa proses lanjutan, dan dijual setelah diproses lebih lanjut. Apabila kita membandingkan antara produk sampingan dengan produk utama, produk sampingan nilainya relatif lebih rendah. Oleh karena itu, alokasi biaya bersama ke produk sampingan tidak perlu dilakukan. Ada beberapa metode yang diperkenankan untuk menetapkan harga pokok produk sampingan, yaitu: 1. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: a. Pendapatan lain-lain. b. Hasil penjualan tambahan c. Pengurang total biaya produksi utama 2. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih Hasil penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya pemasaran dan administrasi serta biaya pemrosesan lanjutan, dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: a. Pendapatan lain-lain. b. Hasil penjualan tambahan c. Pengurang total biaya produksi utama 3. Metode Sebagian Biaya Gabungan Dialokasikan Ke Produk Sampingan Metode ini akan dapat dibedakan dengan dua metode, yaitu a. Metode biaya pengganti (replacement cost) b. Metode nilai pasar (reversal cost) Contoh 7 Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan produk sampingan sebesar Rp 5.000.000. Biaya penjualan dan administrasi produk utama sebesar Rp 6.000.000. 143 Bab 7 – Biaya Bersama Metode Pengakuan Pendapatan Kotor a. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: pendapatan lain-lain. Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) Laba Kotor Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih Sebelum Pendapatan Lain-lain Pendapatan Lain-lain Laba Bersih Setelah Pendapatan Lain-lain Rp 100.000.000 (55.000.000) Rp 45.000.000 (6.000.000) Rp 39.000.000 5.000.000 Rp 44.000.000 b. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: hasil penjualan tambahan. Penjualan Produk Utama (10.000 unit x Rp 10.000) Penjualan Produk Sampingan Total Penjualan Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) Laba Kotor Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih Rp 100.000.000 5.000.000 Rp 105.000.000 (55.000.000) Rp 50.000.000 (6.000.000) Rp 44.000.000 c. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: pengurang total biaya produksi utama Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Harga Pokok Penjualan Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500) Penjualan Produk Sampingan Laba Kotor Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih 144 Rp Rp 55.000.000 (5.000.000) 100.000.000 (50.000.000) Rp 50.000.000 (6.000.000) Rp 44.000.000 Bab 7 – Biaya Bersama Contoh 8 Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan produk sampingan sebesar Rp 5.000.000 dan membutuhkan biaya proses lanjutan sebesar Rp 500.000. Biaya penjualan dan administrasi produk utama sebesar Rp 6.000.000 dan produk sampingan sebesar Rp 200.000. Penjualan Produk Sampingan Rp Biaya Proses Lanjutan Rp Biaya Penjualan Dan Administrasi 5.000.000 500.000 200.000 (700.000) Penjualan Produk Sampingan Bersih Rp 4.300.000 Metode Pengakuan Pendapatan Bersih a. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: pendapatan lain-lain. Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) Laba Kotor Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih Sebelum Pendapatan Lain-lain Pendapatan Lain-lain Laba Bersih Setelah Pendapatan Lain-lain Rp 100.000.000 (55.000.000) Rp 45.000.000 (6.000.000) Rp 39.000.000 4.300.000 Rp 43.300.000 b. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: hasil penjualan tambahan. Penjualan Produk Utama (10.000 unit x Rp 10.000) Penjualan Produk Sampingan Total Penjualan Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) Laba Kotor Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih 145 Rp 100.000.000 4.300.000 Rp 104.300.000 (55.000.000) Rp 49.300.000 (6.000.000) Rp 43.300.000 Bab 7 – Biaya Bersama c. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai: pengurang total biaya produksi utama Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Harga Pokok Penjualan Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500) Penjualan Produk Sampingan Laba Kotor Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih Rp Rp 55.000.000 4.300.000 100.000.000 (59.300.000) Rp 40.700.000 (6.000.000) Rp 34.700.000 Metode biaya pengganti (replacement cost) Pada metode ini, biasanya produk sampingan tersebut digunakan lagi untuk memenuhi kebutuhan sendiri, yang mungkin saja dipakai menjadi bahan untuk membuat produk yang lain dalam satu perusahaan. Pada metode ini, produk sampingan tidak dijual ke pasar. Nilai produk sampingan ini sebesar berapa nilai pasar yang berlaku. Contoh 9 Pabrik XYZ menghasilkan produk X sebagai produk utama dan menghasilkan produk Q sebagai produk sampingan. Pada bulan Maret 2015 dihasilkanlah produk X sebesar 20.000 unit dan produk sampingan Q sebesar 100 kg. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksikan X adalah bahan baku sebesar Rp 20.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000.000 dan biaya overhead sebesar Rp 10.000.000. Produk Q digunakan oleh pabrik tersebut untuk membuat produk Y. Harga pokok Q dipasaran adalah Rp 3000,- per kg. Harga Pokok Produk Sampingan = 100 kg x Rp 3000 per kg = Rp 300.000 146 Bab 7 – Biaya Bersama Bahan Baku Rp 20.000.000 Tenaga Kerja Langsung 15.000.000 Biaya Overhead Pabrik 10.000.000 Biaya Produksi Rp 45.000.000 Harga Pokok Pengganti 300.000 Harga Pokok Produksi Produk Utama Rp 44.700.000 Metode Nilai Pasar (reversal cost) Pada metode ini, produk sampingan mendapat alokasi harga pokok produksi sebelum dipisahkan dari produk utama. Alokasi harga pokok produksi yang diterima produk sampingan adalah sebesar taksiran dari nilai jual semua produk sampingan setelah dikurangi denga taksiran laba kotor produk sampingan, biaya proses lanjutan produk sampingan dan biaya penjualan dan administrasi dari produk sampingan. Contoh 10 CV. Laris memproduksikan satu jenis produk yaitu produk S dan menghasilkan satu produk sampingan yaitu produk A. Untuk menghasilkan kedua produk itu memerlukan biaya bersama sebesar Rp 15.000.000. CV. Laris menetapkan taksiran laba kotor dari produk sampingan adalah 20%. Data-data yang berhubungan dengan produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut: Unit Yang Dihasilkan Penjualan Biaya Proses Lanjutan Biaya Penjualan Dan Administrasi Produk Utama S 50.000 unit Rp 40.000.000 Rp 11.170.000 Rp 3.700.000 Penjualan Produk sampingan Taksiran Laba Kotor (20%) Taksiran Harga Pokok Taksiran Biaya Proses Lanjutan Taksiran Biaya Penjualan Dan Administrasi Taksiran Biaya Produk Sampingan Biaya Bersama Taksiran Biaya Produk Sampingan Biaya Bersama Produk Utama Produk Utama A 6.850 unit Rp 2.000.000 Rp 200.000 Rp 230.000 Rp 2.000.000 (400.000) Rp 1.600.000 Rp Rp 200.000 230.000 15.000.000 (1.170.000) Rp 13.830.000 147 (430.000) Rp 1.170.000 Bab 7 – Biaya Bersama Produk Utama S = Produk Utama A = Rp 13.830.000 + Rp 11.170.000 50.000 unit Rp 1.170.000 + Rp 200.000 6.850 unit = = Rp 25.000.000 50.000 unit Rp 1.370.000 6.850 unit = Rp 500 = Rp 200 CV. Laris Laporan Laba Rugi Produk Utama S Penjualan Rp Produk Sampingan A 40.000.000 Rp 2.000.000 Harga Pokok Penjualan: Alokasi Biaya Bersama Rp Biaya Proses Lanjutan 13.830.000 Rp 11.170.000 Laba Kotor (25.000.000) Rp Biaya Penjualan Dan Administrasi Laba Bersih 1.170.000 200.000 15.000.000 (1.370.000) Rp (3.700.000) Rp 11.300.000 630.000 (230.000) Rp 400.000 Contoh 11 PT. Xiyi memproduksi dua produk utama (yaitu : produk X dan produk Y) dan dua produk sampingan (yaitu: produk Xi dan produk Yi). Biaya bersama yang dikeluarkan dalam menghasilkan keempat produk tersebut sebesar Rp 180.975.000,-. Data-data lain yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk tersebut adalah: Unit Pers Akhir Harga Jual Biaya Proses Produksi (Unit) (Rp) Lanjutan (Rp) X 30.000 3.000 8.000 30.000.000 Y 25.000 1.500 6.400 20.000.000 Xi 600 150 1.300 180.000 Yi 500 100 1.000 150.000 Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan produk tersebut adalah: Produk Jenis Beban Penjualan (Rp) Administrasi Dan Umum (Rp) X 25.000.000 17.500.000 Produk Y Xi 23.200.000 114.000 15.400.000 30.000 Taksiran laba masing-masing produk sebesar 20 % 148 Yi 50.000 25.000 Bab 7 – Biaya Bersama Produk Sampingan Xi Penjualan Produk sampingan (600 unit x Rp 1.300) Taksiran Laba Kotor (20%) Taksiran Harga Pokok Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 180.000 Taksiran Biaya Penjualan 114.000 Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum 30.000 Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Xi Rp 780.000 (156.000) Rp 624.000 (324.000) Rp 300.000 Produk Sampingan Yi Penjualan Produk sampingan (500 unit x Rp 1.000) Taksiran Laba Kotor (20%) Taksiran Harga Pokok Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 150.000 Taksiran Biaya Penjualan 50.000 Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum 25.000 Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Yi Biaya Bersama Taksiran Biaya Produk Sampingan Xi Taksiran Biaya Produk Sampingan Yi Biaya Bersama Produk Utama Rp 500.000 (100.000) Rp 400.000 (225.000) Rp 175.000 Rp 180.975.000 Rp Penjualan X (30.000 unit x Rp 8.000) Biaya Proses Lanjutan Nilai Jual Hipotesis Produk X Rp Penjualan Y (25.000 unit x Rp6.400) Biaya Proses Lanjutan Nilai Jual Hipotesis Produk Y Total Rp 300.000 175.000 (475.000) Rp 180.500.000 240.000.000 (30.000.000) Rp 210.000.000 160.000.000 (20.000.000) Rp 140.000.000 Rp 350.000.000 Alokasi Biaya Bersama Ke Produk Utama Produk Utama X = Rp 210.000.000 Rp 350.000.000 X Rp 180.975.000 = Rp 108.585.000 Produk Utama Y = Rp 140.000.000 Rp 350.000.000 X Rp 180.975.000 = Rp 72.390.000 149 Bab 7 – Biaya Bersama Produk Utama X Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 108.585.000 Biaya Proses Lanjutan 30.000.000 Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 138.585.000 Unit Yang Diproduksikan 30.000 unit Harga Pokok Produksi Per Unit ( .. ) . Rp 4.619,5 Produk Utama Y Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 72.390.000 Biaya Proses Lanjutan 20.000.000 Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 92.390.000 Unit Yang Diproduksikan 25.000 unit .. Harga Pokok Produksi Per Unit ( . ) Rp 3.695,6 Produk Sampingan Xi Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp Biaya Proses Lanjutan 300.000 180.000 Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp Unit Yang Diproduksikan 480.000 600 unit . Harga Pokok Produksi Per Unit ( ) Rp 800 Produk Sampingan Yi Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp Biaya Proses Lanjutan 175.000 150.000 Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp Unit Yang Diproduksikan 325.000 500 unit . Harga Pokok Produksi Per Unit ( ) 150 Rp 650 Bab 7 – Biaya Bersama PT. XiYi Laporan Laba Rugi Penjualan Produk Utama: Produk Utama X ((30.000 unit- 3.000 unit) x Rp 8.000) Rp Produk Utama Y ((25.000 unit - 1.500 unit) x Rp6.400) 216.000.000 150.400.000 Rp 366.400.000 Penjualan Produk Sampingan: Produk Utama Xi ((600 unit - 150 unit)x Rp 1.300) Rp Produk Utama Yi ((500 unit - 100 unit)x Rp 1.000) 585.000 400.000 Total Penjualan 985.000 Rp 367.385.000 Harga Pokok Penjualan: Produk Utama X ((30.000 unit- 3.000 unit) x Rp 4.619,5) Rp Produk Utama Y ((25.000 unit - 1.500 unit) x Rp 3.695,6) 124.726.500 86.846.600 Produk Utama Xi ((600 unit - 150 unit)x Rp 800) 360.000 Produk Utama Yi ((500 unit - 100 unit)x Rp 650) 260.000 Laba Kotor (212.193.100) Rp 155.191.900 Biaya Penjualan : Produk Utama (Rp 25.000.000 +Rp 23.200.000) Produk Sampingan (Rp 114.000 + Rp 50.000) Rp 48.200.000 164.000 Biaya Administrasi Dan Umum : Produk Utama (Rp17.500.000 +Rp 15.400.000) Produk Sampingan (Rp 30.000 + Rp 25.000) 32.900.000 55.000 Laba Bersih (81.319.000) Rp 151 73.872.900 Bab 7 – Biaya Bersama LATIHAN 1. Strada, Inc memproduksi empat jenis produk secara bersama yang terdiri dari produk A, B, C, dam D. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ke empat jenis produk tersebut sebesar Rp 135.000.000,-. Perusahaan dalam mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan metode unit fisik. Berikut data yang berhubungan dengan keempat produk tersebut: Produk A B C D Unit 28.000 10.500 21.000 10.500 Biaya Proses Lanjutan Rp 16.000.000,Rp 11.250.000,Rp 18.300.000,Rp 13.350.000,- Diminta: a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik! b. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok produksi masing-masing produk! 2. PT. Muara memproduksi tiga jenis produk yang terdiri dari produk X, Y, dan Z. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut sebesar Rp 59.500.000. Data yang berhubungan dengan ketiga jenis produk tersebut adalah: Keterangan Unit Produksi Harga Jual Diminta: Produk X 3.600 Rp 7.200.000 Produk Y 7.200 Rp 14.400.000 Produk Z 13.200 Rp 14.400.000 a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik! b. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai jual! 3. CV. Bersama Sonang memproduksikan 4 (empat) jenis produk dalam suatu proses dengan biaya produksi bersama sebesar Rp 30.000.000. Data penting yang berhubungan dengan keempat produk tersebut adalah: Produk A B C D Unit Produksi 2.000 8.000 6.000 4.000 Nilai Pasar Per Unit (Rp) 4.000 1.000 2.000 3.000 152 Bobot 10 4 8 6 Bab 7 – Biaya Bersama Diminta: Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode: a. Rata-rata b. Rata-rata tertimbang 4. Suatu industri manufaktur yang menghasilkan 3 produk utama , dimana ketiga produk utama tersebut diproduksikan secara bersama-sama. Biaya produksi bersama sebesar Rp 84.000.000. Data-data yang diperoleh dari perusahaan tersebut adalah sebagai berikut: Produk Unit Produksi Nilai Pasar Per Unit (Rp) Bobot A 3.000 20.000 6 B 5.000 15.000 4 C 4.000 12.000 3 Diminta: Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode: Biaya Proses Lanjutan (Rp) 6.500.000 6.000.000 4.500.000 a. Unit Fisik b. Harga Jual Hipotesis c. Rata-rata d. Rata-rata tertimbang 5. PT. Indrapura memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk X, Y, Z. Untuk menghasilkan ke tiga jenis produk tersebut dibutuhkan biaya sebesar Rp 312.000.000,-. Data lain yang berhubungan dengan ketiga produk tersebut adalah: Keterangan Unit Produksi Harga Jual Setelah Proses Lanjutan Biaya Proses Lanjutan Produk X 30.000 Rp 2.500 Rp 24.000.000 Produk Y 70.000 Rp 2.000 Rp 38.000.000 Produk Z 20.000 Rp 950 Rp 2.000.000 Diminta: c. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai rata-rata satuan! d. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode harga jual hipotesis! e. Hitunglah biaya produksi dan biaya produksi per unit masing-masing produk dengan menggunakan alokasi biaya bersama metode harga jual hipotesis! 153 Bab 7 – Biaya Bersama 6. PT. Chocoku merupakan pabrik permen coklat yang memproduksi permen coklat mint dan permen coklat original. Apabila 2.700 kg coklat akan dapat menghasilkan 2.000 kg permen coklat mint dan 500 kg permen coklat origin. Harga coklat per kg sebesar Rp 50.000/ Kg. Ampas coklat tidak menerima biaya produksi dari produk bersama karena dianggap by product. Untuk mengolah coklat, diperlukan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 75.000.000 dan biaya overhead sebesar Rp 100.000.000,-. Harga jual permen coklat mint per kg sebesar Rp 190.000,- dan harga jual permen coklat origin per kg sebesar Rp 175.000,- setelah titik pisah. Diminta: a. Alokasikan biaya bersama untuk produk utama (yaitu permen coklat mint dan permen coklat origin) dengan menggunakan metode harga jual hipotesis, dengan asumsi biaya proses lanjutan untuk permen coklat mint sebesar Rp 20.000,-/ kg dan untuk permen coklat origin sebesar Rp 5.000,- / per Kg. b. Misalkan ampas coklat dapat dijual dengan harga Rp 10.000,- / kg, dan PT. Chocoku beramsumsi bahwa penjualan ampas coklat dianggap sebagai pengurang biaya produksi, maka buatlah laporan laba rugi PT. Chocoku. 7. PT. Exe memproduksi 1 jenis produk utama yaitu produk C dan menghasilkan 1 produk sampingan yaitu produk Cx. Untuk menghasilkan ke tdua produk tersebut dibutuhkan biaya bersama sebesar Rp 64.800.000,-. Hasil penjualan dan biaya lain yang berhubungan dengan proses produksi tersebut adalah: Produk Utama (C) 16.000 unit Rp 150.700.000 Unit yang dihasilkan Hasil Penjualan Taksiran Penjualan Biaya Proses Setelah Titik Pisah Rp 10.900.000 Beban Penjualan Rp 38.000.000 Beban Administrasi Rp 20.000.000 Perusahaan mengestimasi laba sebesar 15 % Produk Sampingan (Cx) 6.000 unit Rp 38.700.000 Rp 10.900.000 Rp 12.250.000 Rp 2.150.000 Diminta: a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan dengan menggunakan metode reversal! b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk! c. Susunlah laporan laba rugi untuk masing-masing produk! 154 Bab 7 – Biaya Bersama 8. CV. Dikidu merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk Y. Selain produk Y sebagai produk utama, terdapat juga produk Y1 yang merupakan produk sampingan dari produk Y. Untuk menghasilkan produk tersebut, dibutuhkan biaya bersama, yaitu Bahan baku sebesar Rp 93.500.000,biaya tenaga kerja sebesar Rp 31.390.000,- dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 27.060.000,-. Hasil penjualan dan biaya lain yang berhubungan dengan proses produksi tersebut adalah: Keterangan Produk Utama (Y) Unit yang dihasilkan 30.000 Unit Hasil Penjualan Rp 300.000.000,Taksiran Penjualan Biaya proses setelah titik pisah Rp 50.250.000,Beban penjualan Rp 25.000.000,Beban administrasi Rp 12.500.000,Perusahaan mengestimasikan laba sebesar 25 %. Produk Sampingan (Y1) 1.000 Unit Rp 2.500.000,Rp 300.000,Rp 100.000,Rp 275.000,- Diminta: a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan dengan menggunakan metode reversal! b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk! c. Susunlah Laporan laba Rugi CV Dikidu! 9. PT. Kendal memproduksi dua produk utama yang terdiri atas produk X dan produk Y, dan dua produk sampingan yaitu produk X1 dan produk Y1. Semua produk semulanya diproduksi secara bersama yang kemudian diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kriteria produk yang diinginkan. Biaya yang dikeluarkan dalam proses bersama sebesar Rp 65.575.000,-. Dalam mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan metode harga jual hipotesis. Berikut ini data yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan produk adalah: Produk Unit produksi Harga Jual Per Unit Biaya Proses Lanjutan Biaya Penjualan X Y X1 Y1 40.000 25.000 15.000 20.000 Rp 2.200,Rp 2.000,Rp 1.500,Rp 1.600,- Rp 16.000.000,Rp 14.000.000,Rp 5.220.000,Rp 7.500.000,- Rp6.500.000,Rp 5.000.000,Rp 3.305.000,Rp 4.250.000,- Taksiran laba untuk masing-masing produk sampingan adalah 20 %. 155 Biaya Administrasi Umum Rp 5.000.000,Rp 2.500.000,Rp 2.500.000,Rp 3.250.000,- Bab 7 – Biaya Bersama Diminta: a. Alokasikan Joint cost produk utama dan produk sampingan dengan metode reversal! b. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk utama! c. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk utama! d. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk sampingan! 10. CV senantiasa memproduksi dua produk utama dan dua produk sampingan. Biaya bersama yang dikeluarkan sebesar Rp 90.000.000,-. Berikut ini data-data dari setiap produk tersebut: Produk Unit Produksi Pers Akhir (Unit) Harga Jual By Proses Lanjutan X 15.000 1.800 Rp 8.500 Rp 40.000.500 Y 7.500 1.200 Rp 7.800 Rp 10.350.000 Xi 10.500 750 Rp 5.700 Rp 6.525.000 Yi 5.000 500 Rp 6.000 Rp 5.200.000 Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan tersebut adalah: a) Biaya Penjualan untuk X sebesar Rp 15.600.000,-, Y sebesar Rp 13.400.000,-, Xi sebesar Rp 7.530.000,- dan Yi sebesar Rp 10.650.000,b) Biaya administrasi umum untuk X sebesar Rp 13.430.000,-, Y sebesar Rp 23.400.000,-, Xi sebesar Rp 5.630.000,- dan Yi sebesar Rp 8.450.000,Taksiran laba masing-masing produk tersebut adalah 20 %. Diminta: a. Hitunglah alokasi biaya bersama produk utama dan produk sampingan! b. Hitunglah alokasi biaya bersama, biaya produksi dan harga pokok per unit! c. Hitung biaya produksi dan harga pokok per unit produk sampingan! d. Hitunglah nilai persediaan akhir masing-masing produk! e. Susunlah laporan laba rugi dengan asumsi bahwa pendapatan penjualan produk sampingan sebagai penambah penjualan! 156 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik BAB 8 Biaya Overhead Pabrik Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan. 8.1 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong, pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi. Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses adalah berdasarkan pembebanan, bukan berdasarkan pemakaian, seperti pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari: a. Perubahan tingkat produksi setiap periode b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan penolong yang boros. c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak merata selama satu tahun d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya pembayaran PBB pabrik. Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume. Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit 157 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja langsung. 8.2 Kapasitas Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau jangka panjang. Ada beberapa kapasistas, yaitu: a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity) Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas. Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik. b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity) Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih realistis daripada kapasitas teoritis. Kapasitas praktis telah memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat dihindarkan, contohnya : cuti. 158 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik c. Kapasitas Normal (Normal Capacity Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan ratarata pesanan produksi mempertimbangkan dalam perubahan jangka musim panjang dan dan perubahan telah tahunan. Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan besarnya biaya overhead pabrik. d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity) Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini biasnaya digunakan untuk jangka pendek, dimana tidak mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan datang. Gambar 8.1 Kapasitas Kapasitas Teoritis Unit Kapasitas Praktis Kapasitas Normal Kapasitas Direncanakan Waktu 6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya overhead pabrik tidak mempengaruhi total biaya overhead. Total biaya overhead 159 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer. Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia, departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap departemen dapat ditentukan. Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari departemen pendukung. Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu: a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan b. Menghitung tingkat laba lini produk c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian d. Menilai persediaan e. Memotivasi para manajer. Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya. 160 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Gambar 8.2 Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi Langkah 1: Biaya Departemen Pendukung Dialokasikan Ke Dpeartemen Produksi Departemen Pendukung Langkah 2: Biaya Departemen Produksi, Ditambah Alokasi Biaya Departemen Pendukung, Dibebankan Ke Produk Memakai Tarif Overhead Departemen Departemen Produksi Departemen Pendukung Departemen Pendukung Produk Departemen Produksi 6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk. Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang diberikan dengan jumlah biaya yang timbul. Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke departemen produksi. Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu a. Metode Langsung b. Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik 161 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik c. Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar) Metode Langsung Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi. Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya. Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya pemakaian jasa. Gambar 8.3 Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 1 Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 2 Kosong Setelah Dialokasikan 162 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Contoh 1 PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi. Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia: Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL) Listrik 200.000 128.000 Bengkel 700.000 72.000 Perawatan 800.000 120.000 Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000 Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000 Total 4.000.000 800.000 1.600.000 Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015: Departemen Listrik Rp 8.500.000 Departemen Bengkel Rp 6.825.000 Departemen Perawatan Rp 4.850.000 Departemen Produksi 1 Rp 952.000 Departemen Produksi 2 Rp 456.000 Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1 berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2 berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1 sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin. Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh Total Pemakaian Listrik 2.500.000 kwh 163 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Alokasi Departemen Listrik Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 1.200.000 kwh 2.500.000 kwh 1.300.000 kwh 2.500.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000 X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000 Total Pemakaian JKL 480.000 Alokasi Departemen Bengkel Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 300.000 480.000 180.000 480.000 X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625 X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375 Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 600.000 LL Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 800.000 LL Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL Alokasi Departemen Perawatan Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 560.000 1.400.000 840.000 1.400.000 X Rp 4.850.000 = Rp 1.940.000 X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000 164 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 (8.500.000) Alokasi Dari Bengkel (JKL) (6.825.000) Alokasi Dari Perawatan (LL) Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 952.000 442.625 4.080.000 4.420.000 4.265.625 2.559.375 (4.850.000) 1.940.000 2.910.000 0 11.237.625 10.332.000 15.000 JKL 12.600 JM 749,175 820 0 Aktivitas Normal Tarif Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya. Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya. Contoh 2 Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik. Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan, maka departemen yang terlebih dahulu mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya overhead. 165 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Gambar 8.4 Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 1 Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 2 Kosong Setelah Dialokasikan Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel 700.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan 800.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh Total Pemakaian Listrik 4.000.000 kwh Alokasi Departemen Listrik Ke: Departemen Bengkel = 700.000 kwh 4.000.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500 166 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Departemen Perawatan = Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 800.000 kwh 4.000.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000 1.200.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000 4.000.000 kwh 1.300.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500 4.000.000 kwh Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625 (8.500.000) 1.487.500 1.700.000 2.550.000 2.762.500 0 8.312.500 6.550.000 3.502.000 3.205.125 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan 120.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000 Total Pemakaian JKL 600.000 Alokasi Departemen Bengkel Ke: Departemen Perawatan = Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 120.000 X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500 600.000 300.000 X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250 600.000 180.000 X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009 600.000 Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 952.000 442.625 (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813 Alokasi Dari Bengkel (LL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 6.833.254 8.957.306 7.106.188 167 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 560.000 LL Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 840000 LL Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL Alokasi Departemen Perawatan Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 560.000 X 1.400.000 840.000 = Rp 2.733.301,6 Rp 6.833.254 X 1.400.000 Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4 Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 952.000 442.625 (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813 - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750 Alokasi Dari Bengkel (JKL) Alokasi Dari Perawatan (LL) - - (6.833.254) 2.733.301,6 4.099.952,4 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.690.607,6 11.206.140,4 15.000 JKL 12.600 JM 779,37 889,37 Aktivitas Normal Tarif Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar) Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi, biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang. Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan menerima biaya dari departemen pendukung lain. Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah mendapat alokasi dari departemen pendukung lain dapat ditentukan dengan 168 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik menyelesaikan persamaan matematika tersebut. Kemudian jumlah biaya tersebut akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung. Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain. Gambar 8.5 Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar) Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Contoh 3 Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3 departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari perusahaan tersebut: Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal X 7.595.000 50.000 JKL Y 8.300.000 30.000 JM Z 3.865.000 25.000 JKL P 20.000.000 Q 17.600.000 Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung. Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada 169 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik proporsi masing-masing pemakaian jasa. Proporsi pemakaian jasa antar departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini: Persentase Pemakaian Jasa Departemen Departemen Produksi Departemen Pendukung X Y Z P Q P 30 % 40 % 20 % - 10% Q 25 % 20 % 35 % 20% - Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan menggunakan tarif departemen. Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q. Persamaan 1 P = Rp 20.000.000 + 20% Q Persamaan 2 Q = Rp 17.600.000 + 10% P P = Rp 20.000.000 + 20% Q P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P) P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P 0,98 P = Rp 23.520.000 P = Rp 24.000.000 Q = Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000) Q = Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000 Q = Rp 20.000.000 Alokasi Departemen Pendukung P ke: Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000 = Rp 2.400.000 Departemen Produksi X = 30% x Rp 24.000.000 = Rp 7.200.000 Departemen Produksi Y = 40% x Rp 24.000.000 = Rp 9.600.000 Departemen Produksi Z = 20% x Rp 24.000.000 = Rp 4.800.000 170 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Alokasi Departemen Pendukung Q ke: Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 Departemen Produksi X = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000 Departemen Produksi Y = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 Departemen Produksi Z = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000 Departemen Produksi X (Rp) Y (Rp) Z (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi 7.595.000 8.300.000 Alokasi Dari Departemen P 7.200.000 9.600.000 Alokasi Dari Departemen Q 5.000.000 4.000.000 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 19.795.000 Aktivitas Normal 50.000 JKL 395,9 Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemen Pendukung P (Rp) Q (Rp) 3.865.000 20.000.000 17.600.000 4.800.000 (24.000.000) 2.400.000 5.000.000 4.000.000 (20.000.000) 21.900.000 15.665.000 0 0 30.000 JM 25.000 JKL 730 626,6 171 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik LATIHAN 1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi. Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya overhead pabrik tahunan Departemen Biaya (Rp) Luas Jumlah Jam Tenaga Lantai Pegawai Listrik Pemotongan 138.000.000 250 30 180 Perampungan 48.000.000 150 20 120 120.000.000 Bangunan 75 15 30 Administrasi 80.000.000 125 20 50 Listrik 65.000.000 30 5 25 Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam mesin. Diminta: a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan menggunakan metode langsung ! b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan ! 2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen dan data kapasitas normal: 172 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal Departemen Produksi: Departemen X 8.500.000 30.000 JKL Departemen Y 10.500.000 60.000 JM Departemen Z 6.000.000 50.000 JKL Departemen Pendukung: Departemen P 10.000.000 Departemen Q 8.800.000 Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa dari departemen pendukung: Pemakaian Departemen Pendukung Departemen Departemen Produksi Jumlah Pendukung X Y Z P Q Departemen P 25 % 40 % 25 % 10 % 100 % Departemen Q 20 % 30 % 30 % 20 % 100 % Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi Departemen Pendukung dengan menggunakan metode aljabar! 3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2 departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data aktivias untuk periode yang akan datang: Biaya Overhead (Rp) Unit Produksi JKL Jumlah Jam Perawatan Jumlah kwh Departemen Pendukung Listrik Perawatan 60.000 110.000 1.000 jam 800 kwh 300 jam 4.400 kwh Departemen Produksi A B C 800.000 500.000 330.000 150.000 unit 180.000 unit 220.000 unit 110.000 57.000 36.000 1.500 jam 5,500 jam 2.000 jam 5.600 kwh 4.800 kwh 5.200 kwh Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit produksi. Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen. 173 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik 4. PT. Brastagi memproduksi suatu produk menggunakan empat departemen, terdiri dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan: Departemen Pencampuran Penyelesaian Gudang Administrasi Dan Umum Biaya Overhead Rp 120.000.000 Rp 100.000.000 Rp 75.000.000 Rp 60.000.000 Hasil penelitian pabrik awal periode: Departemen Pencampuran Penyelesaian Gudang Administrasi Umum Dan Luas Lantai Jumlah Karyawan Jam Mesin 3.000 2.000 1.500 1.000 42 98 34 26 5.000 6.000 - Jam Tenaga Kerja Langsung 12.000 10.000 - Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah: Departemen Variabel Tetap Pencampuran 40 % 60 % Penyelesaian 35 % 65 % Diminta: a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen produksi! b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing departemen produksi 5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar 174 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik alokasi yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut: Departemen Jumlah Biaya Overhead (Rp) 250.000.000 172.000.000 168.000.000 60.000.000 Produksi I Produksi II Jasa X Jasa Y Dasar Alokasi Jam Mesin JTKL Luas Lantai Jumlah Karyawan Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah sebagai berikut: Departemen Produksi I Produksi II Jasa X Jasa Y Luas Lantai 4.000 4.000 2.500 2.000 Jumlah Karyawan 100 60 40 10 Jam Mesin JTKL 20.000 10.000 8.000 10.000 Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai berikut: Departemen Produksi I Produksi II Variabel 60 % 40 % Tetap 40 % 60 % Diminta: dari data yang tertera diatas, maka: a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan metode dengan timbal balik (metode aljabar)! b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap! 6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan dua departemen pembantu. Departemen produksi adalah departemen pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp 135.000.000,-, departemen pengepakan sebesar Rp 123.000.000,-, departemen 175 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik kafetaria sebesar Rp 35.000.000,-, dan departemen bangunan sebesar Rp 105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen: Departemen Pengolahan Pengepakan Kafetaria Bangunan Luas Lantai 4.000 2.000 1.500 1.000 Jlh Karyawan 42 98 34 26 Jam Mesin 5.000 6.000 Jam TKL 12.000 10.000 Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 % dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 % Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik dan metode aljabar, maka: a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen pembantu ke departemen produksi. b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap 7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen: Jam Jam Jumlah Jam Tenaga Tenaga Karyawan Mesin Listrik Kerja Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 Jasa X 1.200 15 Jasa Y 1.000 20 Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka : Departemen 176 Biaya Overhead (Rp) 112.500.000 322.500.000 500.000.000 195.000.000 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik pada departemen jasa ke departemen produksi! b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi! 8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi. Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut: Departemen Pendukung X Y Biaya Overhead Pabrik (Rp) Departemen Pemakai Jasa Departemen Pendukung Departemen Produksi X Y A C 50 % 20 % 30 % 40 % 20 % 40 % 10.000.000 20.000.000 40.000.000 60.000.000 Diminta: Buatlah daftar alokasi biaya dengan menggunakan metode aljabar! 177 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik BAB 8 Biaya Overhead Pabrik Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan. 8.1 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong, pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi. Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses adalah berdasarkan pembebanan, bukan berdasarkan pemakaian, seperti pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari: a. Perubahan tingkat produksi setiap periode b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan penolong yang boros. c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak merata selama satu tahun d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya pembayaran PBB pabrik. Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume. Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit 157 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja langsung. 8.2 Kapasitas Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau jangka panjang. Ada beberapa kapasistas, yaitu: a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity) Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas. Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik. b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity) Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih realistis daripada kapasitas teoritis. Kapasitas praktis telah memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat dihindarkan, contohnya : cuti. 158 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik c. Kapasitas Normal (Normal Capacity Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan ratarata pesanan produksi mempertimbangkan dalam perubahan jangka musim panjang dan dan perubahan telah tahunan. Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan besarnya biaya overhead pabrik. d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity) Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini biasnaya digunakan untuk jangka pendek, dimana tidak mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan datang. Gambar 8.1 Kapasitas Kapasitas Teoritis Unit Kapasitas Praktis Kapasitas Normal Kapasitas Direncanakan Waktu 6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya overhead pabrik tidak mempengaruhi total biaya overhead. Total biaya overhead 159 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer. Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia, departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap departemen dapat ditentukan. Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari departemen pendukung. Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu: a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan b. Menghitung tingkat laba lini produk c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian d. Menilai persediaan e. Memotivasi para manajer. Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya. 160 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Gambar 8.2 Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi Langkah 1: Biaya Departemen Pendukung Dialokasikan Ke Dpeartemen Produksi Departemen Pendukung Langkah 2: Biaya Departemen Produksi, Ditambah Alokasi Biaya Departemen Pendukung, Dibebankan Ke Produk Memakai Tarif Overhead Departemen Departemen Produksi Departemen Pendukung Departemen Pendukung Produk Departemen Produksi 6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk. Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang diberikan dengan jumlah biaya yang timbul. Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke departemen produksi. Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu a. Metode Langsung b. Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik 161 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik c. Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar) Metode Langsung Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi. Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya. Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya pemakaian jasa. Gambar 8.3 Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 1 Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 2 Kosong Setelah Dialokasikan 162 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Contoh 1 PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi. Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia: Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL) Listrik 200.000 128.000 Bengkel 700.000 72.000 Perawatan 800.000 120.000 Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000 Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000 Total 4.000.000 800.000 1.600.000 Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015: Departemen Listrik Rp 8.500.000 Departemen Bengkel Rp 6.825.000 Departemen Perawatan Rp 4.850.000 Departemen Produksi 1 Rp 952.000 Departemen Produksi 2 Rp 456.000 Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1 berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2 berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1 sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin. Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh Total Pemakaian Listrik 2.500.000 kwh 163 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Alokasi Departemen Listrik Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 1.200.000 kwh 2.500.000 kwh 1.300.000 kwh 2.500.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000 X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000 Total Pemakaian JKL 480.000 Alokasi Departemen Bengkel Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 300.000 480.000 180.000 480.000 X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625 X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375 Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 600.000 LL Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 800.000 LL Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL Alokasi Departemen Perawatan Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 560.000 1.400.000 840.000 1.400.000 X Rp 4.850.000 = Rp 1.940.000 X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000 164 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 (8.500.000) Alokasi Dari Bengkel (JKL) (6.825.000) Alokasi Dari Perawatan (LL) Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 952.000 442.625 4.080.000 4.420.000 4.265.625 2.559.375 (4.850.000) 1.940.000 2.910.000 0 11.237.625 10.332.000 15.000 JKL 12.600 JM 749,175 820 0 Aktivitas Normal Tarif Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya. Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya. Contoh 2 Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik. Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan, maka departemen yang terlebih dahulu mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya overhead. 165 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Gambar 8.4 Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 1 Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 2 Kosong Setelah Dialokasikan Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel 700.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan 800.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh Total Pemakaian Listrik 4.000.000 kwh Alokasi Departemen Listrik Ke: Departemen Bengkel = 700.000 kwh 4.000.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500 166 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Departemen Perawatan = Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 800.000 kwh 4.000.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000 1.200.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000 4.000.000 kwh 1.300.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500 4.000.000 kwh Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625 (8.500.000) 1.487.500 1.700.000 2.550.000 2.762.500 0 8.312.500 6.550.000 3.502.000 3.205.125 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan 120.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000 Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000 Total Pemakaian JKL 600.000 Alokasi Departemen Bengkel Ke: Departemen Perawatan = Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 120.000 X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500 600.000 300.000 X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250 600.000 180.000 X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009 600.000 Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 952.000 442.625 (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813 Alokasi Dari Bengkel (LL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 6.833.254 8.957.306 7.106.188 167 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 560.000 LL Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 840000 LL Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL Alokasi Departemen Perawatan Ke: Departemen Produksi 1 = Departemen Produksi 2 = 560.000 X 1.400.000 840.000 = Rp 2.733.301,6 Rp 6.833.254 X 1.400.000 Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4 Departemen Pendukung Listrik Bengkel Perawatan (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi Alokasi Dari Listrik (kwh) 8.500.000 6.825.000 4.850.000 Departemen Produksi 1 Produksi 2 (Rp) (Rp) 952.000 442.625 (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813 - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750 Alokasi Dari Bengkel (JKL) Alokasi Dari Perawatan (LL) - - (6.833.254) 2.733.301,6 4.099.952,4 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.690.607,6 11.206.140,4 15.000 JKL 12.600 JM 779,37 889,37 Aktivitas Normal Tarif Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar) Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi, biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang. Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan menerima biaya dari departemen pendukung lain. Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah mendapat alokasi dari departemen pendukung lain dapat ditentukan dengan 168 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik menyelesaikan persamaan matematika tersebut. Kemudian jumlah biaya tersebut akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung. Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain. Gambar 8.5 Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar) Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Contoh 3 Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3 departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari perusahaan tersebut: Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal X 7.595.000 50.000 JKL Y 8.300.000 30.000 JM Z 3.865.000 25.000 JKL P 20.000.000 Q 17.600.000 Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung. Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada 169 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik proporsi masing-masing pemakaian jasa. Proporsi pemakaian jasa antar departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini: Persentase Pemakaian Jasa Departemen Departemen Produksi Departemen Pendukung X Y Z P Q P 30 % 40 % 20 % - 10% Q 25 % 20 % 35 % 20% - Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan menggunakan tarif departemen. Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q. Persamaan 1 P = Rp 20.000.000 + 20% Q Persamaan 2 Q = Rp 17.600.000 + 10% P P = Rp 20.000.000 + 20% Q P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P) P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P 0,98 P = Rp 23.520.000 P = Rp 24.000.000 Q = Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000) Q = Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000 Q = Rp 20.000.000 Alokasi Departemen Pendukung P ke: Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000 = Rp 2.400.000 Departemen Produksi X = 30% x Rp 24.000.000 = Rp 7.200.000 Departemen Produksi Y = 40% x Rp 24.000.000 = Rp 9.600.000 Departemen Produksi Z = 20% x Rp 24.000.000 = Rp 4.800.000 170 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Alokasi Departemen Pendukung Q ke: Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 Departemen Produksi X = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000 Departemen Produksi Y = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 Departemen Produksi Z = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000 Departemen Produksi X (Rp) Y (Rp) Z (Rp) Biaya Overhead Sebelum Alokasi 7.595.000 8.300.000 Alokasi Dari Departemen P 7.200.000 9.600.000 Alokasi Dari Departemen Q 5.000.000 4.000.000 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 19.795.000 Aktivitas Normal 50.000 JKL 395,9 Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemen Pendukung P (Rp) Q (Rp) 3.865.000 20.000.000 17.600.000 4.800.000 (24.000.000) 2.400.000 5.000.000 4.000.000 (20.000.000) 21.900.000 15.665.000 0 0 30.000 JM 25.000 JKL 730 626,6 171 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik LATIHAN 1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi. Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya overhead pabrik tahunan Departemen Biaya (Rp) Luas Jumlah Jam Tenaga Lantai Pegawai Listrik Pemotongan 138.000.000 250 30 180 Perampungan 48.000.000 150 20 120 120.000.000 Bangunan 75 15 30 Administrasi 80.000.000 125 20 50 Listrik 65.000.000 30 5 25 Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam mesin. Diminta: a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan menggunakan metode langsung ! b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan ! 2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen dan data kapasitas normal: 172 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal Departemen Produksi: Departemen X 8.500.000 30.000 JKL Departemen Y 10.500.000 60.000 JM Departemen Z 6.000.000 50.000 JKL Departemen Pendukung: Departemen P 10.000.000 Departemen Q 8.800.000 Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa dari departemen pendukung: Pemakaian Departemen Pendukung Departemen Departemen Produksi Jumlah Pendukung X Y Z P Q Departemen P 25 % 40 % 25 % 10 % 100 % Departemen Q 20 % 30 % 30 % 20 % 100 % Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi Departemen Pendukung dengan menggunakan metode aljabar! 3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2 departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data aktivias untuk periode yang akan datang: Biaya Overhead (Rp) Unit Produksi JKL Jumlah Jam Perawatan Jumlah kwh Departemen Pendukung Listrik Perawatan 60.000 110.000 1.000 jam 800 kwh 300 jam 4.400 kwh Departemen Produksi A B C 800.000 500.000 330.000 150.000 unit 180.000 unit 220.000 unit 110.000 57.000 36.000 1.500 jam 5,500 jam 2.000 jam 5.600 kwh 4.800 kwh 5.200 kwh Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit produksi. Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen. 173 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik 4. PT. Brastagi memproduksi suatu produk menggunakan empat departemen, terdiri dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan: Departemen Pencampuran Penyelesaian Gudang Administrasi Dan Umum Biaya Overhead Rp 120.000.000 Rp 100.000.000 Rp 75.000.000 Rp 60.000.000 Hasil penelitian pabrik awal periode: Departemen Pencampuran Penyelesaian Gudang Administrasi Umum Dan Luas Lantai Jumlah Karyawan Jam Mesin 3.000 2.000 1.500 1.000 42 98 34 26 5.000 6.000 - Jam Tenaga Kerja Langsung 12.000 10.000 - Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah: Departemen Variabel Tetap Pencampuran 40 % 60 % Penyelesaian 35 % 65 % Diminta: a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen produksi! b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing departemen produksi 5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar 174 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik alokasi yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut: Departemen Jumlah Biaya Overhead (Rp) 250.000.000 172.000.000 168.000.000 60.000.000 Produksi I Produksi II Jasa X Jasa Y Dasar Alokasi Jam Mesin JTKL Luas Lantai Jumlah Karyawan Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah sebagai berikut: Departemen Produksi I Produksi II Jasa X Jasa Y Luas Lantai 4.000 4.000 2.500 2.000 Jumlah Karyawan 100 60 40 10 Jam Mesin JTKL 20.000 10.000 8.000 10.000 Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai berikut: Departemen Produksi I Produksi II Variabel 60 % 40 % Tetap 40 % 60 % Diminta: dari data yang tertera diatas, maka: a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan metode dengan timbal balik (metode aljabar)! b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap! 6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan dua departemen pembantu. Departemen produksi adalah departemen pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp 135.000.000,-, departemen pengepakan sebesar Rp 123.000.000,-, departemen 175 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik kafetaria sebesar Rp 35.000.000,-, dan departemen bangunan sebesar Rp 105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen: Departemen Pengolahan Pengepakan Kafetaria Bangunan Luas Lantai 4.000 2.000 1.500 1.000 Jlh Karyawan 42 98 34 26 Jam Mesin 5.000 6.000 Jam TKL 12.000 10.000 Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 % dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 % Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik dan metode aljabar, maka: a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen pembantu ke departemen produksi. b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap 7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen: Jam Jam Jumlah Jam Tenaga Tenaga Karyawan Mesin Listrik Kerja Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 Jasa X 1.200 15 Jasa Y 1.000 20 Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka : Departemen 176 Biaya Overhead (Rp) 112.500.000 322.500.000 500.000.000 195.000.000 Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik pada departemen jasa ke departemen produksi! b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi! 8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi. Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut: Departemen Pendukung X Y Biaya Overhead Pabrik (Rp) Departemen Pemakai Jasa Departemen Pendukung Departemen Produksi X Y A C 50 % 20 % 30 % 40 % 20 % 40 % 10.000.000 20.000.000 40.000.000 60.000.000 Diminta: Buatlah daftar alokasi biaya dengan menggunakan metode aljabar! 177 Bab 9 – Biaya Standar BAB 9 Biaya Standar Perusahaan sangat perlu menciptakan suasana yang bisa mendorong peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan dapat meningkat dengan cara penerapan pengendalian biaya. Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan menentukan biaya standar yang dapat dijadikan pedoman. Biaya standar yang telah kita tentukan akan dapat digunakan untuk mengendalikan dan untuk dapat mengevaluasi kinerja manajer. Pengendalian dan evaluasi dapat dilakukan dengan membandingka antara realisasi biaya dengan biaya standar. 9.1 Standar Unit Standar adalah tolak ukur atau dasar-dasar untuk norma-norma untuk mengukur suatu kinerja. Standar yang ditetapkan pasti berhubungan dengan harga dan kuantitas. Berapa jumlah input yang seharusnya digunakan per unit output merupakan keputusan yang berhubungan dengan standar kuantitas. Berapa jumlah yang seharusnya dibayarkan untuk kuantitas yang digunakan merupakan keputusan yang berhubungan dengan standar harga. Biaya standar per unit dapat dihitung dengan mengalikan standar kuantitas dengan standar harga. Biaya Standar per Unit = Standar Kuantitas X Standar Harga Agar perusahaan dapat menerapkan biaya standar dengan baik, maka perusahaan harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Sumber yang mungkin untuk menentukan standar kuantitas adalah pengalaman historis, penelitian teknis dan masukan dari personal bagian operasional. Sumber yang mungkin untuk menentukan standar harga adalah kualitas produk yang dihasilkan, bagian pembelian yang harus mempertimbangkan disko atau bonus yang mungkin terjadi. Terdapat 2 (dua) jenis standar yang biasanya dipakai, yaitu: a. Ideal Standar ini disusun berdasarkan kondisi perusahaan saat berada pada tingkat efisiensi yang maksimum. Standar ideal harus dapat dicapai jika semuanya berjalan dengan sempurna tidak mempertimbangkan adanya kemacetan dan tidak ada karyawan yang berketrampilan kurang. b. Currently Attainable 178 Bab 9 – Biaya Standar Standar ini dapat dicapai dalam kondisi operasi secara efisien dan telah mempertimbangkan adanya kemacetan secara normal, adanya kemungkinan tenaga kerja yang kurang terampil, dan lain-lain. Kedua jenis standar diatas mempunyai dampak perilaku terhadap pekerja dan kinerja. Jika standar dilakukan dengan ketat dan sulit untuk dicapai, maka tenaga kerja akan frustrasi dan berkinerja buruk dan menurun. Jika standar dilakukan dengan cara memberi tantangan dan adanya kemungkinan untuk dapat dicapai, maka tenaga kerja akan lebih semangat dalam bekerja dan berkinerja baik. Perusahaan manufaktur akan mengembangkan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan menggunakan biaya ini, biaya standar dapat dihitung. 9.2 Analisis Penyimpangan Penggunaan biaya standar akan mencatat biaya menurut standar dan menatat biaya sesungguhnya yang terjadi. Kedua biaya ini akan diperbandingkan dan akan diperoleh selisih biaya yang terjadi antara biaya yang sesungguhnya terjadi dan biaya menurut standar. Selisih biaya ini akan dimanfaatkan oleh manajer untuk mengendalian biaya. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi akan diperoleh informasi yang harus dipertanggungjawabkan atas terjadinya penyimpangan biaya. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas yang sesungguhnya dan kapasitas standar. Biaya overhead pabrik memiliki kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar dan kapasitas normal. Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standra, maka perhitungan selisih yang terkadi dikaitkan dengan cara yang sama. Apabila Biaya Standar > Biaya Sesungguhnya, maka akan terjadi Menguntungkan (M) Atau Favorable (F) Apabila Biaya Standar < Biaya Sesungguhnya, maka akan terjadi Tidak Menguntungkan (TM) Atau Unfavorable (UF) Analisis Penyimpangan Bahan Baku Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual bahan baku dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual. Penyimpangan harga bahan baku (material price variance) mengukur perbedaan antara berapa yang 179 Bab 9 – Biaya Standar harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) – (Harga Standar x Kuantitas Aktual) atau Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X Kuantitas Aktual atau Kuantitas Aktual Pada Harga Aktual Harga Aktual x Kuantitas Aktual Kuantitas Aktual Pada Harga Standar Harga Standar x Kuantitas Aktual Penyimpangan Harga Penyimpangan penggunaan bahan baku (material usage variance) mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang aktual yang digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output atual. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Harga Standar x Kuantitas Aktual) – (Harga Standar x Kuantitas Standar) atau Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas Standar) X Harga Standar atau Kuantitas Aktual Pada Harga Standar Harga Standar x Kuantitas Aktual Kuantitas Standar Pada Harga Standar Harga Standar x Kuantitas Standar Penyimpangan Penggunaan 180 Bab 9 – Biaya Standar Total penyimpangan biaya bahan baku merupakan penjumlahan dari penyimpangan harga bahan baku dan penyimpanggan penggunana bahan baku. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Total Penyimpangan Biaya Bahan Baku = Penyimpangan Harga Bahan Baku + Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku Atau Kuantitas Aktual Pada Harga Aktual Harga Aktual x Kuantitas Aktual Kuantitas Aktual Pada Harga Standar Harga Standar x Kuantitas Aktual Penyimpangan Harga Kuantitas Standar Pada Harga Standar Harga Standar x Kuantitas Standar Penyimpangan Penggunaan Total Penyimpangan Contoh 1 Berikut ini adalah data biaya bahan baku langsung untuk memproduksikan satu unit produk jadi. Bahan baku A digunakan untuk memproduksikan produk jadi tersebut. Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk 1 unit produk jadi diperlukan 10 kg bahan baku A dengan harga standar sebesar Rp 5. Pada kenyataannya, untuk membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 12 kg bahan baku A dengan harga sebesar Rp 7. Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) – (Harga Standar x Kuantitas Aktual) = (Rp 7 x 12 kg) – (Rp 5 x 12 kg) = Rp 84 – Rp 60 = Rp 24 (UF) atau Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X Kuantitas Aktual = (Rp 7 – Rp 5) x 12 kg = Rp 2 x 12 kg = Rp 24 (UF) 181 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Harga Standar x Kuantitas Aktual) – (Harga Standar x Kuantitas Standar) = (Rp 5 x 12 kg) – (Rp 5 x 10 kg) = Rp 60 – Rp 50 = Rp 10 ( UF) atau Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas Standar) X Harga Standar = (12 kg – 10 kg) x Rp 5 = 2 kg x Rp 5 = Rp 10 (UF) Kuantitas Aktual Pada Harga Aktual Rp 7 x 12 kg = Rp 84 Kuantitas Aktual Pada Harga Standar Rp 5 x 12 kg = Rp 60 Penyimpangan Harga Rp 24 (UF) Kuantitas Standar Pada Harga Standar Rp 5 x 10 kg = Rp 50 Penyimpangan Penggunaan Rp 10 (UF) Total Penyimpangan Rp 34 (UF) Analisis Penyimpangan Tenaga Kerja Langsung Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual tenaga kerja langsung dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual. Penyimpangan tarif bahan baku (labor rate variance) mengukur perbedaan antara apa yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang seharusnya dibayarkan.. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual x Jam Aktual) – (Tarif Standar x Jam Aktual) atau Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X Jam Aktual atau 182 Bab 9 – Biaya Standar Jam Aktual Pada Tarif Aktual Tarif Aktual x Jam Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Tarif Standar x Jam Aktual Penyimpangan Tarif Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance) mengukur perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga kerja yang seharusnya digunakan. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam Aktual) – (Tarif Standar x Jam Standar) atau Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual - Jam Standar) X Tarif Standar atau Jam Aktual Pada Tarif Standar Tarif Standar x Jam Aktual Jam Standar Pada Tarif Standar Tarif Standar x Jam Standar Penyimpangan Efisiensi Total penyimpangan biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan dari penyimpangan tarif tenaga kerja dan penyimpanggan efisiensi tenaga kerja. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Total Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja = Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja + Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja Atau 183 Bab 9 – Biaya Standar Jam Aktual Pada Tarif Aktual Tarif Aktual x Jam Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Tarif Standar x Jam Aktual Penyimpangan Tarif Jam Standar Pada Tarif Standar Tarif Standar x Jam Standar Penyimpangan Efisiensi Total Penyimpangan Contoh 2 Melanjutkan contoh 1, berikut ini adalah data biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksikan satu unit produk jadi. Tenaga Kerja Ahli digunakan untuk memproduksikan produk jadi tersebut. Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk 1 unit produk jadi diperlukan 3 jam tenaga kerja ahli dengan tarif standar sebesar Rp 5.000. Pada kenyataannya, untuk membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 2 jam tenaga kerja ahli dengan upah sebesar Rp 4.500. Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual x Jam Aktual) – (Tarif Standar x Jam Aktual) = (Rp 4.500 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 2 jam) = Rp 9.000 – Rp 10.000 = Rp 1.000 (F) atau Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X Jam Aktual = (Rp 4.500 – Rp 5.000) x 2 jam = Rp 500 x 2 jam = Rp 1.000 (F) Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam Aktual) – (Tarif Standar x Jam Standar) = (Rp 5.000 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 3 jam) = Rp 10.000 – Rp15.000 = Rp 5.000 ( F) atau 184 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual - Jam Standar) X Tarif Standar = (2 jam – 3 jam) x Rp 5.000 = 1 jam x Rp 5.000 = Rp 5.000 (F) Jam Aktual Pada Tarif Aktual Rp 4.500 x 2 jam = Rp 9.000 Jam Aktual Pada Tarif Standar Rp 5.000 x 2 jam = Rp 10.000 Penyimpangan Tarif Rp 1.000 (F) Jam Standar Pada Tarif Standar Rp 5.000 x 3 jam = Rp 15.000 Penyimpangan Efisiensi Rp 5.000 (F) Total Penyimpangan Rp 6.000 (F) Analisis Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat terjadi disebabkan oleh : a. Jumlah produksi melebihi atau kurang dari kapasitas produksi yang disiapkan atau dianggarkan. Penganggaran kapasita produksi biasanya berdasarkan pada aktivitas normal. b. Realisasi biaya overhead produksi melebihi atau kurang dari jumlah yang telah dianggarkan. c. Jam kerja atau volume aktivitias yang digunakan melebihi atau kurang dari jumlah yang diperkenankan menurut standar untuk jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya overhead pabrik pada umumnya dibebankan pada produk berdasarkan jam standar. Penyimpangan overhead pabrik terjadi bila realisasi pemakaian jam tenaga kerja langsung berbeda dari jumlah jam yang seharusnya menurut standar dan dari jumlah jam yang dianggarkan untuk kapasitas produksi. Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat dianalisa dengan beberapa cara, yaitu: a. Metode dua selisih b. Metode tiga selisih c. Metode empat selisih d. Metode lima selisih 185 Bab 9 – Biaya Standar Metode Dua Selisih Pada metode dua selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan atas dua, yaitu: a. Penyimpangan terkendali (Controllable Variance) Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead pabrik dengan jumlah anggaran biaya overhead pabrik pada jam standar. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar) b. Penyimpangan volume ( Volume Variance) Penyimpangan ini terjadi karena volume produksi tidak mencapai atau melebihi kapasitas produksi yang direncanakan. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar – (Jam Standar x Tarif Overhead) Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari penyimpangan volume dan penyimpanggan terkendali. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Terkendali + Penyimpangan Volume Atau Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar Jam Standar Pada Tarif Overhead Penyimpangan Terkendali Penyimpangan Terkendali Total Penyimpangan 186 Bab 9 – Biaya Standar Contoh 3 Data-data kegiatan yang dipunyai oleh Tuan Sihombing untuk dianalisis adalah sebagai berikut: Jam tenaga kerja langsung aktual 5.000 jam Jam tenaga kerja langsung menurut standar 5.200 jam Kapasitas normal 6.000 jam Biaya overhead pabrik aktual Rp 29.500.000 Biaya overhead pabrik yang direncanakan: Overhead variabel Rp 12.000.000 Overhead tetap Rp 18.000.000 Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan = Tarif Overhead Tetap Yang Dianggarkan = Total Tarif Overhead Yang Dianggarkan Rp12.000.000 = Rp 2000 6.000 jam / jam Rp18.000.000 = Rp 3000 / jam 6.000 jam Rp 5.000 / jam Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar) Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar: Overhead Tetap Rp 18.000.000 Overhead Variabel (5.200 jam x Rp 2.000/ jam) 10.400.000 Penyimpangan Terkendali 28.400.000 Rp 187 1.100.000 (U) Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar – (Jam Standar x Tarif Overhead) Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar Rp 28.400.000 (Jam Standar x Tarif Overhead Yang Dianggarkan) (5.200 jam x Rp 5.000/ jam) 26.000.000 Penyimpangan Volume Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000 Rp Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar Rp 18.000.000 + (5.200 jam x Rp 2.000/jam = Rp 28.400.000 Penyimpangan Terkendali Rp 1.100.000 (U) 2.400.000 (U) Jam Standar Pada Tarif Overhead Rp 5.000 x 5.200 jam = Rp 26.000.000 Penyimpangan Terkendali Rp 2.400.000 (U) Total Penyimpangan Rp 3.500.000 (U) Metode Tiga Selisih Pada metode tiga selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan atas tiga, yaitu: a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance) Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam Sesungguhnya Terpakai) atau Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan) 188 Bab 9 – Biaya Standar b. Penyimpangan efisiensi (efficiency variance) Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Efisiensi = Tarif Biaya Overhead Pabrik Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar) c. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance) Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan. Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan, selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam Pada Volume Dianggarkan – Kapasitas Pemakaian Yang Jam Aktual) Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Penyimpangan Menganggur 189 Efisiensi + Kapasitas Bab 9 – Biaya Standar Contoh 4 Memakai soal no 3, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih. Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual (Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel) Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual: Overhead Tetap Rp 18.000.000 Overhead Variabel (5.000 jam x Rp 2.000/ jam) 10.000.000 Penyimpangan Pengeluaran Penyimpangan Efisiensi 28.000.000 Rp = Tarif Biaya 1.500.000 Overhead Pabrik (U) Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar) = Rp 5.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam) = Rp 5.000 x 200 Jam = Rp 1.000.000 (F) Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam Pada Volume Kapasitas Yang Dianggarkan – Pemakaian Jam Aktual) = Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam) = Rp 3.000 x 1.000 Jam = Rp 3.000.000 (U) 190 Bab 9 – Biaya Standar Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik = Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Efisiensi + Penyimpangan Kapasitas Menganggur = Rp 1.500.000 (U) + Rp 1.000.000 (F) + Rp 3.000.000 (U) = Rp 3.500.000 (U) Metode Empat Selisih Pada metode empat selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan atas empat, yaitu: a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance) Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam Sesungguhnya Terpakai) atau Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan) b. Penyimpangan efisiensi biaya overhead variabel Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: 191 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel = Tarif Biaya Pabrik Overhead Variabel Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Seharusnya Yang Menurut Standar) c. Penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar) d. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance) Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan. Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan, selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam Pada Volume Dianggarkan Aktual) 192 – Kapasitas Pemakaian Yang Jam Bab 9 – Biaya Standar Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Variabel + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Penyimpangan + Kapasitas Menganggur Contoh 5 Memakai soal no 4, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih. Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual (Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel) Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual: Overhead Tetap Rp 18.000.000 Overhead Variabel (5.000 jam x Rp 2.000/ jam) 10.000.000 Penyimpangan Pengeluaran 28.000.000 Rp 1.500.000 (U) Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel = Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar) = Rp 2.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam) = Rp 2.000 x 200 Jam = Rp 400.000 (F) 193 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar) = Rp 3.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam) = Rp 3.000 x 200 Jam = Rp 600.000 (F) Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam Pada Volume Kapasitas Yang Dianggarkan – Pemakaian Jam Aktual) = Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam) = Rp 3.000 x 1.000 Jam = Rp 3.000.000 (U) Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik = Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Variabel + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik + Penyimpangan Kapasitas Menganggur = Rp 1.500.000 (U) + Rp 400.000 (F) + Rp 600.000 (F) + Rp 3.000.000 (U) = Rp 3.500.000 (U) 9.3 Penyimpangan Campuran Dan Penyimpangan Hasil (Mix And Yield Variance) Campuran bahan baku digunakan dalam memproduksikan suatu barang jadi.Banyak industri yang memerlukan campuran bahan baku yang beberapa diantaranya dapat dipertukarkan satu terhadap yang lain tanpa banyak mempengaruhi mutu dari barang yang dihasilkan. Pada industri digunakan berbagai bermacam-macam bahan baku, maka diperlukan analisa penyimpagan campuran 194 Bab 9 – Biaya Standar dan penyimpangan hasil dalam hal menghasilkan produk yang lebih menguntungan dan untuk penghematan biaya. Selain penyimpangan campuran dan penyimpangan hasil bahan baku dan biaya tenaga kerja maka penyimpangan hasil biaya overhead juga dihitung untuk biaya overhead pabrik. Ini dikarenakan ada kaitannya dengan biaya produksi. Penyimpangan Campuran Dan Penyimpangan Hasil Bahan Baku Kombinasi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi akan didasarkan pada campuran standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Penyimpangan dapat terjadi bila dimungkinkan penggunaan campurn bahan baku yang berbeda dari campuran standar untuk memperoleh hasil yang sama. Perbedaan antara campuran yang terlaksana dengan campuran standar merupakan penyimpangan campuran. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Campuran Bahan Baku = Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar = (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar MasingMasing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku) Campuran bahan baku yang ditetapkan pada campuran standar akan diharapkan menghasilkan sejumlah produk (yield). Jika jumlah produk yang dihasilkan berbeda dari jumlah produk seharusnya menurut standar, maka perbedaan ini disebut penyimpangan hasil. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Hasil Bahan Baku = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit) 195 Bab 9 – Biaya Standar Contoh 6 Suatu perusahaan memproduksikan barang dengan memakai dua bahan baku, yaitu bahan baku X dan bahan baku Y dengan biaya dan jumlah standar per unit XY adalah sebagai berikut: Bahan Harga Standar Per Kg Jumlah Bahan Baku Baku (Rp) Per Unit Produk X 4.000 5 kg Y 8.000 5 kg Selama bulan Maret 2015 data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut: Unit Yang Diproduksikan 1.000 unit Pemakaian Bahan Baku X 4.400 kg x Rp 5.000 Pemakaian Bahan Baku Y 5.800 kg x Rp 8.000 10.200 kg Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X Kuantitas Aktual Penyimpangan Harga Bahan Baku X = (Rp 5.000 – Rp 4.000) x 4.400 kg = Rp 1.000 x 4.400 kg = Rp 4.400.000 (U) Penyimpangan Harga Bahan Baku X = (Rp 8.000 – Rp 8.000) x 5.800 kg = Rp 0 x 5.800 kg = Rp 0 Penyimpangan Harga Bahan Baku X Rp4.400.000 (U) Penyimpangan Harga Bahan Baku Y 0 Total Penyimpangan Harga Bahan Baku Rp4.400.000 (U) Biaya Bahan Baku X Menurut Jumlah Produksi (5kg x 1.000 unit x Rp 4.000 per kg) Rp 20.000.000 (5kg x 1.000 unit x Rp 8.000 per kg) Rp 40.000.000 Total Biaya Bahan Baku Selama Produksi Rp 60.000.000 Biaya Bahan Baku Y Menurut Jumlah Produksi 196 Bab 9 – Biaya Standar Rata-rata Harga Standar Masukan = Rata-rata Harga Standar Keluaran = Rp60.000.000 5.000 kg + 5.000 kg Rp60.000.000 1.000 unit = = Rp60.000.000 10.000 kg = Rp 6.000 Rp 60.000 Penyimpangan Campuran Bahan Baku = Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar = (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar MasingMasing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku) Campuran Yang Terlaksana: Bahan Baku X : 4.400 kg x Rp 4.000 Bahan Baku Y : 5.800 kg x Rp 8.000 Total Campuran Yang Terlaksana Rp 17.600.000 46.400.000 Rp 64.000.000 Campuran Standar (10.200 kg x Rp 6.000) 61.200.000 Penyimpangan Campuran Bahan Baku Rp - 2.800.000 (U) Penyimpangan Hasil Bahan Baku = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar – Hasil Aktual = (Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit) Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar (10.200 kg x Rp 6.000) Rp 61.200.000 Hasil Aktual (1.000 unit x Rp 60.000) 60.000.000 Penyimpangan Hasil Bahan Baku Rp 1.200.000 (U) 197 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Hasil Tenaga Kerja Langsung Dan Overhead Pabrik Rasio rata-rata standar keluaran dan masukan yang dikemukakan pada penyimpangan campuran bahan baku dan penyimpangan hasil bahan baku, juga akan digunakan dalam menghitung penyimpangan hasil biaya tenaga kerja langsung dan penyimpangan hasil biaya overhead pabrik. Rumus biayanya adalah sebagai berikut: Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif Standar Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x RataRata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit) Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif Standar Overhead Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Overhead Pabrik Per Unit) Contoh 7 Melanjutkan contoh soal no 6, biaya untuk mengolah 12.000 kg bahan baku menjadi 1.000 unit produk memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah Rp 3.000 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada bulan Maret 2015 adalah 40 jam dengan tarif tenaga kerja langsung yang dibayarkan Rp 3.200 per jam. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung dengan tarif overhead pabrik sebesar Rp 4.000 per jam. Biaya overhead pabrik pada volume aktivitas normal sebesar 40 jam per minggu adalah Rp 200.000. 198 Bab 9 – Biaya Standar Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Masukan 50 jam x Rp 3.000 per jam = 10.000 kg Rp150.000 = Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran Rp 150.000 = 1.000 unit Rp 15 = 10.000 kg = Rp 150 Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit) Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung = 10.200 kg x Rp 15 = 10.200 kg x Rp 15 = Rp 153.000 Hasil Aktual (1.000 unit x Rp 150) 150.000 Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Masukan = 199 3.000 (U) 50 jam x Rp 4.000 per jam 10.000 kg Rp200.000 = Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran Rp - 10.000 kg = Rp 200.000 1.000 unit = Rp 20 = Rp 200 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Overhead Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Overhead Pabrik Per Unit) Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik = 10.200 kg x Rp 20 = 10.200 kg x 0,1 x Rp 20 = Rp 204.000 Hasil Aktual (1.000 unit x Rp 200) 200.000 - Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 4.000 (U) Contoh 8 Data berikut ini menunjukkan campuran dan biaya standar bahan baku untuk menghasilkan 10.000 liter cat kuku: Bahan Harga Standar Per liter Jumlah Bahan Baku Baku (Rp) Yang Dipakai A 1.200 4.000 liter B 900 8.000 liter Biaya untuk mengolah 12.000 liter bahan baku menjadi 10.000 liter cat kuku memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah tenaga kerja langsung Rp 3.840 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada minggu ini adalah 40 jam dengan tarif upah yang dibayarkan Rp 4.500 per jam. Biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung dengan tarif overhead tetap Rp 1.500 dan tarif overhead variabel Rp 3.000. Biaya overhead pabrik tetap Aktual Rp 68.000 dan biaya overhead pabrik variabel Aktual Rp 76.000. Realisasi produksi adalah 9.500 liter dari 14.000 liter bahan baku (5.700 liter bahan baku A dan 8.300 liter bahan baku B). Harga beli bahan baku A sebesar Rp 1.500 per liter dan harga beli bahan baku B sebesar Rp 800 per liter. Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X 200 Bab 9 – Biaya Standar Kuantitas Aktual Penyimpangan Harga Bahan Baku A = (Rp 1.500 – Rp 1.200) x 5.700 liter = Rp 300 x 5.700 liter = Rp 1.710.000 (U) Penyimpangan Harga Bahan Baku B = (Rp 800 – Rp 900) x 8.300 liter = Rp 100 x 5.800 kg = Rp 580.000 (F) Penyimpangan Harga Bahan Baku A Rp 1.710.000 (U) Penyimpangan Harga Bahan Baku B 580.000 (F) Rp 1.130.000 (U) Total Penyimpangan Harga Bahan Baku Biaya Bahan Baku A Menurut Jumlah Produksi (4.000 liter x Rp 1.200 per liter) Rp 4.800.000 (8.000 liter x Rp 900 per liter) Rp 7.200.000 Total Biaya Bahan Baku Selama Produksi Rp 12.000.000 Biaya Bahan Baku B Menurut Jumlah Produksi Rata-rata Harga Standar Masukan = Rata-rata Harga Standar Keluaran = Rp12.000.000 4.000 liter + 8.000 liter Rp12.000.000 10.000 liter = = Rp12.000.000 12.000 liter = Rp 1.000 Rp 1.200 Penyimpangan Campuran Bahan Baku = Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar = (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar MasingMasing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku) 201 Bab 9 – Biaya Standar Campuran Yang Terlaksana: Bahan Baku A : 5.700 liter x Rp 1.200 Bahan Baku B : 8.300 liter x Rp 900 Rp 6.840.000 7.470.000 Total Campuran Yang Terlaksana Rp 14.310.000 Campuran Standar (14.000 liter x Rp 1.000) 14.000.000 Penyimpangan Campuran Bahan Baku Rp - 310.000 (U) Penyimpangan Hasil Bahan Baku = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar – Hasil Aktual = (Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit) Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar (14.000 liter x Rp 1.000) Rp 14.000.000 Hasil Aktual (9.500 liter x Rp 1.200) 11.400.000 Penyimpangan Hasil Bahan Baku Rp Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku 2.600.000 = (Kuantitas Aktual - Kuantitas Standar) X Harga Standar Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku A = (5.700 liter – 4.000 liter) x Rp 1.200 = 1.700 liter x Rp 1.200 = Rp 2.040.000 (U) Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku B = (8.300 liter – 8.000 liter) x Rp 900 = 300 liter x Rp 900 = Rp 270.000 (U) 202 Bab 9 – Biaya Standar Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku A Rp 2.040.000 (U) Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku B Rp Total Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku Rp 2.310.000 (U) Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja 270.000 (U) = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X Jam Aktual = (Rp 4.500 – Rp 3.840) x 40 jam = Rp 660 x 40 jam = Rp 26.400 (U) Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual – Jam Standar) X Tarif Standar = (40 jam – 50 jam) x Rp 3.840 = 10 jam x Rp 3.840 Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran = = Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran = = Rp 38.400 ( F) 50 jam x Rp 3.840 per jam 12.000 liter Rp 192.000 = 12.000 liter Rp192.000 = 10.000 liter Rp 19,2 Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif Standar Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x RataRata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit) Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung = 14.000 liter x Rp 16 = Rp 224.000 Hasil Aktual (9.500 liter x Rp 19,2) 182.400 - Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung 203 Rp 41.600 (U) Rp 16 Bab 9 – Biaya Standar Biaya overhead pabrik tetap Aktual Rp 68.000 Biaya overhead pabrik variabel Aktual Rp 76.000. Biaya Overhead Pabrik Aktual Rp 144.000 Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual (Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel) Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 144.000 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual: Overhead Tetap ( 50 jam Rp 1.500/ jam) Rp75.000 Overhead Variabel (50 jam x Rp 3.000/ jam) 150.000 Penyimpangan Pengeluaran Penyimpangan Efisiensi 225.000 Rp = Tarif Biaya Overhead 81.000 Pabrik (F) Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar) = Rp 4.500 x (40 Jam – 50 Jam) = Rp 4.500 x 10 Jam = Rp 45.000 (U) Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam Pada Volume Kapasitas Yang Dianggarkan – Pemakaian Jam Aktual) = Rp 1.500 x (50 Jam – 40 Jam) = Rp 1.500 x 10 Jam = Rp 15.000 (U) 204 Bab 9 – Biaya Standar Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Masukan = 50 jam x Rp 4.500 per jam 12.000 liter Rp225.000 = Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran 12.000 liter = Rp 225.000 10.000 liter = Rp 18,75 = Rp 22,5 Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik = Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual = (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Overhead Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Overhead Pabrik Per Unit) Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik = 14.000 liter x Rp 18,75 = Rp 262.500 Hasil Aktual (9.500 liter x Rp 22,5) 213.750 - Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung 205 Rp 48.750 U) Bab 9 – Biaya Standar LATIHAN 1. Berikut ini adalah data-data biaya overhead pabrik standar per unit, dengan aktivitas produksi normal 2.000 unit : Biaya Overhead Variabel Standar : 1,5 jam mesin @ Rp 5.500,- Biaya Overhead Tetap Standar : 1,5 jam mesin @ Rp 10.000,- Rp 15.000 Biaya Overhead Tetap Yang Dianggarkan Rp 8.250 Rp 30.000.000,- Hasil produksi aktual 1.500 unit Volume yang dianggarkan pada aktivitas normal 3.000 jam mesin Jam mesin aktual 2.850 jam mesin Jam mesin standar 2.250 jam mesin Biaya overhead variabel aktual Rp 12.475.000,- Biaya overhead tetap aktual Rp 25.000.000,- Total Biaya Overhead Aktual Rp 37.475.000.- Diminta: Hitunglah varian overhead dengan memakai metode dua selisih, metode tiga selisih (model A dan model B) dan metode tiga selisih! 2. Untuk membuat 1 jenis tart memerlukan biaya standar sebagai berikut: Bahan Baku : 1 Kg Tepung @ Rp 8.500/ kg Rp 8.500,- Tenaga Kerja: 45 menit @ Rp 15.000/ kg 11.250,- Overhead 18.750,- : 45 menit @Rp 25.000/ kg (Rasio tetap : variable = 2:3) Kapasitas normal sebesar 3.750 jam kerja langsung. Data-data berikut merupakan data-data yang diperoleh pada bulan April 2011: Unit yang diproduksi 4.000 unit Pembelian Bahan 4.500 kg @ Rp 8.300/ kg Pemakaian bahan 4.100 Kg Tenaga Kerja Langsung 3.150 jam @ Rp 17.500,-/ jam Overhead aktual Rp 75.600.000,- Diminta: a. Hitunglah budget biaya overhead tetap dan variabel berdasarkan kapasitas normal bulanan! 206 Bab 9 – Biaya Standar b. Hitunglah varians bahan (varians harga saat dibeli, dan varians kuantitas pemakaian), varians tenaga kerja (varians tarif dan varians efisiensi) dan varians overhead (varians terkendali dan varians volume)! 3. CV. Uenak memproduksi 1 cup jus lidah buaya. 1 cup mempunyai isi 250 ml. Untuk membuat jus lidah buaya, diperlukan air (150 ml @ Rp 460/ liter), lidah buaya (120 ml @ Rp 1.100/ liter), dan gula (10 ml @ Rp 5.300/ liter). Untuk menghasilkan 1 cup jus lidah buaya diperlukan waktu pengerjaan selama 30 menit dengan tariff tenaga kerja langsung sebesar Rp 750,- per jam, tarif overhead variabel sebesar Rp 900,- per jam dan tarif overhead tetap sebesar Rp 1.000,- per jam. Perusahaan tersebut menerapkan kapasitas normal sebesar 4.000 jam kerja langsung dengan 8.000 cup jus lidah buaya yang dihasilkan. Berikut ini data-data biaya pada bulan September 2011: Persediaan Pembelian Awal (Liter) Akhir (Liter) Kuantitas Biaya/ Unit Air 205 30 1.050 Rp 430,Lidah Buaya 250 150 950 Rp 1.250, Gula 30 36 80 Rp 6.000, Pada bulan September 2011 dihasilkanlah sebanyak 7.500 cup jus lidah buaya Jenis Bahan dengan lama pengerjaan selama 4.000 jam kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung aktual sebesar Rp 8.000.000,Diminta: a. Hitunglah varians bauran bahan! b. Hitunglah varians hasil bahan! c. Hitunglah varians hasil tenaga kerja! d. Hitunglah varians hasil biaya overhead pabrik! 4. PT. Dau-dau menggunakan biaya standar dalam menetapkan biaya untuk produk yang dihasilkan. Perusahaan menggunakan tiga jenis bahan yaitu bahan X, bahan Y, dan bahan Z, dan komposisi dari bahan tersebut dapat diubahubah, tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Standar bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 unit produk jadi, memerlukan 0,7 kg @ Rp 6.700,- bahan X; 0,5 kg @ Rp 3.520,- bahan Y; dan 0,3 kg @ Rp 4.000,-. Jam kerja langsung yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit produk jadi 207 Bab 9 – Biaya Standar memerlukan 0, 35 jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 17.800,-. Jam tenaga kerja langsung aktual sebesar 2.500 dengan tarif Rp 17.500,-. Anggaran biaya overhead disusun pada tingkat kapasitas normal sebesar 3.000 jam tenaga kerja langsung per bulan. Anggaran biaya overhead tetap sebesar Rp 30.900.000,- dan anggaran biaya overhead variabel sebesar Rp 27.500.000,-. Biaya overhead tetap aktual sebesar Rp 36.000.000,- dan biaya overhead variabel aktual sebesar Rp 26.250.000,-. Unit produksi aktual sebesar 6.400. Data-data aktual yang dapat dikumpulkan adalah sebagai berikut: Kwantitas Standar 2.000 4.000 4.000 Bahan X Y Z Kwantitas Aktual 1.900 3.700 4.100 Harga Standar (Rp) 6.700 3.520 4.000 Harga Aktual (Rp) 7.000 3.400 4.100 Diminta: Hitunglah: a. Penyimpangan Bahan ! b. Penyimpangan Tenaga Kerja (Penyimpangan tarif tenaga kerja, penyimpangan efisiensi tenaga kerja, penyimpangan hasil tenaga kerja) c. Penyimpangan Biaya Overhead (penyimpangan pengeluaran, penyimpangan kapasits menganggur, penyimpangan efisiensi overhead dan penyimpangan hasil overhead). 5. PT. Mantap, menggunakan sistem biaya standar untuk menetapkan biaya produk yg dihasilkan. Perusahaan tersebut memakai 3 bahan dasar, yaitu: bahan A, bahan B, dan bahan C. Standar bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 kg produk jadi memerlukan: bahan A sebesar 0,6 Kg @ Rp 1.200; bahan B sebesar 0,4 Kg @ Rp 870; bahan C sebesar 0,2 Kg @ Rp 750. Jam kerja yg dibutuhkan utk menghasilkan 1 kg sebesar 0,5 jam kerja langsung dengan tarif Rp 2.850 per jam. Anggaran biaya overhead pada tingkat kapasitas normal sebesar 2.400 jam kerja langsung dengan biaya tetap sebesar Rp 3.600.000,- dan Rp 3.240.000 untuk biaya variabel Data-data aktual sebagai berikut: a. Tenaga kerja langsung sebesar Rp 6.188.000 dan jam sebesar 2.380 jam 208 kerja langsung Bab 9 – Biaya Standar b. Biaya overhead tetap aktual sebesar Rp 3.800.000 dam biaya overhead variabel aktual sebesar Rp 3.000.000,c. Hasil sesungguhnya sebesar 4.800 kg. d. Bahan baku aktual: Bahan A B C Pembelian 3.500 kg 2.300 kg 1.000 kg Harga beli/ kg (Rp) 1.250 870 600 Diminta: a. Hitunglah varians Bahan (bauran, dan hasil) b. Hitunglah varians hasil tenaga kerja c. Hitunglah varians biaya overhead pabrik 209 Pemakaian 2.900 Kg 1.930 Kg 870 Kg