Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

advertisement
Perkembangan Usaha Kecil
Menengah (UKM)
PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA (JOB-CREATION)
• Pada 2012, seluruh anggota ASEAN telah meratifikasi ASEAN Comprehensive Investment
Agreement (ACIA), yang membawa dampak positif bagi iklim investasi dan usaha di seluruh ASEAN
– dengan semakin meningkatnya transparansi, kepastian-hukum, serta fasilitasi. Sejak 2007 hingga
2010, investasi (FDI) yang masuk ke ASEAN dari luar kawasan meningkat sebesar 75% (Sumber:
BKPM). Berlakunya ACIA harus dijadikan momentum untuk mengakselerasi masuknya FDI, yang
secara langsung menumbuhkan sektor produksi dan industri nasional.
• UKM sebagai tulang-punggung perekonomian nasional dan regional (ASEAN) berkontribusi secara
signifikan bagi PDB nasional dan menyerap sebanyak 97,2% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia.
Dengan jumlah UKM lebih dari 55,2 juta atau terbesar di ASEAN, Indonesia harus menjadi
penggerak utama pengembangan UKM di ASEAN agar akses UKM terhadap permodalan, teknologi
dan pasar semakin meningkat.
• Komitmen-komitmen Negara Mitra Wicara ASEAN dan lembaga keuangan dunia untuk
merealisasikan berbagai proyek peningkatan konektivitas di kawasan telah menjadi katalis
pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Konektivitas yang handal akan membuka peluang-peluang
usaha baru dan kegiatan ekonomi lainnya.
2
Komunitas Ekonomi ASEAN 2015
Pasar Tunggal dan
Basis Produksi
Regional
Kawasan Berdayasaing Tinggi
Kawasan dengan
Pembangunan
Ekonomi yang
Merata
Integrasi dengan
Perekonomian
Dunia
3
Arah Pengembangan UMKM ASEAN
Arahan Menteri Ekonomi dan Leaders ASEAN menuju ASEAN
Economic Community pada tahun 2015, berkaitan dengan
pengembangan UKM:

Menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif bagi UKM;

Pengembangan SDM dan Kapasitas UKM:

Mengembangkan Common Curriculum for Entrepreneurship in ASEAN

Menumbuhkan wirausaha baru yang inovatif

Fasilitasi Akses Pasar

Fasilitasi dan pengembangan teknologi: Inkubator Bisnis dan Teknologi;

Meningkatkan akses finansial bagi UKM:


Pengembangan Fasilitasi Finansial bagi UKM

Pengembangan ASEAN SME Development Fund

Pengembangan Credit Rating System
Membentuk ASEAN Advisory Board;
Posisi UMKM
• Peranan strategis UMKM:
 Di Indonesia (BPS-2009):
Jumlahnya 52,76 juta unit (99,9%);
Kontribusi dalam PDB 56,92%;
Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 97,30%.
 Di ASEAN:
Lebih dari 96 % perusahaan di ASEAN adalah UMKM;
Kontribusi dalam PDB 30-57%;
Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 50-98%
• Permasalahan UMKM:
 Iklim berusaha belum kondusif (un fair business practices)
 Keterbatasan akses pasar
 Rendahnya produktivitas (teknologi rendah)
 keterbatasan akses kredit dari bank
 Rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan
5
Produktivitas UMKM
Kriteria
Produktivitas/Tenaga Kerja
Produktivitas/Unit
Rp. Juta
Rp.Juta
Rasio
Rasio
Usaha Mikro
18,00
1,00
29,69
1,00
118,54
6,59
909,74
30,64
193,72
10,76
15.906,02
535,70
804,29
44,69
477.383,58
16.077,93
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha Besar
Target Pengembangan UMKM tahun 2015
• Produktivitas dan daya saing UMKM meningkat;
• Perkembangan ekspor UMKM tumbuh 20% pertahun;
• Tumbuhnya wirausaha baru yang inovatif;
• Meningkatnya akses kredit perbankan bagi
UMKM, khususnya KUR sebesar Rp.100 triliun;
Tantangan UMUM UMKM dalam MEA
• Persaingan yang makin tajam, termasuk dalam memperoleh
sumber daya
• Menjaga dan meningkatkan daya saing UKM sebagai industri
kreatif dan inovatif
• Meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai
ketentuan ASEAN (Misal ISO-26000)
• Diversifikasi output dan stabilitas pendapatan usaha mikro 
agar tidak “jatuh” ke kelompok masyarakat miskin
• Meningkatkan kemampuan UMKM agar mampu
memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk dalam
kerangka kerjasama ASEAN
8
Isu-isu dan Tantangan Khusus
Akses Finansial
 Bank masih ragu memberikan pinjaman kepada UMKM,
khususnya untuk pengusaha pemula dan UKM inovatif
 Kewajiban penggunaan jaminan dalam pinjaman
 Tingkat suku bunga yang tinggi bagi Usaha Mikro
 Lembaga jaminan kredit belum ada atau terbatas
 Pemeringkat kredit dan sistem informasi kredit tidak ada
 Lembaga keuangan non-bank kurang berkembangn luas
(e.g. venture capital, angel investment, factoring and
leasing)
 Sebagian terbesar UMKM tergantung pada lembaga
keuangan informal
Akses Pasar
Kurang paham akan FTAs – implikasi dan manfaatnya
Aktivitas promosi ekspor terbatas
Penggunaan e-channel and e-commerce belum meluas
Masih ada hambatan non-tarif
Kurang faham akan fasilitas perdagangan prosedur
kepabeanan
 Tidak ada market intelligence di ASEAN dan luar
ASEAN
 Mahalnya biaya untuk menyesuaikan standar dan
sertifikasi internasional (e.g. HACCP, GMP, halal, ISO,
analisa sertifikasi)





Jasa Konsultasi dan informasi
Teknology dan inovasi
 Investasi UMKM untuk R&D masih rendah
sehingga produktivitas dan efisiensinya
rendah
 Dana untuk komersialisasi R&D tidak tersedia
karena ketidakpastian permintaan, pasar dan
cash flow
 Apresiasi dan promosi UKM inovatif belum
berkembang luas
 Mahalnya biaya sertifikasi
 Informasi masih belum terpusat
 Biaya membuat sistem informasi virtual secara
komprehensif dan terpusat masih mahal
 Perlu melatih konselor bisnis
 Kurang faham akan tersedianya layanan
konsultasi
 Perlu pengembangan template standar, misal
perencanaan bisnis dan pemasaran bagi UMKM
9
Isu-isu dan Tantangan Khusus
Kerangka Kebijakan dan Pengaturan
 Perlu pengembangan mekanisme pemantauan
 Perlu pengembangan kordinasi terpusat untuk
mengkordinasikan kegiatan nasional
 Walaupun mahal, perlu ada pengkajian
terhadap keluaran/dampak AFTA
 Mungkin perlu pengembangan SME Policy
Index
 Pengurangan biaya birokrasi doing business
(e.g. import regulation, licensing, registration of
business)
10
Rekomendasi
11
• Pengembangan echannel marketing
and e-commerce
• Membangun
kesadaran akan
manfaat, peluang
dan dampak dari
ASEAN FTAs
• Penyiapan data dan
informasi tentang
UMKM secara
nasional dan
regional
• Penyelenggaraan
business matching
sessions setiap ada
trade fairs in ASEAN
and dialogue
partners
Inovasi
•Peningkatan kapasitas baik
kepada lembaga finansial
maupun kepada UMKM
•Pengembangan model
pemeringkatan kredit dan
lembaga penjaminan kredit
sampai daerah
•Pengembangan lembaga
keaungan non-bank (e.g.
venture capital, angel
investment, leasing,
factoring, equity funding)
should also be explored
•Pengembangan inklusi
keuangan: Financial
education, Financial
eligibility, Supportive
regulatory regime;
Facilitation and
Intermediation; and
Distribution Channel.
Akses Pasar
Akses Finansial
Rekomendasi
• Mendorong UKM
melakukan Riset
dan
pengembangan
untuk
meningkatkan
produktivitas dan
efisiensi
• Pengembangan
UKM inovatif –
starting with
Innovative SME
Awards under
ASEAN Business
Award
12
• Adanya sistem
kordinasi dan
pemantauan
yang lebih baik
untuk:
• Komunikasi
yang lebih
efektif dan
efisien
• Pemanfaatan
sumberdaya
• Pelaksanaan
kebijakan dan
program
Pengembangan ASEAN SME Policy
Index
• Penyiapan jasa
layanan
informasi dan
konsultasi,
termasuk
penggunaan
websites untuk
UMKM
• Dalam kerangka
ASEAN perlu
ada koleksi dan
harmonisasi
statistik dan
database UMKM
Kordinasi dan pemantauan
Jasa layanan informasi dan konsultasi
Rekomendasi (lanjutan)
• Mengkomfilasi berbagai
praktek terbaik
• Strategic
partnership/alliances
• Industrial clustering
• Entrepreneurship
development
• Incubator Business/
Technology
• Menetapkan bidang-bidang
yang perlu diperbaiki di
masing-masing ASEAN
13
LANGKAH STRATEGI
STRATEGI I: Penguatan Daya Saing Global
o Penanganan issue domestik, meliputi:
• Penataan lahan dan kawasan industri
• Pembenahan infrastruktur dan energi,
• Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)
• Membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan
klaster UKM untuk peningkatan daya saing
• Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR,
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan
syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia,
dsb);
• Pembenahan sistem logistik;
• Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb)
• Penyederhanaan peraturan
• Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
14
STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik
O
Pengawasan di Border
 Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam
pelaksanaan FTA
 Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini terhadap
kemungkinan terjadinya lonjakan impor
 Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang
(SKA) dari Negara Negara mitra FTA
 Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien,
kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security dsb.
 Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO
(safeguard measures) terhadap industry yang mengalami kerugian
yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges)
 Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas
importasi yang unfair
15
STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik (Lanjutan)
o
o
Peredaran barang di pasar Lokal
- Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai
dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri
- Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa
Indonesia
Promosi penggunaan produksi dalam negeri
- Mengawasi efektivitas promosi penggunaan produksi dalam
negeri (Inpres No 2 Tahun 2009) termasuk mempertegas dan
memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan
produk dalam negeri dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003
tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah.
16
STRATEGI III: Penguatan Ekspor
• Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC)
• Pengembangan trading house (PT Sarinah, PT-PPI,
SMESCO UKM)
• Promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi (TTI)
• Penanggulangan masalah akses pasar dan kasus ekspor
• Pengawasan penggunaan SKA Indonesia
• Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan
ekspor
• Optimalisasi trade financing (bilateral swap)
• Pemetaan potensi ekspor produk UMKM ke ASEAN dan
negara lain
17
Download