BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Definisi Hotel
Meninjau Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW –
301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 menjelaskan pengertian hotel
sebagai suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan
bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan
dan minum.
Hotel (ho.tel) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
sebgai bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk
menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, atau
bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap
orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.
II.1.2 Klasifikasi Hotel
Menurut SK: Kep-22/U/V1/78 oleh Dirjen Pariwisata klasifikasi hotel
dibagi berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
1. Harga Jual
 European Plan Hotel
 American Plan Hotel
 Continental Plan Hotel
 Bermuda Plan Hotel
2
Ukuran Hotel

Small Hotel
: Hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah
150 unit.

Medium Hotel
yang terdiri dari 150 sampai
7
:
Hotel
sedang
600. Hotel sedang dibagi menjadi dua
jenis, yakni Average dan Above hotel.

Large Hotel
: Hotel dengan jumlah kamar lebih dari 600
unit
3.
Tipe tamu hotel

Family Hotel
: Hotel untuk menginap bersama keluarga

Business Hotel
: Hotel untuk tamu para pengusaha

Tourist Hotel
: Hotel untuk wisatawan dalam dan luar
negeri

Transit Hotel
: Hotel untuk tamu yang singgah sementara

Cure Hotel
: Hotel untuk tamu yang menginap dalam
pengobatan berjalan
4.
Sistem Bintang

Hotel Melati bintang satu

Hotel Melati bintang dua

Hotel bintang tiga

Hotel bintang empat

Hotel bintang lima
5.
Lama tamu menginap

Transit Hotel
: Hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata
semalam

Semi Residential
: Hotel dengan lama tinggal tamu berkisar
dua minggu hingga satu bulan

Residetial
: Hotel dengan lama tinggal paling sedikit
satu bulan
6.
Lokasi

City Hotel
: Hotel yang terletak di dalam kota untuk
kegiatan bisnis

Urban Hotel
: Hotel yang terletak di dekat kota
8

Suburb Hotel
: Hotel yang terletak di pinggiran kota

Resort
: Hotel yang terletak di daerah wisata
7.
Aktifitas tamu hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan kegiatan tamu selagi menginap.

Sport Hotel
: Hotel yang berada pada kompleks
kegiatan olahraga

Ski Hotel
: Hotel yang menyediakan area ski

Conference Hotel
: Hotel yang menyediakan fasilitas lengkap
untuk konferensi

Convention Hotel
: Hotel dengan kegiatan konvensi

Pilgrim Hotel
: Hotel dengan fasilitas ibadah

Casino Hotel
: Hotel dengan fasilitas untuk berjudi
8.
Jumlah kamar dan persyaratannya

Hotel Bintang Satu memiliki standar jumlah kamar minimal 15
unit dengan kamar mandi di dalam.

Hotel Bintang Dua memiliki standar jumlah kamar minimal 20
unit dengan kamar suite minimal satu kamar dengan kamar mandi
di dalam.

Hotel Bintang Tiga memiliki standar jumlah kamar minimal 30
unit dengan kamar suite minimal dua kamar dengan kamar mandi
di dalam.
II.1.3 Organisasi Fungsional Hotel
Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain:
- Private Area
Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti
kamar pada hotel.
- Public Area
9
Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu
karyawan dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu
lainnya.
- Semi Public Area
Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama
karyawan administrasi ruang rapat, zaona di mana hanya orang-orang
tertentu yang dapat memasukinya.
- Service Area
Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam
pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain:
-
Front of The House (Sektor Depan Hotel)
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front
of the house yaitu:
a. Guest Room
Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap.
b. Public Space Area
Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan
tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi
pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam
hall ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili
olehnya.
 Lobby
Tempat untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah
administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan
kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:
o Entrance Hall
Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau
main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka
dengan besaran ruang yang cukup luas.
10
o Front Desk / Reception Desk
Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi
untuk memproses dan mengelola administrasi pengunjung.
o Guest Elevator
Sebagai sarana sirkulasi vertical untuk para tamu dari lobby atau
public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas.
o Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam public area yang berfungsi
sebagai
sarana
untuk
menghubungkan
fungsi-fungsi
di
dalamnya untuk kegunaan pengunjung.
o Seating Area
Menyediakan wadah bagi tamu untuk berisitirahat atau sekedar
berbincang-bincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya
kontak social di antara pengunjung.
o Retail Area
Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung seharihari.
o Bell Man
Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau
hendak
meninggalkan
hotel
dengan
pelayanan
berupa
membawakan koper-koper pengunjung.
o Support Function
Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si public
area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan
lain-lain.
o Consession Space
Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk
hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan
merupakan bagian dari public area, yang antara lain terdiri dari:
- Souvenir shop
11
- Toko-toko khusus
 Food and Beverages Outlets
Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan
minuman berupa:
o Restoran
o Coffee Shop
o Lounge
o Bar
 Ruang Serbaguna
Yaitu ruangan yang disediakn untuk berbagai macam penemuan
antara lain:
o Pameran
o Seminar
o Pertemuan / pernikahan
 Area Rekreasi
Daerah
yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk
berekreasi, berolahraga, santai dan lain-lain, yang antara lain:
o Retail Area
o Taman
o Sarana Olahraga
o Fitness
-
Back of The House (Sektor Belakang Hotel)
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu:
 Daerah dapur dan gudang (food and storages area)
Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman.
Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan
kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan.
 Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving,
trash and general storage area).
12
Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dank e
dalam mobil pengangkut.
 Daerah pegawai / staff hotel (employees area)
Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk
karyawan, gudang, dll.
 Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping)
Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan
berfungsi sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan
mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga
karyawan. Pada area housekeeping, terdapat ruang kepala dan
asisten departemen, gudang, tempat menjahit kain, sarung bantal,
gorden, dll, yang disiapkan untuk melayani tamu hotel.
 Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical dan Engineering
area)
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa
tangki dan pompa untuk menjaga system operasi mekanikal secara
keseluruhan.
Yang harus diperhatikan adalah bahwa ruang publik juga harus berhubungan
dengan ruang pelayanan dan mempunyai batas yang jelas, sehingga bagia
public tidak tergangggu dengan aktivitas servis. Untuk itulah, penzoningan
berdasarkan jenis area sangat penting (Diagram 2.1 dan 2.2).
13
Dengan melihat data berdasarkan literature maka kalasifikasi hotel yang
akan digunakan dalam Hotel Kapsul dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Harga Jual menggunakan European Plan hotel.
- Ukuran Hotel berukuran medium hotel.
- Tipe tamu hotel adalah transit hotel.
- Sistem Bintang menggunakan bintang 3.
- Lama tamu menginap termasuk golongan transit hotel.
- Dengan lokasi di Urban Hotel
- Aktifitas tamu hotel dengan klasifikasi hotel berdasarkan kegiatan tamu
selagi menginap adalah sport hotel.
- Jumlah kamar dan persyaratannya menggunakan hotel bintang 3.
I.1.4 Kriteria Fasilitas Hotel Bintang 3
Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut:

Umum
 Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar
tidur dan function room.

Bedroom
 Terdapat minimum 20 kamar standar dengan luas 22 m2/kamar.
 Terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m2/kamar.
 Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai.

Dining Room
Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka harus dilengkapi
dengan kamar mandi/wc sendiri.

Bar
14
 Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan
suhu 24o C.
 Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m.

Ruang Fungsional
 Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby
dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar.
 Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby.
 Terdapat pre function room.

Lobby
 Mempunyai luasan minimum 30 m2.
 Dilengkapi dengan lounge.
 Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan.
 Lebar koridor minimum 1,6 m.

Drug Store
 Minimum terdapat drug store, bank, money changer, biro
perjalanan, air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan
salon.
 Tersedia poliklinik.
 Tersedia paramedic.

Sarana Rekreasi dan Olah Raga
 Minimum 1 buah dengan pilihan tenis, bowling, golf, fitness,
sauna, billiard, jogging, diskotik atau taman bermain anak.
 Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam
renang anak.

Utilitas Penunjang
 Terdapat transportasi vertical mekanis.
 Ketersediaan air bersih minimum 500 liter/orang/hari.
 Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin.
 Dilengkapi dengan telepon local dan interlokal.
 Tersedia PABX.
15
 Dilengkapi sentral video/TV, radio, paging, carcall.
(Sumber: Universitas Sumatera Utara)
II.1.5 Definisi Hotel Kapsul
Penggabungan dari pengertian hotel dan kapsul dapat disimpulkan
bahwa Hotel Kapsul merupakan bangunan berkamar banyak yang disewakan
sebagai tempat yang berukuran kecil untuk menginap dan tempat makan
orang yang sedang dalam perjalanan, atau bentuk akomodasi yang dikelola
secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan,
penginapan, makan dan minum.
II.1.6 Fasilitas “Unit” Hotel Kapsul
Di Negara Jepang, Hotel Kapsul memiliki fasilitas pada tiap kapsulnya
yang dilengkapi dengan TV, colokan listrik, radio, koneksi internet dan
lampu baca. Untuk fasilitas kebersihannya, Hotel Kapsul menyediakan kamar
mandi umum dan loker untuk penempatan barang ketika menginap di tempat
tersebut. (Capsule Inn Akihabara Unit Facilities).
16
II.2 Tinjauan Khusus Topik
II.2.1 Desain Berkelanjutan
Menurut Buku James Steele tahun 1997, Desain Berkelanjutan dalam
arsitektur memiliki arti desain yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan
kemampuan
generasi
mendatang,
dalam
memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila
ditentukan oleh masyarakat terkait.
Sustainable Design (Desain Berkelanjutan) adalah konsep tentang
keterkaitan lingkungan, ekonomi, dan keadilan social yang merupakan
sebuah jalan ke depan untuk menunjukkan tanggung jawab dari generasi saat
ini untuk warisan genersai masa depan demi hidup yang lebih baik. Dapat
diartikan juga sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan saat ini dengan
generasi di masa depan aagar dapat terpenuhi pula kebutuhannya.
Desain
berkelanjutan
merupakan
konsekuensi
dari
komitmen
internasional tentang pembangunan berkelanjutan, karena arsitektur berkaitan
erat dan fokus perhatiannya kepada faktor manusia dengan menitikberatkan
pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan
binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan
ekonomi dan sosial. Hal yang paling berkaitan erat pada aspek lingkungan
binaan dengan pengembangan lingkungannya adalah arsitektur hijau.
Arsitektur ‘hijau’ ialah arsitektur yang memepertimbangkan konsep
pembangunan berkelanjutan (Saraswati 2011:4). Arsitektur hijau adalah salah
satu
rancangan
lingkungan
binaan,
kawasan,
dan
bangunan
yang
komprehensif. Perancangan dengan arsitektur hijau harus sesuai dengan
kriteria dalam penggunaan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak
negatif, serta dapat meningkatkan kualitas hidup manusia (Tri Harso
Karyono, 2010). Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan
17
Robert Vale, dalam buku Green Architecture Design for A Sustainable
Future:
a. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus
meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa
mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain
bangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita,
dan sumber energi yang ada.
c. Minimizing new resources
: mendisain dengan mengoptimalkan
kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut
tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /penggunaan
material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber
daya alam.
d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan tersebut /
Respect for site
: Bangunan yang akan
dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya,
sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya
masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
e. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam
merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna
bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
f. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara
keseluruhan / Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat
kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
Hubungan Desain Berkelanjutan dan HematEnergi
Desain berkelanjutan merupakan hal yang luas, keberlanjutan meliputi
ekonomi, sosial dan lingkungan. Secara arsitektur, arsitektur hijau yang
berkaitan erat dengan keberlanjutan lingkungan. Arsitektur hijau memliki
beberapa prinsip, dan salah satu prinsipnya menyebutkan tentang hemat
energy.
18
19
II.2.2 Hemat Energi
Arsitektur hemat energi (energy efficient architecture) adalah arsitektur
dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan
mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994). Juga dapat
diartikan
dengan
arsitektur
yang
berlandaskan
pada
pemikiran
“meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah
fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” (Hawkes
Dean, 2002) dengan mengoptimasikan sistim tata udara-tata cahaya, integrasi
antara sistim tata udara buatan-alamiah, sistim tata cahaya buatan-alamiah
serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen
hemat energi.
Penghematan Energi : Rancangan Hemat Energi
1. Meminimalkan Perolehan Panas Matahari
Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding trasnparan
yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan
menaikkan suhu dalam bangunan.
2. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif yang terkena
radiasi matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian rancangan
tertentu, misalnya:
a. Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada
rongganya.
b. Menempatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang,
dan sebagainya).
c. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada
bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang
tersebut.
3. Orientasi Bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat)
Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding, dan warna dinding
terhadap suhu udara di dalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan
20
Givoni. Di kawasan sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas
yang lebih tinggi dibanding sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan
dinding warna putih, terlihat bahwa suhu udara ruang berfluktuasi
terhadap suhu udara luar. Pada siang hari umumnya suhu udara di dalam
bangunan lebih rendah disbanding suhu luar, sementara malam hari suhu
udara di dalam bangunan lebih tinggi disbanding suhu luar.
Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin kecil, karena kondisi suhu
udara di dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan
terhadap suhu udara di dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang
rata-rata pada sisi dinding timur-barat lebih tinggi dibanding suhu ruang
pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang rata-rata timur-barat dengan
ruang sisi selatan mencapai hamper 1°C untuk dinding tipis (10cm) dan
lebih dari 1,5°C untuk dinding tebal (20cm).
4. Organisasi Ruang : Aktivitas/Ruang Utama Diletakkan di Tengah
Bangunan, Diapit oleh Ruang-Ruang Penunjang/Service di Sisi TimurBarat
Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang
dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas.
5. Memaksimalkan Pelepasan Panas Bangunan
Pelepasan panas bangunan ke udara di sekitarnya terjadi melalui proses
radiasi, konduksi, dan konveksi. Pelepasan panas bangunan melalui
proses radiasi umumnya terjadi pada malam hari ketika suhu udara sekitar
bangunan turun, maka terjadi perpindahan panas secara radiasi dari
bangunan ke udara di sekitarnya. Pelepasan panas melalui proses
konduksi terjadi dari bangunan ke tanah, dimana panas bangunan
mengalir melalui struktur, dinding, dan lantai ke tanah di bawahnya.
Sementara itu, pelepasan panas melalu konveksi terjadi setiap waktu,
dimana angin yang bersuhu lebih rendah dari suhu bangunan akan
bersinggungan dengan bagian-bagian bangunan seperti atap, dinding,
termasuk bagian dalam bangunan (melalui proses ventilasi). Udara yang
21
bergerak (angin) mengambil panas dari bagian-bagian bangunan yang
disentuhnya sehingga bagian bangunan teresebut menjadi lebih dingin.
Salah satu hal penting adalah membuat rancangan bangunan yang
memungkinkan perpindahan panas secara konveksi berlangsung optimal,
yakni
membuat
bukaan,
jendela,
jalusi,
dan
sebagainya
yang
memungkinkan ventilasi udara silang terjadi secara optimal di dalam
bangunan. Aliran udara sangat berpengaruh menciptakan ‘efek dingin’
pada tubuh manusia sehingga sangat membantu pencapaian kenyamanan
termis manusia.
6. Meninimalkan Radiasi Panas dari Plafon (untuk Lantai Teratas)
Untuk meminimalkan radiasi panas yang berasal dari plafon, perlu
diusahakan agar ‘ruang atap’, yakni ruang diantara penutup atap dan
langit-langit, diberi ventilasi semaksimal mungkin. Dalam membuat
bukaan perlu dicegah masuknya burung atau kelelawar ke dalam ‘ruang
atap’, untuk itu lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat (ayakan pasir).
Atap yang cukup tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langitlangit besar) membantu mengurangi pemanasan ruang-ruang yang berada
di bawahnya.
7. Hindari Radiasi Matahari Memasuki Bangunan atau Mengenai Bidang
Kaca
Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca, radiasi
yang dipancarkan matahari dalam bentuk gelombang pendek akan
memanaskan benda-benda di dalam bangunan tersebut seperti lantai,
meja, kursi, manusia, serta kaca itu sendiri. Akibat pemanasan tersebut,
benda-benda akan memancarkan kembali radiasinya, dalam bentuk
gelombang panjang, ke udara di sekelilingnya.
Karena bahan kaca umumnya tidak dapat meneruskan gelombang
panjang, panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya
tidak dapat keluar dari bangunan dan terperangkap di dalamnya. Hal ini
mengakibatkan kenaikan suhu ruang akibat radiasi. Peristiwa ini disebut
22
dengan the green house effect. Rumah kaca memanaskan ruang akibat
dari pemanasan benda-benda di dalam ruang. Pemanasan ini sering kali
dijawab dengan memasang mesin pendingin (AC), sehingga memerlukan
energi yang seharusnya tidak perlu. Selasar di tepi bangunan mencegah
masuknya radiasi matahari secara langsung ke bidang kaca, dapat
mencegah terjadinya efek rumah kaca.
8. Manfaatkan Radiasi Matahari Tidak Langsung untuk Menerangi Ruang
dalam Bangunan
Untuk menerangi ruang, usahakan mengambil cahaya langit, bukan
cahaya langsung matahari. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan
dari cahaya diffuse
matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek
pemanasan terhadap ruang yang diterangi.
Untuk daerah di wilayah selatan equator seperti Bandung dan Jakarta, sisi
selatan bangunan tidak akan mendapatkan cahaya langsung matahari
antara April hingga September. Sementara untuk sisi utara tidak akan
mendapatkan cahaya langsung antara Oktober hingga Maret. Sky light
plafon merupakan penerangan alami yang diciptakan dari plafon yang
diemnsinya dibuat optimal agar cahaya masuk secukupnya tanpa
memanaskan ruang.
9. Optimalkan Ventilasi Silang (untuk Bangunan Non-AC)
Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara
yang menerus (ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruangruang yang dirasa panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang
menguntungkan, namun ini merupakan pilihan, mana yang perlu
dikalahkan. Aliran udara penting untukmenciptakan efek dingin bagi
tubuh manusia. Ventilasi silang terjadi jika ada sedikit dua bukaan di sisi
yang berbeda di bangunan.
10. Warna dan Tekstur Dinding Luar Bangunan
23
Warna terang cenderung memantulkan panas, sementara itu warna gelap
menyerap lebih banyak panas. Tekstur kasar menyerap lebih banyak
panas dibanding tekstur halus.
11. Rancangan Ruang Luar
Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk menutup
permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material
keras yang terkena radiasi matahari langsung akan menaikkan suhu udara
di sekitar rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam rumah panas.
II.2.3 Pendekatan Perancangan Hemat Energi
Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada
penghematan listrik, baik bagi pendingin udara, penerangan buatan, maupun
peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat
memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang
nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per
kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang
dengan konsep hemat energi. Perancangan bangunan hemat energi dapat
dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif:
1. Perancangan Pasif
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui
pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan
energi
matahari menjadi
energi
listrik.
Rancangan pasif lebih
mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan
dengan sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar.
Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya
dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena
radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan
penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas
hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.
Lima hal yang perlu dikethui untuk desain perancangan pasif matahari
yang baik:
24
-
Seberapa kuat matahari di dalam tapak pada waktu yang berbeda
dalam satu tahun.
-
Keberadaan matahari yang muncul di waktu yang berbeda pada satu
tahun di dalam site.
-
Jumlah banyaknya panas matahari yang diperlukan bangunan atau
tidak pada waktu
yang berbeda dalam satu tahun untuk
memungkinkan penghuni bangunan merasa nyaman.
-
Jumlah banyaknya kapasitas penyimpanan gedung yang diharuskan
memiliki hubungan dengan perolehan tenaga surya yang tersedia di
lokasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
-
Persyaratan tambahan untuk mengendalikan keuntungan panas dari
konveksi matahari langsung, radiasi atau konduksi dalam desain dan
cara memenuhi kinerja selubung, bentuk bangunan dan ventilasi.
Salah satu contoh perancangan pasif adalah dengan penggunaan
elemen sun shading sebagai penghalang masuknya radiasi panas
matahari. Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat
dihindari, maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus
dihindari karena radiasi panas yang langsung masuk ke dalam bangunan
(melalui bukaan/kaca) akan memanaskan ruang dan menaikkan
suhu/temperatur udara dalam ruang. Di samping itu efek silau yang
muncul pada saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu.
Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai
pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading devices).
25
Efektifitas pelindung matahari dinilai dengan angka shading coefficient
(S.C) yang menunjukkan besar energi matahari yang ditransmisikan ke
dalam bangunan. Secara teori angka yang ditunjukkan berada pada angka
1,0 (seluruh energi matahari ditransmisikan, misalnya: penggunaan kaca
jendela tanpa pelindung) sampai 0 (tidak ada energi matahari yang
ditranmisikan). Egan menunjukkan angka shading coefficient berdasarkan
jenis pelindung sebagai berikut:
Tabel 2.1 Shading Coefficient untuk elemen arsitektur
2. Rancangan Aktif.
Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif
adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi
yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan
energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga
harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan
strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap
tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
Menurut Jimmy Priatman (2002), prinsip perancangan arsitektur hemat
energi dilihat dari parameter disain arsitektural adalah sebagai berikut:
1.
Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
2.
Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
3.
Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
4.
Sumber energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
5.
Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
6.
Konsumsi energi yang rendah
26
7.
Tingkat kenyamanan yang konsisten
8.
Pertimbangan terhadap ekologi tapak.
Salah satu contoh rancangan aktif adalah solar water heating. Solar Water
Heating merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan air panas.
Dapat digunakan dalam iklim apapun dan memiliki bahan bakar secara
gratis yaitu berasal dari sinar matahari. Ada dua jenis solar water heater,
yaitu jaktif dan pasif. Jenis aktif dapat menghasilkan sekitar 80 hingga
100 galon air panas perhari, sedangkan jenis pasif memiliki kapasitas
lebih rendah.
Sistem Sirkulasi
-
Sirkulasi Langsung
Putaran sirkulasi langsung domestic melalui panel-panel. Sirkulasi
langsung tidak digunakan di iklim dengan temparatur di bawah titik
beku.
-
Sirkulasi Tidak Langsung
Putaran sirkulasi tidak langsung glikol atau cairan lain melalui panel
surya dan menggunakan penukar panas untuk memanaskan air.
Dua jenis yang paling umum dari panel-panel pengumpul adalah FlatPlate dan Evacuated-Tube. Keduanya bekerja dengan cara yang sama
kecuali evacuated-tubes tidak melakukan secara konveksi kehilangan
panas, dimana secara baik dapat meningkatkan efisien (lebih efisien 5%25%). Dengan efisiensi tinggi seperti ini pengumpul cahaya evacuatedtube ini dapat mereduksi suhu pemanas ruangan yang lebih tinggi dan
bahkan dapat lebih tinggi untuk penyerapan system pendingin.
Gambar 2.2 Flat-Plate
27
Gambar 2.3 Evacuated-Tube
Hubungan Hemat Energi dan Kenyamanan Thermal
Hemat energy membahas tentang pengefisiensi energy berupa pemakaian
kinerja mekanisme, terutama AC. AC merupakan salah satu mekanisme
pemakaian energy terbesar pada bangunan, karena dengan menggunakan AC
bangunan dapat mencapai suhu kenyamanan thermal yang berfungsi besar
pada kenyamanan manusia untuk melakukan kegiatan di dalam bangunan.
Kenyamanan thermal memiliki standar suhu, untuk mencapai standar suhu
tersebut maka kinerja AC menjadi berat jika dikaitkan dengan suhu
lingkungan setempat. Hal ini yang membuat pemakaian energy menjadi
tidak efisien, sehingga bangunan tidak hemat energy. Melihat ini
membuktikan bahwa hemat energy cukup berkaitan dengan kenyamanan
thermal.
28
II.2.4 Kenyamanan Thermal
Meninjau buku karya Terry S boutet dengan judul Controling Air
Movement tahun 1987, menjelaskan bahwa definisi kenyaman thermal
bertolak dari pemahaman aspek psikologis, kenyamanan thermal bisa
diartikan sebgai kondisi dimana pikiran merasa puas dan nyaman terhadap
lingkungan
termal.
Secara
fisiologis,
kenyamanan
thermal
adalah
keseimbangan termal yang dicapai dari pertukaran panas antara tubuh
manusia dengan lingkungan termal pada tingkatan yang sesuai. Sebuah
kondisi
diman
ubuh
manusia
melakukan
aktivitas
mekanisme
termoregulatori secara minimal.
Menurut teori Humphreys dan nicol, Lipsmeier 1994) menunjukkan
beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam
Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis
dan subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti seperti pada table di bawah
ini:
Tabel 2.2 Suhu Standar Kenyamanan Thermal
Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk
daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas).
Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya
tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C
TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu
33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi
lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung
menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya
29
terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada
kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina , 1991).
Gambar 2.4 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan
Kecepatan Angin
Untuk mencapai suhu kenyamanan thermal, bangunan banyak
menggunakan mekanisme pengaturan suhu sehingga mengakibatkan
penggunaan energi diforsir berlebih, salah satu faktor yang mempengaruhi
kenaikan suhu pada bangunan adalah berupa penerimaan sinar matahari
langsung yang turut ikut membawa radiasi matahari langsung pada bidang
dalam bangunan.
II.2.5 Radiasi Matahari
Panas dikirim dari matahari hingga memasuki bumi melewati jarak
dimana konduksi dan konveksi tidak memungkinkan. Proses radiasi
bertanggung jawab atas pengiriman panas melewati jarak dan memberikan
banyak efek di dalam bumi.
Radiasi merupakan pengiriman energi panas oleh gelombang
elektromagnetik.
Radiasi panas terjadi ketika energi panas dari permukaan atom dalam
suatu material menghasilkan gelombang elektromagnetik dalam rentang
panjang gelombang inframerah. Gelombang ini milik tingkatan terbesar
radiasi elektromagnetik, termasuk cahaya dan gelombang radio.
30
Tingkat di mana tubuh memancarkan atau menyerap panas radiasi
tergantung pada sifat dan suhu permukaan itu. Permukaan kasar menyajikan
total luas lebih besar dan menyerap atau memancarkan panas lebih dari
permukaan yang dipoles. Permukaan yang terlihat gelap, karena mereka
menyerap sebagian besar cahaya, juga menyerap panas sebagian besar panas.
Peredam yang baik juga merupakan pemancar yang baik. Peredam yang
buruk juga merupakan pemancar yang buruk. Secara umum ditemukan
bahwa
Permukaan hitam kusam adalah penyerap dan penghasil emisi
panas radiasi terbaik.
Permukaan perak mengkilap adalah peredam dan penghasil emisi
panas radiasi terburuk.
Sifat permukaan ini radiasi bekerja untuk mendorong radiasi panas
seperti, misalnya, dalam kolektor energi surya menghitam. Atau untuk radiasi
panas mengecilkan panas seperti, misalnya, dengan menggunakan isolasi
aluminium foil.
Tingkat di mana tubuh memancarkan panas dengan peningkatan suhu
tubuh. setiap objek yang terus menerus memancarkan dan menyerap panas ke
dan dari lingkungan itu. Teori Prevost dari bursa menjelaskan bahwa
keseimbangan kedua proses menentukan keduanya, atau tidak suhu naik
objek, jatuh, atau tetap sama. Panjang gelombang radiasi yang dipancarkan
oleh tubuh juga bergantung pada suhu tubuh. tubuh bersuhu tinggi
memancarkan proporsi yang lebih besar dari panjang gelombang pendek,
yang memiliki penetrasi lebih baik dari panjang gelombang lebih lama.
Panjang gelombang pendek yang dipancarkan oleh tubuh panas juga menjadi
terlihat pada sekitar 500oC ketika pertama kali muncul sebagai merah kusam.
31
Gambar 2.5 Greenhouse Effect
Efek rumah kaca adalah hasil dari panjang gelombang berbeda
dipancarkan pada temperatur yang berbeda. radiasi yang dipancarkan oleh
matahari suhu tinggi adalah panjang gelombang pendek, yang dapat
menembus atmosfer dan melalui kaca, dan diserap oleh tanaman atau benda.
Benda kembali memancarkan panas tetapi, karena mereka berada pada suhu
yang lebih rendah, radiasi dari panjang gelombang lebih lama. panjang
gelombang yang panjang tidak bisa menembus kaca atau atmosfer dan panas
yang terperangkap.
32
II.3 Studi
II.3.1 Studi Literatur Fasilitas Sejenis
Nakagin Capsule
Matchbox
The Jane
Hotel
Hostel
Hotel
Foto
Fasilitas
Penginapan dengan
fasilitas tempat tidur,
km/wc, dapur dan
fasilitas penunjang
lain.
Penginapan dengan
fasilitas tempat tidur
dengan km/wc
terpisah (umum). Di
dukung dengan area
komunal seperti
dapur, ruang duduk,
loteng.
Massa
bangunan
Persegi Panjang
Persegi Panjang
Persegi Panjang
Struktur
Kapsul beton dengan
frame bangunan besi
dan baja
Konstruksi beton
Konstruksi Beton
pasang bata
Sirkulasi
Double Loaded
Double Loaded
Double Loaded
Jumlah lapis
13
3
8
Kapasitas
140
34
208
Jumlah unit
pada
140
32
208
33
Penginapan
dengan fasilitas
tempat tidur,
dengan km/wc
terpisah. Di
dukung dengan
fasilitas gereja,
concert hall, dan
arena bowling.
bangunan
Kelebihan
Dapat dipisahkan
kapsul satu dengan
kapsul lain.
Bangunan ini tahan
gempa dan dapat di
daur ulang.
Area komunal yang
luas didukung dengan
interior yang modern
dan harga yang relatif
murah.
Kekurangan
Karena interior dan
fasilitas yang sudah
build-in maka tidak
dapat di manfaatkan
kembali.
-Tempat tidur terlalu
kecil
-Karena bercampur,
privasi pada kamar
kurang.
Tabel 2.3 Perbandingan Studi Literatur Fasilitas Sejenis
Gambar 2.6 Denah Nakagin Capsule Hotel
34
-Area komunal
luas didukung
dengan fasilitas
yang memadai
-Lokasi strategis,
dekat main
attraction
Tipe kamar belum
semuanya sesuai
dengan tingkat
kenyamanan.
Gambar 2.7 Interior Unit Kapsul Nakagin Capsule Hotel
Gambar 2.8 3D Sirkulasi
Gambar 2.9 3D Unit Kapsul
Nakagin Capsule Hotel
Nakagin Capsule Hotel
35
Gambar 2.11 Ruang Tidur Matchbox Hostel
Gambar 2.10 Matchbox Lobby
Gambar 2.12 Toilets Matchbox Hostel
Gambar 2.13 Interior Unit The Jane Hotel
36
Gambar 2.14 Bathroom The Jane Hotel
Gambar 2.15 Lobby The Jane Hotel
Gambar 2.16 The Jane Hotel Facilities
37
Kesimpulan:

Fasilitas utama : Unit kamar/kapsul dengan beberapa jenis tipe
kamar, dengan keberadaan kamar mandi di dalam dan diluar,
pelengkap fasilitas di dalam unit yaitu televisi, radio, dan lampu baca.
Fasilitas hotel sendiri adalah lobby, frontdesk, laundry, dapur.

Fasilitas Penunjang
:
Restoran,
drugstore/minimarket,
ATM,
vending machine, tempat fitness, bar dan ruang komunal

Massa bangunan umumnya berbentuk persegi panjang.

Struktur yang digunakan konstruksi beton.
 Sirkulasi pada umumnya bangunan double loaded.
II.3.2 Studi Kasus Tema Sejenis
Francis Scott Key Hotel
Gambar 2.17 Francis Scoot Key Hotel di Frederick Maryland
Penggunaan awning pada Hotel ini adalah untuk memberikan keteduhan
untuk menjaga bangunan tetap dingin di musim panas. Awning yang ada
disimpan dalam kondisi yang baik untuk memperoleh manfaat dari kontribusi
hemat energy. Awning harus dipasang hati-hati untuk menghindari kerusakan
visual bangunan yang merusak karakter arsitektur.
38
Kesimpulan
Penggunaan awning pada bangunan hotel berpengaruh kepada kontribusi
hemat energi, yaitu sebagai elemen penghalau radiasi matahari masuk ke
dalam bangunan. Pada Bangunan Hotel Kapsul nanti juga akan diterapkan
pemakaian awning pada area yang terkena sinar matahari langsung.
II.3.3 Tinjauan Lokasi
Kasus Proyek
:
Fiktif
Pemilik Proyek
:
Pengusaha Hotel Kapsul
Lahan Tapak
Gambar 2.18 Lahan Tapak
Lokasi Tapak
:
Jl. Jatibaru Tanah Abang, Jakarta
:
6o Lintang Selatan 1060 Bujur Timur
Luas Lahan
:
5597 m2
KDB
:
60 %
Luas lantai dasar yang boleh dibangun
KLB
:
60 % x 5597 m2 = 3358.2 m2
:
3,5
Luas total bangunan yang boleh dibangun
39
Ketinggian Maksimum
:
3,5 x m2 5597= 19589.5 m2.
:
8
Letak Tapak
Lokasi
U
Sumber
: Google
Gambar
2.19
Letak Earth
Tapak
Tata Ruang Lahan
:
Peruntukan Lahan
:
Dengan tipe massa bangunan deret.
Kkt (Karya Kantor) atau Kpd (Karya
Perdagangan).
Batas Area Lahan
:
Utara
:
Jl. Jati Baru
Timur
:
Jl. K.H Mas Mansyur
Selatan
:
Butik Tekstil
40
Barat
:
U
Pemukiman warga
Gambar 2.20 Letak Tapak dan sekitarnya
Pencapaian ke Tapak
Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum atau
dengan berjalan kaki. Akses dalam tapak hanya bisa dari arah utara (Jl. Jati
Baru) dan dari timur (Jl. K.H Mas Mansyur). Jarak dari Stasiun Tanah
Abang ke dalam tapak adalah 300 m.
Potensi dan Kendala Tapak
Potensi Tapak
 Penghijauan cukup banyak dan baik
 Dapat diakses melalui jalan besar (strategis)
41
 Dekat dengan Stasiun Tanah Abang
 Dapat dicapai dengan berbagai macam kendaraan
 Dekat dengan real kota
Kendala Tapak
 Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar
 Padat karena dekat dengan pusat perbelanjaan.
Suhu di Tanah Abang
Gambar 2.21 Suhu di Tanah Abang
42
Download