8 BAB II PENANGANAN RADIASI KANKER PROSTAT DENGAN

advertisement
BAB II
PENANGANAN RADIASI KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL
BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)
2.1
Kanker Prostat
Prostat adalah organ reproduksi pria yang berperan untuk membuat dan
menyimpan cairan seminal (mani). Prostat berlokasi didaerah pelvis, dibawah
kantung kemih dan didepan rectum (poros usus). Karena letak inilah, kerusakan pada
prostat mempengaruhi urinasi, ejakulasi dan defecation (pembuangan air besar).
Prostat mengandung kelenjar yang 20% terdiri dari semen. Pada kanker prostat,
kelenjar yang dihasilkan prostat tersebut bermutasi menjadi sel kanker.
1
Gambar 1. Anatomi prostat
1
www.wikipedia.org/prostatecancer.htm
8
Ketika sel normal berubah menjadi sel kanker, sel ini mematikan apoptosis
“enzim” yang dapat menjaga kestabilan produksi kelenjar prostat. Karena sel
apoptosis ini dihentikan produksinya, maka kelenjar kanker akan terus bertambah
banyak secara tidak teratur dan kontinyu.
2
Gambar 2. Pembelahan sel normal dan sel kanker
Kanker prostat digolongkan sebagai kanker kelenjar (adenocarcinoma), yang
terjadi ketika kelenjar prostat yang menghasilkan pengeluaran semen bermutasi
menjadi sel kanker.
Kanker
prostat biasanya terjadi disekeliling area kelenjar
prostat. Ketika sel kanker mulai memperbanyak diri dan menyebar disekitar daerah
jaringan prostat (stroma) maka tumor (pembengkakan) akan timbul. Tumor ini dapat
dapat membesar dan mengenai organ didekatnya seperti seminal vesicle atau rectum
(poros usus), dan juga sel tumor ini dapat menjalar melalui peredaran darah dan
sistem lymphatic. Sel tumor dapat menjadi ganas apabila massa sel menyebar dan
2
www.wikipedia.org/prostatecancer.htm
9
mengenai bagian tubuh lainnya (Metastasis). Metastasis yang terjadi pada kanker
prostat umumnya terjadi pada tulang, lymph node (simpul limpa), rectum (poros usus)
dan bladder (kandung kemih).
2.2
Jenis Penanganan Radiasi (Radiotherapy)
Radiotherapy adalah metode penanganan penyinaran yang menggunakan
sumber energi tertentu (radiasi ionisasi) baik yang dihasilkan dari percepatan partikel
maupun energi yang berasal dari karakteristik sumber radioaktif untuk mematikan sel
kanker dan menyusutkan tumor. Radiotherapy merusak atau menghancurkan sel
kanker dengan merusak struktur gen atau mengubah susunan DNA, dengan kata lain
sel kanker yang telah berubah susunan tersebut tidak dapat terus tumbuh dan
membelah. Walaupun radiasi ini dapat menghancurkan sel kanker dan sel normal,
tetapi sel normal dapat cepat pulih dan dapat kembali berfungsi. Tujuan yang ingin
dicapai dalam proses radiotherapy adalah merusak sebanyak mungkin sel kanker
serta meminimalkan kerusakan sel sehat (normal).
Terdapat banyak jenis dari radiasi dan terdapat teknik yang berbeda untuk
memberi radiasi pada seseorang. Contohnya, jenis radiasi tertentu dapat menembus
jauh dalam tubuh dibandingkan jenis lain. Beberapa jenis radiasi dapat akurat
mengontrol area terkecil (beberapa inci pada jaringan) tanpa melukai jaringan sehat
yang berada didekatnya.
10
Sekitar setengah dari total penderita kanker menggunakan metode
radiotherapy. Radiotherapy dapat digunakan langsung maupun dikombinasikan
dengan jenis penanganan kanker lain seperti chemotherapy ataupun surgery (operasi).
Pada kasus tertentu, penderita kanker dapat menerima lebih dari
satu jenis
penanganan radiasi.
Tipe-tipe Penanganan Radiasi untuk Kanker Prostat
Terdapat dua jenis penanganan radiasi ditinjau dari cara pemberian radiasi, yaitu:
a. External Beam Radiation Therapy (EBRT)
EBRT adalah teknik penyinaran yang menggunakan sumber radiasi yang
berasal dari mesin yang berada diluar tubuh, biasanya dianjurkan untuk pasien
rawat jalan selama 7 sampai 8 minggu. EBRT ini direkomendasikan ketika tumor
telah menyebar dijaringan diluar kapsul (lingkar) prostat.
b. Internal Radiation (Brachytherapy) / Seed Implants
Brachytherapy adalah teknik penyinaran yang menggunakan sumber
radioaktif yang mempunyai waktu paruh pendek yang dimasukkan/ditanamkan
didekat sumber sel kanker dalam tubuh. Teknik ini mengharuskan pasien tetap
tinggal di rumah sakit sampai radioaktif yang berada didalam tubuhnya tidak
11
terlalu aktif. Brachytherapy dianjurkan pada penderita pasien kanker dengan
apabila kondisi sel kanker masih belum menyebar ke organ lain (terlokalisasi).
2.3
External Beam Radiation Therapy (EBRT) untuk Kanker Prostat3
Penderita kanker prostat yang ingin menggunakan teknik external beam
radiation therapy sebagai terapi utama harus memenuhi kriteria berikut, yaitu:
•
Gleason score berada angka 6 atau lebih rendah
•
PSA level berada ditingkat 10 atau lebih rendah
•
Kanker berada dibatas kelenjar prostat (belum terlalu menyebar)
•
Tidak ada luka pada daerah abdominal akibat operasi lain
Penanganan kanker dengan teknik ini memerlukan waktu selama satu minggu,
5 hari seminggu selama 6 sampai 8 bulan. Teknik ini disebut pula dengan teknik
bertahap, artinya sedikit demi sedikit dosis (total radiasi yang diserap jaringan)
diberikan pada waktu yang cukup lama (fraksi). Sel normal prostat dapat
memperbaiki diri (repair) dengan sangat cepat, sedangkan sel kanker cukup lama,
artinya sensitivitas sel kanker terhadap radiasi lebih besar dibanding sel normal.
Pemberian dosis kecil setiap hari membantu menimalisasikan kerusakan pada sel
sehat disekitar organ yang terkena kanker. Pasien diberikan waktu libur selama 2 hari
3
www.cancer.gov/cancertopics.htm
12
dalam satu minggu dengan tujuan membantu recovery tubuh yang cukup untuk 5 hari
penanganan yang akan dijalani lagi4.
2.4
Quality Assurance (QA)
Quality Assurance (QA) adalah proses pengidentifikasian sistem secara
keseluruhan dari sumber kesalahan agar terjadinya kesalahan dapat dihindari. QA
harus meliputi semua sumber variabel yang digunakan pada proses penanganan, hal
ini ditujukan untuk menghindari ketidakpastian total pada penanganan tersebut.
2.5
Efek Biologi akibat Radiasi
Radiasi akan menyebabkan efek biologi baik yang berasal dari alam maupun
radiasi buatan. Efek biologi ini juga terdapat baik dikarenakan pemberian radiasi
dalam dosis yang kecil maupun yang besar. Walaupun kita meninjau efek biologi
pada sel hidup, tetapi pada dasarnya radiasi pengion hanya berinteraksi pada atom
pembentuk sel, proses ini disebut ionisasi. Karena interaksi radiasi terhadap atom
inilah, konsekuensinya radiasi juga akan mempengaruhi molekul, yang selanjutnya
4
www.nv-med.com/radiotherapy.htm
13
akan mempengaruhi sel, jaringan, organ, serta pada akhirnya radiasi akan
mempengaruhi tubuh secara keseluruhan.
Sensitivitas suatu organ terhadap radiasi sangat bergantung pada sel
pembentuk organ tersebut. Sebagai contoh, sel yang membentuk darah adalah sel
yang paling sensitif terkena radiasi dikarenakan karakteristiknya yang mempunyai
laju regenerasi yang sangat cepat, oleh karena itulah organ yang dibentuk dari
komponen sel darah akan mempunyai tingkat sensitivitas yang sangat tinggi.
Sel yang mempunyai tingkat pembelahan/produktivitas yang tinggi akan
memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibanding sel yang produktivitasnya rendah.
Hal ini dikarenakan sel yang membelah memerlukan informasi DNA yang tepat agar
sel hasil pembelahan dapat selamat. Hal inilah yang menyebabkan sel kanker lebih
sensitif dibanding sel normal, karena sifat sel kanker yang terus membelah dan tak
terkontrol. Karena sifatnya yang terus membelah itulah, sel kanker sangat peka
terhadap radiasi yang dapat memberikan efek langsung pada perusakan DNA karena
ionisasi tersebut. Ionisasi menyebabkan perusakan struktur DNA yang menyebabkan
bagian kromosom tidak tereplikasi dengan tepat, sehingga informasi yang dibawa
oleh
molekul
DNA
tersebut
tidak
tepat,
yang
akibatnya
dapat
menghancurkan/mematikan sel tersebut.
Sel seperti halnya tubuh manusia, memiliki kemampuan yang luar biasa untuk
memperbaiki kerusakan. Sebagai hasilnya, tidak semua radiasi mematikan sel bahkan
sel dapat secara sempurna memperbaiki kerusakan akibat ionisasi secara sempurna
dan berfungsi dengan baik. Jika terjadi kerusakan yang fatal akibat ionisasi, maka sel
14
tersebut dapat langsung mati. Pada kondisi tertentu, sel yang rusak masih mempunyai
kemampuan reproduksi. Hasil pembelahan tersebut kekurangan akan komponen vital
akibat induk sel telah rusak sebelumnya, oleh karena itulah sel anak tersebut akan
mati. Hal ini berarti proses reproduksi sel terhenti.
Kemungkinan lain yang dapat ditimbulkan akibat ionisasi adalah tidak
matinya sel, melainkan mengalami mutasi. Sel mutasi tersebut dapat menghasilkan
sel-sel mutasi yang lain. Proses inilah yang dapat menjadi awal dari perkembangan
tumor ganas.
5
Gambar3. Proses Pembelahan Sel akibat Efek Radiasi (Ionisasi)
5
USNRC Technical Training Center
15
2.6
Teori Fraksinasi
Fraksinasi atau disebut juga fraksi pemberian dosis bertujuan untuk
membatasi kerusakan jaringan akibat lama penyinaran, sehingga memberikan
kesempatan pada sel normal untuk memperbaiki diri.
6
Gambar4. Kurva Perbandingan Perusakan Sel Terhadap Dosis Akibat Fraksinasi
Kurva diatas menggambarkan peningkatan peluang sel selamat dengan adanya
pemberian fraksinasi dosis secara bertahap.
Karakteristik proses recovery serta tingkat sensitivitas yang berbeda antara sel
normal dan sel kanker menyebabkan proses tahapan pemberian dosis (fraksinasi)
6
Edward L. Alpen. 1998. Radiation Biophysics. Academic Press. California, USA
16
menjadi teknik yang diperhatikan khusus dalam proses penanganan pasien kanker.
Tujuan dari penanganan kanker pada dasarnya adalah perusakan sebanyak mungkin
sel kanker serta meminimalisasi kerusakan sel normal yang terjadi, pemberian
fraksinasi ini sangat berpengaruh dikarenakan banyak jenis radiasi tidak secara
spesifik menyerang sel kanker dan dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan
normal yang mengelilingi tumor tersebut. Model recovery sel normal serta model
kerusakan sel tumor dapat menjadi acuan dalam mengefektifkan proses penanganan
yang ada dengan pemberian fraksinasi yang tepat.
Fraksinasi yang diberikan pada pasien kanker merupakan pembagian dosis
dari total dosis keseluruhan yang dirancang awal oleh dokter onkologi. Umumnya
fraksinasi yang diberikan berteknik AF (Accelerated Fractination), artinya pemberian
fraksinasi berlangsung untuk jangka waktu 5-7 minggu, dengan pemberian 5 kali
seminggu serta dengan rentang dosis berkisar 2-2.6 Gray setiap fraksinya, dengan
standar fraksi yang diberikan berjumlah total 20-30 fraksi untuk satu pasien. Standar
AF mulai dipakai pada tahun 1950 seiring dengan diperkenalkannya Linear
Accelerator (LINAC).
Pada teknik AF diatas, dalam merancang dosis total serta besar dan jumlah
fraksi, asumsi yang digunakan oleh dokter adalah waktu sabtu minggu tidak terhitung
sebagai waktu tunda. Asumsi ini diambil dari standar yang dianut oleh dokter
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
17
Download