BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Hotel Meninjau Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 menjelaskan pengertian hotel sebagai suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum. Hotel (ho.tel) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan sebgai bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, atau bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. II.1.2 Klasifikasi Hotel Menurut SK: Kep-22/U/V1/78 oleh Dirjen Pariwisata klasifikasi hotel dibagi berdasarkan beberapa faktor, yaitu: 1. Harga Jual European Plan Hotel American Plan Hotel Continental Plan Hotel Bermuda Plan Hotel 2 Ukuran Hotel Small Hotel : Hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150 unit. Medium Hotel yang terdiri dari 150 sampai 7 : Hotel sedang 600. Hotel sedang dibagi menjadi dua jenis, yakni Average dan Above hotel. Large Hotel : Hotel dengan jumlah kamar lebih dari 600 unit 3. Tipe tamu hotel Family Hotel : Hotel untuk menginap bersama keluarga Business Hotel : Hotel untuk tamu para pengusaha Tourist Hotel : Hotel untuk wisatawan dalam dan luar negeri Transit Hotel : Hotel untuk tamu yang singgah sementara Cure Hotel : Hotel untuk tamu yang menginap dalam pengobatan berjalan 4. Sistem Bintang Hotel Melati bintang satu Hotel Melati bintang dua Hotel bintang tiga Hotel bintang empat Hotel bintang lima 5. Lama tamu menginap Transit Hotel : Hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam Semi Residential : Hotel dengan lama tinggal tamu berkisar dua minggu hingga satu bulan Residetial : Hotel dengan lama tinggal paling sedikit satu bulan 6. Lokasi City Hotel : Hotel yang terletak di dalam kota untuk kegiatan bisnis Urban Hotel : Hotel yang terletak di dekat kota 8 Suburb Hotel : Hotel yang terletak di pinggiran kota Resort : Hotel yang terletak di daerah wisata 7. Aktifitas tamu hotel Klasifikasi hotel berdasarkan kegiatan tamu selagi menginap. Sport Hotel : Hotel yang berada pada kompleks kegiatan olahraga Ski Hotel : Hotel yang menyediakan area ski Conference Hotel : Hotel yang menyediakan fasilitas lengkap untuk konferensi Convention Hotel : Hotel dengan kegiatan konvensi Pilgrim Hotel : Hotel dengan fasilitas ibadah Casino Hotel : Hotel dengan fasilitas untuk berjudi 8. Jumlah kamar dan persyaratannya Hotel Bintang Satu memiliki standar jumlah kamar minimal 15 unit dengan kamar mandi di dalam. Hotel Bintang Dua memiliki standar jumlah kamar minimal 20 unit dengan kamar suite minimal satu kamar dengan kamar mandi di dalam. Hotel Bintang Tiga memiliki standar jumlah kamar minimal 30 unit dengan kamar suite minimal dua kamar dengan kamar mandi di dalam. II.1.3 Organisasi Fungsional Hotel Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain: - Private Area Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti kamar pada hotel. - Public Area 9 Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya. - Semi Public Area Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama karyawan administrasi ruang rapat, zaona di mana hanya orang-orang tertentu yang dapat memasukinya. - Service Area Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung. Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain: - Front of The House (Sektor Depan Hotel) Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of the house yaitu: a. Guest Room Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap. b. Public Space Area Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hall ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya. Lobby Tempat untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby: o Entrance Hall Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka dengan besaran ruang yang cukup luas. 10 o Front Desk / Reception Desk Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk memproses dan mengelola administrasi pengunjung. o Guest Elevator Sebagai sarana sirkulasi vertical untuk para tamu dari lobby atau public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas. o Sirkulasi Merupakan hal penting dalam public area yang berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan pengunjung. o Seating Area Menyediakan wadah bagi tamu untuk berisitirahat atau sekedar berbincang-bincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya kontak social di antara pengunjung. o Retail Area Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung seharihari. o Bell Man Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau hendak meninggalkan hotel dengan pelayanan berupa membawakan koper-koper pengunjung. o Support Function Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si public area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain. o Consession Space Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan bagian dari public area, yang antara lain terdiri dari: - Souvenir shop 11 - Toko-toko khusus Food and Beverages Outlets Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman berupa: o Restoran o Coffee Shop o Lounge o Bar Ruang Serbaguna Yaitu ruangan yang disediakn untuk berbagai macam penemuan antara lain: o Pameran o Seminar o Pertemuan / pernikahan Area Rekreasi Daerah yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi, berolahraga, santai dan lain-lain, yang antara lain: o Retail Area o Taman o Sarana Olahraga o Fitness - Back of The House (Sektor Belakang Hotel) Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu: Daerah dapur dan gudang (food and storages area) Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman. Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan. Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash and general storage area). 12 Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dank e dalam mobil pengangkut. Daerah pegawai / staff hotel (employees area) Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk karyawan, gudang, dll. Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area housekeeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang, tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll, yang disiapkan untuk melayani tamu hotel. Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical dan Engineering area) Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tangki dan pompa untuk menjaga system operasi mekanikal secara keseluruhan. Yang harus diperhatikan adalah bahwa ruang publik juga harus berhubungan dengan ruang pelayanan dan mempunyai batas yang jelas, sehingga bagia public tidak tergangggu dengan aktivitas servis. Untuk itulah, penzoningan berdasarkan jenis area sangat penting (Diagram 2.1 dan 2.2). 13 Dengan melihat data berdasarkan literature maka kalasifikasi hotel yang akan digunakan dalam Hotel Kapsul dapat disimpulkan sebagai berikut: - Harga Jual menggunakan European Plan hotel. - Ukuran Hotel berukuran medium hotel. - Tipe tamu hotel adalah transit hotel. - Sistem Bintang menggunakan bintang 3. - Lama tamu menginap termasuk golongan transit hotel. - Dengan lokasi di Urban Hotel - Aktifitas tamu hotel dengan klasifikasi hotel berdasarkan kegiatan tamu selagi menginap adalah sport hotel. - Jumlah kamar dan persyaratannya menggunakan hotel bintang 3. I.1.4 Kriteria Fasilitas Hotel Bintang 3 Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut: Umum Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur dan function room. Bedroom Terdapat minimum 20 kamar standar dengan luas 22 m2/kamar. Terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m2/kamar. Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai. Dining Room Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka harus dilengkapi dengan kamar mandi/wc sendiri. Bar 14 Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan suhu 24o C. Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m. Ruang Fungsional Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar. Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby. Terdapat pre function room. Lobby Mempunyai luasan minimum 30 m2. Dilengkapi dengan lounge. Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan. Lebar koridor minimum 1,6 m. Drug Store Minimum terdapat drug store, bank, money changer, biro perjalanan, air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon. Tersedia poliklinik. Tersedia paramedic. Sarana Rekreasi dan Olah Raga Minimum 1 buah dengan pilihan tenis, bowling, golf, fitness, sauna, billiard, jogging, diskotik atau taman bermain anak. Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak. Utilitas Penunjang Terdapat transportasi vertical mekanis. Ketersediaan air bersih minimum 500 liter/orang/hari. Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin. Dilengkapi dengan telepon local dan interlokal. Tersedia PABX. 15 Dilengkapi sentral video/TV, radio, paging, carcall. (Sumber: Universitas Sumatera Utara) II.1.5 Definisi Hotel Kapsul Penggabungan dari pengertian hotel dan kapsul dapat disimpulkan bahwa Hotel Kapsul merupakan bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat yang berukuran kecil untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, atau bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. II.1.6 Fasilitas “Unit” Hotel Kapsul Di Negara Jepang, Hotel Kapsul memiliki fasilitas pada tiap kapsulnya yang dilengkapi dengan TV, colokan listrik, radio, koneksi internet dan lampu baca. Untuk fasilitas kebersihannya, Hotel Kapsul menyediakan kamar mandi umum dan loker untuk penempatan barang ketika menginap di tempat tersebut. (Capsule Inn Akihabara Unit Facilities). 16 II.2 Tinjauan Khusus Topik II.2.1 Desain Berkelanjutan Menurut Buku James Steele tahun 1997, Desain Berkelanjutan dalam arsitektur memiliki arti desain yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait. Sustainable Design (Desain Berkelanjutan) adalah konsep tentang keterkaitan lingkungan, ekonomi, dan keadilan social yang merupakan sebuah jalan ke depan untuk menunjukkan tanggung jawab dari generasi saat ini untuk warisan genersai masa depan demi hidup yang lebih baik. Dapat diartikan juga sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan saat ini dengan generasi di masa depan aagar dapat terpenuhi pula kebutuhannya. Desain berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen internasional tentang pembangunan berkelanjutan, karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial. Hal yang paling berkaitan erat pada aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya adalah arsitektur hijau. Arsitektur ‘hijau’ ialah arsitektur yang memepertimbangkan konsep pembangunan berkelanjutan (Saraswati 2011:4). Arsitektur hijau adalah salah satu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Perancangan dengan arsitektur hijau harus sesuai dengan kriteria dalam penggunaan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negatif, serta dapat meningkatkan kualitas hidup manusia (Tri Harso Karyono, 2010). Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan 17 Robert Vale, dalam buku Green Architecture Design for A Sustainable Future: a. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ). b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada. c. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ). e. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. f. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita. Hubungan Desain Berkelanjutan dan HematEnergi Desain berkelanjutan merupakan hal yang luas, keberlanjutan meliputi ekonomi, sosial dan lingkungan. Secara arsitektur, arsitektur hijau yang berkaitan erat dengan keberlanjutan lingkungan. Arsitektur hijau memliki beberapa prinsip, dan salah satu prinsipnya menyebutkan tentang hemat energy. 18 19 II.2.2 Hemat Energi Arsitektur hemat energi (energy efficient architecture) adalah arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994). Juga dapat diartikan dengan arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” (Hawkes Dean, 2002) dengan mengoptimasikan sistim tata udara-tata cahaya, integrasi antara sistim tata udara buatan-alamiah, sistim tata cahaya buatan-alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. Penghematan Energi : Rancangan Hemat Energi 1. Meminimalkan Perolehan Panas Matahari Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding trasnparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan menaikkan suhu dalam bangunan. 2. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif yang terkena radiasi matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian rancangan tertentu, misalnya: a. Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya. b. Menempatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dan sebagainya). c. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. 3. Orientasi Bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat) Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding, dan warna dinding terhadap suhu udara di dalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan 20 Givoni. Di kawasan sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas yang lebih tinggi dibanding sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan dinding warna putih, terlihat bahwa suhu udara ruang berfluktuasi terhadap suhu udara luar. Pada siang hari umumnya suhu udara di dalam bangunan lebih rendah disbanding suhu luar, sementara malam hari suhu udara di dalam bangunan lebih tinggi disbanding suhu luar. Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin kecil, karena kondisi suhu udara di dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan terhadap suhu udara di dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang rata-rata pada sisi dinding timur-barat lebih tinggi dibanding suhu ruang pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang rata-rata timur-barat dengan ruang sisi selatan mencapai hamper 1°C untuk dinding tipis (10cm) dan lebih dari 1,5°C untuk dinding tebal (20cm). 4. Organisasi Ruang : Aktivitas/Ruang Utama Diletakkan di Tengah Bangunan, Diapit oleh Ruang-Ruang Penunjang/Service di Sisi TimurBarat Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas. 5. Memaksimalkan Pelepasan Panas Bangunan Pelepasan panas bangunan ke udara di sekitarnya terjadi melalui proses radiasi, konduksi, dan konveksi. Pelepasan panas bangunan melalui proses radiasi umumnya terjadi pada malam hari ketika suhu udara sekitar bangunan turun, maka terjadi perpindahan panas secara radiasi dari bangunan ke udara di sekitarnya. Pelepasan panas melalui proses konduksi terjadi dari bangunan ke tanah, dimana panas bangunan mengalir melalui struktur, dinding, dan lantai ke tanah di bawahnya. Sementara itu, pelepasan panas melalu konveksi terjadi setiap waktu, dimana angin yang bersuhu lebih rendah dari suhu bangunan akan bersinggungan dengan bagian-bagian bangunan seperti atap, dinding, termasuk bagian dalam bangunan (melalui proses ventilasi). Udara yang 21 bergerak (angin) mengambil panas dari bagian-bagian bangunan yang disentuhnya sehingga bagian bangunan teresebut menjadi lebih dingin. Salah satu hal penting adalah membuat rancangan bangunan yang memungkinkan perpindahan panas secara konveksi berlangsung optimal, yakni membuat bukaan, jendela, jalusi, dan sebagainya yang memungkinkan ventilasi udara silang terjadi secara optimal di dalam bangunan. Aliran udara sangat berpengaruh menciptakan ‘efek dingin’ pada tubuh manusia sehingga sangat membantu pencapaian kenyamanan termis manusia. 6. Meninimalkan Radiasi Panas dari Plafon (untuk Lantai Teratas) Untuk meminimalkan radiasi panas yang berasal dari plafon, perlu diusahakan agar ‘ruang atap’, yakni ruang diantara penutup atap dan langit-langit, diberi ventilasi semaksimal mungkin. Dalam membuat bukaan perlu dicegah masuknya burung atau kelelawar ke dalam ‘ruang atap’, untuk itu lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat (ayakan pasir). Atap yang cukup tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langitlangit besar) membantu mengurangi pemanasan ruang-ruang yang berada di bawahnya. 7. Hindari Radiasi Matahari Memasuki Bangunan atau Mengenai Bidang Kaca Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca, radiasi yang dipancarkan matahari dalam bentuk gelombang pendek akan memanaskan benda-benda di dalam bangunan tersebut seperti lantai, meja, kursi, manusia, serta kaca itu sendiri. Akibat pemanasan tersebut, benda-benda akan memancarkan kembali radiasinya, dalam bentuk gelombang panjang, ke udara di sekelilingnya. Karena bahan kaca umumnya tidak dapat meneruskan gelombang panjang, panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya tidak dapat keluar dari bangunan dan terperangkap di dalamnya. Hal ini mengakibatkan kenaikan suhu ruang akibat radiasi. Peristiwa ini disebut 22 dengan the green house effect. Rumah kaca memanaskan ruang akibat dari pemanasan benda-benda di dalam ruang. Pemanasan ini sering kali dijawab dengan memasang mesin pendingin (AC), sehingga memerlukan energi yang seharusnya tidak perlu. Selasar di tepi bangunan mencegah masuknya radiasi matahari secara langsung ke bidang kaca, dapat mencegah terjadinya efek rumah kaca. 8. Manfaatkan Radiasi Matahari Tidak Langsung untuk Menerangi Ruang dalam Bangunan Untuk menerangi ruang, usahakan mengambil cahaya langit, bukan cahaya langsung matahari. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan dari cahaya diffuse matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek pemanasan terhadap ruang yang diterangi. Untuk daerah di wilayah selatan equator seperti Bandung dan Jakarta, sisi selatan bangunan tidak akan mendapatkan cahaya langsung matahari antara April hingga September. Sementara untuk sisi utara tidak akan mendapatkan cahaya langsung antara Oktober hingga Maret. Sky light plafon merupakan penerangan alami yang diciptakan dari plafon yang diemnsinya dibuat optimal agar cahaya masuk secukupnya tanpa memanaskan ruang. 9. Optimalkan Ventilasi Silang (untuk Bangunan Non-AC) Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara yang menerus (ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruangruang yang dirasa panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun ini merupakan pilihan, mana yang perlu dikalahkan. Aliran udara penting untukmenciptakan efek dingin bagi tubuh manusia. Ventilasi silang terjadi jika ada sedikit dua bukaan di sisi yang berbeda di bangunan. 10. Warna dan Tekstur Dinding Luar Bangunan 23 Warna terang cenderung memantulkan panas, sementara itu warna gelap menyerap lebih banyak panas. Tekstur kasar menyerap lebih banyak panas dibanding tekstur halus. 11. Rancangan Ruang Luar Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk menutup permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material keras yang terkena radiasi matahari langsung akan menaikkan suhu udara di sekitar rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam rumah panas. II.2.3 Pendekatan Perancangan Hemat Energi Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan listrik, baik bagi pendingin udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif: 1. Perancangan Pasif Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya. Lima hal yang perlu dikethui untuk desain perancangan pasif matahari yang baik: 24 - Seberapa kuat matahari di dalam tapak pada waktu yang berbeda dalam satu tahun. - Keberadaan matahari yang muncul di waktu yang berbeda pada satu tahun di dalam site. - Jumlah banyaknya panas matahari yang diperlukan bangunan atau tidak pada waktu yang berbeda dalam satu tahun untuk memungkinkan penghuni bangunan merasa nyaman. - Jumlah banyaknya kapasitas penyimpanan gedung yang diharuskan memiliki hubungan dengan perolehan tenaga surya yang tersedia di lokasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. - Persyaratan tambahan untuk mengendalikan keuntungan panas dari konveksi matahari langsung, radiasi atau konduksi dalam desain dan cara memenuhi kinerja selubung, bentuk bangunan dan ventilasi. Salah satu contoh perancangan pasif adalah dengan penggunaan elemen sun shading sebagai penghalang masuknya radiasi panas matahari. Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari, maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus dihindari karena radiasi panas yang langsung masuk ke dalam bangunan (melalui bukaan/kaca) akan memanaskan ruang dan menaikkan suhu/temperatur udara dalam ruang. Di samping itu efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu. Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading devices). 25 Efektifitas pelindung matahari dinilai dengan angka shading coefficient (S.C) yang menunjukkan besar energi matahari yang ditransmisikan ke dalam bangunan. Secara teori angka yang ditunjukkan berada pada angka 1,0 (seluruh energi matahari ditransmisikan, misalnya: penggunaan kaca jendela tanpa pelindung) sampai 0 (tidak ada energi matahari yang ditranmisikan). Egan menunjukkan angka shading coefficient berdasarkan jenis pelindung sebagai berikut: Tabel 2.1 Shading Coefficient untuk elemen arsitektur 2. Rancangan Aktif. Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai. Menurut Jimmy Priatman (2002), prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain arsitektural adalah sebagai berikut: 1. Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim 2. Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial 3. Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim 4. Sumber energy berasal dari pembangkit yang terbarukan 5. Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi 6. Konsumsi energi yang rendah 26 7. Tingkat kenyamanan yang konsisten 8. Pertimbangan terhadap ekologi tapak. Salah satu contoh rancangan aktif adalah solar water heating. Solar Water Heating merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan air panas. Dapat digunakan dalam iklim apapun dan memiliki bahan bakar secara gratis yaitu berasal dari sinar matahari. Ada dua jenis solar water heater, yaitu jaktif dan pasif. Jenis aktif dapat menghasilkan sekitar 80 hingga 100 galon air panas perhari, sedangkan jenis pasif memiliki kapasitas lebih rendah. Sistem Sirkulasi - Sirkulasi Langsung Putaran sirkulasi langsung domestic melalui panel-panel. Sirkulasi langsung tidak digunakan di iklim dengan temparatur di bawah titik beku. - Sirkulasi Tidak Langsung Putaran sirkulasi tidak langsung glikol atau cairan lain melalui panel surya dan menggunakan penukar panas untuk memanaskan air. Dua jenis yang paling umum dari panel-panel pengumpul adalah FlatPlate dan Evacuated-Tube. Keduanya bekerja dengan cara yang sama kecuali evacuated-tubes tidak melakukan secara konveksi kehilangan panas, dimana secara baik dapat meningkatkan efisien (lebih efisien 5%25%). Dengan efisiensi tinggi seperti ini pengumpul cahaya evacuatedtube ini dapat mereduksi suhu pemanas ruangan yang lebih tinggi dan bahkan dapat lebih tinggi untuk penyerapan system pendingin. Gambar 2.2 Flat-Plate 27 Gambar 2.3 Evacuated-Tube Hubungan Hemat Energi dan Kenyamanan Thermal Hemat energy membahas tentang pengefisiensi energy berupa pemakaian kinerja mekanisme, terutama AC. AC merupakan salah satu mekanisme pemakaian energy terbesar pada bangunan, karena dengan menggunakan AC bangunan dapat mencapai suhu kenyamanan thermal yang berfungsi besar pada kenyamanan manusia untuk melakukan kegiatan di dalam bangunan. Kenyamanan thermal memiliki standar suhu, untuk mencapai standar suhu tersebut maka kinerja AC menjadi berat jika dikaitkan dengan suhu lingkungan setempat. Hal ini yang membuat pemakaian energy menjadi tidak efisien, sehingga bangunan tidak hemat energy. Melihat ini membuktikan bahwa hemat energy cukup berkaitan dengan kenyamanan thermal. 28 II.2.4 Kenyamanan Thermal Meninjau buku karya Terry S boutet dengan judul Controling Air Movement tahun 1987, menjelaskan bahwa definisi kenyaman thermal bertolak dari pemahaman aspek psikologis, kenyamanan thermal bisa diartikan sebgai kondisi dimana pikiran merasa puas dan nyaman terhadap lingkungan termal. Secara fisiologis, kenyamanan thermal adalah keseimbangan termal yang dicapai dari pertukaran panas antara tubuh manusia dengan lingkungan termal pada tingkatan yang sesuai. Sebuah kondisi diman ubuh manusia melakukan aktivitas mekanisme termoregulatori secara minimal. Menurut teori Humphreys dan nicol, Lipsmeier 1994) menunjukkan beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti seperti pada table di bawah ini: Tabel 2.2 Suhu Standar Kenyamanan Thermal Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya 29 terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina , 1991). Gambar 2.4 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan Kecepatan Angin Untuk mencapai suhu kenyamanan thermal, bangunan banyak menggunakan mekanisme pengaturan suhu sehingga mengakibatkan penggunaan energi diforsir berlebih, salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu pada bangunan adalah berupa penerimaan sinar matahari langsung yang turut ikut membawa radiasi matahari langsung pada bidang dalam bangunan. II.2.5 Radiasi Matahari Panas dikirim dari matahari hingga memasuki bumi melewati jarak dimana konduksi dan konveksi tidak memungkinkan. Proses radiasi bertanggung jawab atas pengiriman panas melewati jarak dan memberikan banyak efek di dalam bumi. Radiasi merupakan pengiriman energi panas oleh gelombang elektromagnetik. Radiasi panas terjadi ketika energi panas dari permukaan atom dalam suatu material menghasilkan gelombang elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang inframerah. Gelombang ini milik tingkatan terbesar radiasi elektromagnetik, termasuk cahaya dan gelombang radio. 30 Tingkat di mana tubuh memancarkan atau menyerap panas radiasi tergantung pada sifat dan suhu permukaan itu. Permukaan kasar menyajikan total luas lebih besar dan menyerap atau memancarkan panas lebih dari permukaan yang dipoles. Permukaan yang terlihat gelap, karena mereka menyerap sebagian besar cahaya, juga menyerap panas sebagian besar panas. Peredam yang baik juga merupakan pemancar yang baik. Peredam yang buruk juga merupakan pemancar yang buruk. Secara umum ditemukan bahwa Permukaan hitam kusam adalah penyerap dan penghasil emisi panas radiasi terbaik. Permukaan perak mengkilap adalah peredam dan penghasil emisi panas radiasi terburuk. Sifat permukaan ini radiasi bekerja untuk mendorong radiasi panas seperti, misalnya, dalam kolektor energi surya menghitam. Atau untuk radiasi panas mengecilkan panas seperti, misalnya, dengan menggunakan isolasi aluminium foil. Tingkat di mana tubuh memancarkan panas dengan peningkatan suhu tubuh. setiap objek yang terus menerus memancarkan dan menyerap panas ke dan dari lingkungan itu. Teori Prevost dari bursa menjelaskan bahwa keseimbangan kedua proses menentukan keduanya, atau tidak suhu naik objek, jatuh, atau tetap sama. Panjang gelombang radiasi yang dipancarkan oleh tubuh juga bergantung pada suhu tubuh. tubuh bersuhu tinggi memancarkan proporsi yang lebih besar dari panjang gelombang pendek, yang memiliki penetrasi lebih baik dari panjang gelombang lebih lama. Panjang gelombang pendek yang dipancarkan oleh tubuh panas juga menjadi terlihat pada sekitar 500oC ketika pertama kali muncul sebagai merah kusam. 31 Gambar 2.5 Greenhouse Effect Efek rumah kaca adalah hasil dari panjang gelombang berbeda dipancarkan pada temperatur yang berbeda. radiasi yang dipancarkan oleh matahari suhu tinggi adalah panjang gelombang pendek, yang dapat menembus atmosfer dan melalui kaca, dan diserap oleh tanaman atau benda. Benda kembali memancarkan panas tetapi, karena mereka berada pada suhu yang lebih rendah, radiasi dari panjang gelombang lebih lama. panjang gelombang yang panjang tidak bisa menembus kaca atau atmosfer dan panas yang terperangkap. 32 II.3 Studi II.3.1 Studi Literatur Fasilitas Sejenis Nakagin Capsule Matchbox The Jane Hotel Hostel Hotel Foto Fasilitas Penginapan dengan fasilitas tempat tidur, km/wc, dapur dan fasilitas penunjang lain. Penginapan dengan fasilitas tempat tidur dengan km/wc terpisah (umum). Di dukung dengan area komunal seperti dapur, ruang duduk, loteng. Massa bangunan Persegi Panjang Persegi Panjang Persegi Panjang Struktur Kapsul beton dengan frame bangunan besi dan baja Konstruksi beton Konstruksi Beton pasang bata Sirkulasi Double Loaded Double Loaded Double Loaded Jumlah lapis 13 3 8 Kapasitas 140 34 208 Jumlah unit pada 140 32 208 33 Penginapan dengan fasilitas tempat tidur, dengan km/wc terpisah. Di dukung dengan fasilitas gereja, concert hall, dan arena bowling. bangunan Kelebihan Dapat dipisahkan kapsul satu dengan kapsul lain. Bangunan ini tahan gempa dan dapat di daur ulang. Area komunal yang luas didukung dengan interior yang modern dan harga yang relatif murah. Kekurangan Karena interior dan fasilitas yang sudah build-in maka tidak dapat di manfaatkan kembali. -Tempat tidur terlalu kecil -Karena bercampur, privasi pada kamar kurang. Tabel 2.3 Perbandingan Studi Literatur Fasilitas Sejenis Gambar 2.6 Denah Nakagin Capsule Hotel 34 -Area komunal luas didukung dengan fasilitas yang memadai -Lokasi strategis, dekat main attraction Tipe kamar belum semuanya sesuai dengan tingkat kenyamanan. Gambar 2.7 Interior Unit Kapsul Nakagin Capsule Hotel Gambar 2.8 3D Sirkulasi Gambar 2.9 3D Unit Kapsul Nakagin Capsule Hotel Nakagin Capsule Hotel 35 Gambar 2.11 Ruang Tidur Matchbox Hostel Gambar 2.10 Matchbox Lobby Gambar 2.12 Toilets Matchbox Hostel Gambar 2.13 Interior Unit The Jane Hotel 36 Gambar 2.14 Bathroom The Jane Hotel Gambar 2.15 Lobby The Jane Hotel Gambar 2.16 The Jane Hotel Facilities 37 Kesimpulan: Fasilitas utama : Unit kamar/kapsul dengan beberapa jenis tipe kamar, dengan keberadaan kamar mandi di dalam dan diluar, pelengkap fasilitas di dalam unit yaitu televisi, radio, dan lampu baca. Fasilitas hotel sendiri adalah lobby, frontdesk, laundry, dapur. Fasilitas Penunjang : Restoran, drugstore/minimarket, ATM, vending machine, tempat fitness, bar dan ruang komunal Massa bangunan umumnya berbentuk persegi panjang. Struktur yang digunakan konstruksi beton. Sirkulasi pada umumnya bangunan double loaded. II.3.2 Studi Kasus Tema Sejenis Francis Scott Key Hotel Gambar 2.17 Francis Scoot Key Hotel di Frederick Maryland Penggunaan awning pada Hotel ini adalah untuk memberikan keteduhan untuk menjaga bangunan tetap dingin di musim panas. Awning yang ada disimpan dalam kondisi yang baik untuk memperoleh manfaat dari kontribusi hemat energy. Awning harus dipasang hati-hati untuk menghindari kerusakan visual bangunan yang merusak karakter arsitektur. 38 Kesimpulan Penggunaan awning pada bangunan hotel berpengaruh kepada kontribusi hemat energi, yaitu sebagai elemen penghalau radiasi matahari masuk ke dalam bangunan. Pada Bangunan Hotel Kapsul nanti juga akan diterapkan pemakaian awning pada area yang terkena sinar matahari langsung. II.3.3 Tinjauan Lokasi Kasus Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pengusaha Hotel Kapsul Lahan Tapak Gambar 2.18 Lahan Tapak Lokasi Tapak : Jl. Jatibaru Tanah Abang, Jakarta : 6o Lintang Selatan 1060 Bujur Timur Luas Lahan : 5597 m2 KDB : 60 % Luas lantai dasar yang boleh dibangun KLB : 60 % x 5597 m2 = 3358.2 m2 : 3,5 Luas total bangunan yang boleh dibangun 39 Ketinggian Maksimum : 3,5 x m2 5597= 19589.5 m2. : 8 Letak Tapak Lokasi U Sumber : Google Gambar 2.19 Letak Earth Tapak Tata Ruang Lahan : Peruntukan Lahan : Dengan tipe massa bangunan deret. Kkt (Karya Kantor) atau Kpd (Karya Perdagangan). Batas Area Lahan : Utara : Jl. Jati Baru Timur : Jl. K.H Mas Mansyur Selatan : Butik Tekstil 40 Barat : U Pemukiman warga Gambar 2.20 Letak Tapak dan sekitarnya Pencapaian ke Tapak Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum atau dengan berjalan kaki. Akses dalam tapak hanya bisa dari arah utara (Jl. Jati Baru) dan dari timur (Jl. K.H Mas Mansyur). Jarak dari Stasiun Tanah Abang ke dalam tapak adalah 300 m. Potensi dan Kendala Tapak Potensi Tapak Penghijauan cukup banyak dan baik Dapat diakses melalui jalan besar (strategis) 41 Dekat dengan Stasiun Tanah Abang Dapat dicapai dengan berbagai macam kendaraan Dekat dengan real kota Kendala Tapak Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar Padat karena dekat dengan pusat perbelanjaan. Suhu di Tanah Abang Gambar 2.21 Suhu di Tanah Abang 42