bab 5 perjuangan bersenjata dan diplomasi mempertahankan

advertisement
Athif Ke-Ren
BAB 5
PERJUANGAN BERSENJATA
DAN DIPLOMASI
MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
Perjuangan Bersenjata
Setelah Perang Pasifik, Indonesia ditangani oleh Pasukan Sekutu yang
bernama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Setelah tugas
AFNEI selesai, Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda yg
disebut Netherlands-Indies Civil Administration (NICA), yang
berbenturan dgn kepentingan Indonesia yg sudah merdeka sehingga
terjadi pertempuran antara Belanda & Indonesia.
 25 Okt 1945  Pasukan AFNEI mendarat di Tj. Perak, dipimpin
oleh A.W.S. Mallaby
 26 Okt 1945  AFNEI menyerbu penjara Kalisosok
 27 Okt 1945  AFNEI menduduki Pangkalan Udara Tj. Perak,
Kantor Pos Besar, dll dan menyebarkan pamflet yg berisi
perintah kpd rakyat Surabaya u/ menyerahkan senjata yg
dirampas dari Jepang
 Gencatan senjata berakhir setelah A.W.S Mallaby tewas pada
insiden Gedung Internatio, AFNEI menambah kekuatan
pasukan di bawah pimpinan R.C. Mansergh
 9 November 1945  Ultimatum AFNEI yang berisi:
a. AFNEI menuntut balas atas kematian Mallaby yg menjadi
tanggung jawab rakyat Surabaya
b. AFNEI menginstruksikan kpd semua rakyat untuk melapor,
menyerahkan senjata, meletakkan tangan di atas kepala
dan menandatangani penyerahan tanpa syarat
c. Sekutu mengancam akan menggempur Surabaya dari
darat, laut & udara jika rakyat tidak melaksanakan instruksi
pada 10 November 1945 pukul 06.00
 Pertempuran 10 November 1945
1
1. Pertempuran Surabaya
Page
I.
Athif Ke-Ren
2. Bandung Lautan Api
 Okt 1945  AFNEI memasuki kota Bandung
 Ultimatum AFNEI utk TKR yang berisi agar TKR meninggalkan
Bandung bagian utara paling lambat 29 Okt 1945
 TKR yang dipimpin oleh Aruji Kartawinata sesekali melakukan
serangan terhadap AFNEI
 23 Maret 1946  Ultimatum kedua AFNEI yg berisi agar TRI
(nama baru TKR) meninggalkan seluruh kota Bandung
 TRI membumihanguskan Bandung bagian Selatan yang
berakibat fatal bagi AFNEI
3. Pertempuran Medan Area
 9 Okt 1945  AFNEI mendarat di Belawan, dipimpin oleh T.E.D.
Kelly. Pasukan ini disiapkan untuk mengambil alih
pemerintahan.
 AFNEI membebaskan tawanan perang Belanda yang
bersenjata dan membentuk Medan Batalyon KNIL
 13 Okt 1945  Pertempuran pertama
 Rakyat membentuk TKR dan Pemuda Republik Indonesia yang
dipimpin oleh Ahmad Tahir
 18 Okt 1945  Ultimatum AFNEI yg berisi agar TKR dan laskar
pemuda menyerahkan senjata
 1 Des 1945  AFNEI memasang papan-papan pembatas
bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Wilayah
Medan), lalu AFNEI dan NICA membersihkan unsur-unsur RI di
Medan dan terjadi tembak-menembak
 April 1946  AFNEI menguasai Medan
 10 Agustus 1946  Para komandan pasukan Indonesia
melakukan pertemuan di Tebingtinggi dan membentuk satu
komando bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan
Area untuk melawan AFNEI
4. Peristiwa Merah Putih di Manado
 Para anggota KNIL yang mendukung Indonesia dikenal sbg
Tangsi Hitam. Pejuang Indonesia membentuk Pasukan Pemuda
Indonesia (PPI)
 14 Februari 1946  PPI menyerbu NICA di Teling dan
membebaskan tawanan Indonesia. Mereka juga merobek
bagian biru bendera Belanda dan mengibarkan Merah Putih
Page
 14 Maret 1948  Rakyat menyerang Tangsi Sorido (Kamp NICA)
namun gagal
2
5. Peristiwa Merah Putih di Biak, Papua
Athif Ke-Ren
6. Perang Gerilya
 Untuk menghadapi Belanda yang persenjataannya modern,
TNI membangun sistem wehrkreise atau perang gerilya
 Ciri-ciri:
a. Suatu wilayah terbagi menjadi sejumlah lingkaran
pertahanan
(wehrkreise)
yg
terletak
di
luar
kota/pegunungan.
b. Tiap wehrkreise memiliki pemerintahan dan pertahanan
gerilya yang total (melibatkan semua kekuatan) dan
dinamis (tdk terikat pd satu lokasi)
c. Tiap wehrkreise harus mampu menyusup ke belakang garis
pertahanan musuh dan membentuk kantong pertahanan
di daerah musuh
 Keampuhan perang gerilya:
a. Belanda hanya menguasai wilayah kota
b. Gerak pasukan Belanda diketahui lebih cepat
c. TNI dpt melakukan serangan mendadak thd Belanda
d. Konsolidasi pasukan dpt dgn cepat dilakukan sesuai
keadaan
 TNI menggunakan sistem ini saat Agresi Militer Belanda II
7. Serangan Oemoem 1 Maret 1949
 Saat Agresi Militer II, Belanda melancarkan propaganda
bahwa TNI sudah hancur. Namun, propaganda tsb dapat
dibuyarkan oleh serangan TNI ke Yogyakarta. Serangan inilah
yang disebut Serangan Oemoem 1 Maret 1949
 Dampak:
a. Meningkatkan semangat pejuang RI
b. Mengundang simpati pemimpin negara federal bentukan
Belanda
c. Menjadi dasar bagi diplomat dan pendukung RI untuk
membawa persoalan Indonesia ke PBB
d. Mengubah sikap Amerika untuk berbalik menekan Belanda
Tindakan yang dilakukan dalam perjuangan diplomasi:
 Meyakinkan dunia internasional bahwa bahwa masalah IndonesiaBelanda adalah masalah internasional
 Menarik dukungan negara terhadap Indonesia
 Berupaya memperoleh dukungan internasional thd kedaulatan
Indonesia dan mengundang desakan thd Belanda untuk
meninggalkan Indonesia
3
Perjuangan Diplomasi
Page
II.
Athif Ke-Ren
1. Perjuangan Menarik Dukungan Internasional lewat PBB
 Tindakan langsung  mengemukakan masalah Indonesia di
hadapan Dewan Keamanan PBB
 Tindakan tidak langsung  pendekatan dan hubungan baik
dengan negara-negara yang akan mendukung Indonesia
dalam sidang PBB
2. Perjanjian Linggajati
Dilaksanakan di Linggajati, Cirebon
Delegasi Indonesia: Sutan Syahrir
Delegasi Belanda/Komite Jenderal: Prof. Schermerhorn
Delegasi Inggris sbg penengah: Lord Killearn
Hasil perundingan:
a. Belanda mengakui kekuasaan RI atas Jawa, Madura dan
Sumatera secara de facto
b. Belanda dan RI mendirikan negara federal bernama
Negara Indonesia Serikat
c. Negara Indonesia Serikat bekerja sama dengan Belanda
dan membentuk Uni Indonesia Belanda
 25 November 1947: hasil perundingan ditandatangani di Istana
Rijswijk (Istana Merdeka). Delegasi Indonesia terdiri dari Sutan
Syahrir, Moh. Roem, Susanto Tirtoprojo dan A.K. Gani. Delegasi
Belanda/Komite Jenderal terdiri dari Prof. Schermerhorn, van
Mook dan van Poll.
 Alasan RI menerima hasil perundingan:
a. Cara damai/diplomasi merupakan jalan terbaik
b. Mengundang simpati internasional
c. Perdamaian dan gencatan senjata memberi peluang
militer RI untuk melakukan konsolidasi
 Kabinet Syahrir jatuh karena perjanjian Linggajati





3. Agresi Militer Belanda I
Page
4
 21 Juli 1947  Belanda menyerang Jawa dan Sumatera
 Tujuan AMB I:
a. Politik: mengepung ibukot RI dan menghapuskan
kedaulatan RI
b. Ekonomi: merebut pusat penghasil makanan dan bahan
ekspor
c. Militer: menghancurkan TNI
Athif Ke-Ren
4. Perundingan Renville
 18 Sept 1947  PBB membentuk Komite Tiga Negara (KTN) yang
terdiri dari Richard Kirby (Australia), Paul van Zealand (Belgia)
dan Frank Graham (AS). KTN bertugas mencari penyelesaian
damai masalah Indonesia-Belanda.
 Dilaksanakan di kapal Renville (kapal AS) yang berlabuh di Tj.
Priok.
 Delegasi Indonesia: Amir Syarifuddin
 Delegasi Belanda: Abdulkadir Wijoyoatmojo
 Hasil perundingan:
a. Penghentian tembak menembak
b. Daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan
pasukan RI
c. Belanda bebas membentuk negara federal
d. Dalam Uni Indonesia Belanda, Negara Indonesia Serikat
sederajat dengan Belanda
 Akibat perundingan Renville, wilayah Indonesia menjadi sempit,
yaitu Jawa Timur (hanya Madura), Jabar (hanya Jakarta dan
Bandung), Jateng (hanya Semarang dan Jogja) dan Sumatera
(kecuali Sumut, Sumsel dan Bangka Belitung)
 Kabinet Amir Syarifuddin jatuh
5. Agresi Militer Belanda II
Page
5
 Belanda menyerang dan menguasai Yogyakarta (ibukota RI)
 Keputusan pemerintah RI:
a. Memberikan mandat kpd Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintah Darurat RI (PDRI) di Bukittinggi
b. Presiden dan wapres tetap tinggal dalam kota agar dekat
dengan KTN, dgn risiko ditangkap Belanda
c. Pimpinan TNI menyingkir keluar kota dan melancarkan
perang gerilya
 Belanda menawan Soekarno (diasingkan ke Prapat lalu
dipindahkan ke Bangka), Hatta (diasingkan ke Bangka).
Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya
Athif Ke-Ren
6. Perundingan Roem-Roijem
PBB membentuk United Nations Comission for Indonesia (UNCI)
Delegasi Indonesia: Moh. Roem
Delegasi Belanda: Dr. van Roijen
Perwakilan UNCI: Merle Cohran dari AS
Hasil perundingan:
a. Pernyataan Indonesia
i. Perintah kpd TNI utk menghentikan perang gerilya
ii. Bekerjasama
mengendalikan
perdamaian,
ketertiban dan keamanan
iii. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar
b. Pernyataan Belanda
i. Menyetujui
pemulihan
pemerintahan
RI
di
Yogyakarta
ii. Menjamin
penghentian
operasi
militer
dan
pembebasan semua tahanan politik
iii. Menyetujui RI sbg negara bagian Negara Indonesia
Serikat
iv.
Menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar
 24-29 Juni 1949  Tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta
 6 Juni 1949  Presiden dan wapres kembali ke Yogyakarta





Page
8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
 Dilaksanakan di Den Haag, Belanda
 Delegasi Indonesia: Hatta (pemimpin), Soepomo, L.N. Palar dan
Soedjatmiko
 Delegasi BFO: Sultan Hamid II
 Delegasi Belanda: van Maarseveen
 Delegasi UNCI: Herremans, Merle Cohran dan Chritchley
 Kesepakatan terpenting dicapai pada 2 November 1949 yaitu
Piagam Pengakuan Kedaulatan
6
7. Konferensi Inter-Indonesia
 Dihadiri utusan RI dan pemimpin BFO (badan musyawarah
negara federal di luar RI)
 Hasil:
a. BFO mendukung RI agar pengakuan kedaulatan tanpa
ikatan politik
b. RI dan BFO membentuk komite persiapan nasional utk
kegiatan sebelum dan sesudah KMB
c. Negara Indonesia Serikat berganti nama menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS)
d. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS)
adalah angkatan perang nasional yang berintikan TNI
Athif Ke-Ren
Page
7
 Hasil KMB:
a. Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Pengakuan
kedaulatan
dilaksanakan
selambat-lambatnya
30
Desember 1949
b. RIS terdiri atas RI dan 15 negara federal
c. RIS dan Belanda membentuk Uni Indonesia Belanda di
bawah pimpinan Ratu Belanda
d. Pasukan Belanda ditarik mundur dari Indonesia, KNIL
akan dibubarkan tapi anggotanya boleh masuk TNI
e. Masalah Irian Barat diselesaikan setahun setelah
penyerahan kedaulatan RIS
 27 Desember 1949  Ratu Yuliana menandatangani Piagam
Pengakuan Kedaulatan di Amsterdam. Sementara itu di Istana
Merdeka berlangsung penandatanganan dari Lovink (Wali
Tinggi Mahkota Belanda) kpd wakil RIS, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Download