BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan bayi 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan bayi
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan perubahan, dalam besar,
jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang, dan keseimbangan mtabolik (reteni kalsium dan nitrogen
tubuh). Menurut Jellife D.B. (1989) pertumbuhan adalah peningkatan secara
bertahap dari tubuh, organ, dan jaringan masa konsepsi sampai remaja.
2. Pengertian Gangguan Pertumbuhan (Growth Faltering)
Growth Faltering adalah ketidakmampuan anak untuk mencapai
BB/TB sesuai dengan jalur pertumbuhan normalnya. Growth Faltering
merupakan kejadian yang sangat umum terjadi pada anak umur 0-6 bulan,
dengan tanda goncangan pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan massa
tubuh maupun pertumbuhan linier, yang kedua – duanya menjurus ke arah
penurunan grafik bila dibandingkan dengan rujukan tertentu. Anak yang dua
kali penimbangan berturut – turut tidak bertambah berat badannya
merupakan peringatan kepada ibu untuk segera mengambil tindakan
pencegahan agar BB anak tidak berlanjut menurun. Anak yang tidak sehat
menurut kurva pertumbuhan pada KMS balita adalah jika berat badannya
berada pada pita warna kuning, di bawah pita warna hijau atau berat badan
anak berkurang / turun / tetap dibandingkan dengan bulan lalu, ditandai
dengan berpindah ke pita warna di bawahnya, juga jika berada di bawah
garis merah. ( Narendra, 2002 )
3. Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan adalah suatu kegiatan pengukuran anak
yang teratur, dicatat dan kemudian diinterprestasikan dengan maksud agar
dapat memberikan penyuluhan, berbuat sesuatu, serta melakukan follow –
up selanjutnya.
Pemantauan pertumbuhan merupakan strategi operasional
untuk membantu dalam memvisualkan pertumbuhan anaknya dan
menerima petunjuk yang khusus atau spesifik, relevan dan praktis
sehingga ibu, keluarga, dan masyarakat dapat berbuat guna
mempertahankan kesehatan serta pertumbuhan anak dengan optimal.
Terdapat empat elemen kunci dari pemantauan pertumbuhan,
yaitu:
1) Merupakan strategi pencegahan yang dilaksanakan sebelum adanya
gangguan pertumbuhan. Karena penimbangan yang teratur akan
mengetahui gangguan pertumbuhan yang tadinya tidak dapat diamati,
yang dapat disebabkan oleh kekurangan makan, sakit yang berulang,
ketidaktahuan tentang makanan anak, atau kelainan hormonal.
2) Merupakan strategi merubah lingkungan anak yang kurang sesuai
melalui komunikasi yang efektif dengan ibu.
3) Berhubungan
dengan
lingkungan
yang
menyeluruh
yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
4) Ibu atau masyarakat ikut terlibat dalam usaha mengoptimalkan
tumbuh kembang anak.
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap
perubahan – perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat
gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan
umur. Berat badan menurut Umur merupakan indikator yang paling
umum digunakan. Pengukuran berat badan yang dilakukan secara
berulang arat serial, dapat dipakai untuk indeks pertumbuhan, dan
juga
kegagalan
pertumbuhan,
namun
juga
dikatakan
bahwa
pengukuran berat badan menjadi bermakna bila diperhitungkan
dengan umur.
Sebagian besar grafik pertumbuhan yang ada di dunia ini
menggunakan BB/U sebagai indikator pertumbuhan. Demikian pula
grafik pertumbuhan yang dipakai secara nasional di Indonesia.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
Pertumbuhan anak dapat diamati secara langsung dengan
menggunakan “Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita”. Penggunaan
KMS untuk memmantau keadaan kesehatan dan gizi melalui
pertumbuhan atas dasar kenaikan berat badan. Kartu ini merupakan
gambar kurva berat badan anak usia 0-5 tahun terhadap umurnya.
Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus
menginterprestasikan tumbuh kembang anak terhadap ibunya,
sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan
cara menimbang teratur tiap bulan.
Program gizi terdapat slogan yaitu “anak yang sehat bertambah
umur bertambah berat”. Ibu – ibu yang berhubungan dengan
kesehatan anak dari sejak lahir sampai berusia lima tahun perlu dicatat
dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesan – pesan penyuluhan tentang
penanggulangan diare, makanan anak, pemberian kapsul vitamin A,
imunisasi dan lain – lain.
Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan
pada saat ini
dengan menggunakan buku KIA. KMS dibagi dua macam untuk lakilaki dan perempuan, kenaikan berat badan baik laki- laki maupun
perempuan dilihat dari kenaikan berat badan minimal (KBM) dan
umur anak. Apabila anak umur 1 bulan kenaikan berat badan minimal
800 gr, 2 bulan (900 gr), 3 bulan (800 gr), 4 bulan(600 gr), 5 bulan
(500 gr), 6-7 bulan(400 gr), 8-11 bulan(300 gr), anak umur 1-5 tahun
kenaikan berat badan minimal 200 gr (Depkes, 2009).
Apabila anak
tumbuh sehat berat badan naik sesuai garis
pertumbuhan mengikuti pita hijau pada KMS atau naik ke pita warna
diatasnya.Anak yang tumbuh kurang sehat apabila berat badan anak
tidak naik atau turun, garis di KMS turun, datar, atau pindah ke pita
warna dibawahnya, garis KMS dibawah garis merah (Depkes, 2009).
4 . Faktor – faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pertumbuhan
Menurut Ali Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor dominan yaitu lingkungan dan genetis.
Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika didukung oleh
faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud dengan faktor
lingkungan di sini adalah intake gizi. Apabila terjadi tekanan terhadap
dua faktor di atas, maka muncullah growth faltering.
Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih (2001) bahwa
faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan.
Faktor internal seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal
seperti status gizi. Faktor internal (genetic) antara lain termasuk
berbagai faktor bawaan, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku
bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan
lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan gangguan
pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih sering
diakibatkan oleh faktor genetik ini. Di Negara sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga
dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang
tumbuh secara optimal.
Faktor eksternal (lingkungan) antara lain faktor prenatal dan
pasca natal. Faktor lingkungan prenatal adalah faktor lingkungan yang
mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Lingkungan
prenatal yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan adalah :
1) Gizi pada saat hamil. Apabila gizi ibu buruk akan menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah, terhambatnya pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir.
2) Mekanis
Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan
yang kurang. Demikian posisi janin yang tidak normal dapat
menyebabkan berbagai kelainan pada bayi yang dilahirkan dan
pertumbuhan terhambat.
3) Toksin
Berbagai jenis obat yang bersifat racun.
4) Endokrin / hormon
Produksi hormone pertumbuhan terganggu.
5) Radiasi
Seperti radiasi dari bom atom dan bocornya pipa gas beracun.
6) Infeksi Intrauterine
Seperti varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza.
7) Stres pada ibu hamil
Apabila ibu hamil stress akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
8) Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat.
Faktor lingkungan pascanatal yang mempengaruhi gangguan
pertumbuhan adalah lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor
psikososial dan faktor keluarga dan adat istiadat. Lingkungan biologis
meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan ksehatan, kepekaan
terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism. Lingkungan
fisik meliputi cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan
rumah dan radiasi. Faktor psikososial meliputi kualitas interaksi antara
orang tua dan anak. Faktor keluarga dan adat istiadat meliputi
pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah tangga.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga
berperan menyebabkan kasus gizi kurang. Juga dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian yaitu kemiskinan yang tidak memungkinkan
orang tua memberikan makanan bergizi tingkat tinggi pada anaknya.
Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peranan ibu dalam ekologi
anak, yaitu peran ibu sebagai genetik faktor yaitu pengaruh biologis
terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikologisnya terhadap
pertumbuhan postnatal. Memberikan ASI sedini mungkin segera
setelah lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang
anak. Keuntungan untuk bayi selain gizi ASI yang tinggi, juga adanya
zat anti pada ASI yang melingungi bayi terhadap berbagai macam
infeksi.
Hasil penelitian Satoto (1990) mengatakan bahwa growth
faltering oleh hampir semua anak sejak usia 2 – 6 bulan lebih awal
dari pada tumbuh kembang anak dalam jangka panjang. Growth
faltering ini sangat dipengaruhi oleh pola pemberian ASI, pemberian
makanan tambahan yang terlalu dini dalam bentuk makanan yang
rendah energi dan sangat rendah protein menurunkan pemberian ASI
yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan gizi anak dan
peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi., kerentanan terhadap
infeksi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan keluarga
dan perilaku perawatan kesehatan anak yang kurang baik. Jadi faktor
determinan kuat yang mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan
asuh anak dan konsumsi makanan anak terutama masukan energi,
protein, dan Fe. Sedangkan faktor yang secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah keadaan
gizi dan kesehatan ibu serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Juga
jenis kelamin diketahui berpengaruh dengan keterlibatan sosial
budaya dimana anak laki – laki cenderung tumbuh lebih baik daripada
anak perempuan.
B. Teori Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
kelahiran plasenta danberakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira –
kira 6 minggu (Saefudin, 2002 : 122)
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru akan
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono,
2002: 237)
2. Pembagian Periode Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1.) Puerperium
dini
yaitu
kepulihan
di
mana
ibu
telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama Islam
dianggal telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3.) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu – minggu, bulanan, atau tahunan. (Mochtar, 2002)
C. Teori Vitamin A
.
1. Definisi Vitamin
Vitamin A adalah zat – zat organik kompleks yang dibutuhkan
dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dibentuk oleh tubuh.
Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin
mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat
organic maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan
(Almatsier, 2001 / 151).
Vitamin A adalah vitamin yang larut lemak yang pertama
ditemukan. Secara luas vitamin A merupakan nama generik yang
menyatakan semua retinoid dan precursor/ provitamin A/ yang mempunyai
aktivitas biologiik sebagai retinol (Almatsier, 2001 / 153).
2. Macam Vitamin A
Vitamin A terdiri dari 2 macam yaitu :
1) Vitamin A1
2) Vitamin A2 (dehydro vitamin A)
Beberapa komponen yang mempunyai aktivitas vitamin A, yaitu :
(1) Vitamin A1, terdapat dalam jaringan mamalia dan ikan laut (2)
vitamin A2, terdapat dalam jaringan ikan tawar (3) karoten (provitamin
A) terdapat dalam sayuran seperti bayam, kangkung, wortel, papaya,
ubi merah, dan minyak kelapa sawit (FKUI, 2000).
3. Fungsi Vitamin A
Fungsi vitamin A antara lain pada :
a.
Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya
remang. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan bila
kita dari cahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang
remang – remang cahayanya. Mata membutuhkan waktu untuk dapat
melihat.
b.
Diferensiasi Sel
Diferensiasi sel terjadi bila sel – sel mengalamu perubahan
dalam sifat atau fungsinya semula. Perubahan sifat dan fungsi sel ini
adalah salah satu karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat
terjadi pada setiap tahap perkembangan tubuh. Fungsi vitamin A dalam
hal ini adalah mengonrol diferensiasi sel
c.
Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh
manusia dan hewan. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara
pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan
humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon
antibody yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada
kekebalan selular). Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan
vitamin A.
Tahun 1983, seorang dokter bernama Sommer melakukan
penelitian di Purwakarta, Jawa Barat dan menemukan fakta, anak yang
kekurangan vitamin A sangat mudah terserang penyakit. (Esti, 2002)
d.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan
demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk
perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi.
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Tarwoco di Semarang awal
tahun 90-an juga membuktikan balita yang kekurangan vitamin A
pertumbuhannya kurang, tinggi dan berat badannya di bawah normal.
e.
Reproduksi
Vitamin A berperan dalam pembentukan sperma. Pembentukan
sel telur, dan perkembangan janin dalam kandungan. Kebutuhan
vitamin A selama hamil meningkat untuk kebutuhan janin dan
persiapan menyusui.
f.
Pencegahan Kanker
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel
dan kemampuan meningkatkan aktivitas system kekebalan diduga
berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit,
tenggorokan, paru – paru, payudara, dan kandung kemih. Di samping
itu beta karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai
antioksidan diduga dapat pula mencegah kanker paru – paru
(Almatsier, 2001)
4. Sumber Vitamin A
Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten
terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning
telur, susu (dalam lemaknya), dan mentega. Margarine biasanya diperkaya
dengan vitamin A.
Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan
buah – buahan berwarna kuning jingga, seperti daun singkong, daun
kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung
kuning, papaya, mentega, nangka masak dan jeruk.(Almatsier, 2001)
5. Akibat Kekurangan Vitamin A
Almatsier, (2001) bahwa akibat kekurangan vitamin A, antara lain :
a.
Buta senja
Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah buat senja
yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang
ke cahaya samar – samar / senja, seperti bila memasuki kamar gelap
dari kamar terang. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup
menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga kadar vitamin
A darah menurun yang berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh
retina untuk membenruk pigmen penglihatan rodopsin.
Kemampuan
melihat
dalam
keadaan
samar
–
samar,
dihubungkan dengan ujung – ujung saraf (rod dan cone) yang terdapat
dalam retina. Cone terutama berperan dalam cahaya siang dan
membedakan warna sedangkan rod mengontrol penglihatan pada
malam hari.
b.
Perubahan pada mata
Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin
A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga
terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Gejala dalam
bentuk ringan dinamakan xerosis konjungtiva, yaitu konjungtiva
menjadi kering, bercak Bitot (Bitot’s Spot), yaitu berupa bercak putih
keabu – abuan pada konjungtiva. Gejala dalam bentuk sedang
dinamakan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan
kejernihannya. Tahap akhir adalah keratomalasia, di mana menjadi
lunak dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total.
c.
Infeksi
Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A,
sehingga mudah terserang infeksi. Vitamin A dinamakan juga vitamin
antiinfeksi.
d.
Perubahan pada kulit
Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar,
mengeras, dan mengalami keratinisasi yang dinaakan hyperkeratosis
folikuler. Mula – mula terkena lengan dan paha kemudian dapat
menyebar ke seluruh tubuh.
e.
Gangguan pertumbuhan
Kekurangan vitamin A menghambat pertumbuhan sel – sel,
termasuk sel – sel tulang. Fungsi sel – sel yang membentuk email gigi
terganggu dan terjadi atrofi sel – sel yang membentuk dentin, sehingga
gigi mudah rusak.
f.
Keratinisasi sel – sel rasa pada lidah yang menyebabkan berkurangnya
nafsu makan dan anemia.
6. Akibat Kelebihan Vitamin A
Akibat kelebihan konsumsi vitamin A dapat menimbulkan gejala
pada orang dewasa antara lain sakit kepala, pusing, rasa enek, rambut
rontok, kulit mongering, tidak nafsu makan, dan sakit pada tulang. Pada
wanita dapat menyebabkan menstruasi berhenti. Pada bayi dapat terjadi
pembesaran kepala dan mudah tersinggung (menangis). Hal ini dapat
terjadi pada konsumsi vitamin A 8000 RE/hari selama 30 hari (Almatsier,
2001)
7. Pencegahan Kekurangan Vitamin A
Bahan – bahan makanan banyak yang mudah rusak akibat proses
pemanasan, tetapi kebutuhan vitamin A dapat terpenuhi dari pola makan
sehari – hari yang memenuhi kriteria 4 sehat 5 sempurna. Kebutuhan
vitamin A dapat terpenuhi dari semangkuk sayur dan sebutir telur sehari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hellen Keller Internasional,
LSM yang khusus menangani masalah vitamin A, tercatat bahwa supan
vitamin A perempuan Indonesia ternyata sangat rendah hanya 1/3 dari
jumlah yang dianjurkan sebesar 500 RE (Retinol Ekivalen) setiap hari.
Padahal sumber vitamin A mudah ditemukan di negeri tropis seperti
Indonesia.
Hasil penelitian tahun 2001 diketahui bahwa sekitar 40-60%
konsumsi vitamin A dari makanan sehari – hari tidak mencukupi sehingga
harus dipenuhi dari luar. Salah satunya dengan pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas. Pada bayi diberikan kapsul
biru 2x setahun yaitu setiap bulan Februari dan Agustus dengan dosisi
100.000 IU. Pada balita (12 – 59 bulan) dan ibu nifas diberikan kapsul
merah dengan dosis 200.000 IU. Pemberian biasanya di lokasi pos vitamin
A,
Posyandu,
Bidan
Desa,
dan
Puskesmas
secara
gratis
(www.DepkesRI.com)
8. Manfaat Vitamin A Bagi Ibu Nifas
Kondisi pemenuhan vitamin A harus sangat diperhatika terlebih saat
seseorang tengah menyusui/masa nifas. Jika kondisi ibu tidak memenuhi
standar dan beresiko kekurangan vitamin A maka anaknya secara otomatis
akan beresiko kekurangan vitamin A pula. Ibu menyusui membutuhkan
vitamin A yang tinggi bagi produksi ASI. Perlu diketahui bahwa
konsentrasi dan jumlah vitamin A yang terkandung dalam ASI sangat
tergantung pada status gizi ibu. Jika makanan ibu tidak banyak
mengandung vitamin A maka ASI juga akan mengandung sedikit
konsentrasi vitamin A. karena itulah pemberian vitamin A pada ibu
menyusui/ibu nifas tidak hanya penting bagi ibu tetapi juga untuk
anaknya. Tercukupnya vitamin A dalam tubuh ibu akan meningkatkan
kualitas ASI.
Program pemberian vitamin A bagi ibu pada masa nifas sangat
penting karena vitamin A yang ada dalam tubuh ibu nifas akan menjadi
cadangan bagi anak yang baru dilahirkan hingga usia 6 bulan pertama
kehidupan yang merupakan masa rawan. Perlu diketahui, semua anak
meski dilahirkan dari ibu yang status gizinya baik dan tinggal di Negara
maju sekalipun, terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam
tubuhnya. Vitamin A itu hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup selama
2 minggu saja.
9. Kebijakan Pemerintah tentang Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Hasil Pertemuan Internasional Vitamin A Colsultative Groups
(IVACG) pada bulan Februari 2003 di Maroko. Merekomendasikan
pemberian 2 kapsul vitamin A 2 kali @ 200.000 SI. Program pemberian
vitamin A bagi ibu pada masa nifas sangat penting karena pemberian
vitamin A pada ibu menyusui/ibu nifas baik bagi kesehatan dan status gizi
ibu dan anak.
B. Kerangka Teori
Status Gizi
Dampak
Pertumbuhan
Penyebab
langsung
Asupan zat gizi
Konsumsi Vit A(KVA)
Penyakit
Infeksi (diare)
Pemberian ASI
Penyebab
Tidak
langsung
persediaan
pangan
Pola asuh
Sanitasi dan air
bersih/pelayan
an kesehatan
dasar
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan
Pokok masalah
di masyarakat
pemberdayaan wanita dan
keluarga, kurang pemanfaatan
sumber daya masyarakat
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Akar masalah nasional
Krisis ekonomi,
politik dan sosial
Sumber : UNICEF 1998 dalam Ali Khomsan, 2004 (Modifikasi).
A. Kerangka Konsep
Kejadian Diare pada
bayi
Pemberian Kapsul
Vitamin A pada Ibu
Nifas
Pertumbuhan pada
bayi
B. Hipotesis
1. Ada hubungan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas dengan
kejadian diare pada bayi usia 1 - 3 bulan
2. Ada hubungan pemberian kapsul vitamin A
Pertumbuhan bayi usia 1 - 3 bulan
pada ibu nifas dengan
Download