PENDAHULUAN Latar Belakang Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme biotik. Hal tersebut dikarenakan lingkungan dan mahluk hidup akan membentuk suatu ekosistem yang saling terkait dan tergantung satu sama lain. Lingkungan yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan cara adaptasi mahluk hidup akan menimbulkan suatu kondisi ekosistem yang seimbang. Keseimbangan inilah yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas mahluk hidup. Penampilan seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Lingkungan turut mengambil peran dalam peningkatan produktivitas suatu organisme, salah satu yang akan diteliti disini adalah sapi. Produktivitas menjadi penting untuk ditingkatkan karena dapat memberikan dampak positif terhadap kondisi perekonomian peternak. Hasil dari produksi ternak inilah yang dijadikan sebagai salah satu alat pemuas kebutuhan. Produksi ternak sapi, dapat ditingkatkan melalui perbaikan cara pemeliharaan. Cara yang tepat akan membuat ternak sapi nyaman sehingga dapat meningkat produksinya. Pemeliharaan ternak sapi meliputi berbagai hal yang penting, antara lain pakan dan kandang. Pakan merupakan unsur terpenting 1 karena mengambil peran 75% total biaya pemeliharaan, sedangkan kandang juga merupakan aspek yang tak kalah penting bagi ternak sapi pada sistem pemeliharaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Woolpdridge (1960) cit. Kusmantoro (2008) bahwa kandang mempunyai hubungan yang erat dengan produksi ternak. Pemeliharaan juga didukung dengan kondisi fisiologis lingkungan yang tepat dan sesuai dengan thermoneutral zone ternak sapi. Sutopo (2009) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang berbeda, akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak potong, meskipun diberi perlakuan yang sama. Upaya peningkatan produktivitas melalui perbaikan cara pemeliharaan, harus tetap memperhatikan kondisi ternak sapi. Hal tersebut dikarenakan ternak sapi memiliki kebutuhan akan hidup yang berbeda sesuai dengan tahap kehidupannya. Cara pemeliharaan selain disesuaikan dengan tahap kehidupan juga hendaknya disesuaikan dengan kondisi sapi yang dipelihara. Kondisi yang berkaitan dengan bangsa sapi dan genetik yang dibawa oleh sapi tersebut. Sapi yang sering ditemui dalam peternakan rakyat terbagi menjadi dua jenis sapi yaitu sapi lokal dan sapi persilangan. Sapi lokal artinya adalah sapi yang telah mengalami penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya, sedangkan sapi persilangan adalah sapi hasil kawin silang antara sapi lokal dengan bangsa sapi murni biasanya digunakan sapi-sapi Bos taurus. Kedua jenis sapi tersebut mempunyai genetik yang berbeda, dan daerah asal yang berbeda pula. Perbedaan ini 2 mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku sapi yang sama-sama dipelihara di lingkungan tropis. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa untuk menjaga dan mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan yang sangat bervariasi ternak harus mempunyai balance thermal atau keseimbangan panas tubuh. Masing-masing sapi akan memiliki cara adaptasi terhadap kondisi fisiologis lingkungan sekitarnya. Adaptasi yang dilakukan mempunyai kaitan yang erat dengan tingkah laku ternak. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku sapi Peranakan Ongole (PO) dibandingkan dengan tingkah laku bangsa sapi Persilangan. Manfaat Manfaat yang didapat dengan mengetahui tingkah laku sapi Peranakan Ongole (PO) dan perbedaannya dengan tingkah laku sapi silangan PO, diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan bagi para peternak untuk lebih optimal dalam melakukan manajemen pemeliharaan yang baik karena akan berdampak pada produktivitas indukan serta pertumbuhan pedet yang dihasilkan. 3