KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DAN KETERTARIKAN WISATAWAN (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Pembentukan Persepsi Wisatawan Internasional di Bukit Lawang) Era Nadira Rangkuti Abstrak Penelitian ini berjudul komunikasi lintas budaya dan ketertarikan wisatawan (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Pembentukan Persepsi Wisatawan Internasional di Bukit Lawang) yang bertujuan untuk menganalisis apakah interaksi yang dilakukan oleh wisatawan dengan penduduk setempat berpengaruh pada kunjungan wisatawan Internasional di Bukit Lawang pada Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013. Penelitian ini mengunakan metode korelasional yang mencari hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis dengan mengunakan rumus Keofisien Korelasi Tata Jenjang ( Rank Order) oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus Ttest . Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel. Hasil uji hipotesa yang telah diperoleh dengan mengunakan SPSS 15.0. menunjukkan besar koefisien kerelasi Rank Spearman yaitu nilai Rho lebih besar dari nol yakni nilai korelasi (r) = 0,256 dan signifikansinya (2 tailed) = 0,18 (99,982%) ≤ α = 0,10 ( 90%). Berdasarkan pernyataan tersebut maka hipotesa Ho dan hipotesis alternative (Ha) diterima dan ini berarti komunikasi lintas budaya berpengaruh terhadap pembentukan persepsi wisatawan Internasional di Bukit Lawang dan hubungan ini memiliki nilai yang rendah tetapi pasti. Korelasi tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya komunikasi lintas budaya berpengaruh terhadap pembentukan persepsi wisatawan Internasional di Bukit Lawang. Tingkat signifikan suatu penelitian tergantung dari adanya pengaruh kuat dari variabel X ke variabel Y. Kata Kunci : Kuantitas, Budaya, Persepsi. PENDAHULUAN Berbicara tentang komunikasi antarbudaya tidak akan lepas dari membahas tentang dua konsep yang berbeda, tetapi pada akhirnya keduanya saling mendukung, bahkan ada saling ketergantungan (interdependency). Smith (Samovar et all 1993) menyatakan bahwa “komunikasi dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan” atau pernyataan Edward T.Hall (Samovar et all 1993) yaitu “ komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi”. Komunikasi antarbudaya memiliki dua konsep didalamnya yaitu konsep komunikasi dan konsep kebudayaan. Konsep komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui lambang-lambang 1 yang berarti, yaitu lambang verbal (lisan dan tulisan) dan lambang non-verbal (isyarat/gesture) dengan maksud untuk merubah tingkah laku. Sedangkan konsep kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (Koentjaraningrat, 2002). Ini berkaitan dengan berbagai perbedaan gagasan, ide, karya yang dibuat, dipelajari oleh manusia yang berada dalam kelompoknya masing-masing. Bila dalam pemaknaan mengenai komunikasi antarbudaya, maka dapat diartikan bahwa komunikasi antarbudaya itu sendiri sebagai pengalihan informasi dari seseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain. (Liliweri, 2003). Bahkan, William B. Hart II (Samovar et all 1993:145) menyatakan “perlu dicatat bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi”. Dengan demikian dianggap bahwa kebudayaan sangat mempengaruhi berjalannya interaksi yang terjadi antara mereka yang berbeda latarbelakang budaya. Seiring perkemangan zaman yang begitu pesat perlalulintasan antar kota, provinsi, bahkan negara bukan lagi menjadi suatu hal yang langka saat ini. Pertemuan dengan orang-orang baru dengan orang asing yang memiliki latar belakang, kebudayaan, agama, bangsa dan bahasa yang berbedapun tak dapat terhindarkan. Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis. Disinlah komunikasi antar budaya berperan penting, karena tak jarang terjadi akibat kesalahan dalam mengartikan sebuah kata dalam berkomunikasi memiliki dampak yang besar dari komunikasi tersebut.Seperti pada contoh berikut: Presiden Amerika Sekirat John Kennedy dan Presiden Meksiko Adolfo Lopez Meteos bertemu di Meksiko tahun 1962. Ketika mengendarai mobil, Kennedy memperhatikan tangan Presiden Meksiko. Kennedy pun memuji Lopez “ Betapa indahnya jam tangan anda”. Lopez segera memberikan arlojinya kepada Presiden Amerika seraya berkata,”Jam tangan ini milik anda sekarang”. Kennedy merasa malu karena pemberian itu. Ia berusaha menolaknya, namun Presiden Meksiko menjelaskan bahwa di negerinya ketika seseorang menyukai sesuatu, sesuatu itu harus di berikan kepadanya, kepemilikan adalah masalah perasaan dan kebutuhan manusia, bukan milik pribadi. “Kennedy terkesan oleh penjelasan itu dan menerima arloji itu dengan rendah hati. Tak lama kemudian, Presiden Lopez berpaling kepada Presiden Amerika dan berkata “Aduh, betapa cantiknya istri Anda,” yang di jawab oleh Kennedy” silahkan ambil kembali jam tangan Anda”. (Mulyana 2005:v) Contoh cerita diatas merupakan komunikasi antarbudaya. Yang berkibat fatal dikarenakan ketidak sepahaman dalam mengartikan suatu informasi yang didapat. Hingga saat ini kesalahan – kesalahan untuk memahami makna masih sering terjadi ketika kita bergaul dengan seseorang ataupun kelompok yang memiliki budaya yang berbeda. 2 KERANGKA TEORI Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya preposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmuah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku ( Effendy, 2002 : 241 ). Kerangka Teori menggambarkan dari teori yang mana suatu problem berasal atau dengan teori mana problem di kaitkan (Lubis,1998:107) BUDAYA Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objekobjek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.(Mulyana, 2005:18) Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Individuindividu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada dirinya. Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau menolak apa yang bertentangan dengan “kebenaran” kultural atau bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang seringkali merupakan landasan bagi prasangka yang tumbuh diantara anggota-anggota kelompok lain, bagi penolakan untuk berubah ketika gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi tantangan. PERSEPSI Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif. Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Seba gai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Beamer & Iris, 2008: 37). Dalam penelitian nantinya peneliti ingin melihat persepsi dari wisatawan Internasional yang berkunjung ke Bukit Lawang, berdasarkan informasi dan pengalaman yang dimiliki dengan komunikasi yang mereka lakukan terhadap penduduk setempat. Untuk itu, dalam melihat berbagai aktifitas masyarakat setempat yang diketahui dengan cara mengamati dan berkomunikasi dengan warga setempat sehingga menimbulkan berbagai perspektif dengan 10 karakteristik sebagai berikut: ( Deddy Mulyana, 2005 : 58) 3 1) Komunikasi dan bahasa 2) Pakaian dan Penampilan 3) Makanan dan Kebiasaan 4) Waktu dan Kesadaraan Akan Waktu 5) Penghargaan dan Pengakuan 6) Hubungan-hubungan 7) Nilai dan Norma 8) Rasa Diri dan Ruang 9) Proses Mental dan Belajar 10) Kepercayaan dan Sikap METODE PENELITIAN Untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah dibutuhkan sebuah metodelogi. Ada dua pendekatan penelitian yang populer, yaitu pendekatan kuantitatif (quantitative research) dan pendekatan kualitatif (qualitatif reaserch). Kedua penelitian tersebut meruapakan dua pendekatan yang berbeda meski saling melengkapi satu sama lain karena kedua jenis penelitian tersebut membangun jenis yang berbeda dari pengetahuan yang berguna dibidang ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Area masalah yang dikaji akan menentukan tipe pendekatan penelitian yang dilakukan. Pengetahuan peneliti mengenai dua tipe penelitian itu akan membantu menyeleksi secara akurat proses penelitian. (Sudarman Danim: 2002). Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tersusun secara sistematis antara bagian-bagian, fenomena serta hubungan yang terdapat dalam objek penelitian. POPULASI Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Pop Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, kebanyakan orang menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata populasi yang sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya kata populasi menjadi amat populer, dan digunakan berbagai disiplin ilmu. Populasi digunakan untuk menyebutkan serumpunan atau suatu kelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek tersebut dapat menjadi sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian ( Nawawi, 1995: 141). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah wisatawan internasional yang berkunjung di bukit lawang pada Maret 2013. Dari data yang didapat untuk melihat populasi yang ada pada Maret 2013. SAMPEL 4 Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1995: 144). Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada didalam populasi (Burhan Mungin, 2005: 102). Sampel yang menjamin ketepatan kesimpulan adalah sampel yang benar-benar representatif. Gambar 2 Sampel representatif sampel Populasi Sumber : Burhaman Mungin 2005 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Penelitian Perpustakaan (Library Research) Yaitu peneilitan yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan dapat mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian perpustakaan dilakukan dengan membaca memperlajari buku, jurnal, literatur, dan internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2.Penelitian Lapangan ( field reaserch ) Penelitian yang mengumpulkan data di lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian melalui kuesioner. Kuesioner adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden ( Nawawi, 1990 : 117 ) TEKNIK ANALISIS DATA Menurut Bogdan & Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengeksistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan orang lain (Singarimbun, 1955 : 263). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian korelasional, sehingga menggunakan analisis table tunggal, analisis table silang, dan uji hipotesis. 5 HASIL Peneilitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi wisatawan internasional yang berkunjung ke objek wisata di Bukit Lawang. Dimulai sejak bulan Maret 2013. Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, memperoleh data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat, mendapatkan izin penelitian dari Kepala Desa di Bukit Lawang serta semua hal-hal yang menyangkut penelitian , sehingga peneliti dapat mendapatkan data dan bimbingan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Berdasarkan data yang ada, maka peneliti langsung mendapatkan jumlah populasi dan menentukan sampel, dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Sehingga ditentukan total sampeling sebanyak 86 responden. Adapun model pertanyaan yang digunakan adalah dalam bentuk “Projective Questionaire”. Projective Questionaireadalah salah satu model pertanyaan ytang mengajukan pilihan jawaban kepada responden atau disebut dengan pertanyaan tertutup. Dan kuesioner tersebut juga memiliki model kuesioner semi terbuka, yaitu pertanyaan yang jawabannya lebih dari satu. Berdasarkan temuan yang diadapat selama melakukan penelitian pada Maret 2013 mengenai komunikasi non verbal, jarak kominikasi, pakaian dan penampilan, kepercayaan danl lainnya, yang merupakan sub pembahasan dari komunikasi lintas budaya yang telah dipaparkan oleh Edward T Hall sebelumnya. Selain menyebarkan kuesioner peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa responden untuk mendapatkan infromasi secara langsung yang dapat menguatkan hasil dari kuesioner tersebut. Pada pembahasan ini peneliti juga akan mengunakan index dari The Hofstede Center untuk mengetahui bagai mana pringkat Indonesia berdasarkan 5 dimensi lensa Model ( http://geert-hofstede.com/indonesia.html) sebagai berikut : Indonesia 90 80 70 60 50 Series 1 40 30 20 10 0 PDI IDV MAS UAI 1. Jarak komunikasi 6 LTO 2. 3. 4. 5. Rasa diri Maskulinitas dan Feminitas Penghindaran ketidak pastian Orientasi jangka panjang 7 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Dari hasil kesimpulan yang telah dilakukan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa motif komunikasi antar budaya di Bukit Lawang adalah untuk wisata semata. 2. Responden dan informan juga dapat memahami dengan baik budaya-budaya Indonesia di Bukit Lawang seperti penghargaan terhadap waktu, komunikasi konteks tinggi, rasadiri, ruang dan sebagainya. 3. Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatan pada objek wisata Bukit Lawang komunikasi lintas budaya bukan merupakan faktor utama untuk menarik minat wisatawan berkunjung. 4. Terdapat hubungan yang rendah tapi pasti antara intensitas komunikasi wisatawan Internasional terhadap pembentukan persepsi mengenai budaya di Bukit Lawang. Karena ada faktor-faktor lain yang tidak peneliti teliti. SARAN 1. Warga setempat harus meningkatkan efektifitas komunikasi lintas budaya dengan wisatawan. Sehingga wisatawan semakin terkesan dengan budaya, kebiasaan masyarakat, sehingga turut membantu mempromosikan Bukit Lawang kepada negara asal wisatawan tersebut. 2. Pentingnya perhatian pada pemerintah setempat dalam mengembangkan objek wisata baik dalam segi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan promosi .Sehingga objek wisata Bukit Lawang dapat beroprasi dengan efektif. 8 DAFTAR REFERENSI Beamer, Linda dan Iris Vaner. 2008. Intercultural Communication in The Global Work Place. New York: Mc Graw-Hill. Effendy, Oncong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : Remaja. Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gatra-gatra Pustaka Pelajar. Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Lubis, Suwardi. 1998. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Medan: USU Press. Mulyana, Dedy dan Jalaluddin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mungin, Burhan. 1995. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Nawawi, Hadari dan Martin Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Press. Samovar, A Larry dan Richard E Porter. 1993. Intercultural Communication . California : International Thomson Publishing. Singarimbun. 2005. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Sumber Internet: http://geert-hofstede.com/indonesia.html diakses pada 16 April 2013. 9