BAB II TINJUAN PUSTAKA A. VITAMIN A 1. Defenisi Vitamin A Vitamin A merupakan substansi yang larut di dalam lemak, dan disimpan di dalam tubuh terutama di hati dan dilepas ke dalam aliran darah untuk kemudian digunakan oleh seluruh sel epitel tubuh, termasuk mata dan sel-sel benih fotoreseptor mata (Arisman, 2002). 2. Sumber Vitamin A Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten terdapat di dalam pangan nabati . Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Margarin biasanya diperkaya dengan vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang di berikan untuk keperluan penyembuhan. Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwarna kuning jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis , wortel, tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten (Almatsier, 2009). 6 Universitas Sumatera Utara 3. Fungsi Vitamin A Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu untuk : • Penglihatan • Diferensiasi sel • Kekebalan tubuh • Pertumbuhan dan perkembangan • Memelihara fungsi reproduksi • Mencegah kanker dan penyakit jantung • Membantu Proses pembentukan sel darah merah dengan interaksi zat besi (Almatsier, 2009). Fungsi utama vitamin A adalah untuk pertumbuhan jaringan epitel, regenerasi, rodopsin di retina mata, kesehatan kulit dan selaput lender. Apabila tubuh kekurangan vitamin A maka akan terjadi luka-luka di kulit dan selaput lender menjadi kurang sehat (Irianto, 2004). 4. Defisiensi Vitamin A Diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata yaitu • Xeroftalmia 7 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Klasifikasi xeroftalmia Dikutip dari “sight and life manual on vitamin A deficiency disorder” Edisi II tahun 2001; oleh Donald S. Mclaren dan Martin Frigg Klasifikasi XN X1A X1B X2 X3A2, X3B3 XS XF • Keterangan Prognosis Rabun senja Kondisi ini bersifat reversible dan Serosis konjungtiva Bintik Bitot: Konjungtiva kering dan biasanya merespon tampak kasar, sering juga didapati butiran berbagai seperti busa pada sudut luar dekat iris pengobatan dengan vitamin A mata. Serosis kornea, dengan gambaran khas seperti kornea kering seperti kabut (atau susu) Keratomalasia/ulserasi kornea: perlunakan Stadium ini tidak dan ulserasi kornea merupakan stadium reversible hingga xeroftalmia terparah yang tidak jarang menimbulkan berlanjut sebagai perforasi kornea. gejala sisa Akibatnya isis bola mata tumpah dan lahirlah kebutaan.Ulserasi dan perforasi bahkan dapat timbul sangat cepat (dalam hitungan jam), terutama anak kecil yang tengah menderita campak serta penyakit akut lain Parut kornea Xeroftalmia fundus Subklinis - Serum retinol < 0,70 Umol/L (< 20 Ug/dl) • Infeksi • Perubahan pada kulit • Gangguan pertumbuhan • Keratinisasi sel-sel rasa pada lidah menyebabkan: - Berkurangnya nafsu makan - Anemia 8 Universitas Sumatera Utara • Metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih dan saluran pencernaan (Arisman, 2002). 5. Penyebab Kurang Vitamin A • Tidak tercukupinya asupan vitamin A dan Provitamin A • Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif • Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran berwarna kuning dan hijau yang mengandung karatenoid • Ada gangguan penyerapan vitamin A atau Provitamin A (Arisman, 2002). 6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) Pasokan Vitamin A di awal kehidupan akan tercukupi melalaui air susu ibu, asalkan ibu memeiliki status vitamin A yang baik. Status Vitamin A yang baik di awal kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan lebih lanjut. Langkah Pertama upaya program pencegahan KVA : “Memberikan suplementasi vitamin A pada Ibu nifas” Yaitu pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.00 SI) sebanyak 2 kapsul pada ibu nifas (Arisman, 2002) 7. Manfaat Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas • Meningkatkan kandungan Vitamin A pada ASI • Bayi lebih kebal dan jarang terserang penyakit infeksi • Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan Mengapa ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A 9 Universitas Sumatera Utara • Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah • Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh • Pemberian 1 kapsul vitamin A (200.000 SI) warna merah pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A pada ASI selama 60 hari. • Pemberian 2 kapsul vitamin A (200.000 SI) warna merah diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan. ASI eksklusif 6 bulan (Depkes, 2004). 8. Cara Pemberian Diberikan sebanyak 2 x 200.00 SI atau 2 (dua) kapsul vitamin A, warna merah dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut pada masa nifas: - 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah melahirkan - 1 (satu) kapsul vitamin A kedua diminum pada hari berikutnya, minimal 24 jam setelah kapsul pertama (Depkes, 2004). Tabel 2.2 Rekomendasi IVACG tentang suplementasi vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas di daerah yang memiliki masalah kekurangan vitamin A Populasi Jumlah kapsul vitamin A yang Jadwal Pemberian diberikan Ibu Nifas 400,000 UI sebagai dua dosis @ Segera setelah melahirkan 200,000 SI, pemberian sedikitnya dan tidak lebih dari enam dengan selang waktu satu hari minggu setelah melahirkan Dan/tau 10,000 SI setiap hari atau 25,000 IU setiap minggunya Selama enam bulam pertama setelah melahirkan (Depkes, 2004) 10 Universitas Sumatera Utara 9. Strategi Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas • Bersamaan dengan pemberian imunisasi pemberian hepatitis B kepada bayi umur 0-7 hari pada kunjungan neonatal (KN1) • Kapsul vitamin A tidak diberikan pada KN1, maka dapat diberikan pada kunjungan KN2 (8-18) • Sweeping dalam kunjungan rumah (Depkes, 2004) 10. Efek Samping Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi Vitamin A dosis tinggi ini jelas menimbulkan efek samping. Namun demikian, pengaruh ini tidak begitu berat, dan hanya berlangsung sebentar. Pengaruh yang tidak diinginkan ini berupa peningkatan tekanan intracranial (23% pada hampir semua kelompok usia). Efek samping yang lazim hanyalah sakit kepala atau muntah ringan (jika fontanela anak telah tertutup), atau pencembungan fontanela (jika fontanela belum tertutup) dan tidak memerlukan pengobatan yang khas (Arisman, 2004). B. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas adalah masa yang dimualai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2002). 2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Pada kebijakan program nasional pada masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir 11 Universitas Sumatera Utara dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Antara lain: a. 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuan : • Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. • Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut. • Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. • Pemberian ASI awal. • Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. • Menjaga bayi tetap sehat, dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. b. 6 hari setelah persalinan. • Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. • Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. • Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. • Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 12 Universitas Sumatera Utara • Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. c. 2 minggu setelah persalinan. • Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim. d. 6 minggu setelah persalinan. • Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. • Memberikan konseling untuk KB secara dini (Ambarwati, 2009). C. PENGETAHUAN Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang mencakup dominan kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: 1) Tahu ( know) Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 13 Universitas Sumatera Utara 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrospeksikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat juga diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasai dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Syntesis) Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam sesuatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis berarti suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada (Notoadmodjo, 2007). 14 Universitas Sumatera Utara