LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI PADA Tn. W DENGAN POST OP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA DI RUANG MELATI RSUD AMBARAWA Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmiah, April 2014 Muslim Ardianto*, Joyo Minardo**, Tri Susilo*** Pengelolaan Nyeri pada Tn W dengan Pos op Benigna Prostat Hiperplasia di ruang Melati RSUD Ambarawa xi + 59 halaman + 4 tabel + 4 lampiran ABSTRAK Benigna Prostat hiperplasia atau BPH adalah pembesaran kelenjar dan jaringan saluran kelenjar prostad yang berhubungan dengan perubahan endrokrin berkenaan dengan proses penuaan. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengolaan pencegahan nyeri pada Tn W dengan Pos op Benigna Prostat Hiperplasia di ruang Melati RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan pencegahan nyeri. Pengelolan nyeri dilakukan selama 3 hari pada Tn W. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik , observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolan didapatkan luka tidak mengalami tanda -tanda infeksi maupun inflamasi, dan tidak meyebabkan masalah komplikasi lain akibat adanya luka pada pasien. Saran bagi perawat dirumah sakit agar menerapkan prinsip sterilitas alat, pasien dan lingkungan untuk menunjang pencegahan infeksi pada luka pasien. kata kunci kepustakaan : Pengelolaan nyeri : 43 (2004-2014) * Mahasiswa Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran **Pembimbing I Dosen Keperawatan Akper Ngudi Waluyo Ungaran ***Pembimbing II Dosen Keperawatan Akper Ngudi Waluyo Ungaran PENDAHULUAN Pembesaran prostat benigna keseinbangan hormone banyak faktor sering diketahui pada pria yang nampak yang usia lanjut. Istilah banigna prostat poliperasi atau pertumbuhan jinak kenjar hiperplasia merupakan prostat, tetapi Pada dasarnya beningna terdapat prostat hiperplasia tumbuh pada pria hiperplasia sel-sel stoma dan sel-sel yang menginjak usia tua dan mempunyai epitel kelenjar prostat. Baningna prostat testis yang masih berpungsi normal hiperplasia ini dapat dialami oleh sekitar mengahsilkan testosterone. Disamping 70% pria diatas 60 tahun. Angka ini itu pengaruh hormon lain (estrogen, akan meningkatkan hingga 90% pada folaktin), diit tertentu, mikrotauma, dan pria berusia diatas 80 tahun. Pembesaran faktor–faktor prostat dianggap sebagai bagian dari berperan dalam popilersi sel-sel kelenjar proses pertambahan usia, seperti halnya prostat secara tidak langsung. Faktor- rambut yang memutih. Sekoring dengan faktor tersebut mampu mempengarui sel- bertambahnya usia, kelenjar prostat akan sel prostat untuk mensintesis protein terus sebagian, growth factor, yang selanjutnya protein signifikan inilah yang berperan dalam memacu kencing terjadinya polipirasi sel-sel kelenjar istilah sebenarnya ispatologis, membesar pembesaran sehingga ini yaitu pada cukup menekan saluran di gunakan berberan dalam lingkungan, (uretra) yang diselubungimya. Akibatnya prostat. diameter saluran kencing akan mengecil, meningkatkan sintesis protein gowth atau akan tersumbat sama sekali. Hal faktor dikenal sebagai faktor intrinsik inilah yang menjadi penyebab timbulnya sedanggakan gejala sebagai yang dirasakan penderita beningna prostat hiperplasia. Gangguan dan prostat konitin protein faktor menyebabkan erat hubungannya dengan merokok dimana nikaotin Faktor-faktor diduga atau produk yang mampu gowth dikenal intrinsic yang hyperplasia kelenjar prostat (Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2010). Menurut WHO tahun 2000 pemecah nikotin yang meningkatkan terdapat kurang lebih 60 juta penderita aktifitas sehingga enzim perusak anddrogen, baningna hiperplasia, 400 juta di negara menyebabkan perubahan industri dan 200 juta dinegara sedang, berkembang termasuk di indonesia. Dari hasil studi banding Sedangkan pada tahun 2003 populasi pendahuluan pada tangal 16 april 2014 pasien beningna prostat hyperplasia di rata-rata perbulan sebanyak 30 pasien Ambarawa,didapatkan (Pawanari dan Ishaq, 2006). banisngna prostat hiperplasia (BPH) Di AS, terdapat lebih ruang melati RSUD data kasus dari adalah 110 orang pada tahun 2013-1014. setengah (50%) pada laki-laki usia 60 BPH juga dapat mengakibatkan sampai 70 tahun mengalami gejala- dampak-dampak yang biasa gejala BPH dan antara usia 70 sampai 90 membahayakan bagi para penderitanya, tahun sebanyak 90% mengalami gejala- bahayanya adalah: gejala BPH (Madjid Abdul, 2013). 1. Mempengarui kesuburan: Kejadian kanker prostat di dunia kemunculan BPH ini bisa langsung kali ini sangat mengalami peningkatan, menyebabkan kelainan sekresi cairan di asia, jepang dan korea mencatat prostat sehingga berdampak pada peningkatan sebesar 2,5 sampai 5 kali kualitas dan kelangsungan hidup lipat, sementar di Indonesia sendiri data sperma dari tiap rumah sakit-rumah sakit besar kemandulan pada pria. menunjukkan jumlah penderita penyakit yang 2. Kerusakan ginjal: menyebabkan BPH sering ini hampir 3 kali lipat dalam 10 tahun menyebabkan kerusakan uretra pada terahir. laki-laki dan menekan uretra yang Di Indonesia banigna prostat menimbulkan obtruksi kandung hiperplasia merupakan kelainan urologi kemih sehingga timbul susah buang kedua setelah batu saluran kemih yang air krncing yang tidak sama tiap dijumpai di klinik Urologi. Diperkirakan orang, 50% pada pria berusia diatas 50 tahun. hidronefrosis, Kalau dihitung dari seluruh penduduk kronis. Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira–kira 100 perkirakan ada Indonesia yang juta, 3. Menyebabkan dan uretritis, gagal difungsi ginjal seksual: di neotropi dari cairan prostat pasien juta laki–laki bias rusak karena adanya BPH menderita Benigna sehingga menyebabkan gejala mimpi 2,5 sehingga memicu Prostat Hiperplasia (Amalia, 2011). basah, ejakulasi dini bahkan, akibat yang lebih serius bias menyebabkan dilakukan pada tangal 21 maret pukul impotensi, dan sehingga benar-benar 07.00, kehilangan fungsi seksual. keperawatan didapatkan data subyektif: Dari uraian data di atas penulis pasien mengatakan nyeri pada luka tertarik untuk mengetahui lebih dalam bekas operasi, obyektif: pasien tampak tentang beningna prostat hyperlpasia menahan nyeri, ekpresi wajah meringis melalui sebuah karya tulis ilmiah yang kesakitan, tampak memegangi daerah berjudul Pengelolaan Nyeri Pada Tn W yang nyeri, TD: 140/90 mmhg N: 80 Dengan Benigna Prostat Hyperpalsia x/menit,sekala nyeri 7. A: masalah Diruang Melati RSUD Ambarawa. belum terarasi. P: lanjutkan intervensi: Sehingga penulis dapat menolang atau atur posisi pasien senyaman mungkin, dapat ajarkan tehnik relaksasi, kolaborasi merawat ataupun jika ada tetangga keluarga disekeliling setelah dilakukan tindakan pemberian obat analgetik. lingkungan yang menderita benigna PEMBAHASAN prostat hyperplasia deengan baik dan KESIMPULAN benar supaya tidak terjadi komplikasi Data DAN yang diperoleh pada lebih lanjut dan peningkatan kecacatan pengkajian adalah dari keluhan utama dapat dihindari. Pasien mengatakan kadang terasa sakit METODE PENGELOLAAN di bagian visika urinaria. Post op: Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa Pasien mengatakan merasa sakit di bagian bekas operasi. Data dari perawatan pasien dalam memenuhi pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kebutuhan skala nyeri pada pasien adalah 7. pencegahan nyeri. Pengelolan nyeri dilakukan selama 3 Dari hasil pengkajian tersebut maka hari pada Tn W. Tehnik pengumpulan penulis data dilakukan dengan mengunakan keperawatan nyeri berhubungan dengan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik , diskontinuitas jaringan. observasi dan pemeriksaan penunjang. Rencana HASIL PENGELOLAAN disusun oleh penulis adalah ajarkan Hasil pengelolaan nyeri pada Tn W Berdasarkan Evaluasi terahir yang tehnik mengangkat keperawatan relaksasi masalah yang afektif telah dalam meredakan nyeri pasca opersi, berikan posisi yang nyaman, anjurkan untuk Long. C Barbara, (2001). Keperawatan beristirahat, evaluasi rasa nyeri secara medical bedah terjemahan. Judul asli: regular, kolaborasi dengan tim medis. Essential Of Medical Nursing, Alih Implemenyasi yang dilakukan adalah Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Ikatan Mengajarkan tehnik relaksasi afektif Pendidikan Bandung, Ediasi 2, Yayasan dalam meredakan nyeri pasca opersi, IAPK, Bandung menganjurkan klien untuk beristirahat. Lusiana, Indrayani, E & Suratun. 2012. Kemudian penulis melakukan evaluasi, Prosedur Keperawatan. Jakarta: Trans dimana masalah nyeri berhubungan Info Media dengan diskontinuitas teratasi sebagian Nanda. (2005). Panduan Diagnosa dimana sesuai dengan kriteria hasil Keperawatan. Editor Budi Santoso: yang telah ditentukan pada rencana Prima medika tindakan keperawatan. Nanda. (2013). Panduan Penyuluhan DAFTAR PUSTAKA Asuhan Keperawatan Profesional. Jilid Carpenito. Linda Juall. (2007). Buku 1. Prima Medika Saku Diagnosa Keperawatan (Monic Padila. (2012). Buku Ajar Keperwatan Ester, Penerjemah.). Edisi 10. Jakarta: Medical Bedah. Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Nuha Medika Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Potter & Perry (2005), Buku Ajar- Patofisiologi. Alih Bahasa: Nike Budi Fundamental Keperawatan, Konsep- Subekti. (Terjemahan monica ester). Proses dan Praktik, edisi 4, Volume 1, Jakarta: EGC (Terjemahan Doenges, Marilyn, C. Moorhouse, Mary Jakarta: EGC France, Gelssler, Alice C. (2000). Purnomo, Rencana Asuhan Keperawatan (Monica Urologi. Edisi 3. Jakarta: CV Sagung Ester dan Yasmin Asih, Terjemah.). Seto Edisi Sjamsuhidajat dan Jong. (2005). Buku 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Haryono, R. (2013). Asih B. 2012. Yasmin, dkk) Dasar-Dasar Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Keperawatan Buku Kedokteran EGC Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Smeltzer, C. Suzanne & brenda G Bare. Edisi 1.Yogyakarta: Rapha publishing (2002). Buku Ajar Medical Bedah Brunner And Sudarth. Edisi 8. Voleme NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: 3. Jakarta: EGC EGC Suharryanto, T., & Madjid, A. (2013) Sri Haryati, tutik (2011) Asuhan Klien http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/ar Sistem ticle/viewFile/2405/1853. Diunduh hari Keperawatan Dengan Gangguan Pada Perkemihan.edisi 2. Jakarta: CV. Trans senin 11 mei 2014 pada pukul 20.00 Info Media wib. Wilkinson. M Judith, (2007). Buku Saku Keperawatan dengan Intervensi