IMPLEMENTASI PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) PADA KEGIATAN BAKTI SOSIAL KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Friska Realita Abstract Humans are social beings, a creature that requires interaction with other humans. Human interaction is not only communication but also concern all aspects of life, not least the legal aspects. Informed consent is the patient's consent to medical actions to be performed on him after the patient is given a complete explanation of the actions that will be undertaken is medicine. The purpose of informed consent is to protect the patient's own against any medical action taken without the knowledge of the patient. Social activity is a form of attention and empathy to ease burden on society. Activities are helping is much in demand by the middle class because they do not charge fees. The research method used is the juridical sociological research. means the juridical sociological studiy that studying as variable that occur as last result from some power in the social process as steps and technique design study of law researc follow social saint and ending by conclusion. Research results show that the implementation of health social work in sultan agung islamic hospital semarang there are not regulations implementing standardized medical measures contained in the SOP (Standard Operational Procedures). Respondents to approve medical treatment there are five (55.5%) of respondents who approve medical treatment. one (11.1%) respondents who sometimes provide medical treatment explanation and three (33.3%) of respondents did not approve medical treatment either medical consent in oral and written form. Constraints that are found in the implementation of medical consent in the clarification of the issue that is not well understood by the patient may be due to the explanation done in bulk, Patient refused when given explanations and social factors, economics and education. Keywords : Informed consent, Sosial event and Hospital 26 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 tejadi PENDAHULUAN Manusia sosial, merupakan yaitu makhluk membutuhkan manusia yang interaksi lainnya. manusia makhluk dengan keharmonisan pelaksanaannya. hubungan Seperti tanpa diketahui peraturan akan menyebabkan ketidak-harmonisan dan Interaksi antar kesimpangsiuran tidak hanya Pasien tersebut dalam sebagai pihak komunikasi saja tetapi juga menyakut membutuhkan seluruh tidak menyerahkan terkecuali aspek hukum. Hubungan pemeliharaan hukum antar kesehatannya kepada seorang dokter di hukum pihak lain. Pada saat seorang pasien perdata. Hubungan hukum perdata datang kepada dokter dan menyatakan mencakup keluhannya, aspek secara manusia, kehidupan, perorangan tergolong banyak dalam bidang, salah pelayanan yang kesehatan sepenuhnya dan dan perawatan dokter bersedia satunya dalam hubungan perjanjian mendengarkan keluhan pasien, maka di yang pada dasarnya diciptakan sesama situ sudah terjadi hubungan perikatan manusia untuk mempertegas hubungan antara kedua belah pihak. Kedatangan antar mereka. pasien ke tempat praktek dokter, rumah Dokter dan pasien adalah dua sakit, atau sarana kesehatan lainnya subjek hukum yang terkait dalam dapat diartikan sebagai usaha untuk hukum mengajukan penawaran kepada dokter membentuk kedokteran, baik keduanya medis untuk dimintai pertolongan dalam maupun hubungan hukum. Hubungan mengatasi keluhan yang dideritanya. medis dan hubungan hukum antara Begitu pula sebaliknya, dokter juga dokter dan pasien adalah hubungan akan yang objeknya adalah pemeliharaan berupa kesehatan meliputi diagnosa dan tindakan medis. pada hubungan umumnya dan melakukan pelayanan medis tindakan yang rangkaian pelayanan kesehatan pada khususnya. Hubungan Dalam melaksanakan hubungan antara disebut transaksi, yang dalam hukum dokter dan pasien, pelaksanaan antara perdata disebut perjanjian, dan dalam keduanya pelayanan selalu diatur dengan peraturan – peraturan tertentu agar hukum ini kesehatan “perjanjian terapeutik” selanjutnya disebut Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … Dalam hukum perikatan dikenal adanya 2 macam perjanjian, yaitu : kedudukannya dibandingkan 27 dokter untuk mengurangi kelemahan tersebut 1. Inspanning verbintenis, yaitu telah bertambah prinsip yang dikenal perjanjian upaya, artinya kedua belah dengan inform consent, yaitu suatu hak pihak berjanji atau sepakat untuk pasien untuk mengizikan dilakukannya berdaya upaya secara maksimal untuk suatu tindakan medis mewujudkan apa yang diperjanjikan. 2. Result aatverbintenis, yaitu suatu perjanjian yang akan Akhir – akhir ini keberadaan informed consent semakin dalam medis merupakan suatu memberikan resultaat atau hasil yang kelengkapan, keharusan yang dibuat nyata oleh dokter sebelum melaksanakan sesuai dengan apa yang diperjanjikan. tindakan medis yang direncaanakan Perjanjian terapeutik atau meskipun ada pengecualian membuat transaksi terapeutik termasuk dalam informed consent sebelum tindakan inspanning verbintenis atau perjanjian medis upaya, karena dokter tidak mungkin tertentu. Tetapi demikian dirasakan menjanjikan kepada belum semua dokter melaksanakannya pasien, yang dilakukan dokter adalah menurut ketentuan yang ada, mungkin melakukan kesehatan disebabkan tidak tersedianya formulir sebagai upaya untuk menyembuhkan informed consent yang isinya menurut pasien. Dalam melakukan upaya ini, kebutuhan disiplin ilmu kedokteran dokter harus melakukan dengan penuh tertentu, atau tidak menyempatkan kesungguhan mengerahkan membuatnya.Dua topik utama dalam seluruh kemampuan dan keterampilan informed consent yaitu informasi dan yang dimilikinya dengan berpedoman persetujuan mempunyai variasi yang kepada standar profesi. luas dan agak kompleks, melibatkan kesembuhan pelayanan dengan Dalam perjanjian terapeutik, tidak seperti halnya – keluarga. terdapat hal – hal khusus. Disini pasien Setiap pihak yang meminta pertolongan sehingga relative lemah keadaan – keadaan berbagai unsure yaitu : dokter – pasien biasa, merupakan perjanjian pada tindakan medis yang resiko tinggi harus persetujuan tertulis yang mengandung dengan 28 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 ditandatangani oleh yang berhak darI pandangan lain dapat pula dikatan memberikan persetujuan. Selain itu, bahwa informed consent merupakan dokter pembatasan otorisasi dokter terhadap bertanggung pelaksanaan jawab ketentuan atas tentang persetujuan tindakan medis. Setiap pasien yang dirawat di Perkembangan informed consent di Indonesia tidak perkembangan lepas masalah kepentingan pasien dari untuk menentukan apa yang harus di dilakukan terhadap tubuhnya. Pasal 56 Lisbon ayat (1) Undang-undang No. 36 Tahun serupa Negara lain. Declaration of rumah sakit mempunyai hak utama (1981) dan Patient Bill of Right 2009 (American Hospital Association, 1972) menyatakan bahwa : pada intinya menyatakan bahwa pasien mempunyai menolak hak menerima pengobatan dan Tentang Kesehatan, yang setiap orang berhak menerima atau dan menolak sebagian atau hak tindakan pertolongan seluruh yang akan menerima informasi dari dokternya diberikan kepadanya setelah menerima sebelum memberikan persetujuan atas dan memahami informasi mengenai tindakan medis. Hal ini berkaitan tindakan tersebut secara lengkap. dengan hak menetukan diri sendiri (the Informed consent merupakan suatu right to self determination) sebagai bentuk dasar hak asasi manusia dan hak pasien manusia, dengan berbuat baik melalui untuk mendapatkan informasi yang penilaian jelas tentang penyakitnya dan tidakan tindakan medis, serta suatu keadilan maupun alternatif tindakan yang akan pada mana pilihan tindakan medis dilakukan diberikan pada subjek, risiko dan pandang sebetulnya kepadanya, kesehatan sudut menghargai risiko dan sesama keuntungan pasien. informed consent Ungkapan dilihat sebagai tindakan medis kadang merupakan kalangan tenaga inilah dapat penghormatan dari dari terhadap hak otonomi masalah, resiko, karena begitu keuntungan demikian pula banyak keuntungan pasien. Lebih jauh hal ini dapat tindakan medis, yang selain banyak menghindarkan mencegah menyita waktu untuk penjelasan adalah terjadinya penipuan atau paksaan atau juga kadang membingungkan pasien atau Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … 29 dan keluarga. Umumnya resiko yang dan insidential. Pelayanan rutin yang dikemukakan dapat dilakukan di Rumah sakit Islam Sultan dalam Agung yaitu pelayanan rawat inap dan difahami adalah oleh memutuskan yang pasien suatu pilihan dengan rawat jalan. alternative tindakan medis lainnya, jadi isidential nampaknya mengadakan hanya risiko dan Sedangkan yang pelayanan dilakukan program adalah kemanusiaan keuntungan yang dapat dimengerti oleh pengobatan massal dan khitanan massal pasien yang harus dikemukakan. dalam bakti sosial. Pelaksanaan Informasi sebaiknya disampaikan kegiatan bakti sosial ini ditangani oleh dalam bentuk bahasan atau diskusi. tim dari Rumah Sakit Islam Sultan Diberikan dalam bentuk Tanya jawab. Agung, tim ini tediri dari 2 – 5 dokter, Diberikan dalam bahasa ang dimengerti 3 perawat dan 2 bidan. pelayanan tidak oleh banyak memungut biaya dan waktunya sangat tutur terbatas dengan jumlah pasien yang pasien, menggunakan bahasa yang tidak istilah dapat medis, menimbulkan kepercayaan pasien terhadap dokter. Dokter dapat pula menyampaikan cukup banyak. Kegiatan bakti sosial adalah wujud perhatian dan empati daftar pertanyaan yang bersifat dasar meringankan dalam menjelaskan informed consent. Kegiatan yang bersifat membantu ini Hendaknya diingat pula bahwa proses banyak informed dapat menengah kebawah dilengkapi pada satu pertemuan saja memungut biaya. namun setiap saat selalu diperlukan hanya informed consent yang disesuaikan membatasi berapapun pasien yang akan dengan tindakan medis yang akan datang ke bakti sosial. Kegiatan yang dilakukan serta kondisi pasiennya. bersifat meringankan beban masyarakat consent tidak Rumah Sakit Islam Sultan Agung beban untuk diminati satu hari masyarakat. oleh masyarakat karena tidak Pelaksanaannya dengan tidak tersebut dalam pelaksanaannya perlu adalah sarana pelayanan kesehatan perhatian yang tindakan bakti sosial yaitu agar tidak memiliki berbagai jenis khusus. hak Dalam prosedur pelayanan. Pelayanan yang diberikan melanggar pasien diantaranya adalah pelayanan Rutin pelaksanaan informed consent. dalam 30 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 disiapkan PEMBAHASAN A. Implementasi untuk mendengarkan Persetujuan penjelasan dari dokter. Salah satu Tindakan Medis (Informed Consent) dokter membuka jalannya acara dan pada kegiatan Bakti Sosial Kesehatan dilanjutkan untuk penjelasan tindakan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung medis yang akan dilakukan. Penjelasan Semarang mengenai manfaat tindakan dan efek Kegiatan bakti sosial kesehatan pada dasarnya adalah kegiatan samping tindakan. setelah penjelasan selesai dilanjutkan dengan kesehatan dasar yang tujuannya untuk penandatanganan lembar persetujuan membantu informed consent yang dari pihak kesembuhan meningkatkan masyarakat kualitas khususnya dan hidup masyarakat rumah sakitnya diwakilkan oleh perawat yang ikut dalam kegiatan bakti yang kurang mampu. Kegiatan bakti sosial sosial kesehatan yang diadakan di diawali oleh pihak pasien diikuti saksi Rumah Sakit Islam Sultan agung dari perawat dan Dokter. Waktu yang Semarang terdiri dari tiga kegiatan dibutuhkan untuk proses penjelasan yaitu : tersebut kurang lebih 5-10 menit. 1. Kegiatan bakti sosial kesehatan operasi katarak massal Pada Penandatanganan kegiatan khitan massal pemberian informed consent secara 2. Kegiatan bakti sosial kesehatan khitan massal tertulis Pasien datang ke pelayanan kegiatan bakti sosial Rumah Sakit 3. Kegiatan bakti sosial kesehatan pengobatan massal Yang kesehatan. membedakan Islam Sultan Agung untuk mengikuti khitan massal. Untuk khitan massal dalam penjelasan diwakilkan oleh orang tua / kegiatan diatas adalah untuk pemberian wali pasien karena pasien informed consent pada masing-masing dibawah umur 15 tahun. Pertama kegiatan. setelah pasien dan semua orang tua / Untuk operasi katarak masih pemberian informed consent secara wali tertulis. Pertama setelah pasien dan disuatu ruangan ditempat yang telah saksi dari pasien datang dikumpulkan disiapkan disuatu ruangan ditempat yang telah penjelasan dari dokter. Salah satu pasien datang untuk dikumpulkan mendengarkan Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … 31 dokter membuka jalannya acara dan Dalam pelaksanaan bakti sosial dilanjutkan untuk penjelasan tindakan kesehatan di Rumah sakit Islam Sultan medis yang akan dilakukan. Penjelasan Agung biasanya mengenai manfaat tindakan peraturan dan efek samping tindakan. setelah kedokteran dibakukan yang tertuang penjelasan selesai dilanjutkan dengan dalam penandatanganan lembar persetujuan Prosedur ). Dari penelitian yang sudah informed consent yang dari pihak dilakukan bahwa seluruh responden rumah yang sakitnya diwakilkan oleh Semarang belum terdapat pelaksanaan tindakan SOP (Standart Oprasional menyatakan telah menjadi perawat yang ikut dalam kegiatan bakti pelaksana dan pengorganisir dalam sosial Penandatanganan bakti sosial kesehatan yang dimaksud diawali oleh pihak pasien diikuti saksi disini adalah dokter yang melakukan dari perawat dan Dokter. Waktu yang operasi katarak massal, dokter khitan dibutuhkan untuk proses penjelasan massal dan dokter pengobatan massal. tersebut kurang lebih 5-10 menit. Responden kesehatan. Pada kegiatan pengobatan massal dalam melakukan persetujuan tindakan medis terdapat informed consent dilakukan secara lima implied Pasien melakukan persetujuan tindakan medis, datang ke pelayanan bakti sosial ini sesuai dengan pasal 2 Peraturan kesehatan Mentri Kesehatan Republik Indonesia keluhan consent (tersirat). untuk yang bertemu memeriksakan dialaminya. dokter dan Setelah sudah (55,5%) Nomor Tentang Kedokteran pasien, seketika itu dokter langsung Bahwa tindakan pengobatan. yang 290/Menkes/Per/III/2008 menyampaikan keluhan yang dialami memberikan responden kedokteran Persetujuan Tindakan Semua tindakan yang dilakukan harus mendapat Pengobatan bisa hanya memberikan terhadap diagnosa, resep atas keluhan pasien persetujuan. tetapi yang sampai pemberian injeksi. Berdasarkan disayangkan masih terdapat diagnosa dokter, pasien lalu diarahkan (11,1%) mengambil obat memberikan sekitarnya. di titik lain di pasien akan responden yang Penjelasan sangat satu kadang tindakan medis dan tiga (33,3%) responden 32 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 tidak melakukan persetujuan tindakan penjelasan tentang tindakan kedokteran medis baik itu persetujuan tindakan yang akan dilakukan. medis dalam bentuk lisan dan tertulis. Bentuk formulir persetujuan tertulis tindakan medik pada kegiatan 2) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis. bakti sosial kesehatan di Rumah sakit Formulir dalam pelaksanaan bakti Islam Sultan Agung ternyata hanya sosial kesehatan di Rumah Sakit Islam terdapat Sultan satu surat pernyataan Agung tidak tindakan medis, persetujuan tindakan medis ini menurut dibedakan pernyataan anastesi dan pemberian antibiotika dari enam (66,7%) antara Semarang responden bahwa terdapat formulir padahal yang sendiri-sendiri tersedia untuk persetujuan tindakan medis. consent disediakan dalam dilaksanakan walaupun hal ini merupakan rangkaian dari tindakan Padahal terdapat macam-macam informed penjelasan yang medis resiko tinggi. Bahkan tiga harus (33,3%) responden yang memberikan tindakan- pengobatan massal gratis yang sering tindakan yang mengandung resiko memberikan injeksi seperti injeksi tinggi antara lain : Vitamin B12 untuk pasien dengan 1. Surat persetujuan tindakan medis keluhan 2. Surat informed suatu pernyataan penolakan tindakan medis pegal-pegal consent secara dilakukan implied consent (tersirat) dari Rumah sakit 3. Surat pernyataan dilakukan anastesi pada kegiatan bakti sosial kesehatan 4. Surat pernyataan diberi antibiotika pengobatan massal. Pada pasal 16 Peraturan Mentri Menurut J Guwandi pada setiap Kesehatan Republik Indonesia Nomor tindakan operasi umumnya diperlukan 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang penandatanganan formulir informed Persetujuan Tindakan Kedokteran saja consent. Hal ini disebabkan karena dijelaskan bahwa didalam suatu pembedahan akan selalu 1) Penolakan tindakan kedokteran melekat resiko, hal ini juga bisa terjadi dapat dilakukan oleh pasien dan/atau pada tindakan pemberian anastesi. keluarga terdekatnya setelah menerima Tindakan anastesi pun dianggap Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … 33 menjadi suatu tindakan invasif karena medis pada bakti sosial kesehatan bisa membutuhkan persetujuan medis. terjadi reaksi tubuh yang berlebihan, maka bisa timbul anafilatik Responden yang menyatakan shok yang tidak bisa diperhitungkan persetujuan tindakan medis pada bakti sebelumnya. sosial kesehatan dilakukan sebelum Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran risiko tinggi responden (100%). Dari pengetahuan tentang Setiap tindakan kedokteran yang mengandung tindakan medis sebanyak sembilan harus tujuan dari responden diadakannya informed consent pada bakti sosial kesehatan dua responden (22,2%) memperoleh persetujuan tertulis yang menyatakan untuk pengetahuan pasien, ditandatangani lima responden (55,5%) menyatakan oleh yang berhak memberikan persetujuan. untuk Sudah dilakukan oleh dua (22,2%) responden dengan penjelasan penandatanganan oleh dokter, perawat, pasien dan penandatanganan saksi terdapat, yang dilakukan persetujuan pasien, dua responden (22,2%) untuk pengetahuan dan persetujuan paisien. Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah: 1. Melindungi pasien terhadap hanya oleh dua orang yang mewakili segala tindakan medis yang dilakukan terdapat empat (44,4%) responden, dan tanpa sepengetahuan pasien; yang tidak sama sekali melakukan 2. Memberikan perlindungan penandatanganan terdapat tiga (33,3%) hukum terhadap akibat yang tidak responden. terduga dan bersifat negatif, misalnya Sebanyak tiga (33,3%) responden terhadap risk of treatment yang tak menganggap semua tindakan medis mungkin dihindarkan walaupun dokter pada bakti sosial kesehatan tidak sudah membutuhkan mungkin dan bertindak dengan sangat persetujuan medis. Walaupun Demikian Enam responden (66,7%) menganggap semua tindakan mengusahakan semaksimal hati-hati dan teliti. Enam responden (66,3%) menyetujui hanya tindakan invasif saja 34 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 yang memerlukan informed consent, Persetujuan dua responden (22,2%) menyetujui menjelaskan tindakan invasif dan non invasif yang (1) Pelaksanaan tindakan kedokteran memerlukan informed consent. yang Untuk pelaksanaannya sendiri dua responden (22,2%) mendelegasikan Tindakan telah Kedokteran mendapat persetujuan menjadi tanggung jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan persetujuan tindakan medis kepada kedokteran. perawat, empat responden (44,4%) (2) mendelegasikan kepada perawat saat bertanggung jawab atas pelaksanaan penandatanganan lembar persetujuan tindakan kedokteran. persetujuan dan tiga responden (33,3%) sama Sarana pelayanan Sebanyak kesehatan enam (66,3%) sekali tidak melakukan persetujuan responden tindakan medis kepada pasien sebelum persetujuan tindakan medis pada bakti melakukan tindakan. sosial kesehatan dibuat oleh pihak Informed consent adalah suatu rumah menyatakan sakit dan tiga formulir responden proses komunikasi antara dokter dan (33,3%) tidak menjawab karena tidak pasien yang timbal balik. Informasinya menggunakan harus diberikan oleh dokter secara tindakan pribadi diberikan yang melakukan tindakan formulir medis. persetujuan Informasi yang pasien yang kepada medik tersebut. Melalui perawatnya mengikuti bakti sosial kesehatan tiga sekedar membantu dan memeriksa segi (33,3%) responden menyatakan efek administratifnya, samping dan hal-hal apa saja yang mengecek yaitu apakah membantu sudah ada tidak diingikan bisa terjadi, persetujuan atau belum. Jika belum ada (3,33%) penanda-tanganan formulir tersebut, manfaat sang tindakan apa yang akan dilakukan. perawat memberitahukan harus langsung dokternya., tetapi responden tiga dan Sebagian Peraturan Mentri Kesehatan Republik enam (66,7%) Indonesia sudah paham Menkes/ Pasal Per/ 17 III/ Nomor 2008 290/ Tentang efek menyatakan samping responden sebanyak menyatakan atas dari pasien penjelasan responden, sedangkan tiga (33,3%) responden tidak menjawab karena Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … 35 tidak memberikan informed consent. Rumah Penyampaian menangani pasien tidak semua dokter informasi harus Sakit. Pada dokter informed yang consent disesuaikan dengan situasi dan kondisi menggunakan dari pasien. Memang sangatlah ideal mungkin kalau setiap dokter mau meluangkan pemahaman sedikit waktunya untuk menyesuaikan informed consent . kendala yang diri dengan ituasi dan kondisi dari terakhir dari pasien kurang paham pasien. karena Kadang-kadang terdapat karena kurangnya tentang sifatnya pentingnya massal (dilakukan perbedaan persepsi antara pemberi jasa bersama-sama). pelayanan kesehatan dan penerima jasa banyak kendala informed consent harus pelayanan kesehatan, yang menurut tetap diberikan karena baik tindakan pasien sangat penting, menurut dokter invasif dan tindakan non invasif karena tidak penting, maka dari itu pemberin informed infomasi tindakan medik memerlukan pasien yang termuat dalam Pasal 32 waktu. Waktu yang diberikan untuk Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 memberikan informed consent kurang tentang Rumah Sakit yang berbunyi : lebih 5 menit yang disampaikan oleh Tetapi consent walaupun merupakan 1. mendapat informasi meliputi lebih 10 menit yang disampaikan oleh tindakan medis, tujuan tindakan medis, empat (44,4%) responden. alternatif dalam Persetujuan prognosis pada kegiatan Bakti Sosial Kesehatan dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung pengobatan; Dalam kesehatan tindakan, tata cara risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan Tindakan Medis (Informed Consent) Semarang dan yang dua (22,2%) responden dan kurang B. Kendala diagnosis hak terhadap serta tindakan perkiraan yang biaya 2. memberikan persetujuan atau pelaksanaan terdapat bakti sosial kendala yang dialami oleh responden yaitu dari menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya. sistem pelaksanaan, dari dokter dan Penyampain yang tidak efektif pasien. Pada sistem pelaksanaan belum dapat menimbulkan berbagai masalah. terdapat aturan yang dibuat oleh pihak Mungkin saja dokter sudah 36 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 memberikan informasi yang cukup (22,22%) menyatakan mengatasi hal kepada pasien. Namun, berhubung tersebut pasien kurang atau tidak memahami mudah dimengerti. Tentang gugatan- bahasa yang digunakan oleh dokter, gugatan dari pasien terkait dengan maka tentang persetujuan tindakan medis sembilan memang (100%) responden menyatakan tidak dipermasalahkan informed-nya. Pasien menandatangani surat persetujuan, pernah dengan penjelasan mendapatkan yang gugatan dari tetapi pasien mengakui bahwa pasien pasien mengenai tindakan yang sudah tidak diberi informasi dan pasien tidak dilakukan di bakti sosial kesehatan. mengerti apa yang disetujui. Mungkin Saran saja yang menurut dokter sudah diberi terlaksananya informasi yang cukup, menurut pasien medis pada bakti soasial kesehatan belum cukup karena pasien tidak yang baik yaitu mengerti bahwa apa yang telah dari responden persetujuan 1. Dokter harus untuk tindakan meluangkan dikatakan dokter itu adalah sebuah waktu untuk berlangsungnya informed informasi untuk dirinya. Seringkali consent walaupun ini sifatnya kegiatan pasien sosial hanya menganggukkan kepalanya seakan-akan mengerti, tanpa peryataan sebab apa yang akan ditanyakan saja dia tidak tahu. Dokter yang menganggap anggukan psien sebagai tanda menyerahkan tindakan mengerti formulir persetujuan diberikan penjelasan sampai pasien benar-benar paham 3. Kedua belah pihak harus saling menyetujui dan terdapat buktu tertulis sebelum tindakan medis dilakukan. Bahwa secara kualitatif tindakan membubuhkan tanda tangannya. Hal operasi katarak dan khitan massal ini sering kali terjadi dalam hal terdapat pengetahuan pasien sangat minim. tertulis dan untuk pengobatan massal Untuk belum mengatasi tiga menyatakan dan harus pasien tersebut medis akan 2. Pasien kendala-kendala (33,3%) dengan responden informed terdapat consent informed secara consent secara tertulis dan lisan. memberikan Berdasarkan uraian Pembahasan penjelasan yang berulang-ulang, dua hasil penelitian diatas dapat kita lihat Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … ternyata pada ketentuan Peraturan lima Mentri Kesehatan Republik Indonesia persetujuan tindakan Nomor responden kadang Tentang 290/Menkes/Per/III/2008 Persetujuan Kedokteran tidak dibahas responden yang 37 melakukan medis, 1 memberikan Tindakan persetujuan tindakan medis dan 3 informed responden tidak memberikan consent pada kegiatan bakti sosial persetujuan tindakan medis sebelum kesehatan, informed consent secara melakukan tindakan kedokteran. massal yang telah dilakukan pada bakti sosial kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tidak dibahas pada ketentuan tersebut. Kendala – kendala dalam implementasi informed consent pada kegiatan bakti sosial Kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung KESIMPULAN Berdasarkan uraian Semarang. dari hasil Kendala-kendala yang ditemukan penelitian dan pembahasan diatas, dalam mengenai implementasi persetujuan tindakan medik yaitu pelaksanaan persetujuan tindakan medis (informed consent) pad 1) Pada sistem pelaksanaan belum kgiatan bakti sosial kesehatan di terdapat aturan tentang pelaksanaan Rumah Sakit Islam Sultan bakti sosial kesehatan yang dibuat oleh 1. Implementasi informed consent pada kegiatan bakti sosial pihak Rumah Sakit. 2) Pada Dokter yang menangani kesehatan di Rumah Sakit Islam pasien Sultan Agung Semarang. menggunakan informed consent pada Dalam kegiatan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan mungkin Agung terdapat pemahaman tindakan informed consent . Semarang bakti semua sosial peraturan pelaksaannya tidak belum pelaksanaan bakti sosial karena tentang dokter kesehatan kurangnya pentingnya kedokteran yang dibakukan, sehingga 3) Pasien kurang paham karena belum semua dokter yang melaksanaan pemberian informed consent diberikan bakti sosial kesehatan memberikan secara massal (dilakukan bersama- persetujuan tindakan medis ini bisa sama). dilihat dari sembilan responden hanya 38 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 25-39 DAFTAR PUSTAKA Achmad Biben. 2006. Bentuk Informed Consent dalam Praktek dan Penelitian Kedokteran. Bandung : FK UNPAD Adam Chazawi. 2007. Malpraktek Kedokteran. Malang : Bayumedia Publishing Agus Budiarto. 2010. Aspek jasa Pelayanan Kesehatan dalam Perspektif perlindungan Pasien, Bandung : Karya Putra Darwati. Keperawatan Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Kemitraan dalam Hubungan Dokter Pasien. KKI : Jakarta Marwan & dkk. Kamus Hukum. Surabaya : Reality Publisher Seran, Marcel. 2010. Dilema Etika dan Hukum dalam Pelayanan Medis. Bandung Mandar Maju Suprapti, Samil. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta : YPBS Amri Amril. 1997. Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Jakarta : Widya Medika Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press Anny Isfandyarie. 2006 Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter, Prestasi Pustaka, Jakarta Soekidjo Notoadmodjo. 2010. Etika Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Endang K. 2009. Transaksi Terapeutik dalam upaya pelayanan medis di Rumah sakit. Bandung : PT CAB Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik, Citra Aditya Bakti, Bandung Gde Muninjaya. Manajemen Kesehatan, Kedokteran EGC, Jakarta, 2004, hal 221. J Guwandi, 2003. Inform consent dan Inform Refusal. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2003 Wahyu Ratna. 2010. Sosiologi dan Antropologi. Yogyakarta : Pustaka Rihana Wiku Adisasmito. 2007, Sistem Kesehatan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Perkasa J Guwandi. 2004. Informed Consent. Jakarta: FK UI Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Jusuf Hanifiah. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4. EGC : Jakarta Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Koentjaraningrat, 1990, seperti dikutip dalam Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Perspektif Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Friska Realita, Implementasi Persetujuan Tindakan Medis … Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/ Menkes / Per/ XI/ 2006 39 Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran