Uploaded by habilhabibi17

PP BPH

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
klien dengan Post Op Turp BPH diruang bedah
pria RSUP. DR.M. DJAMIL PADANG
Tahun 2018
By : HAYATUL HASAN
12121657
Prodi S1 Keperawatan STIKes Mercubaktijaya Padang
LATAR BELAKANG
Kasus degeneratif yang diderita oleh kaum pria yang
menempati urutan tersering adalah kasus Benigna Prostat
Hipertofi (BPH). Karena kasus ini menyebabkan tidak
lancarnya saluran perkemihan. Kejadian Benigna Prostat
Hipertrofi, kelenjar prostat membesar karna adanya
penyempitan yang di sebabkan peradangan pada ureter
mengakibatkan kesulitan buang air kecil karena air kemih
keluar hanya sedikit dan menyisakan urin dalam kandung
kemih.
Kelenjer prostat adalah salah satu organ genitalia pria
yang terletak disebelah inferior buli – buli dan melingkari
uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini
dapat menyumbat uretra pars prostatika dan
meyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari bulibuli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal
pada orang dewasa kurang lebih 20 gram. (Purnomo,
2010: 74).
Prostat adalah organ genitalia pria
yang terletak tepat dibawah leher
kandung kemih, di belakang simfisis
pubis dan di depan rektum ( Gibson,
2011 ). Bentuknya seperti buah
kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm
dan beratnya + 20 gr, kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong
melintang oleh duktus ejakulatorius,
yang merupakan kelanjutan dari vas
deferen.
Prostat berfungsi menghasilkan
suatu cairan yang merupakan
salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan kelenjar
ini dialirkan melalui duktus
sekretoriusmuara di uretra
posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan
semen yang lain pada saat
ejakulasi. Cairan ini merupakan
+ 25 % dari volume ejakulat.
.
E
T
I
O
L
O
G
I
FAKTOR PENCETUS
PENYEBABNYA
BELUM DIKETAHUI
SECARA
PASTI,NAMUN ADA
BEBERAPA FAKTOR
PENCETUS
Dihydrotestosteron
Perubahan keseimbangan hormon
estrogen – testoteron
Berkurangnya sel yang mati
DERAJAT I
Penonjolan prostate, batas atas
mudah diraba
DERAJAT II
Penonjolan prostate jelas,
batas atas dapat dicapai
DERAJAT III
Batas atas prostate tidak
dapat diraba
DERAJAT IV
Batas atas prostate tidak
dapat diraba
PATOFISIOLOGI
pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek
terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga
terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi
yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya
disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah
prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan
kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis besar,
detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang
trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem
simpatis.
•
Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan
terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan
daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi
keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor
menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam
kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok
yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat
menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa
yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi
otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka
detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi
dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin
peningkatan frekuensi penuh
dorongan ingin berkemih
abdomen tegang
volume urine yang turun dan harus
mengejan saat berkemih
aliran urine tak lancar
I
obstruksi saluran
kemih
PENATALAKSANAAN
Observasi
infeksi saluran
kemih
Medikamentosa
gagal ginjal
Terapi Invasif
Minima
hernia
hemoroid
Terapi Bedah
•Systocopy
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
a) Analisis urin
b) Pemeriksaan faal ginjal
c) Pemeriksaan prostate
specific antigen (PSA)
Pemeriksaan uroflowmetri
a) Flow rate maksimal > 15
ml/dtk = non obstruktif
b) Flow rate maksimal 1015 ml/dtk = border line
c) Flow rate maksimal < 10
ml/dtk = obstruktif
Pemeriksaan imaging dan
rontgenologik
a) BOF (Buik overzich)
b) USG (Ultrasonografi)
c) IVP (Pyelografi
intravena)
d) Pemeriksaan
panendoskop
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN
PENGKAJIAN
Identittas Diri
Keluhan Utama
biasanya pasien merasa nyeri pada
daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan
dahulu
Benigna Prostat Hiperlasia (BPH) belum di ketahui dengan pasti, sampai
sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat
tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
terjadinya benigna hyperplasia prostat (BPH) adalah proses penuaan.
Riwayat kesehatan
Sekarang
Biasanya klien mengeluh pancaran saat buang air kecil
lemah, rasa tidak puas saat buang air kecil, apa bila mau
buang air kecil harus menunggu lama keluarnya urine,
pada saat buang air kecil mengeluhkan terputus-putus,
perasaan buang air kecil mendadak dan nyeri pada saat
buang air kecil.
Riwayat kesehatan
Keluarga
Biasanya penyakit Benigne prostate hyperplasia (BPH) bukan penyakit
turunan
Rambut
Pemeriksaan Fisik
Wajah
Mata
Keadaan Umum
Hidung
Kepala
Bibir
Gigi
Leher
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
Dada
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Biasanya tidak ada kelainan pada kepala, rambut
dan kulit kepala bersih.
Mata
Biasanya mata kelihatan merah, terdapat lingkaran
hitam pada kelopak mata karena kurang tidur
akibat dari nyeri, simetris kiri dan kanan, konjungtiva
agak anemis, selera tidak ikterik.
Jantung
Perut
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
Ispeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Ekstremitas
Biasanya penderita benigna prostat hipertrofi
akan mengalami nyeri pada saat aktifitas
genitourinaria
Biasanya keadaan meatus urinearius ekterna luka dan terjadi
peradangan. Biasanya pasien terpasang kateter.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Gangguan emilasi urine b/d sumbatan saluran pengeluaran pada
kandung kemih
2. Resiko infeksi b/d kerusakan jaringan sebagai efek skunder dari
prosedur pembedahan
3. Nyeri akut b/d agent injuri fisik
4. Ansietas
5. Gangguan rasa nyaman b/d program pengobatan
(Mansjoer, 2011)
INTERVESI
N
O
DIAGNOSA
NOC
NIC
1
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cidera(fisik
NOC :
Pain level
Pain control
Confort level
Indikator :
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
marfakologi, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dan
menggunakan
manajemen nyeri.
Mampu mengenali
nyeri ( skala,
NIC :
Pain management
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi, karateristik,
durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi non verbal
dari ketidak nyamanan.
Gunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri.
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau.
Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan
program
pengobatan
NIC
Pengurangan kecemasan
1. Status kenyamanan Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
: fisik
Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap perilaku
2. Respon pengobatan klien
Jelaskan semua prosedur
Indikator :
termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang mungkin
1. Mampu
akan dialami klien selama
memberikan klien prosedur (dilakukan)
Pahami situasi krisis yang
posisi yang nyaman. terjadi dari perspektif klien
Berikan informasi aktual
terkait diagnosis, perawatan
dan prognosis
Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
mengurangi dan mengurangi
ketakutan
Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat
Berikan objek yang
NOC :
Kesimpulan
• Dari hasil penerapan proses keperawatan pada
salah seorang klien dengan Post Op Turp BPH
diruang bedah pria RSUP. DR.M. DJAMIL PADANG
dari tanggal 11-14 september 2018 dapat diambil
kesimpulan yaitu :
a) Dalam melakukan pengkajian terhadap klien
dengan Post Op Turp BPH data yang dikumpulkan
adalah identitas klien, tanda-tanda vital, riwayat
kesehatan dahulu, sekarang dan keluarga, data
obsevasi, pemeriksaan fisik, pola kebutuhan dasar,
psikologis, serta data hasil pemeriksaan
laboratorium.
• b. Dari hasil pengumpulan data dan setelah dianalisa maka
dapatlah ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu :
• Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (fisik) karena
pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada bekas
operasi dan nyeri pada saat BAK.
• Dari diagnosa ini, penulis memberikan implementasi yang
bertujuan nyeri hilang, implementasi dilakukan sesuai yang
telah direncanakan dalam intervensi keperawatan
sebelumnya. Dalam waktu 4 hari masalah Tn.A dengan
diagnosa ini dapat teratasi Tn.A dapat pulang.
• gangguan rasa nyaman berhubungan dengan program
pengobatan, karna pada saat pengkajian klien mengatakan
tidak nyaman dengan terpasang kateter, klien mengatakan
susah beraktivitas menggunakan kateter dan kurang tidur. Dari
diagnosa ini, penulis memberikan implementasi yang
bertujuan klien merasa nyaman dan waktu istirahat terpenuhi,
implementasi dilakukan sesuai yang telah direncanakan
dalam intervensi keperawatan sebelumnya. Dalam waktu 4
hari masalah Tn.A dengan diagnosa ini dapat teratasi dan
Tn.A dapat pulang.
THANKS FOR
ATTENTION
Download