BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan di Jakarta semakin meningkat setiap tahunnya. Ketua Bidang Product Development PHRI Muhdi Agustianto mengatakan, pertumbuhan perekonomian nasional mendorong pertumbuhan industri hotel. “Industri hotel tumbuh karena semakin banyak pengembang properti yang membangun hotel,” kata Muhdi. Menurut riset Cushman & Wakefield, selama semester I 2011, tarif rata-rata hotel di Jakarta tumbuh 17,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan tingkat hunian rata-rata naik 4,8% menjadi sekitar 70,5%. Industri hotel, kata dia, memiliki prospek yang sangat menguntungkan baik dalam jangka pendek maupun panjang. “Hotel itu banyak jenisnya, tiap hotel berbeda target pasarnya seperti apa.” ucapnya. (Sandra Karina/Koran SI/wdi). Jakarta sebagai pusat kegiatan dan berbagai aktivitas bisnis. Sebuah alasan yang kuat pembangunan hotel di Jakarta semakim tahun semakin meningkat terutama hotel bisnis. Sejumlah kalangan memperkirakan bisnis perhotelan akan memasuki tingkat pertumbuhan baru yang semakin tinggi menyusul kondisi ekonomi yang semakin baik dan peluang besar yang terbuka pada pasar hotel bertarif ekonomis (budget hotel). Hotel bisnis murah banyak menjadi solusi. Biasanya konsumen seperti ini membutuhkan hotel hanya sebagai tempat beristirahat sementara yang dapat memberi mereka harga mahal dalam kenyamanan beristirahat. Seperti disampaikan Vice President Jones Lang Lasalle Bagian Riset Hotel Djodi Trisusanto belum lama ini, mengatakan hotel kelas menengah,seperti bintang tiga dan empat, menguasai 40 persen pangsa pasar (market share). Kemudian budget hotel sebagai hotel dengan kualitas paling bawah dengan pangsa pasar hingga 25 persen. Selain hal itu, ada faktor lain yang mendorong munculnya hotel kelas menengah karena minimnya biasa konstruksi dan manufaktur dalam pembangunan. Kendala minimnya biaya konstruksi yang berlebih memberi dampak yang cukup kuat dalam pemunculan ide desain modular dalam perancangan. Pengembangan teknologi dapat memberi solusi dalam pemecahan desain terutama masalah biaya konstruksi yang kadangkala lebih besar dari biaya manufaktur. Winter & Nilson (1979) memaparkan bahwa kecenderungan biaya konstruksi semakin meningkat bila dibandingkan dengan biaya pada industri manufaktur. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah tingginya upah tenaga lapangan dan proses konstruksi secara tradisional. Hal tersebut diyakinkan pula dari pengamatan yang dilakukan sejak tahun 1930 sampai dengan 1980. Gambar 1.1: Construction Cost Index (1930-1880) Sumber: Convensional Jurnal Tantangan tersebut dijawab dengan dikembangkan sistem modular yang pengembangannya mengarah pada optimalisasi material pada bangunan. Harapannya dengan sistem modular ini biaya dapat ditekan seminimal mungkin tanpa mengurangi standar kualitas bangunan. Salah satu material pembentuk komponen yang menggunakan sistem modular adalah beton, produk ini dikenal dengan nama beton pracetak. Tetapi pemfokuskan pada sistem yang mengangkat material yang akan diterapkan pada sistem modul ini. Sasaran pengembangan hotel ini adalah para pendatang yang membutuhkan sarana untuk mewadahi waktu beristirahat mereka yang menyita waktu dan tenaga mereka selama di perjalanan. Konsep teknologi modular yang diterapkan pada bangunan dengan memperhatikan aspek-aspek lain dan optimalisasi bahan material. Penggunaan strategi perancangan tertentu dengan pengaplikasian sistem ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah kenyamanan ruang berdasarkan standarisasi hotel dengan pembentukan modulmodul yang sesuai dan tepat yang akan diterapkan dalam bangunan. I.2 Latar Belakang Pemilihan Topik dan Tema Perkembangan teknologi pembangunan mengalami kemajuan pesat. Konsep membangun secara konvensional berangsur angsur mulai ditinggalkan dan berubah menjadi lebih modern. Pemakaian sistem modular merupakan salah satu teknologi yang layak dipertimbangkan. Beberapa dekade yang lalu sistem ini mulai dikenal di Indonesia namun baru dimanfaatkan oleh produsen dalam skala industri. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penerapan sistem madular yang difokuskan pada pemaksimalan secara optimal material pada gedung terutama pada gedung tinggi seperti hotel kapsul transit ini. Sistem modular adalah metode pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek Berbasis dari kata kapsul yang berarti “move and fleksibel”, konsep modular adalah konsep yang paling cocok diterapkan pada perancangan hotel kapsul. Sistem modular dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang dapat dijadikan formasi tertentu yang sifatnya fleksibel dan kesan estetis yang berbeda. Pengembangan sistem konstruksi yang baik maka dasar kokoh sebuah bangunan dapat menarik dan menjadi acuan yang baik untuk perancangan gedung dengan peminimalan biaya dengan pengoptimalan pada material yang dipakai. Konstruksi bangunan yang dikembangkan dengan baik dapat memberi nilai “indah” yang berbeda. Perancangan dengan sistem modular yang tepat pada bangunan merupakan salah satu faktor penunjang estetis tersebut. Material yang ramah lingkungan dengan pemakaian yang tepat dalam perancangan dapat meminimalisasi waktu, biaya, bahkan energi yang dikeluarkan. Berbasis dari alasan tersebut diatas pengangkatan judul “Hotel Kapsul di Manggarai Jakarta Selatan dengan Tema Optimalisasi Material” menjadi yang paling tepat untuk saya kaji di Tugas Akhir kali ini. I.3 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan arsitektural antara lain: 1. Merancang bangunan hotel kapsul transit di Jakarta berdasarkan standar kenyamanan hotel dengan pegoptimalisasian bahan material dengan sistem modular. 2. Mengetahui material-material modular dan pemakaian sistemnya sehingga pengaplikasiannya dalam bangunan dapat diterapkan secara optimal. I.4 Lingkup Bahasan Tugas akhir ini mencangkup berbagai pembahasan antara lain: 1. Standarisasi hotel transit yang ada di Indonesia. 2. Penjabaran material-material yang menunjang pengaplikasian sistem modular pada bangunan terutama gedung tinggi (middle rise atau high rise). 3. Pengaplikasian material secara efisien dan optimal pada perancangan bangunan. 4. Metode penelitian. I.5 Metode Penelitian dan Metode Pembahasan Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan metode logika deskriptif. Metode ini mencari studi sejenis sesuai tema kemudian beberapa teori yang sesuai akan dikembangkan dan kemudian diterapkan dalam bangunan. Data-data yang didapat berupa data kualitatif dan tidak terukur. G. Broadbent dalam "Design In Architecture" (1990), yaitu teori pendekatan perancangan arsitektur yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur dapat disarikan menjadi suatu proses penggabungan dari 3 sistem yaitu: 1. Human System: merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dari manusia sebagai pelaku kegiatan. Pertimbangan segi humansis tersebut meliputi: gaya hidup sosial dan budaya ( pola aktivitas dalam rumah, kebiasaan hobby yang ada, nilai agama yang dianut), standardstandard kenyamanan (dimensi tempat duduk, dimensi ruang, dimensi furniture). Pada tahap ini, arsitek perlu berkonsultasi dengan ahli sosiologi. Kegunaan bertukar-pikiran dengan sosilogis memudahkan arsitek untuk menentukan rencana-rencana dan desain-desain yang optimal, efektif dan efisien dalam segi humanisme bangunan. 2. Environmental System: Pertimbangan terhadap hal-hal yang menyangkut kondisi lingkungan perkotaan sampai pada tapak yang direncanakan. Pertimbangan dalam segi lingkungan meliputi segi utilitas dalam bangunan (penempatan pipa-pipa air kotor dan limbah yang diperhitungkan tidak mencemari lingkungan fisik sekitar bangunan), pertimbangan energi (energi yang diperlukan dalam operasional bangunan diusahakan sehemat mungkin), perimbangan lingkungan sosial budaya (bangunan diharapkan dapat beradaptasi secara sosial dan budaya pada lingkungan sekitar tapak). 3. Building System: Merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sistem bangunan yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Pertimbangan segi bangunan meliputi penggunaan material, metode pembangunan struktur dan konstruksi bangunan. I.6 Sistematika Pembahasan Secara garis besar, sistematika pembahasan yaitu karya tulis yang mengawali proses perencanaan dan perancangan “Hotel Kapsul di Manggarai Jakarta Selatan dengan Tema Optimalisasi Material” disusun dari beberapa bab antara lain sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Pendahuluan ini berisi berbagai latar belakang dan alasanalasan pengangkatan judul “Hotel Kapsul di Manggarai Jakarta Selatan dengan Tema Optimalisasi Material” yang terdiri dari pembahasan mengenai pemilihan topik, penerapan dan peranan teknologi, maksud dan tujuan pembuatan hotel kapsul bersifat transit, lingkup dan metode pembahasan perencanaan dan perancangan hotel kapsul dengan penerapan otimalisasi material, pengertian sistem modular dalam bangunan, penciptaan ruang-ruang akomodasi penginapan dengan modul yang tepat, lingkup pembahasannya, serta kerangka pemikiran dan fokus permasalahan yang akan dikaji dalam perancangan hotel kapsul ini. Bab II: Tinjauan dan Landasan Teori Tinjauan dan Landasan teori terbagi antara tinjauan umum dan tinjauan khusus. Tinjauan umum lebih mengarahkan pada definisi hotel, pengenalan hotel, klasifikasi hotel, jenis hotel dengan pembahasan mengenai kaitan teknologi dalam arsitektur. Tinjauan khusus mengenai pembahasan secara lebih spesifik mengenai proyek yang diangkat seperti pembahasan hotel kapsul, hotel transit, sistem modular dan material apa saja yang diapakai dalam menunjang perancangan bangunan. Penambahan data-data juga diperkuat dengan studi literatur dan studi lapangan dengan proyek sejenis. Bab III: Permasalahan Berisi masalah yang akan dihadapi dalam Perencanaan dan Perancangan Proyek yang meliputi aspek manusia, aspek lingkungan, dan aspek bangunan. Ketiga aspek tersebut yang akan mengarahkan pada terwujudnya sasaran dan tujuan yang dimaksud. Bab IV: Analisa Analisa permasalahan dilakukan analisa dengan pendekatan perancangan dengan teknologi modular dalam bangunan dengan landasan teori dasar yang sudah ada. Analisa tersebut akan menghasilkan sebuah konsep dan solusi desain perancangan yang mengarahkan pada hasil dan penyelesaian masalah arsitektural yang diangkat dalam proyek hotel kapsul-transit bisnis ini dengan pemfokusan masalah pada optimalisasi material bangunan. Bab V: Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep perancangan sebagai hasil analisa dan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada bagian permasalahan. Konsep perancangan merupakan dasar/landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga karya arsitektur menjadi bernilai baik dan benar, indah, kuat, dan fungsional. Konsep perancangan dilengkapi dengan skematik desain sebagai alur pemikiran dalam perancangan. I.7 Kerangka Berfikir Gambar 1.2: Gambar Skema Pemikiran PEMILIHAN TOPIK Adaptasi dan Pengembangan Teknologi LATAR BELAKANG PROYEK Hotel Kapsul untuk Transit Berbasis Sistem Modular dengan Pengoptimalisasian Material Dasar-dasar pengembangan teknologi dalam bangunan dengan berbasis flesibelitas bangunan dan ruang-ruang yang ada. Optimalisasi bahan material Pengembangan Desain melalui Konstruksi MAKSUD dan TUJUAN Hotel Kapsul dengan standar kenyamanan hotel dengan optimalisasi material PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM MODULAR DALAM BANGUNAN HOTEL KAPSUL FUNGSI SEBAGAI HOTEL BISNIS & TRANSIT PERMASALAHAN Kenyamanan bangunan dengan pencapaian sistem modul yang sesuai ANALISA Menganalisa permasalahan dan mencari solusi yang akan diterapkan pada proses perancangan KONSEP PERANCANGAN Kesimpulan yang dihasilkan dari analisa terhadap data yang ada SKEMATIK DESAIN Studi mengenai hotel kapsul yang pernah ada di Jepang Sejarah, data fisik, studi literature, lokasi tapak, keadaan tapak