REDESIGN PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSI SITI HAJAR DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ( FMEA ) RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR SIDOARJO TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr. wb. Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiratAllah SWT,atas Rahmat dan Hidayah Nya sehingga dapat menyusun Redesign pelayanan farmasi dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, karena dengan bimbingan beliaulah kita dapat melaksanakan misi islam melalui pelayanan kesehatan. Kami menyadari sepenuhnya adanya kekurang sempurnaan dalam menyusunan Redesign pelayanan farmasi dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kami masih dalam taraf pembelajaran ,diupayakan untuk yang akan datang dilakukan perbaikan, peningkatan, dan penyempurnaan sehingga dapat terwujud Mutu Rumah Sakit yang sesuai dengan Parameter yang diwajibkan pada standart akreditasi versi 2012. Semoga apa yang kami susun ini mengembangkan dan meningkatkan membutuhkan. Wassalamu’alaikum wr.wb. Ketua Tim Penyusun Dr. Vanisia Hayu Firdayanti. dapat membantu Rumah Sakit dalam pelayanan terhadap masyarakat yang REDESIGN PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSI SITI HAJAR DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ( FMEA ) I. PENDAHULUAN Pelayanan farmasi merupakan wilayah paling berisiko dalam lingkup kegiatan di rumah sakit yang menunjang mutu sebuah pelayanan kesehatan.California Health Care Foundation(CHCF) pada tahun 2001 melaporkan setidaknya ada 7000 kasus kematian tiap tahunnya di Amerika Serikat diakibatkan medication error. Pemilihan Tema “Manajemen Risiko ‘Kejadian Medication Error di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo” adalah pemikiran akan kekhawatiran kesalahan pelayanan obat atau Medication error (ME) yang dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien mulai dari produksi, peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan, dan monitoring pasien serta dengan tujuan untuk pencegahan kesalahan pelayanan obat dengan perlu dilakukan berbagai konsep manajemen diantaranya adalah manajemen resiko guna memberikan pelayanan pengobatan yang aman bagi pasien. Pada tahun 2015 di Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam Siti Hajar, Laporan Kejadian Nyaris Cidera (KNC) yang diambil berdasarkan laporan kegiatan harian Instalasi Farmasi ditemukan data bahwa selama bulan Januari - Agustus 2015 terjadi sejumlah 12 laporan KNC, KTC yang merupakan kejadian dispensing error seperti kesalahan pengambilan obat, kesalahan pemberian dan kesalahan telaah resep. II. HASIL PROSES PEMBAHASAN Redesign pelayanan farmasi di RSI Siti Hajar Sidoarjo ini menggunakan metode FMEA diawali dengan melakukan tahap diagnosing, dilanjutkan dengan tahap planning action,selanjutnya tahap taking action dan diakhiri dengan tahap evaluating Adapun hasil dari proses menerapkan metode FMEA dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Diagnosing ( LANGKAH 1, 2 ) 1.1. Alur Proses dan sub proses: 1.1.1. Penerimaan resep oleh apoteker/ asisten Apoteker 1.1.1.1. Petugas memeriksa identitas pasien 1.1.1.2. Petugas mengidentifikasi apakah resep ini termasuk rawat inap/rawat jalan 1.1.2. Telaah Resep oleh Apoteker/ asisten Apoteker 1.1.2.1. Petugas membaca resep 1.1.2.2. Petugas melakukan pengkajian tentang nama, jenis, dosis, jumlah dan cara pemberian obat 1.1.3. Konfirmasi ke dokter penulis resep 1.1.3.1. Jika diperlukan, petugas farmasi akan melakukan konfirmasi resep kepada dokter penulis resep (misal: jika tulisan tdk terbaca dgn jelas) 1.1.4. Mencetak kwitansi obat 1.1.4.1. Petugas melakukan entry data obat 1.1.4.2. Petugas melakukan entry jumlah obat 1.1.4.3. Petugas memasukkan data penanggung 1.1.5. AA menyerahkan resep ke bagian peracikan 1.1.5.1. Petugas memberikan resep ke bagian peracikan obat sesuai dengan urutan resep 1.1.6. AA mengambil/ meracik obat 1.1.6.1. Petugas mengambil jenis&jumlah obat yang sesuai dengan resep 1.1.6.2. Petugas meracik obat sesuai resep 1.1.6.3. Petugas mengukur dan membagi obat sesuai resep 1.1.6.4. Petugas memberi etiket pada obat 1.1.7. Apoteker/ AA menyerahkan obat ke bagian penyerahan 1.1.7.1. Petugas mengemasi obat 1.1.7.2. Petugas menyerahkan obat yang sudah dikemas ke petugas di bagian penyerahan obat 1.1.8. Telaah Obat oleh Apoteker/ Asisten Apoteker 1.1.8.1. Petugas melakukan telaah obat sebelum diserahkan ke pasien 1.1.9. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien 1.1.9.1. Petugas melakukan identifikasi kecocokan obat& pasien yang menerima 1.1.9.2. Petugas memberikan KIE tentang jenis obat, cara penggunaan, dsb. 1.2. FAILURE MODE 1.2.1. Penerimaan resep oleh apoteker/ asisten Apoteker 1.2.1.1. Kegagalan memeriksa identitas pasien (nama pasien salah, resep tertukar) 1.2.1.2. Kegagalan identifikasi resep rawat inap atau rawat jalan 1.2.2. Telaah Resep oleh Apoteker/ asisten Apoteker 1.2.2.1. Kegagalan dalam membaca resep karena ketidak jelasan tulisan dokter 1.2.2.2. Kegagalan mendeteksi komposisi resep karena ketidak lengkapan penulisan resep 1.2.2.3. Kegagalan membaca nama obat 1.2.2.4. Kegagalan mendeteksi jumlah obat 1.2.2.5. Kegagalan dalam melakukan perhitungan dosis obat 1.2.3. Konfirmasi ke dokter penulis resep 1.2.3.1. Kegagalan komunikasi dengan dokter 1.2.4. Mencetak kwitansi obat 1.2.4.1. Kegagalan entry data obat 1.2.4.2. Kegagalan entry jumlah obat 1.2.4.3. Kegagalan entry data penanggung 1.2.5. AA menyerahkan resep ke bagian peracikan 1.2.5.1. Kegagalan dalam menyerahkan resep 1.2.6. AA mengambil/ meracik obat 1.2.6.1. Kegagalan dalam mengambil nama obat 1.2.6.2. Kegagalan dalam mengambil jumlah obat 1.2.6.3. Kegagalan dalam menimbang dan mengukur 1.2.6.4. Kegagalan dalam penggunaan pelarut 1.2.6.5. Kegagalan dalam pembagian obat racikan 1.2.6.6. Kegagalan dalam penulisan dan penempelan etiket 1.2.7. Apoteker/ AA menyerahkan obat ke bagian penyerahan 1.2.7.1. Kegagalan dalam pengemasan obat sebelum diserahkan 1.2.7.2. Kegagalan dalam penyerahan obat ke bagian penyerahan 1.2.8. Telaah Obat oleh Apoteker/ Asisten Apoteker 1.2.8.1. Kegagalan tidak dilakukannya telaah obat 1.2.9. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien 1.2.9.1. Kegagalan dalam memberikan komunikasi, edukasi, informasi 1.2.9.2. Kegagalan dalam memberikan obat ( salah obat) 1.2.9.3. Kegagalan dalam pemberian ke pasien (salah pasien) 2. REKOMENDASI NO KEGAGALAN REDESAIN 1 • Kegagalan memeriksa identitas • Ada petugas jaga bagian pasien (nama pasien salah, resep penerima resep yang tertukar) melakukan skrining identitas pasien saat penyerahan resep • Kegagalan identifikasi resep rawat • Pemisahan tempat pelayanan inap atau rawat jalan resep rawat inap, rawat jalan umum & IGD, rawat jalan BPJS • Kegagalan dalam mengambil nama • Penataan obat berdasarkan obat golongan dan bentuk sediaan • serta pelabelannya • • Kegagalan tidak dilakukannya telaah obat • melakukan telaah obat sebelum diserahkan ke pasien • Kegagalan dalam memberikan obat ( salah obat, salah pasien) • • Bagian penyerahan obat • Petugas bagian penyerahan obat melakukan telaah obat yang meliputi nama obat, jumlah obat, nama pasien dgn identitas pasien minimal 2 identitas sebelum obat diserahkan III. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Pada penyusunan desain yang diterapkan dapat meminimalkan kejadian medication error, sehingga Insiden keselamatan pasien dapan diturunkan. Pada akhirnya, semua hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. 2. SARAN. Redesain proses yang sudah dirumuskan serta diimplementasikan harus dilakukan evaluasi ulang. Hasil evaluasi ulang tersebut dapat kita amati dari laporan IKP mengenai medication error yang masuk ke KPRS setelah redesain diterapkan, waktu tunggu pelayanan farmasi yang semakin pendek (dapat dilihat dari indikator mutu unit) serta dapat dilakukan penilaian ulang RPN di lembar kerja RCA. Dari hasil pelaporan implementasi redesain proses baru, besar harapan kami potensi kegagalan yang ada semakin berkurang sehingga keselamatan pasien rumah sakit semakin meningkat. IV. PENUTUP Puji syukur kehadirat Allah SWT Tim PMRS telah selesai menyusun Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) meskipun masih banyak kekurangan dan ketidaklengkapan dalam penyusunan ini, tetapi kami akan berusaha untuk melakukan perbaikan secara bertahap. Dengan tersusunnya Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi dan perbaikan mutu pelayanan dirumah sakit pada umumnya dan pelayanan Farmasi pada khususnya. Untuk selanjutnya akan dipahami bahwa kepedulian dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan Mutu Rumah Sakit menjadi tanggung jawab yang harus dilakukan oleh masing masing petugas dimana mereka bertugas. Sehingga terciptalah suatu pelayanan yang bermutu dan terjaminnya keselamatan pasien di rumah sakit. Sidoarjo, 31 Agustus 2015 Direktur RSI Siti Hajar Sidoarjo (dr. Hidayatullah, Sp. S) Ketua Tim FMEA ( dr. Vanisia Hayu Firdayanti) KEPUSTAKAAN 1. Anacleto TA, Perini E, Rosa MB, Cesar CC. Drugdispensing error in the hospital pharmacy, J ClinSci, 2007; 62(3):243-50. 2. Nelson KM, Talbert RL. Drug Related Hospital Admission Pharmacoterapy, 1996. Availablefrom: < http//www.hcp.nlm.nih.gof/pubmed/8840382> Diakses pada 31 Juli 2009. 3. Sharon, Cornrow, Comden, Carley MM, MarxD, Young J. Risk Models to Improve Long-TermCare Medication Safety, ASQ, World Conferenceon Quality Improvement Proceedings, ABI/Informal Global. 2004 4. Institute for Healtcare Improvement (IHI) IntensiveSafety Effort Cuts Falls, Ulcers, and Drug Errors at Once Disgraced FL Hospital. Clinical Resource Management. 2000; Oct 1(10):148-51. 5. Greenwood DJ, Levin M. Introduction to Action Research: Social Research for Social Change, Sage Publication, London. 1998. 6. Campbell SM, Brasbenning I, Hutchinson A, Marshall M. Research Methods Used in Developing and Applying Quality in Indicators in Primary Care, Qual. Saf. Health Care. 2002;11:358-64. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 2 Juni 2011 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 7. Joint Commision on Accreditation of Healthcare Organization. Failure Mode and Effect Anallysis in Health Care, Proactive risk reduction, JointCommission Resources, Oakbrook. 2005. 8. Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. To Err is Human: Building A Safer Health System, National Academy Press, Washington D.C. 1999. 9. Institute for Healthcare Improvement (IHI). Color Coding:pBest Practices for Labeling of Intravenous Lines for Patients with Multiple Simultaneous Infusions dalam Institute for Safe Medication Practices. 2009;Oct 1(10):14851. 10. Perneger R, MacKinnon NJ, David U, Hartnell NR, Levy AR, Gurnham ME, Nguyen TT. Development of Canadian Safety Indicator for Medication Use, Healtcare Quarterly. 2008;Special Isseu:47-53. 11. Valley H, Pennsylvania. Color Coding: Best Practices for Labeling of Intravenous Lines for Patients with Multiple Simultaneous Infusions, Institute for Safe Medication Practices (ISMP), USA. 2008. 12. Christie IW, Hill MR. Standardized Colour Coding for Syringe Labels: a National Survey. 2004. HASIL EVALUASI REDESAIN PROSES • Penurunan angka insiden keselamatan pasien • Meningkatnya kepuasan pasien terhadap pelayanan instalasi farmasi • Berkurangnya waktu tunggu pasien dalam mengantri obat • TAMBAHAN GRAFIK INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (KNC < ) • WAKTU TUNGGU FARMASI INDIKATOR MUTU UNIT FARMASI