JURNAL AGROTEKNOS Maret 2012 Vol.2. No.1. hal. 28-35 ISSN: 2087-7706 PENGGUNAAN PUPUK KANDANG TERHADAP EFEKTIFITAS Trichoderma viride UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT The Use of Farmyard Manure on The Effectiveness of Trichoderma Viride to Control Fusarium Wilt Disease on Tomato Plants ASNIAH*, ANDI KHAERUNI, HASNIAR ANWAR Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari ABSTRACT Fusarium oxysporum is one of the important pathogens that causes disease in many crops, especially horticulture crops, one of which causes Fusarium wilt disease in tomato plants . The purpose of this study was to evaluate the use of manure on the effectiveness of Trichoderma viride to control fusarium wilt disease on tomato plants. Manure used was cow and chicken manure, applied before and after planting. The research design was completely randomized design (CRD) with 9 (nine) treatment and 3 replicates. The treatments were without the application of manure and T. viride (A) , without manure but with T . viride before planting (B), without manure but with T. viride applied after planting (C), chicken manure without T. viride (D), chicken manure and T. viride application before planting (E), chicken manure and T. viride application after planting (F), cow manure without T. viride (G), cow manure and T. viride application before planting (H), cow manure and application of T. viride after planting (I). The results showed that chicken manure and T. viride application before planting were effective in reducing the incidence and severity of Fusarium wilt disease on tomato plants. The incidence and severity of disease was at 20 % and 26.67 % , respectively. Keyword: manure, tomato plants, Trichoderma viride 1 PENDAHULUAN Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang menempati skala prioritas penelitian pengembangan puslitbang hortikultura Indonesia. Permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri terhadap buah tomat setiap tahunnya terus meningkat. Meningkatnya permintaan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya membaiknya tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, semakin sadarnya masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik dan semakin bertambahnya permintaan bahan baku untuk keperluan industri obat-obatan. Pemerintah dewasa ini berusaha meningkatkan produksi tanaman tomat karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, hal ini tercermin dari terus meningkatnya kebutuhan pasar akan buah tomat dari tahun ke tahun. *) Alamat korespondensi: Menurut data laporan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara Tahun 2008, produksi tanaman tomat mencapai 22,200 ku dengan luas areal 613 Ha. Pertumbuhan tanaman tomat akan baik pada tanah yang mengandung banyak unsur hara, baik makro maupun mikro serta kandungan air tanah yang cukup dan seimbang. Sulawesi Tenggara umumnya didominasi oleh tanah-tanah marginal yang mempunyai kesuburan rendah, miskin unsur hara dan memiliki kemasaman yang tinggi, sehingga kurang mendukung pertumbuhan tanaman, namun mendukung perkembangan patogen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu upaya yang penting dari teknik budidaya tanaman untuk mencapai hasil yang optimum. E-mail: [email protected] Vol. 2 No.1, 2012 Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Efektifitas Trichoderma Viride Pembudidayaan tanaman tomat juga perlu memperhatikan adanya faktor penghambat, seperti penyakit tanaman yang dapat menurunkan produksi tanaman tomat, salah satu jenis penyakit penting pada tanaman tomat adalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan Fusarium oxysporium (Agrios 2005; Srivastava et al. 2010). Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi F. oxysporum pada tanaman tomat dimulai dengan menguningnya tangkai daun bagian bawah, tulang-tulang daun pucat kemudian diikuti merunduknya tangkai tangkai daun dan akhirnya menjadi layu. Infeksi F. oxysporium biasanya terjadi melalui akar yang masih muda kemudian menjalar keseluruh bagian tanaman. Sistem transportasi air pada tanaman akan terhambat, hal inilah yang menyebabkan tanaman menjadi layu khususnya di siang hari. Jika tanaman yang sakit tersebut dipotong dekat pangkal batangnya maka akan terlihat cincin coklat pada pembuluh batang xylemnya, bila serangan sudah berat, gejala menjalar ke bagian atas tanaman hingga tanaman tersebut mati. Tanaman yang terkena layu Fusarium ini masih dapat menghasilkan buah namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil-kecil dan gugur (Snyder 2005). Pengendalian hayati di dalam konsep dasar Pengendalian Penyakit Terpadu (PPT) memegang peranan yang sangat penting. Penggunaan agens hayati makin memperoleh perhatian yang sangat besar karena bahaya pengaruh samping penggunaan pestisida kimiawi terhadap lingkungan. Trichoderma viride merupakan salah satu cendawan penghuni tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap cendawan-cendawan patogen tanaman. Mekanisme pengendalian yang bersifat spesifik target dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan tersendiri bagi T. viride sebagai agensia pengendali hayati. Trichoderma diketahui ada beberapa spesies yang dapat memarasit cendawan lain diantaranya T. virens, T. hamatum, T. lignorum, T. harzianum, sehingga sangat potensial untuk digunakan sebagai agens pengendali hayati. Mekanisme pengendalian hayati patogen sebenarnya sudah terjadi secara alamiah, mekanisme tersebut terjadi karena adanya aktifitas agensia hayati yang ada di sekitar pertanaman. Aktifitas agensia hayati dapat 29 ditingkatkan melalui berbagai cara diantaranya introduksi massal agensia hayati dan pemberian bahan organik disekitar pertanaman (Cook and Baker 1989). Bahan organik dapat berupa serasah tanaman, kompos dan pupuk kandang sangat penting untuk kehidupan mikroba (Moraj, et al. 2009). Berdasarkan konsep pemikiran tersebut di atas maka penelitian tentang pengaruh bahan organik terhadap efektifitas T. viride dalam mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan pupuk kandang terhadap efektifitas T. viride dalam mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan adalah benih tomat galur BM 1076, arang sekam, aquades, agaragar, ethanol 70%, media Potato Dextrosa Agar (PDA), isolat F. oxysporum dan T. viride, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi. Pengujian pupuk kandang terhadap efektivitas T. viride menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jumlah perlakuan terdiri dari 9 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan-perlakuan tersebut, yaitu: tanpa aplikasi pupuk kandang dan T. viride (A), tanpa pupuk kandang tapi diaplikas T. viride sebelum tanam (B), tanpa pupuk kandang tapi diaplikasi T. viride setelah tanam (C), pupuk kandang ayam tanpa T. viride (D), pupuk kandang ayam dan aplikasi T. viride sebelum tanam (E), pupuk kandang ayam dan aplikasi T. viride setelah tanam (F), pupuk kandang sapi tanpa T. viride (G), pupuk kandang sapi dan aplikasi T. viride sebelum tanam (H), pupuk kandang sapi dan aplikasi T. viride setelah tanam (I). Penyediaan media semai dan media tanam. Arang sekam dan tanah steril digunakan sebagai media semai dengan perbandingan sekam dan tanah adalah 5:1. Setiap lubang pada tray pesemaian ditanam 2 benih tomat dan selanjutnya dipelihara dalam rumah plastik selama 3 minggu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah lempung dengan pupuk kandang yang disesuaikan dengan perlakuan. Tanah dan pupuk kandang terlebih dahulu disterilkan dengan sterilisasi uap air. Selanjutnya 30 ASNIAH ET AL. dicampur dengan pupuk kandang (3:1 v/v), kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang berukuran 9 cm x 22 cm, dengan memisahkan antara media tanah yang menggunakan pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan tanpa penggunaan pupuk. Penyediaan inokulum dan inokulasi pathogen. Isolat F. oxysporum yang digunakan merupakan isolat koleksi Laboratorium Unit Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unhalu. Isolat murni dikultur pada media PDA dan diikubasi pada suhu ruang dan digunakan sebagai sumber perbanyakan inokulum. Sebanyak empat potong miselium F. oxysporum yang berumur 7 hari pada media PDA disubkultur dalam media PDB streril (1000 mL), lalu dishaker dengan kecepatan 155 rpm pada suhu ruang 31,4o C selama 14 hari hingga terbentuk kerak miselium. Setelah 14 hari kerak miselium dipanen dengan menyaring suspensi patogen menggunakan kain kasa steril berlapis kertas tissu steril. Semua kerak miselium yang tersaring dicuci dengan air steril lalu dicuci lagi dan disuspensikan dengan 500 mL air steril. Suspensi kerak miselium tersebut dicampurkan dengan pasir steril dengan konsentrasi 1:5 (v/w) dan dijadikan sebagai sumber inokulum. 10 g inokulan F. oxysporum diinokulasikan pada setiap tanaman. Penyediaan inokulum dan Aplikasi Trichoderma viride. Isolat T. viride diperoleh dari koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unhalu. Konidia T. viride dipanen dari isolat murni pada media PDA yang berumur satu minggu dan disuspensikan ke dalam akuades steril. Suspensi T. viride selanjutnya diinokulasikan ke dalam media beras ketan yang telah dikukus dan disterilkan untuk perbanyakan massal. Aplikasi T. viride diilakukan sesuai dengan perlakuan yang diuji. Untuk perlakuan T. viride sebelum tanam, inokulasi pada media tanam dilakukan dua minggu sebelum tanam dan saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam untuk perlakuan aplikasi T. viride pada perlakuan setelah tanam dengan menginokulasi T. viride yang telah diperbanyak pada media beras ketan sebanyak 10 g/tanaman. Pemeliharaan Tanaman. Penyiraman tanaman tomat di rumah plastik dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. J. AGROTEKNOS Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma-gulma yang tumbuh disekitar tanaman, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman tomat. Pengendalian hama dilakukan secara mekanik dengan mengambil hama yang ditemukan pada tanaman. Pengamatan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, diamter batang, kejadian penyakit dan keparahan penyakit. Tingkat kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus: KP = n/N x 100%, dimana (KP= Tingkat kejadian penyakit (%), n = Jumlah tanaman layu yang diamati dan N = Jumlah tanaman yang diamati). Keparahan penyakit dihitung rumus sebagai berikut: n I n xv 0 5 1 ZxN 1 x100% Dimana I = Tingkat keparahan penyakit (%); n1 = Jumlah pembuluh yang terserang pada setiap kategori serangan; v1 = Nilai numerik masing– masing kategori serangan; Z = Nilai numerik kategori serangan tertinggi; N = Jumlah berkas pembuluh yang diamati Nilai skala diskolorisasi setiap kategori serangan yang digunakan adalah menurut INIBAP (1994) dalam Asniah & Khaeruni (2006) : 0 = Tidak ada diskolorisasi pada berkas pembuluh 1 = Ada sedikit diskolorisasi 2 = Diskolorisasi sampai 1/3 berkas pembuluh 3 = Diskolorisasi 1/3 – 2/3 berkas pembuluh 4 = Diskolorisasi lebih besar dari 2/3 berkas pembuluh 5 = Berkas pembuluh penuh dengan diskolorisasi Data yang dihasilkan dianalisis sidik ragam dengan menggunakan program statistik Analisis System (SAS 9.1). Jika perlakuan beda nyata maka dilanjutkan dengan uji Dancan dengan taraf kepercayaan 95 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan pengaruh aplikasi pupuk kandang dan T. viride terhadap tinggi, diameter batang, kejadian penyakit dan keparahan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat berpengaruh nyata pada setiap waktu pengamatan. Rata-rata tinggi, diameter batang, kejadian penyakit dan keparahan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat terhadap aplikasi pupuk kandang dan T. viride dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, dan 4. Vol. 2 No.1, 2012 Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Efektifitas Trichoderma Viride 31 Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) yang diaplikasi pupuk kandang dan T. viride pada berbagai waktu pengamatan. Tinggi Tanaman (cm) pada pengamatan ke- (MST) Perlakuan Kontrol (A) T. ppk + Tricho sblm tanam (B) T. ppk + Tricho stlh tanam (C) P. ayam + tanpa Tricho (D) P. ayam + Tricho sblm tanam (E) P. ayam + Tricho stlh tanam (F) P. sapi + tanpa Tricho (G) P. sapi + Tricho sblm tanam (H) P. sapi + Tricho stlh tanam (I) 2 20.12 d 28.57 abc 23.96 cd 31.05 abc 26.33 bcd 34.84 a 31.19 abc 32.25 ab 25.55 bcd 3 25.67 39.01 32.80 45.80 40.37 47.42 36.99 44.26 35.77 c ab bc a ab a abc ab abc 4 26.94 c 44.06 bc 38.17 ab 54.85 a 47.17 ab 54.32 a 39.62 bc 51.75 ab 43.78 ab 5 26.94 c 47.89 ab 46.79 ab 62.96 a 57.30 ab 63.51 a 43.18 b 60.51 a 51.17 ab 6 26.94 c 50.25 ab 51.27 ab 66.06 a 62.67 a 67.38 a 44.32 b 65.65 a 54.40 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. MST = minggu setelah tanam Perlakuan pupuk kandang ayam dan aplikasi T. viride setelah tanam (F) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi, sejak pengamatan 2 sampai 6 MST yakni 34,84 cm, 47,42 cm, 54,32 cm, 63,51 cm dan 67,38 cm. Pada 2 MST Perlakuan pupuk kandang ayam plus T. viride setelah tanam (F) menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk plus tanpa T. viride (A), tanpa pupuk plus T. viride setelah tanam (C), pupuk ayam plus T. viride sebelum tanam (E) dan pupuk sapi plus T. viride setelah tanam (I), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada 3 MST perlakuan F masih menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan A dan C. Sedangkan pada pengamatan 4, 5 dan 6 MST perlakuan F menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan A dan G, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan diameter batang berpengaruh nyata pada setiap waktu pengamatan. Pada 2 MST Perlakuan pupuk kandang ayam dan aplikasi T. virede (F) menunjukkan diameter batang tertinggi yakni 1,93 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk kandang dan T. viride (A), tanpa pupuk dan aplikasi T. viride (B), dan tanpa pupuk dan aplikasi T. viride setelah tanam (C) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 1. Rata-rata diameter batang (cm) yang diaplikasi pupuk kandang dan T. viride pada berbagai waktu pengamatan. Perlakuan Kontrol (A) T. ppk + Tricho sblm tanam (B) T. ppk + Tricho stlh tanam (C) P. ayam + tanpa Tricho (D) P. ayam + Tricho sblm tanam (E) P. ayam + Tricho stlh tanam (F) P. sapi + tanpa Tricho (G) P. sapi + Tricho sblm tanam (H) P. sapi + Tricho stlh tanam (I) Diameter batang (cm) pada pengamatan ke- (MST) 2 1.06 c 1.43 bc 3 1.15 d 1.57 bcd 4 1.22 d 1.70 bc 5 1.22 d 1.79 bc 6 1.22 c 1.87 b 1.11 c 1.80 ab 1.65 ab 1.93 a 1.68 ab 1.75 ab 1.61 ab 1.30 cd 2.10 a 2.04 ab 2.11 a 1.74 abc 1.95 ab 1.81 ab 1.51 cd 2.34 a 2.37 a 2.35 a 1.83 bc 2.17 ab 2.04 ab 1.64 cd 2.50 a 2.57 a 2.59 a 1.87 bc 2.39 a 2.17 ab 1.77 b 2.60 a 2.76 a 2.75 a 1.92 b 2.55 a 2.26 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. MST = minggu setelah tanam. Aplikasi pupuk kandang dan T. viride berpengaruh nyata terhadap kejadian penyakit tanaman tomat setiap waktu pengamatan. Rata-rata kejadian penyakit tanaman tomat terhadap aplikasi pupuk kandang dan T. viride dapat dilihat pada Tabel 3. Pada pengamatan 5 32 ASNIAH ET AL. J. AGROTEKNOS dan 6 MST perlakuan A menunjukkan kejadian penyakit tertinggi yaitu 100 % yang berbeda nyata dengan perlaukan lain, kecuali pada pengamatan 3 MST tidak berbeda nyata dengan perlakuan G. Sedangkan kejadian penyakit terendah terdapat pada perlakuan E dengan kejadian penyakit 20 % pada 5 dan 6 MST, walaupun tidak berbda nyata dengan perlakuan C, D dan F. Tabel 3. Rata-rata kejadian penyakit (%) tanaman tomat yang diaplikasi pupuk kandang dan T. viride pada berbagai waktu pengamatan. Perlakuan Kontrol (A) T. ppk + Tricho sblm tanam (B) T. ppk + Tricho stlh tanam (C) P. ayam + tanpa Tricho (D) P. ayam + Tricho sblm tanam (E) P. ayam + Tricho stlh tanam (F) P. sapi + tanpa Tricho (G) P. sapi + Tricho sblm tanam (H) P. sapi + Tricho stlh tanam (I) Kejadian Penyakit (%) pada pengamatan ke2 3 4 5 13.33 a 40.00 a 66.67 a 100.00 a 0.00 c 20.00 b 40.00 c 53.33 bc 6.67 b 6.67 b 20.00 d 40.00 c 0.00 c 6.67 c 13.33 de 26.26 c 0.00 c 0.00 d 0.00 f 20.00 c 0.00 c 0.00 d 13.33 de 20.00 c 6.67 b 46.67 a 53.33 b 66.67 b 0.00 c 0.00 d 0.00 f 33.33 c 0.00 c 0.00 d 6.67 e 33.33 c (MST) 6 100.00 a 66.67 bc 40.00 cd 46.67 bcd 20.00 d 26.67 d 73.33 b 33.33 cd 46.67 bcd Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. MST = minggu setelah tanam. Tabel 4. Rata-rata keparahan penyakit (%) tanaman tomat yang diaplikasi pupuk kandang dan T. Viride Perlakuan Kontrol (A) T. ppk + Tricho sblm tanam (B) T. ppk + Tricho stlh tanam (C) P. ayam + tanpa Tricho (D) P. ayam + Tricho sblm tanam (E) P. ayam + Tricho stlh tanam (F) P. sapi + tanpa Tricho (G) P. sapi + Tricho sblm tanam (H) Keparahan Penyakit (%) 100 a 66.67 bc 41.33 cd 48 cd 26.67 d 74.67 b 34.67 d 46.67 cd Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Trichoderma spp. merupakan salah satu cendawan yang bersifat antagonis terhadap banyak cendawann patogen, karena mempunyai banyak cara untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan cendawan lain. Menurut Sudantha (1995), terdapat tiga mekanisme antagonis cendawan Trichoderma spp. terhadap patogen tular tanah yaitu sebagai kompetitor terhadap ruang maupun nutrisi, antibiosis yaitu mengeluarkan ethanol yang bersifat racun bagi patogen dan sebagai mikoparasit. Aktivitas Trichoderma memproduksi glukosa lebih tinggi jika ditumbuhkan pada medium campuran pupuk kandang ternak dibandingkan dengan yang ditumbuhkan pada media yang mengandung enzim komersil (Wen et al. 2005b). Perlakuan pemberian pupuk kandang ayam dan aplikasi T. viride (perlakuan F) menunjukkan pertumbuhan terbaik dengan rata-rata tinggi tanaman 67.38 cm dan diameter batang mencapai rata-rata 2.75 cm pada 6 MST. Pertumbuhan tanaman tomat yang baik tersebut, diduga karena adanya aplikasi pupuk kandang yang telah diberikan pada media tanam sebelum penanaman sehingga media tumbuh sudah mengandung nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman pada tanaman. Menurut Suridikarta et al. (2006), pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menyediakan zat dan Vol. 2 No.1, 2012 Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Efektifitas Trichoderma Viride nutrien, seperti nitrogen yang ditangkap mikroba dalam tanah. Organisme yang lebih tinggi kemudian hidup dari cendawan dan bakteri dalam rantai kehidupan yang membantu jaring makanan tanah. Pupuk kandang merupakan pupuk lengkap karena umumnya menngandung semua unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, baik unsur makro (N, P, K,) maupun unsur-unsur lain (Ca, Mg, Cu, serta sejumlah kecil Mn dan Ba) yang semuanya merupakan unsur-unsur atau zat makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang ayam dan perlakuan Trichoderma sebelum pindah tanam dan setelah pindah tanam berpengaruh nyata terhadap perlakuan lainnya karena pada pengamatan 6 MST tinggi tanaman dan diameter batang yang dimiliki oleh tanaman tomat yang diaplikasi pupuk kandang ayam berbeda nyata dengan aplikasi tanpa pupuk dan aplikasi pupuk kandang sapi. Berdasarkan unsur hara yang dikandung oleh beberapa jenis pupuk kotoran ternak, ternyata kandungan unsur hara pupuk kotoran ayam lebih baik dibandingkan dengan jenis pupuk kotoran ternak lainnya seperti kotoran sapi, domba, kuda dan kerbau (Nurmala dan Irawan, 2007). Komposisi unsur hara pupuk kotoran ayam rata-rata mengandung N, P dan K tiga kali lebih besar daripada pupuk kotoran ternak yang lain, yaitu 1,70% nitrogen, 1,90% P205, 1,50% K20, dan 20% bahan organik. Kejadian penyakit pada tanaman tomat dapat diketahui melalui gejala eksternal yang ditampakkan. Mula-mula tanaman yang terserang penyakit menunjukkan gejala yang diawali dengan menguningnya daun dari atas permukaan tanah tapi tanaman tetap tumbuh, namun serangan terus berjalan sehingga daun terus menguning hingga pucuk dan tangkai daun patah pada pangkal kemudian tanaman mengering dan mati. Jika bagian akar sampai pangkal batang dibelah membujur terlihat garis coklat menuju ke semua arah dari pangkal batang ke atas, melalui jaringan pembuluh pangkal dan tangkai daun. Apabila pangkal batang yang sakit dibongkar akan tampak sebagian besar leher akar membusuk dan berwarna kehitam-hitaman. Hal ini disebabkan adanya serangan F. oxysporum. Berdasarkan pengamatan kejadian penyakit dan keparahan penyakit pada penelitian ini, 33 tanaman-tanaman yang mendapat perlakuan dengan aplikasi T. viride kejadian penyakitnya lebih rendah dibanding dengan perlakuan yang tidak diaplikasikan dengan T. viride. Pada tanaman yang diaplikasikan T. viride dan aplikasi pupuk kandang ayam menunjukkan kejadian penyakit yang terkecil yaitu 20 % dan keparahan penyakit 26,67% yaitu perlakuan pupuk kandang ayam plus T. viride sebelum tanam. Rendahnya kejadian penyakit dan keparahan penyakit pada tanaman diduga cendawan Trichoderma sebagai agens antagonis memiliki mekanisme antagonisme yakni mikoparasit (Lopez-Mondejar et al. 2011), kompetisi ruang dan nutrisi, antibiosis, matabolit sekunder (Verma et al. 2007) dan menghasilkan enzim selulase (pendegradasi selulosa) (Wen et al. 2005a) dan kitinase (pendegradasi kitin). Enzim selulase dan kitinase merupakan enzim pendegredasi sellulosa dan kitin, sehingga Trichoderma dapat mendegradasi dinding sel hifa atau konidia dari patogen Fusarium oxysporum (Harsono dkk., 2001). Selanjutnya Latha et al. (2011), menjelaskan bahwa kombinasi pupuk kandang dan bahan organik sebagai media tumbuh Trichoderma viride dapat menurunkan kejadian penyakit busuk akar tanaman jarak pagar baik pengujian secara invitro maupun invivo. Trichoderma viride merupakan cendawan parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari cendawan lain. Peranan T. viride yang mampu menyerang cendawan lain, namun sekaligus berkembang baik pada daerah perakaran menjadikan keberadaan cendawan ini dapat berperan sebagai biocontrol dan memperbaiki pertumbuhan tanaman (Setyawati dkk., 2003). Kompos pupuk kandang ayam mampu meningkatkan efektivitas T. virens dalam mengendalikan berbagai penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah (Mutchinson, 1999). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Trichoderma viride efektif mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. 2. Pemberian pupuk kandang ayam plus T. viride menunjukkan pertumbuhan 34 ASNIAH ET AL. tanaman yang lebih baik dibanding pupuk kandang sapi plus T. viride. 3. Pemberian pupuk kandang ayam dan T. viride sebelum tanam efektif dalam menekan kejadian dan keparahan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat yang memperlihatkan kejadian dan keparahan penyakit yang rendah yakni 20% dan 26,67%. DAFTAR PUSTAKA Agrios. G. N., 2005. Plant Pathology. Third Edition. Academic Press. INC California. Alexopoulos CJ, C.W. Mims, , M. Blackwell. 1996. Introductory Micology., 4 th John Wiley & Sons Inc. New York. 869p. Arifah, N. 2004. Kisaran inang Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. zingiberi Trojillo in planta. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto. Asniah, A. Khaeruni. 2006. Pengaruh waktu aplikasi VA mikoriza dalam mengendalikan penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada tanaman tomat. Agriplus. Vol. 16. 1:12-17 Chet, I (ed). 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A. Wiley Inter Science Publication, USA : PP 11-210. Cook. R. J. and K. F. Baker. 1989. The Nature On Practice Of Biological Control Of Plant Pathogens. ABS Press, The American Phytopathological Society, St. Paul, Minesota 539 P. Endro Sunoto. 2008. Agribisnis tomat. Dilihat dalam http://www.agribisnistomat.Blogspot.com Harsono. S. M., Widyastuti and S. Margino. 2001. Purifikasi dan Karakteristisasi Enzim endokitinase dari agensia pengendali hayati Trichoderma. Indon. Plant Protect, Vol. 7. Latha P., Anand T., Prakasam V., Jonathan E.I., Paramathma M., and R. Samiyappan. 2011. Combining Pseudomonas, Bacillus and Trichoderma strains with organic amendments and micronutrient to enhance suppression of collar and root rot disease in physic nut. Applied Soil Ecology. Volume 49. Pages 215–223. http://dx.doi.org/10.1016/j.apsoil.2011.05.003 Lopez-Mondejar R., Ros M., and J.A. Pascual. Mycoparasitism-related genes expression of Trichoderma harzianum isolates to evaluate their efficacy as biological control agent. Biological Control, Volume 56, Issue 1, January 2011, Pages 59–66. http://dx.doi.org/10.1016/j.biocontrol.2010.10 .003 Moraj R., Paredes C., Bustamantea M.A., MarhuendaEgea F., and M.P. Bernal. 2009. Utilisation of J. AGROTEKNOS manure composts by high-value crops: Safety and environmental challenges. Bioresource Technology, Volume 100, Issue 22, November 2009, Pages 5454–5460. http://dx.doi.org/10.1016/j.biortech.2008.12.0 07 Mulyadi, K. 1990. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung Munawar, E.I. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 8 Mutchinson C.M., 1999. Trichoderma virensInoculated Composted Chicken Manure for Biological Weed Control. Biological Control, Volume 16, Issue 2, October 1999, Pages 217– 222. http://dx.doi.org/10.1006/bcon.1999.0759 Nederhoff, 2001. Biological Control of Root Diseases Especially with Trichoderma. Grower 56 (5): 2425. Nurmala, T dan A.W. Irawan. 2007. Pangan alternatif : berbasis serealia minor (gandum, sorgum, hanjeli, jawawut dan soba). Pustaka Giratuna. Bandung Sarief, E.S. 1986. Pupuk dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung Semangun H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gadja Mada Press. Yogyakarta. Setyawati, 2003. Cendawan Trichoderma viride sebagai salah satu cendawan yang menguntungkan. Dilihat dalam Http://www.Nilafultoriya.Blogspot.com. Snyder WC, H.N. Hansen. 2005. Tomat. Technical Support. Jakarta. Http://www.iptek.net.id/ind/teknologi.pangan /index.php?mnu=2&id=2007 Vol. 2 No.1, 2012 Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Efektifitas Trichoderma Viride Srivastava R., Khalid A., Singh U.S., and A.K. Sharma. 2010. Evaluation of arbuscular mycorrhizal fungus, fluorescent Pseudomonas and Trichoderma harzianum formulation against Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici for the management of tomato wilt. Biological Control, Volume 53, Issue 1, April 2010, Pages 24–31. http://dx.doi.org/10.1016/j.biocontrol.2009.11 .012 Statistik Hortikultura. 2008. Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari. Sudantha, 1995. Tembakau pengendalian hama dan penyakit. Yogyakarta. Kanisius. Dilihat dalam Http://www.ekyowinnersnews.Blogspot.com. Sunarjono. H. H., 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. 2006. Pupuk organik dan pupuk hayati. Jawa Barat:Balai Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Dilihat dalam www.wikipedia.org/wiki/pupuk_kandang.com Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. 4th eds. Macmillan Publishing Company. New York. 754. 35 Trisnawati Y, Setiawan AL. 2007. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Mausam Verma, Satinder K. Brar, R.D. Tyagi, Surampalli R.Y., and J.R. Valero. 2007. Antagonistic fungi, Trichoderma spp.: Panoply of biological control. Biochemical Engineering Journal, Volume 37, Issue 1, 15 October 2007, Pages 1–20. http://dx.doi.org/10.1016/j.bej.2007.05.012 Wen Z., Liao W., and Chen S. 2005a. Production of cellulase by Trichoderma reesei from dairy manure. Bioresource Technology. Volume 96, Issue 4, March 2005, Pages 491–499. http://dx.doi.org/10.1016/j.biortech.2004.05.0 21 Wen Z., Liao W., and Chen S. 2005b. Production of cellulase/β-glucosidase by the mixed fungi culture Trichoderma reesei and Aspergillus phoenicis on dairy manure. Process Biochemistry. Vol. 40, issue 9. September 2005. Pages 30873094. http://dx.doi.org/10.1016/j.procbio.2005.03.0 44 Widyastuti, S. M., Sunardi, A. Sulthoni, dan Harjono, 1998. Pengendalian Hayati Penyakit Akar Merah Pada Akasia Dengan Trichoderma. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Wiryanta BTW. 2002. Bertanam Timun. Agro Media Pustaka. Jakarta