Uploaded by finnn.daaa

Soal 7

advertisement
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tinjauan pustaka tentang
Anatomi dan Fisiologi Saraf Okulomotor, Saraf Traklear dan Saraf Abdusen : Fungsi
Pergerakan Bola Mata dan Pemeriksaannya.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun,saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati
menerika saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Malang, 07 April 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
1.
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
2.1. SARAF KRANIAL YANG MEMPERSARAFI OTOT BOLA MATA ......................... 3
2.2. SARAF OKULOMOTOR (CN III) ................................................................................. 7
2.3. SARAF TROKLEAR (CN IV) ........................................................................................ 9
2.4. SARAF ABDUSEN (CN VI) ........................................................................................... 11
2.5. KELAINAN DAN PEMERIKSAAN CN III, IV DAN VI
2.5.1. Third Nerve Palsy ................................................................................................. 13
2.5.2. Fourth Nerve Palsy ............................................................................................... 16
2.5.3. Sixth Nerve Palsy ................................................................................................. 17
3.
KESIMPULAN ................................................................................................................ 20
4.
REFERENSI ..................................................................................................................... 21
1
1.
PENDAHULUAN
Saraf kranial adalah dua belas pasang serabut saraf yang memiliki peran untuk
mengatur fungsi organ-organ yang ada di kepala dan leher. Dua belas saraf kranial
memiliki fungsi yang berbeda : beberapa diantaranya adalah saraf sensorik yang
mengandung serabut sensorik, beberapa adalah saraf motorik yang hanya mengandung
serabut motorik, dan beberapa adalah saraf campuran yang mengandung serabut sensorik
dan motorik.
Enam dari dua belas saraf kranial mempersarafi rongga orbita. Keenam saraf kranial
tersebut adalah saraf optik (CN. II), saraf okulomotor (CN. III), saraf troklear (CN.IV),
saraf.trigeminus (CN.V), saraf abdusen (CN.VI) dan saraf fasialis (CN.VII). Saraf rongga
orbita berfungsi sebagai saraf motorik, sensorik, dan otonom. Saraf motorik mata terdiri
dari saraf okulomotor (CN.III), saraf troklear (CN.IV), dan saraf abdusen (CN.VI). Saraf
sensorik mata terdiri dari saraf optikus (CN. II) dan saraf trigerminal (CN.V) divisi
oftalmik. Tiga dari dua belas pasang saraf kranial tersebut merupakan saraf motorik yang
berperan dalam fungsi pergerakan bola mata, yaitu saraf okulomotor, saraf troklearis, dan
saraf abdusen.2
Gambar 1.1. Saraf kranial
Dikutip dari: Peate2
2
Tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi saraf
okulomotor, saraf troklear, dan saraf abdusen. Pengetahuan mengenai anatomi dan
fisiologi saraf yang berperan dalam pergerakan bola mata akan membantu mengenali
kelainan pada pergerakan bola mata dan bagaimana pemeriksaannya.
3
2.1. SARAF KRANIAL YANG MEMPERSARAFI OTOT BOLA MATA
Fisura orbital superior dibagi menjadi dua bagian oleh cincin fibrous yang
membentuk otot utama yang menggerakkan bola mata, yang juga juga mencakup kanal
optik.
Gambar 2.1. Arteri dan nervus pada orbita
Dikutip dari: Paulsen7
Fisura orbital superior adalah celah tempat jaringan seperti otot, pembuluh darah dan
saraf. Celah ini merupakan portal masuk untuk sejumlah struktur penting, diantaranya:
a. Di atas cincin: frontal, cabang lakrimal, dan saraf troklear (CN IV)
b. Di dalam cincin: saraf okulomotor (CN III), nasosiliaris dan saraf abdusen (CN VI).1
4
Gambar 2.2. Saraf penggerak bola mata yang masuk melalui fisura orbital superior
Dikutip dari: Faiz1
Gambar 2.3. Otot yang menggerakkan bola mata
Dikutip dari: Paulsen7
Pergerakan bola mata merupakan fungsi dari otot yang menggerakkan bola mata
(Gambar 2.3). Otot yang menggerakkan bola mata berasal dari cincin fibrous dan
menyebar membentuk fibromuskular kerucut yang membungkus bola mata. Untuk
menjalankan fungsinya, otot yang menggerakkan bola mata tidak terlepas dari peran saraf
okulomotor, troklear, dan abdusen. Berikut ini merupakan fungsi dari masing-masing otot
penggerak bola mata, diantaranya:
a. Otot rektus lateral menggerakkan bola mata ke arah lateral (abduksi)
b. Otot rektus medial menggerakkan bola mata ke arah medial
c. Otot rektus superior menggerakkan bola mata ke arah atas, membantu otot oblik
superior memutar bagian atas mata membentuk gerakan adduksi
5
d. Otot rektus inferior menggerakkan bola mata ke arah bawah
e. Otot oblik superior memutar bagian atas mata membentuk gerakan depresi dan
abduksi
f. Sedangan otot oblik inferior memutar bagian atas mata membentuk gerakan abduksi,
membantu membentuk gerakan elevasi.1
Gambar 2.4. Otot ekstraokular yang menggerakkan mata
Dikutip dari: Barker3
Saraf okulomotor berasal dari otak tengah pada tingkat kolikulus superior dan
memasok semua otot ekstraokular selain rektus lateral dan oblik superior. Saraf
okulomotor juga membawa persarafan parasimpatis ke mata, dan merupakan persarafan
utama dari levator palpebrae superior. Saraf troklear berasal dari otak tengah pada tingkat
kolikulus inferior, dan keluar dari batang otak secara dorsal. Saraf troklear memasok otot
oblik superior. Saraf abdusen berasal dari bagian bawah pons. Saraf abdusen memasok
otot rektus lateral.3
Pada pergerakan bola mata terdapat istilah duksi (ductions). Duksi merupakan
gerakan monokular, yaitu gerakan yang hanya melibatkan satu bola mata. Rotasi terhadap
sumbu vertikal menghasilkan adduksi dan abduksi. Adduksi adalah gerakan bola mata ke
arah medial, sedangkan abduksi adalah gerakan bola mata ke arah lateral. Rotasi terhadap
sumbu horizontal menghasilkan elevasi (supraduksi) dan depresi (infraduksi). Elevasi
adalah gerakan bola mata ke arah atas, depresi adalah gerakan bola mata ke arah bawah.
Rotasi terhadap sumbu yang sejajar dengan aksis visual menghasilkan intorsi
(insikloduksi) dan ekstorsi (eksikloduksi). Intorsi adalah gerakan bola mata rotasi arah
jam 12 limbus superior ke arah medial, ekstorsi adalah gerakan bola mata rotasi arah jam
12 limbus superior ke arah lateral.6
6
Gambar 2.5. Diagram duksi, yang merupakan gerakan bola mata monokular
Dikutip dari: Wright6
Saraf
Asal
Okulomotor Otak tengah
Otot Bola Mata yang
Dipersarafi
Otot rektus medial
Otot rektus inferior
Otot oblik inferior
Troklear
Abdusen
Otak tengah
Pons
Otot rektus superior
Otot levator palpebral superior
Otot oblik superior
Otot rektus lateral
Fungsi
Adduksi
Depresi, adduksi,
ekstorsi
Elevasi, adduksi,
ekstorsi
Elevasi, adduksi, intorsi
Elevasi kelopak mata
Depresi, abduksi, intorsi
Abduksi
Dikutip dari: Snell5
Duksi
Supraduksi
Infraduksi
Adduksi
Abduksi
Ekstorsi
Intorsi
Dikutip dari: Wright6
Otot Sinergis
Penggerak Utama
Penggerak Sekunder
Otot rektus superior
Otot oblik inferior
Otot rektus inferior
Otot oblik superior
Otot rektus medial
Otot rektus superior/ rektus inferior
Otot rektus lateral
Otot oblik superior/ oblik inferior
Otot oblik inferior
Otot rektus inferior
Otot oblik superior
Otot rektus superior
7
2.2. SARAF OKULOMOTOR (CN III)
Saraf okulomotor mensuplai semua otot ekstraokular kecuali otot oblik superior dan
rektus lateral, termasuk otot-otot intraokular, sfingter pupil, dan otot siliaris dengan serat
parasimpatis. Saraf okulomotor muncul dari aspek anterior medial otak tengah ke tangkai
serebral. Terletak di dalam ruang subarachnoid, melewati antara arteri serebral posterior
dan serebelum superior dan berjalan ke depan lateral dan sejajar dengan posterior
communicating artery (PCA). Menembus arachnoid dan terletak di antara batas tetap dan
bebas dari tentorium cerebelli.
Di sisi lateral proses klinoid posterior, saraf melubangi dura mater dan berada di
dinding lateral sinus kavernosus di atas saraf troklear. Saraf kemudian berjalan ke depan
dan menerima cabang komunikasi sensorik dari divisi oftalmikus saraf trigeminal dan
cabang simpatis dari saraf pleksus di sekitar arteri karotis internal. Saraf ini disilangkan
di sini di sisi lateral oleh saraf troklear dan distal dari divisi oftalmikus saraf trigeminal.
Saraf okulomotor sekarang membelah menjadi divisi superior kecil dan divisi inferior
besar, yang memasuki orbit melalui fisura orbital superior di dalam cincin tendon.
Gambar 2.6. Jalur dan distribusi saraf okulomotor kanan
Dikutip dari: Snell5
Divisi superior dari saraf okulomotor melewati bagian atas lateral saraf optik dan
memasuki otot rektus superior di persimpangan proksimal dan bagian tengah. Setelah
memasok otot rektus superior, saraf menembus otot dan berakhir dengan memasok otot
levator palpebrae superioris. Kadang-kadang cabang ke otot levator melewati batas
medial rektus superior.
8
Divisi inferior saraf okulomotor terbagi menjadi tiga cabang, yang memasok rekti
medial dan inferior serta otot oblik inferior. Cabang ke rektus medial melewati saraf optik
secara medial untuk memasuki permukaan lateral otot di persimpangan antara proksimal
dan tengah. Cabang ke rektus inferior berjalan ke depan di permukaan atasnya dan
memasuki otot di persimpangan sepertiga proksimal dan tengah. Cabang ke otot oblik
inferior, cabang terpanjang, melewati ke depan dekat dengan dasar orbital dan lateral dari
otot rektus inferior. Saraf memasuki batas posterior otot oblik.
Saraf ke otot oblik inferior memunculkan cabang pendek dan tebal, yang melewati
ganglion siliaris. Cabang ini mengandung serabut parasimpatis dari saraf okulomotor
yang akan bersinaps di ganglion siliaris. Serabut postganglionik akan melewati saraf
siliaris pendek untuk memasok pupila sfingter dan otot siliaris.
Gambar 2.7. Nukleus saraf okulomotor dan koneksi saraf pusatnya
Dikutip dari: Snell5
Saraf okulomotor memiliki dua inti motorik: 1) nukleus motorik utama dan 2)
nukleus parasimpatis aksesori. Nukleus motorik utama terletak di bagian anterior materi
abu-abu yang mengelilingi saluran cairan otak tengah. Terletak pada tingkat kolikulus
superior. Nukleus mensuplai semua otot ekstrinsik mata kecuali superior oblique dan
rektus lateral. Serabut saraf keluar melewati melalui inti merah secara anterior dan
muncul di permukaan anterior otak tengah.
Nukleus okulomotor utama menerima serat kortikonuklear dari kedua belahan otak.
Menerima serabut tekto bulbar dari kolikulus superior dan rute ini disuplai informasi dari
korteks visual. Nukleus okulomotor utama juga menerima serat dari medial longitudinal
9
fasciculus, yang dengannya terhubung ke inti saraf kranial keempat, keenam, dan
kedelapan.
Nukleus parasimpatis aksesori (inti Edinger-Westphal) terletak di posterior nukleus
okulomotor utama. Akson sel saraf, yang bersifat preganglionik, menyertai serabut
okulomotor lainnya ke orbit. Di sini mereka bersinaps di ganglion cilimy, dan serabut
postganglionik melewati saraf siliaris pendek ke pupil konstriktor iris dan otot siliaris.
Inti parasimpatis aksesori menerima serat kortikonuklear untuk refleks akomodasi dan
serat dari nukleus pretektal untuk refleks cahaya langsung dan konsensual. Oleh karena
itu, saraf okulomotor seluruhnya bersifat motorik dan bertanggung jawab untuk
mengangkat kelopak mata bagian atas, memutar mata ke atas, ke bawah, dan medial,
menyempitkan pupil, dan mengakomodasi mata.5
2.3. SARAF TROKLEAR (CN IV)
Saraf troklear, saraf kranial yang paling ramping, memasok otot oblik superior di
orbit. Saraf troklear, saraf kranial yang paling ramping, dan satu-satunya yang
meninggalkan permukaan posterior batang otak, muncul dari otak tengah dan segera
berdekusi dengan saraf ide yang berlawanan. Saraf masuk secara lateral dan maju di
ruang subarachnoid di sekitar batang otak (Gambar 2.8) dan kemudian menembus
arachnoid dan melubangi dura mater tepat di bawah batas bebas tentorium cerebelli dekat
dengan proses klinoid posterior.
Saraf kemudian melewati ke depan di dinding lateral sinus kavernosus, terletak di
bawah saraf okulomotor dan di atas divisi oftalmikus saraf trigeminal. Di ujung anterior
sinus kavernosus, saraf troklear melintasi lateral saraf okulomotor dan memasuki orbit
melalui fisura orbital superior di atas cincin tendinus dan medial ke saraf frontal. Saraf
sekarang lewat medial di atas asal levator palpebrae superioris dan memasuki permukaan
atas otot oblik superior sebagai rangkaian cabang kecil (Gambar 2.9).
10
Gambar 2.8. Asal dan jalannya saraf troklear kanan dari otak tengah
Dikutip dari: Snell5
Gambar 2.9. Penghentian saraf troklear pada otot oblik superior
Dikutip dari: Snell5
11
Gambar 2.10. Nukleus saraf troklear dan koneksi saraf pusatnya
Dikutip dari: Snell5
Nukleus troklear terletak di bagian anterior materi abu-abu yang mengelilingi saluran
cairan serebral otak tengah (Gambar 2.10). Terletak lebih rendah dari inti okulomotor
utama pada tingkat kolikulus inferior. Serabut saraf, setelah meninggalkan nukleus,
melewati posterior di sekitar materi abu-abu pusat untuk mencapai permukaan posterior
otak tengah, tempat mereka keluar.
Nukleus troklear menerima serat kortikonuklear dari kedua belahan otak, yang
menerima serat tekto bulbar, yang menghubungkannya ke korteks visual melalui
kolikulus superior (Gambar 2.10), dan juga serat dari faskikulus longitudinal medial,
yang dengannya ia terhubung ke inti saraf kranial ketiga, keenam, dan kedelapan. Oleh
karena itu saraf troklear seluruhnya bersifat motorik. Ini memasok otot oblik superior dan
dengan demikian membantu dalam memutar mata ke bawah dan ke samping.5
2.4. SARAF ABDUSEN (CN VI)
Saraf abdusen adalah saraf kecil yang menyuplai otot rektus lateral bola mata. Saraf
abdusen muncul dari permukaan anterior batang otak dalam alur antara batas bawah pons
dan medula oblongata. Terletak di dalam ruang subarachnoid. Saraf berjalan ke atas, ke
depan, dan ke lateral dan menembus dura lateral dorsum sellae tulang sphenoid. Sekarang
tulang ini membuat tikungan tajam ke depan melintasi batas atas yang tajam dari bagian
petrous dari tulang temporal dekat apeksnya. Saraf melewati ke depan dalam sinus
kavernosus, ditutupi oleh endotel. Saraf terletak inferolateral dari arteri karotis interna. Ia
12
memasuki orbit melalui fisura orbital superior antara dua divisi saraf okulomotor dan di
dalam cincin tendon. Saraf abdusen berakhir dengan melewati ke depan untuk memasuki
permukaan medial dari otot rektus lateral.
Gambar 2.11. Saraf abdusen (N.III) di susunan saraf kranial
Dikutip dari: Paulsen7
Gambar 2.12. Nukleus saraf abdusen dan koneksi saraf pusatnya
Dikutip dari: Snell5
13
Selama perjalanan saraf abdusen melalui sinus kavernosus, ia menerima cabang
simpatis dari pleksus karotis interna. Kemudian serabut ini meninggalkan saraf abdusen
untuk bergabung dengan saraf oftalmikus.Nukleus motorik kecil dan terletak di bawah
lantai bagian atas ventrikel keempat. Letaknya dekat dengan garis tengah dan di bawah
kolikulus fasialis (Gambar 2.12). Nukleus menerima serat kortikonuklear aferen dari
kedua belahan otak. Ia menerima saluran bulbar tekto dari kolikulus superior, di mana
korteks visual terhubung ke nukleus. Ia juga menerima serabut dari medial longitudinal
faskikulus, yang dengannya ia terhubung ke inti saraf kranial ketiga, keempat, dan
kedelapan (Gambar 2.12). Saraf abdusen seluruhnya merupakan saraf motorik. Ini
memasok otot rektus lateral dan karena itu bertanggung jawab untuk memutar mata ke
lateral.5
2.5. KELAINAN DAN PEMERIKSAAN CN III, CN IV DAN CN VI
2.5.1. Third Nerve Palsy (Kelumpuhan Saraf Okulomotor)
Pada lesi lengkap pada saraf okulomotor, mata tidak dapat digerakkan ke atas,
ke bawah, atau ke dalam. Saat istirahat, mata melihat ke lateral (strabismus
eksternal) karena aktivitas rektus lateral dan ke bawah karena aktivitas oblikus
superior. Pasien mengalami diplopia. Ada ptosis pada kelopak mata atas akibat
kelumpuhan levator palpebra superioris. Pupil melebar secara luas dan tidak
reaktif terhadap cahaya karena paralisis pupil sfingter dan aksi dilator yang tidak
berlawanan (disuplai oleh simpatis). Akomodasi mata lumpuh.
Lesi yang tidak lengkap pada saraf okulomotor sering terjadi dan mungkin
terjadi pada otot ekstraokuler atau otot intraokular. Kondisi di mana persarafan
otot ekstraokular terhindar dengan hilangnya selektif persarafan otonom pupil
sfingter dan otot siliaris disebut ophthalmoplegia internal. Kondisi di mana pupil
sfingter dan otot siliaris terhindar dari kelumpuhan otot ekstraokular disebut
ophthalmoplegia eksternal.
Sifat penyakit juga berperan. Misalnya, pada neuropati diabetik, pupil dan
otot siliaris tetap tidak terpengaruh, dan pada lesi pada nukleus saraf okulomotor
biasanya serabut otonom tidak terpengaruh. Kondisi yang paling sering
mempengaruhi saraf okulomotor adalah diabetes, aneurisma, tumor, trauma,
peradangan, dan penyakit pembuluh darah.
Lesi Orbital: karena dua divisi saraf okulomotor terletak di dalam kerucut
otot yang melewati bola mata, kemungkinan besar akan tertekan oleh tumor
retrobulbar, seperti glioma saraf optik, atau oleh meningioma meningeal selubung
14
saraf itu. Selain proptosis dan perubahan penglihatan, tanda dan gejala dari
keterlibatan saraf abducent dan nasociliary juga dapat menjadi bukti.
Lesi Sinus Cavernosa: okulomotor, troklear, abdusen, dan bahkan divisi
oftalmikus saraf trigeminal dipengaruhi oleh trombosis sinus kavernosus.
Aneurisma arteri karotis interna di dalam sinus kavernosus dapat menekan saraf
ini. Karena dekatnya jarak antara saraf abdusensi dengan arteri, saraf tersebut
kemungkinan besar akan terpengaruh lebih dulu. Ketika dua divisi saraf
okulomotor memasuki orbit melalui fisura orbital superior, mereka mungkin
terlibat dengan saraf troklear, abdusen, dan simpatis, bersama dengan saraf
lakrimal, frontal, dan nasosilia. Meningioma, fraktur tengkorak, dan supurasi
sinus udara sphenoid mungkin menjadi penyebabnya.
Lesi Fossa Interpeduncular: pada fossa interpeduncular, saraf terletak dekat
dengan arteri serebral posterior, arteri serebelar superior, dan arteri komunikasi
posterior. Aneurisma di salah satu arteri ini dapat menekan saraf okulomotor.
Meningitis kronis yang disebabkan oleh sifilis, tuberkulosis, atau zoster dapat
melibatkan saraf di ruang subarachnoid. Kompresi dari tumor di pangkal otak juga
terjadi di situs ini. Peregangan traumatis saraf saat melewati fonvard untuk
memasuki dinding lateral tetap sinus kavernosus dapat terjadi dengan cedera
kepala yang parah.
Lesi Otak Tengah: lesi di dalam otak tengah seringkali bersifat vaskular. Pada
sindrom Benedikt, yang terjadi setelah oklusi suplai darah ke otak tengah, tidak
hanya terdapat lesi lengkap pada saraf okulomotor di satu sisi tetapi, karena
keterlibatan nukleus merah dan lemniskus medial di sisi yang sama, terdapat
gerakan tak sadar kontralateral dari ekstremitas dan hemianesthesia kontralateral.
Pada sindrom Weber, yang disebabkan oleh oklusi cabang arteri serebral posterior
ke otak tengah, terdapat keterlibatan saraf okulomotor dan krus serebri di sisi
yang sama. Ada lesi lengkap pada saraf okulomotor di sisi yang sama dan
kelumpuhan kontralateral pada bagian bawah wajah, lidah, dan lengan serta
tungkai.5
15
Gambar 2.13. Tanda kelumpuhan saraf okulomotor
Dikutip dari: Olver4
Gejala :
1. Diplopia, horizontal dan/atau vertikal
2. Ptosis
3. Dilatasi pupil
4. Sakit kepala, nyeri dengan keterlibatan pupil - singkirkan kemungkinan
aneurisma PCA (Posterior Communicating Artery) sesegera mungkin
Tanda :
1. Ptosis
2. Exotropia, merupakan salah satu kondisi strabismus (mata juling), dimana
ketika salah satu mata melihat lurus ke arah objek, maka bola mata yang lain
akan melihat ke arah luar
3. Hypotropia, merupakan salah satu kondisi strabismus, dimana ketika salah satu
mata melihat lurus ke arah objek, maka bola mata yang lain akan melihat ke
arah bawah
4. Dilatasi pupil
5. Adanya keterbatasan pada pergerakan bola mata elevasi, depresi dan adduksi.
Bisa mengalami salah satu dari tanda tersebut atau kombinasi
Etiologi :
1. Iskemik/vaskular : diabetes mellitus, hipertensi, vaskulitis atau migrain
2. Lesi kompresi : aneurisma PCA, tumor
3. Trauma
4. Kerusakan pada saraf okulomotor.4
16
2.5.2. Fourth Nerve Palsy (Kelumpuhan Saraf Troklear)
Pada lesi saraf troklear pasien mengeluhkan penglihatan ganda, karena
gambar kedua mata miring relatif satu sama lain. Otot oblik inferior antagonis
yang berlebihan akan menyebabkan mata paretik menjadi hipertropik pada posisi
primer. Secara khas, kepala pasien dimiringkan ke sisi yang tidak terlibat dengan
dagu tertekan. Ini adalah upaya tidak sadar dari pihak pasien untuk
mengkompensasi diplopia, terutama efek torsi dari paresis otot.
Lesi Sinus Cavernosa: troklear, okulomotor, abdusen, dan divisi oftalmikus
saraf trigeminal dapat terlibat dalam trombosis sinus kavernosus atau aneurisma
arteri karotis interna. Tumor yang mengganggu fisura orbital superior juga dapat
menekan saraf ini bersama dengan saraf simpatis.
Lesi Ruang Subarachnoid: memar atau peregangan saraf troklear biasanya
terjadi sebagai komplikasi dari cedera kepala. Saraf rusak di tempat di mana ia
keluar di permukaan dorsal velum meduler superior atau saat melewati otak
tengah untuk memasuki dinding lateral sinus kavernosus.
Lesi Otak Tengah: lesi vaskular pada bagian punggung otak tengah mungkin
melibatkan nukleus saraf troklear dan juga saraf okulomotor. Karena serabut saraf
troklear membusuk di velum meduler superior, kelumpuhan okulomotor akan
berhubungan dengan kelumpuhan saraf troklear kontralateral.5
Gambar 2.14. Tanda kelumpuhan saraf troklear
Dikutip dari: Olver4
17
Gejala : diplopia vertikal
Tanda :
1. Kepala miring berlawanan dengan sisi lesi, sebagai usaha untuk meminimalkan
diplopia
2. Hypertropia (kondisi strabismus, dimana ketika salah satu mata melihat lurus
ke arah objek, maka bola mata yang lain akan melihat ke arah atas) pada sisi
yang terkena
3. Keterbatasan pergerakan bola mata ke arah bawah dan ke arah kanan jika lesi
dialami oleh sisi kiri, dan sebaliknya
4. Tanda Bielchowsy, yaitu hypertropia pada bagian yang terpengaruh menjadi
lebih buruk jika memiringan kepala ke sisi yang sama (Gambar 2.14)
Etiologi :
1. Trauma adalah penyebab yang umum
2. Iskemik/vaskular : diabetes mellitus, hipertensi atau vaskulitis
3. Lesi kompresi : misal tumor intrakranial
4. Kongenital.4
2.5.3. Sixth Nerve Palsy (Kelumpuhan Saraf Abdusen)
Pada lesi pada saraf abdusen, pasien tidak dapat mengalihkan pandangan ke
samping. Ketika pasien melihat lurus ke depan, rektus lateral lumpuh dan rektus
medial yang tidak dilawan menarik bola mata ke arah medial, menyebabkan
esotropia (strabismus internal).
Lesi Orbital, Fisura Orbital Superior, dan Sinus Kavernosa: di orbit saraf
abdusen terletak di dalam kerucut otot ekstraokular bersama dengan dua divisi
saraf okulomotor, saraf nasosiliaris, dan saraf optik. Semua saraf ini dapat ditekan
oleh tumor retrobulbar. Kerentanan serupa ada di celah orbital superior. Pada
sinus kavernosus, saraf abdusensi dapat dipengaruhi oleh trombosis. Karena
hubungannya yang erat dengan arteri karotis interna, arteri ini dapat dengan
mudah dikompresi oleh aneurisma arteri tersebut.
Saraf abdusen memiliki anatomi yang ramping dan panjang, dan jalurnya dari
batas bawah pons ke sinus kavernosus membuatnya sangat rentan terhadap
kerusakan pada cedera kepala. Ini juga cenderung rusak oleh peregangan jika
batang otak tergeser oleh tekanan intrakranial yang meningkat. Sebelum
penggunaan antibiotik, penyakit telinga tengah biasanya menyebar ke bagian
petrosa dari tulang temporal dan selubung meninges. Kedekatan saraf trigeminal
18
dan saraf abdusen ke ujung tulang petrous sering menyebabkan keterlibatannya
(sindrom Gradenigo). Nyeri mengacu pada mata dan wajah dan berhubungan
dengan kelumpuhan saraf keenam yang menjadi ciri sindrom ini.
Lesi Pons : di dalam pons saraf wajah berputar di sekitar inti saraf abdusen.
Lesi vaskular yang melibatkan area ini dapat menyebabkan kelumpuhan saraf
abdusen dan wajah serta hemiplegia kontralateral (sindrom Millard-Gubler).5
Gambar 2.15. Tanda kelumpuhan saraf abdusen
Dikutip dari: Olver4
Gejala : diplopia horizontal
Tanda :
1. Esotropia (kondisi strabismus, dimana satu atau dua mata berbelok ke dalam)
2. Keterbatasan pergerakan bola mata abduksi pada sisi yang terkena
Etiologi :
1. Iskemik/vaskular : diabetes mellitus, hipertensi atau vaskulitis
2. Tumor intrakranial atau nasofaring
3. Trauma, misal dasar tengkorak yang retak.4
Lesi Supramotornuklir
Perlu diingat bahwa inti motorik saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam
menerima serabut saraf berikut: 1) serabut kortikonuklear dari kedua belahan otak,
2) serabut tektobulbar dari kolikulus superior menerima informasi dari korteks
visual, dan 3 ) serabut fasciculus longitudinal medial yang menghubungkan inti
saraf kranial ketiga, keempat, keenam, dan kedelapan satu sama lain dan juga ke
pusat pandangan, dan mungkin ke otak kecil. Koneksi saraf penting ini
19
memungkinkan kedua bola mata, biasanya, untuk bergerak bersama sehingga
sejajar.
Lesi pada Korteks Serebral dan Jalurnya: lesi seperti itu memungkinkan
pergerakan bola mata tetap sejajar dan paralel, dan diplopia tidak terjadi. Lesi
destruktif di bidang mata frontal atau oksipital menyebabkan mata mengarah ke
sisi lesi. Lesi iritasi pada bidang mata ini menyebabkan mata mengarah ke sisi
berlawanan dari lesi.
Abnormalitas Pandangan Vertikal (Sindrom Parinaud): tumor di otak tengah
atau tumor kelenjar pineal dapat mempengaruhi pusat pandangan vertikal. Dengan
kondisi ini, pasien tidak dapat mengangkat atau menekan mata sesuai perintah.
Abnormalitas Pandangan Horizontal: tumor pada pons dapat mempengaruhi
pusat pandangan horizontal pada lesi pada fasciculus longitudinal medial.
Hubungan antara inti motorik ketiga dan inti motorik keenam terputus. Ketika
pasien diminta untuk melihat ke samping, mata di sisi normal bergerak dengan
benar, tetapi mata yang berlawanan gagal mengikuti. Misalnya, mata tidak
bergerak ke posisi adduksi yang seharusnya, tetapi mata yang seharusnya
abduktus melakukannya, meskipun menunjukkan nistagmus yang kasar. Rektus
medial gagal menggerakkan bola mata ke posisi adduksi. Jika pasien sekarang
diminta untuk menyatukan mata, hal ini terjadi secara normal yang menunjukkan
bahwa inti okulomotor dan sambungan periferalnya normal, tetapi sambungan
fasikulus longitudinal medial mengalami masalah.5
20
3.
KESIMPULAN
Saraf
okulomotor, troklear dan abdusen adalah saraf motorik yang merupakan
bagian dari saraf kranial yang berperan dalam fungsi pergerakan bola mata, dengan
bertindak sebagai pemasok pada otot bola mata. Saraf okulomotor berperan memasok
semua otot ekstraokular kecuali otot oblik superior dan rektus lateral, yang menghasilkan
gerakan otot bola mata adduksi, elevasi, depresi, intorsi, ekstorsi, dan elevasi kelopak
mata. Saraf troklear berperan memasok otot oblik superior yang menghasilkan gerakan
depresi, abduksi dan intorsi. Sedangkan saraf abdusen berperan memasok otot rektus
lateral, yang menghasilkan gerakan abduksi. Dengan memahami anatomi dan fisiologi
dari saraf okulomotor, troklear dan abdusen, dapat membantu memeriksa adanya kelainan
pada otot bola mata.
21
REFERENSI
1. Faiz O, Moffat D. Anatomy at a Glance. Malden: Blackwell Science. 2002. 154-155.
2. Peate I, Nair M. Anatomy and Physiology for Nurses at a Glance. West Sussex: WileyBlackwell. 2015. 20-21.
3. Barker RA, Cicchetti F. Neuroanatomy and Neuroscience at a Glance : and
Neuropharmacology by M. J. Neal. 4th Ed. West Sussex: Wiley-Blackwell. 2012. 22-23.
4. Olver J, Cassidy L. Ophtalmology at a Glance. Malden: Blackwell Science. 2005. 104-105.
5. Snell RS, Lemp MA. Clinical Anatomy of the Eye. 2th Ed. Malden: Blackwell Science.
2012. 296-312.
6. Wright KW, Spiegel PH, Thompson LS. Handbook of Pediatric Strabismus and
Amblyopia. New York: Springer. 2006. 26-27.
7. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Ed. 15. Munich: Urban & Fischer.
2011.
Download