Uploaded by User98973

Makalah Sistem Pemerintahan Daerah

advertisement
REFORMASI PELAYANAN PUBLIK PADA ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 DI KOTA MALANG
Oleh:
Nama: Irkhamul Umam
NIM: 21801091130
PROGAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah saya dengan judul “Reformasi
Pelayanan Publik Pada Era Revolusi Industri 4.0 Di Kota Malang”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu saya haturkan untuk junjungan nabi besar kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariat agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
membantu saya selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini
mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
.
Malang, 12 November 2020
Irkhamul Umam
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 5
D. Manfaat Teoritis ................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
A. Deskripsi Detail Kajian Teori Yang Digunakan .................................................................. 6
B. Kerangka Teoritis Yang Berisi Keterkaitan Ide/Tema ...................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 17
A. Gambaran Umum Lokasi ................................................................................................... 17
B. Hubungan Lokasi Dengan Tema/Ide ................................................................................. 17
BAB IV ......................................................................................................................................... 18
A. Deskripsi Fokus Ide/Tema ................................................................................................. 18
B. Analisis Dan Interpretasi.................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah negara yang berbentuk republik, Indonesia menganut
sistem pemerintahan presidensial yang dimana dalam penyelenggaraan
pemerintahannya menggunakan konsep pemisahan kekuasaan antara eksekutif,
legislatif dan yudikatif. Konsep pemisahan kekuasaan yang diterapkan di
Indonesia direalisasikan dalam bentuk otonomi daerah. Dasar diterapkannya
otonomi
daerah
diatur
dalam
Undang-undang
No.
23
Tahun
20141yangmerupakan pembaharuan dari Undang-undang No. 32 Tahun 2004.
Pada dasarnya terdapat tiga asas dasar yang merupakan inti dari adanya otonomi
daerah, antara lain asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas
pembantuan. Asas desentralisasi menitikberatkan pada penyerahan kewenangan
dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur dan
mengelola rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. Dalam hal ini, tidak semua
urusan pemerintahan pusat diserahkan kepada pemerintahan daerah yang
berkaitan dengan urusan pemerintahan absolut yang diatur dalam UU No. 23
Tahun 2014 Pasal (10) Ayat 1. Asas dekonsentrasi dijelaskan dalam UU No. 23
Tahun 2014 Pasal (1) Ayat 9 merupakan pelimpahan sebagian urusan pemerintah
yang adalah kewenangan pemerintahanpusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintahan pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada
gubernur dan bupati/walikota sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan
umum. Asas tugas pembantuan merujuk pada penugasan dari pemerintahan pusat
kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan pemerintahan pusat atau dari pemerintahan provinsi kepada
daerah kabupaten/kota untuk menjalankan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah provinsi.
Dengan adanya kewenangan yang telah diatur dalam otonomi daerah
maka setiap daerah mempunyai pola dan strateginya masing-masing dalam
1
mengatur dan mengelola pemerintahan daerahnya. Seiring dengan adanya
perkembangan zaman, setiap daerah dituntut agar dapat menyesuaikan
pelaksanaan pemerintahan dengan perkembangan zaman. Hal tersebut
mendorong Pemerintahan Kota Malang untuk bertransformasi dari pola pelayanan
publik yang menggunakan pola konvensional berlaih ke pola yang lebih modern.
Kesiapan sebuah daerah dalam menyikapi perubahan yang ada di era revolusi
industri 4.0 harus sejalan, dimana antara internal pemerintah dan juga masyarakat
saling inheren. Kolaborasi yang diciptakan menentukan pola perkembangan yang
tercipta dalam pengelolaan wilayah disetiap daerah.
Pemerintahan Kota Malang secara administratif masuk dalam lingkup
Provinsi Jawa Timur yang juga memiliki legitimasi untuk mengelola jalannya
rumah tangga pemerintahan daerah berdasarkan amanat dari Undang-undang No.
23 Tahun 2014 mengenai otonomi daerah. Sehubungan dengal hal termaktub,
maka konsekuensi logis dengan adanya Undang-undang otonomi daerah,
Pemerintahan Kota Malang dituntut untuk menciptakan pola pelayanan publik
yang lebih dekat dengan masyarakat. Untuk menunjang pelayanan publik yang
baik, dibutuhkan kesiapan internal birokrasi yang baik sebagai pelayan publik.
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
diterjemahkan dalam bentuk Peraturan Walikota Malang No. 46 Tahun 2016
tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan
Kepegawaian Daerah, secara legitimasi telah menugaskan kepada Badan
Kepegawaian Daerah untuk melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan
daerah dalam bidang kepegawaian.Hal tersebut secara spesifik dijabarkan dalam
Undang-undang No. 46 Tahun 2016 Bab II Pasal (2) Ayat 1.
Berdasarkan landasan tersebut, internal birokrasi yang ditekankan dalam
hal ini adalah bagian dari tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah.
Badan Kepegawaian Daerah secara struktural hierarkis merupakan perpanjangan
tangan dari Badan Kepegawaian Negara yang ada di daerah. Pola pendekatan
yang ditonjolkan dalam mengelola bidang kepegawaian di daerah disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada di daerah masing-masing. Seiring dengan
perkembangan zaman, tentu memiliki dampak yang signifikan terhadap tata cara
2
pengelolaan sumberdaya kepegawaian yang ada di Kota Malang. Perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat menuntut setiap daerah termasuk Kota
Malang untuk bisa meningkatkan mutu pelayanan publik berbasis kinerja
birokrasi yang efektif dan efisien. Hal tersebut masih terjadi problem sistematik
dalam melihat interelasi antara konsep pelayanan birokrasi yang berbasis kinerja
dengan tuntutan publik yang beragam dalam menyikapi pola perubahan yang
ditawarkan oleh perkembangan teknologi.
Dalam mewujudkan kesiapan birokrasi untuk menyongsong kesiapan
birokrasi berdasarkan konsep good governance, peran pemerintah sebagai
katalisator merupakan tuntutan sentral yang harus dipenuhi oleh sumber daya
pegawai yang ada di pemerintahan. Berdasarkan konsep good governance,
hubungan antara kesiapan birokrasi dan kinerja yang dihasilkan adalah simetris.
Artinya bahwa dibutuhkan reformasi birokrasi dalam menjawab setiap persoalan
tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No. 11 Tahun 2015 yang merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Designreformasi birokrasi
secara gamblang menjadi kajian pentingbagi pemerintah daerah dalam mengelola
sumber daya pegawainya yang ada di daerah masing-masing. Konsep
penyelenggaraan reformasi birokrasi menjadi isu sentral yang hingga saat ini
masih digodok oleh pemerintah demi mewujudkangood governance.
Berdasarkan panduan reformasi birokrasi yang digagas oleh pemerintahan
pusat, pemerintahan daerah dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah yang
mengurus tentang kepegawaian di daerah dituntut agar bisa memposisikan
konseptual rancangan manajemen pegawai dalam bentuk kebijakan-kebijakan
strategis yang secara definitif merepresentasikan konsep dari reformasi birokrasi.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
dibutuhkan
kolaborasi
solid
antara
perkembangan teknologi informasi dengan tata kelola kepegawaian. Hal ini
bertujuan untuk mewujudkan reformasi birokrasi yang responsif terhadap tuntutan
zaman. Dengan demikian, maka antara perubahan zaman dan pelaksanaan
birokrasi bisa komplementif dalam pengimplementasiannya.
3
Kebijakan strategis yang dicanangkan oleh Badang Kepegawaian Daerah
Kota Malang dalam hal ini disesuaikan dengan keadaan birokrasinya. Tentunya
strategi-strategi yang diciptakan bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan
kompetensi dari Aparatur Sipil Negara baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Selain untuk mewujudkan
reformasi birokrasi yang efektif dan efisien, pengimplementasianya tidak terlepas
dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya kebijakan-kebijakan
strategis yang digagas oleh Badan Kepegawaian Daerah. Dengan demikian
dibutuhkan kesiapan dan rencana kebijakan alternatif untuk bisa memberikan
solusi efektif dalam mencermati problematika yang ditemukan. Hal ini menjadi
penting karena kinerja pegawai akan berpengaruh terhadap pelayanan publik yang
diberikan kepada khalayak umum.
Strategi inovatif yang diterapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah dapat
berupa kebijakan sektoral maupun kebijakan general yang termanifestasikan
dalam bentuk kebijakan tertulis maupun berupa aplikasi SIMAS (Sistem
Informasi Manajemen ASN) online. Tujuan utamanya adalah menyediakan
wadah yang dapat menfasilitasi tantangan perkembangan teknologi informasi
dengan peningkatan kinerja dan kompetensi aparatur sipil negara di Pemerintahan
Kota Malang. Artinya konteks fokus dan lokus bisa menjadi telaah sentral dalam
melihat kebijakan strategis yang dihasilkan oleh Badan Kepegawaian Daerah
sebagai induk pengelola birokrasi yang jika dikaitkan dengan teori Max Weber
(1947:330-332) tentang birokrasi ideal yang dimana salah satu poinnya
menekankan pada pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan
dengan disiplin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang memanajemen
birokrasi pemerintahannya?
2. Apa saja indikator permasalahan yang ditemukan dalam tata kelola
birokrasi di Pemerintahan Daerah Kota Malang?
4
3. Bagaimana strategi dalam meningkatkan kinerja birokrasi di Kota
Malang?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
memanajemen birokrasinya
2. Mengetahui apa saja indikator permasalahan yang ditemukan dalam tata
kelola birokrasi di Pemerintahan Daerah Kota Malang
3. Mengetahui bagaimana strategi dalam meningkatkan kinerja birokrasi di
Kota Malang
D. Manfaat Teoritis
Dalam mengkaji mengenai strategi yang digunakan oleh Pemerintahan
Kota Malang dalam pengelolaan birokrasi, membutuhkan penelitian yang
mendalam sehingga dapat diperoleh data yang lebih aktual, faktual, dan
kontekstual mengenai hal tersebut. Untuk menunjang pembahasannya, metode
penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif, dimana menekankan
pada sumber data primer yang dilakukan melalui pengambilan data secara
langsung pada dinas terkait. Dalam hal ini penelitian dilakukan pada Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang, melalui pengumpulan data yang berkaitan
dengan strategi penyelenggaraan birokrasi Pemerintahan Kota Malang di era
revolusi 4.0 dan juga interviewdenganWahyu Ariyanto, S.STP selaku Kepala Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Kota
Malang. Penulis juga menggunakan metode sekunder melalui studi kepustakaan
yang bersumber dari internet, jurnal dan buku guna memberikan kesimpulan yang
relevan. Penelitian ini menggunakan analisa model deskriptif-kualitatif dalam
menyelidiki strategi penyelenggaraan Pemerintahan Kota Malang di era revolusi
industri 4.0.
5
BAB II
A. Deskripsi Detail Kajian Teori Yang Digunakan
Objek kajian tentang manajemen pemerintahan pada dasarnya berkaitan
dengan bagaimana sebuah birokrasi pemerintah memanajemen kondisi struktural
pemerintah. Fokus utama dalam melihat konsekuensi dari implementasi
pengelolaan pemerintahan dikoherensikan berdasarkan rujukan-rujukan umum
yang menjadi titik sentral sebagai perwujudan dari good governance. Istianto
menelaah konsep manajemen pemerintahan yang diuraikan dalam bukunya
Manajemen Pemerintahan Dalam Prespektif Pelayanan Publik, mendudukkan
bahwa
“Manajemen
pemerintahan
diartikan
pada
bagaimana
secara
organisasional untuk mengimplementasikan kebijakan publik. Dengan demikian
manajemen pemerintahan lebih terfokus pada alat-alat manajerial, teknis
pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan untuk mengubah ide-ide dan
kebijakan menjadi program tindakan”(Istianto, 2011: 29). Pandangan dari Istianto
disempurnakan oleh teori G.R. Terry (2013) yang memberikan spesifikasi
terhadap prinsip-prinsip manajemen pemerintahan yang tertuang dalam bukunya
yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen yang mana terdapat empat fungsi pokok
dalam tata kelola birokrasi antara lain meliputi fungsi perencanaan yang
menekankan pada bagaimana pemerintah mengkonsepkan tujuan yang ingin
dicapai yang termanifestasikan dalam pelayanan publik. Prinsip manajemen
kedua yaitu berkaitan dengan bagaimana pemerintah mengorganisir elemenelemen yang secara imperatif masuk dalam strata administratif birokrasi, yang
mana menekankan pada pembagian tugas pokok dan fungsi dalam praktik
birokrasipemerintahan. Selain itu, hal utama yang ditegaskan oleh G.R. Terry
menegaskan bahwa dalam manajemen pemerintahan, fungsi pengawasan menjadi
sebuah komitmen utama yang harus dimiliki untuk menunjang jalannya sebuah
birokrasi pemerintahan. Dalam aktualisasi penataan birokrasi terdapat sebuah
fungsi yang menfokuskan pada kreatifitas dan inovasi yang harus diwujudkan
6
dalam bentuk fungsi pergerakan sebagai resultantedalam memanajemen
pemerintahan yang baik.
Berdasarkan konsepan yang ditawarkan oleh Istianto secara gamblang
menjelaskan bahwa inti daripada manajemen pemerintahan bertitik tolak pada
bagaimana pemerintah melakukan pelaksanaan, perencanaan, pengorganisasian,
serta pelayanan publik. Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 23 Tahun
2014 tentang pemerintahan daerah, menitikberatkan pada tiga asas penting yang
memiliki keterkaitan dengan manajemen pemerintahan, antara lain asas
desentralisasi, asas dekonsentrasi, asas tugas pembantuan. Tuntutan dari regulasi
atas otonomi daerah memberikan keleluasaan terhadap pemerintahan daerah
untuk bisa memanajemen birokrasi di daerah masing-masing, dengan demikian
terjadi pemisahan tugas yang secara detail tersegmentasi antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah. Dasar dari adanya Undang-undang No. 23 Tahun
2014 antara lain untuk menjamin efektifitas penyelenggaraan pemerintahan,
menata manajemen pemrintahan daerah yang bertujuan untuk mewujudkan
pemerintahan yang akuntabel, responsif, transparan dan efisien, untuk menata
keseimbangan tanggungawab dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan.
Selain itu, perwujudan dari undang-undang otonomi daerah juga berkaitan
dengan bagaimana pemerintah menata pembentukan daerah agar lebih selektif
sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah serta menata antara hubungan pusat
dan daerah. Wujud nyata dari prinsip-prinsip manajemen pemerintahan yaitu
berkaitan dengan reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi diperuntukkan agar
pemerintah daerah maupun pemerintahan pusat memiliki aparatur sipil negara
yang secara kinerja dan kualitasindividual terakumulasi dalam pelayanan publik
yang baik sebagai pedoman good governance. Manajemen pemerintahan pada
intinya menurut Ndraha adalah “bagaimana menciptakan effectiveness usaha
(“doing right things”) secaraefficient (“doing things right”) danproduktif, melalui
fungsi dan skill tertentu, dalam rangka mencapai tujuan organisasional yang telah
ditetapkan.” (Ndraha, 2011: 159). Sesuai dengan penjabaran yang dijelaskan oleh
Ndraha, maka dapat dilihat bahwa sistematika pengelolaan manajemen
7
pemerintahan tertuju pada penciptaan nilai-nilai yang menunjang kesiapan
birokrasi pemerintahan.
Dalam pengelolaan manajemen pemerintahan di daerah terdapat sebuah
badan resmi pemerintahan yang dilegitimasi oleh aturan perundang-undangan
sebagai pengelola manajemen pemerintahan di daerah. Badan Kepegawaian
Daerah merupakan lembaga pemerintahan yang fokusnya pada manajemen
birokrasi penunjang kinerja pemerintahan, sehingga tugas pokok dan fungsinya
ialah berkaitan dengan sumber daya manusia dari aparatur sipil negara.Badan
Kepegawaian Daerah mengelola birokrasi pemerintahan di daerah berdasarkan
Undang-undang No. Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan
Pemerintahan No. 11 Tahun 2017 tentang manajemen Pegawai Negeri Sipil,
Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja. Secara regulasi, Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang menjalankan tugas pokok dan fungsi yang terspesifikasi
berdasarkan Peraturan Walikota Malang No. 46 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Kepegawaian
Daerah.
Manajemen pemerintahan berdasarkan regulasi nasional yang diwujudkan
dalam Undang-undang No. 5 Tahun 2014 Pasal (6) tentang ASN, membagi
kategori ASN dalam dua tipologi, antara lain Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
dijabarkan dalam Pasal (7) Ayat 1 bahwa PNS diangkat sebagai pegawai tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional, dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) yang dalam
Pasal (7) Ayat 2 diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah dan
ketentuan undang-undang, atau dengan kata lain bahwa, PNS memiliki hak
pensiun dan mendapat gaji sesuai dengan tunjangan yang diatur berdasarkan pada
pangkat struktural sedangkan PPPK tidak secara spesifik diatur dalam undangundang karena satusnya adalah kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan di
instansi pemerintahan yang membutuhkan jangka waktu dari PPPK disesuaikan
dengan kesepakatan individu dengan instansi terkait.
8
Dalam memanajemen birokrasi di daerah Kota Malang, sesuai dengan
tuntutan reformasi birokrasi dalam mewujudkan good governance, Badan
Kepegawaian Darah Kota Malang menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi informasi di era revolusi 4.0. Hal ini menjadi landasan pola pergerakan
yang dicanangkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang untuk
mewujudkan kinerja aparatur negara yang responsif terhadap perkembangan
zaman sesuai dengan amanat yang tertera dalam undang-undang, baik UU ASN
maupun PP tentang tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Urusan Bagian Umum dan
Kepegawaian, Wahyu Ariyanto, S.STP menjelaskan bahwa dalam menyikapi era
revolusi 4.0, Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang melakukan sosialisasi
internal yang berkaitan dengan kepemimpinan perangkat daerah untuk
menyiapkan sumber daya aparatur sipil negara yang dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan zaman yang begitu massif. Hal ini sesuai dengan
amanat Undang-undang No.5 Tahun 2014 tentang ASN yang yang dijabarkan
lebih lanjut tentang manajemen karir ASN dan diatur dalam Pasal 51. Dalam pasal
ini, manajemen pegawai yang ditekankan yaitu berdasarkan sistem merit dimana
penempatan pegawai disesuaikan dengan kompetensi dan kualifikasi kinerja.
Lebih lanjut, dalam Pasal 55 No. 1 huruf (e) yaitu menekankan pada pola karir.
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang melakukan sosialisasi kepemimpinan
perangkat daerah yang fokusnya adalah pada kepala OPD untuk mempersiapkan
kinerja pegawai di masing-masing OPD berdasarkan perbedaan kualifikasi dan
kompetensi agar dengan mudah memetakan penempatan pegawai sehingga
terwujudnya sistem merit yang merata.
Cara Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang mengkaji tentang
pengklasifikasian berdasarkan kompetensi bertujuan agar pegawai yang belum
memiliki spesifikasi tertentu untuk bisa meningkatkan sumber daya individu
melalui pendidikan lanjutan dan magang. Sesuai dengan apa yang dijelaskan,
contoh yang terjadi dalam sistem kepegawaian Kota Malang dimana pegawaipegawai yang bertugasdi Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang
dimagangkan pada kantor pajak provinsi yang bertujuan untuk meningkatkan
9
kompetensi pegawai tersebut. Selain sosialisasi kepadakepala setiap OPD di
Pemerintahan Kota Malang, Badan Kepegwaian Daerah Kota Malang juga
menempuh metode alternatif untuk menyiapkan sumber daya apatatur negara di
Kota Malang yaitu dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi setiap
pegawai di dalamnya. Berdasarkan hasil wawancara dijelaskan juga bahwa
pendidikan dan pelatihan telah dilakukan secara masif, antara lain diklat tentang
budaya kerja. Maksud dan tujuan diadakannya diklat yang begitu massif yaitu
demi menunjang peningkatan kinerja pegawai di Kota Malang.
Kebijakan tentang diklat secara umum telah diamanatkan oleh BKN pusat
yang kemudian dieksekusi oleh Badan Kepegawaian Daerah disesuaikan dengan
kebutuhan di daerah masing-masing.Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
menginisiasi kebijakan tersebut dengan memetakan kebutuhan dari setiap OPD
yang ada di Kota Malang. Hal ini menjadi penting karena dengan adanya
pemetaan tersebut maka Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang dapat dengan
mudah merencanakan pendidikan dan latihan sesuai dengan kebutuhandi OPD
masing-masing. Selain dengan memetakan kebutuhan dari setiap OPD, Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang juga menyerap aspirasi dari pegawai-pegawai
yang dapat mengusulkan apa yang dibutuhkan sehingga dapat difasilitasi oleh
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang.
Alternatif lain yang ditempuh untuk menyaring kebutuhan dari setiap OPD
yaitu dengan cara evaluasi jabatan. Dalam evaluasi jabatan, dapat terlihat bahwa
kompetensi pegawai dalam menjalankan tupoksinya masing-masing apakah
sudah sesuai dengan standar operasional prosedur kinerja pegawai atau belum dan
bahkan tidak berjalan sama sekali. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan
menjadi tugas dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang untuk mengadakan
diklat berdasarkan kebutuhan OPD-OPD. Selain pendidikan dan pelatihan yang
difokuskan pada pejabat dan juga pegawai di OPD masing-masing, Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang menciptakan inovasi sebagai terobosan atas
perkembangan teknologi informasi yang begitu massif di era revolusi 4.0. Inovasi
tersebut terealisasi berupa aplikasi bernama Sistem Informasi Manajemen ASN
(SIMAS) online. SIMAS sendiri merupakan pengembangan lanjutan dari
10
kebijakan yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri berupa Aplikasi SIMPEG
(Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian) yang digagas berdasarkan
keputusan Mendagri No. 17 Tahun 2000 tentang Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2000 tentang Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Depdagri dan Pemda
menyebutkan bahwa: “Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian adalah suatu
totalitas yang terpadu yang terdiri atas perangkat pengolahan meliputi
pengumpulan, prosedur, tenaga pengolah, dan perangkat lunak;perangkat
penyimpanan meliputi pusat data dan bank data serta perangkat komunikasi yang
saling berkaitan, bergantung, dan saling menentukan dalam rangka penyediaan
informasi di bidang kepegawaian”.
B. Kerangka Teoritis Yang Berisi Keterkaitan Ide/Tema
Dalam memanajemen pegawai pemerintahan, terdapat faktor-faktor yang
menjadi subjek vital dalam melihat implikasinya terhadap kinerja pemerintahan
di Kota Malang. Permasalahan tersebut antara lain sumber daya manusia.
Berkaitan dengan hal ini,Wahyu Ariyanto, S.STP selaku Kepala Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah Kota Malangmenjelaskan
bahwa dampak dari kinerja kepemimpinan daerah yang berkaitan dengan sumber
daya manusia. Hal yang lebih ditekankan dalam hal ini adalah kesulitan dari
Badan Kepegawaian Daerah untuk bisa meningkatkan kualitas pegawai yang
secara usia sudah sangat sulit untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi
yang ada. Tentunya faktor kualitas individu dari pegawai berpengaruh terhadap
konsekuensi kinerja yang ditunjukkan. Dalam mengatasi hal tersebut, Badan
Kepegawaian Daerah menghimbau kepada pegawai untuk melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Namun, permasalahnnya adalah prinsip
dari pribadi pegawai yang menganggap bahwa tidak perlu untuk melanjutkan
pendidikannya. Padahal dorongan dari Badan Kepegawaian Daerah baik kepada
pegawai yangsudah berusia mendekati pensiun dan juga pegawai usia muda untuk
melanjutkan pendidikannya.
11
Dalam meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur, kebijakan yang
diambil oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang yaitu dengan mengadakan
pendidikan dan pelatihan yang merupakan upaya untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada nilai profesionalisme
aparatur. Bentuk-bentuk pendidikan dan pelatihan tersebeut berupa pendidikan
dan pelatihan di bidang kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan prajabatan,
pendidikan dan pelatihan teknik tugas dan fungsinya secara fungsional. Indikator
permasalahan yang ditemukan adalah bahwa program ini belum memenuhi
standar kebutuhan yang ditargetkan oleh pemerintahan daerah Kota Malang.
Padahal dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan
sumberdaya yang mempuni. Dalam hal peningkatan profesionalisme aparatur,
yang ditekankan adalah pembinaan disiplin pegawai yang telah diatur dalam PP
No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil. Berkaitan dengan hal
tersebut terdapat pula indikator permasalahan yang ditemukan yaitu bahwa proses
pembinaan tidak begitu massif dijalankan disetiap OPD. Pertimbangan ini
berdasarkan pada faktor ketidakseriusan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
disiplin pegawai sehingga menyebabkan tidak sinkronnya implementasi antara
teori dan praktik.
Secara kualitas, tingkat pendidikan menjadi standar kualifikasi dari kinerja
setiap pegawai. Hal tersebut memberikan nilai lebih dalam pemetaan sumber daya
manusia pegawai yang disesuaikan dengan kebutuhan di daerahnya masingmasing. Untuk meningkatkan kualitas diri aparatur sipil negara, cara yang
ditempuh bisa dengan berbagai metode, antara lain seperti pendidikan dan
pelatihan,
magang,
dan
studi
banding.
Demi
mencapai
tujuan
tersebut,permasalahan berikutnya yang menjadi indikator utama sebagai
penunjang terlaksananya sebuah kegiatan yaitu dari segi pendanaan. Realitas yang
dihadapi oleh Badan Kepegawaian Daerah dalam memanajemen dan
meningkatkan kualifikasi dari aparatur sipil negara di daerah Kota Malang
terbatas pada masalah finansial dikarenakan dana yang disediakan oleh APBD
untuk melakasanaan kegiatan-kegiatan sejenisnya sangat terbatas. Hal inilah yang
kemudian berdampak pada bagaimana alternatif yang diambil oleh Badan
12
Kepegawaian Daerah Kota Malang sebagai institusi yang mengatur tentang
manajemen birokrasi di pemerintahan daerah.
Berdasarkan
hasil
wawancara,
ditemukan
bahwa
standar
pencapaiankualifikasi dari aparatur sipil negara yang ada di daerah ditentukan dari
seberapa kali individu mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Selain
permasalahan finansial, untuk meminimalisirnya, pemerintahan Kota Malang
melaluiBadan Kepegawaian Daerah mencanangkan solusi lain seperti magang.
Magang yang dilakukan bertujuan untuk membekali birokrat dengan secara
langsung terlibat dalam proses yang terjadi atau yang dilaksanakan pada tempat
magang tersebut. Dalam kategori permasalahan studi banding, faktor
penghambatnya adalah berkaitan dengan finansial, sehingga kegiatan studi
banding tidak dilakukan secara massif tetapi hanya beberapa kali saja disesuaikan
dengan kesiapan dana dari APBD yang secara harafiah bukan hanya diperuntukan
bagi belanja pegawai, tetapi untuk penyelenggaraan pemerintahan di bidang
ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain-lain.
Keadaan APBD di Kota Malang yang tidak memungkinkan untuk
penerapan secara massif dalam peningkatan kualitas kinerja pegawai negeri sipil
berbanding terbalik dengan beberapa daerah yang secara kesiapan modal dari
pendapatan asli daerah sangat memungkinkan untuk mengirimkan putra putri
terbaik dari daerah untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang dibiayai
sepenuhnya oleh pemerintahan daerah melalui program beasiswa. Untuk wilayah
yang pendapatan daerahnya tinggi, pemerintahan daerah menyisihkan dana
APBD untuk menempuh pendidikan lanjutan bahkan baik dari pegawai negeri
sipil maupun kalangan rakyat secara umum dengan harapan bahwa yang
mendapatkan program beasiswa dapat kembali ke wilayahnya masing-masing
untuk membangun daerahnya.
Pemerintahan Kota Malang dalam mengatasi kekurangan finansial untuk
kebutuhan pengembangan kinerja pegawai, cara yang bisa dilakukan adalah
bahwa setiap pegawai yang ingin menempuh pendidikan lanjutan yaitu dengan
mengikuti program beasiswa nasional. Artinya, kebijakan nasional dipakai
sebagai alternatif untuk menutupi kekurangan dana di pemerintahan daerah demi
13
meningkatkan kualitas individu pegawai. Beasiswa nasional tersebut dapat berupa
beasiswa dari Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, dll. Berkaitan dengan
kesiapan infrastruktur yang ada di Pemerintahan Kota Malang, berdasarkan
penjelasan dari Wahyu Ariyanto bahwa kesiapan infrastruktur di Kota Malang
sudah cukup memadai, hanya saja penunjang pengoptimalan penggunaan
infrastruktur masih menjadi kendala karena belum meratanya pegawai dengan
kualifikasi dan tingkat kualitas yang sama.
Untuk meminimalisir permasalahan yang ditemukan tersebut, kebijakan
struktural yang digagas oleh Badan Kepegawaian Daerah bersama Pemerintahan
Kota Malang yaitu dengan dikeluarkannya kebijakan tentang Tambahan
Penghasilan Pegawai (TPP) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
kesejahteraan hidup pegawai. Hal ini menjadi alternatif untuk mendukung
kesiapan mental birokrasi sebagai promotor pelayanan publik dalam menunjang
good governance. Persyaratan untuk memperoleh tunjangan tambahan, telah
diatur sedemikian rupa dari pemerintahan pusat untuk meningkatkan kualifikasi
aparatur sipil negara. Kebijakan dari pemerintahan pusat tentang tunjangan
terbagi menjadi dua, yaitu Tunjangan Kinerja (TUKIN) dan Tambahan
Penghasilan Pegawai (TPP). Kedua jenis tunjangan ini memiliki kriteria
persyaratannya yang berbeda-beda. Tunjangan kinerja ditentukan dari bagaimana
seorang birokrat dapat memberikan hasil pekerjaanya berupa laporan tertulis yang
digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat kualitas kinerjanya selama periode
tertentu. Sedangkan untuk tambahan penghasilan pegawai disesuaikan dengan
peraturan daerah sebagai kebijakan untuk memberikan kesejahteraan bagi para
pegawai. Dari cara pemerintahan daerah memberikan tambahan penghasilan
pegawai, indikator dasar yang menjadi pengukur pertimbangan dari pemerintahan
daerah yaitu berasal dari kehadiran yang dapat dideteksi melalui sistem finger
print. Besar dan kecilnya tunjangan ditentukan dari seberapa jumlah presensi
pegawai.
Dalam mengukur kinerja pemerintahan daerah, kekurangan finansial
bukan menjadi sebuah alasan, melainkan menjadi sebuah alternatif untuk bisa
mengoptimalkan dana yang ada demi terwujudnya tujuan pemerintahan daerah.
14
Kriteria pendanaan untuk menutupi indikator permasalahan dalam pelaksanaan
ASN dikaji berdasarkan skala prioritas yang kemudian menjadi pertimbangan
penting program-proram selanjutnya. Dalam hal ini, Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang telah memetakan prioritas apa saja yang akan digunakan pada tahun
ini dan juga perencanaannya yang akan digunakan pada periode berikutnya. Hal
tersebut berguna sebagai dasar pertimbangan dalam menelaah kebutuhan strategis
demi mewujudkan kinerja ASN yang berbasis kompetensi diri.
Berdasarkan penjelasan dari Wahyu, bahwa alternatif kebijakan yang
dapat diambil yang disesuaikan dengan skala prioritasnya menjadi pertimbangan
dalam menetapkan indikator-indikator yang harus segera dipenuhi atau bisa
dipenuhi dengan cara lain. Cara lain yang dimaksud yaitu tanpa melalui
pendidikan dan pelatihan tetapi berupa kemudahan akses untuk dapat belajar
secara mandiri berkaitan dengan hal-hal yang menjadi spesifikasinya. Untuk
menunjang skala prioritas yang telah ditetapkan, terdapat dua faktor penting
sebagai tolak ukur, antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih
berkaitan pada individu yang memiliki niat untuk mengoptimalkan kapasitas
dirinya. Faktor internal lain adalah berkaitan dengan tingkat intelejensi dari
individu yangberbeda-beda sehingga akan mempengaruhi daya tangkap dari
pembekalan yang telah diberikan.Perbedaan tingkat intelejensi tersebut
berpengaruh pada kualitas kinerja yang ditunjukkan setelah diselesaikannya
pendidikan dan latihan tersebut. Dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah dapat
secara progresif mengawasi kinerja pegawai-pegawai yang telah diberikan
kesempatan untuk menjalani pendidikan dan pelatihan dengan harapan dapat
memberikan sumbangsi kinerja yang efektif dan efisien. Cara yang ditempuh dari
BadanKepegawaian Daerah dalam mengatasi faktor internal yang menghambat
juga yaitu dengan mengumpulkan pegawai yang telah menjalankan diklat dengan
memberikan kuesioner sebagai indikator pengukur dalam melihat apakah hasil
diklat yang diberikan sebelumnya efektif atau tidak efektif. Metode ini disebut
metode analisa dampak diklat. Metode ini diukur dari kuesioner secara pribadi,
penilaian dari rekan kerja dalam satu ruangannya dan juga dari atasannya.
15
Pada dasarnya, untuk memecahkan indikator permasalahan tersebut, diklat
yang dibuat dipilah berdasarkan kemampuan dari pegawai. Dalam hal ini sebelum
adanya pendidikan dan latihan Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
memetakan kebutuhan-kebutuhan setiap pegawai sehingga akan dengan mudah
mengetahui apa saja yang perlu didiklatkan dan apa saja yang tidak perlu
didiklatkan. Persyaratan administratif yang berkaitan dengan standar pendidikan
menjadi acuan khusus sebagai penunjang dalam memberikan kesempatan kepada
pegawai, tetapi yang diperhatikan adalah kebutuhan keterampilan pegawai
tersebut. Manfaat adanya diklat ini yaitu untuk mendukung konsep smartASN
yang mana pada intinya menekankan pada kualitas dari pegawai pemerintahan.
Sebab yang dipahami oleh sebagian rakyat umum adalah bahwa smart ASN
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah yang berdasarkan pada teknologi.
Tetapi sebenarnya smartASN menekankan pada kualitas pribadi ASN dimana
aplikasi hanya sebagai perangkat penunjang kerja pegawai. Kesiapan birokrat
dalam merespon perubahan zaman, ditentukan dari keterampilan untuk
mengendalikan aplikasi-aplikasi tersebut.
16
BAB III
A. Gambaran Umum Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Balai Kota Among Tani, Kecamatan Batu,
Kota Batu, Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi ini karena dinas yang mengurusi
hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan teknologi yang menunjang pelayanan
bagi semua dinas pada umumnya, sehingga lebih mudah dalam mengetahui
konsep Smart City di Kota Batu.
B. Hubungan Lokasi Dengan Tema/Ide
Di dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dengan
observasi atau melihat langsung di lapangan, dokumentasi yaitu berupa foto
bersama dengan narasumber terkait maupun video (record), dan wawancara
dengan pihak Dinas Kominfo Kota Batu baik dengan Kepala Dinas maupun Staff
yang ada di dalam Dinas Kominfo tersebut.
17
BAB IV
A. Deskripsi Fokus Ide/Tema
Dalam menghadapi problematika sistematik yang bersumber dari tata
kelola penyelenggaraan pemerintahan yang kurang memadai,Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang mengkaji akar permasalahan dalam pengelolaan sumber
daya pegawai sebagai solusi dalam meningkatkan kinerja birokrasi. Berkaitan
dengan hal tersebut, permasalahan yang tampak dalam setiap penyelenggaraan
pemerintah yaitu berkaitan dengan kompetensi sumber daya manusia pegawai
pemerintahan. Pada dasarnya sumber daya manusia menjadi kunci penting untuk
mewujudkan konsep good governance. Sumber daya manusia sendiri dijelaskan
oleh David de Cezo & Stephen P. Robbins (1999) yangmengungkapkan bahwa
“Achieving organizational goals cannot be done without human resources.
Getting good people is critical to the success of every organizational”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa sumber daya manusia
menjadi sebuah kepastian dalam mewujudkan organisasi yang memfokuskan pada
pencapaian tujuan sebagai resultantedari sumber daya manusia yang kompetitif.
Konteks sumber daya manusia yang dipaparkan diatas menjadi dasar bagi
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang untuk memprogramkan solusi dalam
menanggapi permasalahan-permasalahan yang terjadi seputar penyelenggaraan
pemerintahan di Kota Malang. Aspek sumber daya manusia menjadi penting
untuk mengefektifkan kinerja birokrasi yang tanggap akan permasalahan publik.
Jika diterapkan dalam mengelola sumber daya manusia dipemerintahan,
pemerintahan Kota Malang melalui Badan Kepegawaian Daerah sebagai dapur
pemetaan kompetensi pegawai yang dikaji berdasarkan sistem merit. Sistem merit
ini telah diinstruksikan dari pemerintahan pusat sebagai perwujudan akan
reformasi birokrasi yang kemudian terimplementasikan dalam bentuk undangundang No. 5 tahun 2014. Dalam Pasal 1 undang-undang tersebut menjelaskan
tentang kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
18
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Tujuan penerapan sistem merit dalam manajemen ASN sebagai berikut:
(a) Melakukan rekrutmen, seleksi, dan promosi berdasarkan kompetensi yang
terbuka
dan
adil
dengan
menyusun
perencanaan
SDM
Aparatur
secaraberkelanjutan; (b) Memperlakukan pegawai ASN secara adil dan setara; (c)
Mengelola pegawai ASN secara efektif dan efisien; (d) Memberikan remunerasi
yang setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang setara dengan memperhatikan hasil
kinerja; (e) Memberikan penghargaan atas kinerja pegawai yang tinggi; (f)
Memberikan hukuman atas pelanggaran disiplin;(g) Menjaga standar yang tinggi
untuk integritas, perilaku, dan kepedulian untuk kepentingan masyarakat; (h)
Menerapkan pengisian jabatan dengan uji kompetensi sesuai standar kompetensi
jabatan yang dipersyaratkan; (i) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi kepada pegawai ASN; (j) Melaksanakan manajemen kinerja pegawai
untuk mencapai tujuan organisasi; (k) Melindungi pegawai ASN dari intervensi
politik dan tindakan kesewenang-wenangan; (l) Memberikan perlindungan
kepada pegawai.
Berdasarkan tujuan penerapan dari merit sistem tersebut, Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang menindak lanjuti amanat dari undang-undang
tersebut dengan menfokuskan pada rekruitmen pegawai sebagai langkah awal
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang kompetitif. Berdasarkan
penjelasan dari WahyuAriyanto bahwa sejak awal telah dilakukan seleksi pegawai
yang cukup selektif untuk memetakan kompetensi pegawai berdasarkan uraianuraianyang ditegaskan dalam sistem merit tersebut. Cara yang ditempuh oleh
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang dimulai sejak penerimaan CPNS,
dimana Badan Kepegawaian Daerah memetakan formasi pegawai yang akan
disesuaikan dengan kebutuhan akan pegawai di OPD yang ada di Kota Malang.
Misalnya untuk bidang pendidikan membutuhkan dalam jumlah kuantitas jumlah
pegawai yang disesuaikan dengan lowongan yang ada. Demikian pula untuk
OPD-OPD lain. Setelah dipetakan berdasarkan formasi permintaan di OPD-OPD
terkait, Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang kemudian mengajukan ke BKN
19
RI yang kemudian BKN RI akan menyesuaikan kebutuhan di pemerintahan
daerah Kota Malang. Jika kajian dari BKN merasa bahwa perlu untuk
mengutamakan penerimaan pegawai dalam kategori profesi guru, maka BKN
akan berkordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang untuk
menambah jumlah formasi tenaga pendidik disesuaikan dengan skala prioritas
yang ada di daerah Kota Malang. Pemetaan tersebut dibagi berdasarkan dua kajian
yaitu menggunakan konseppemetaan secara fungsional dan juga pemetaan secara
struktural teknis.
Dalam hal ini setelah diterima sesuai dengan formasi-formasi tersebut,
pegawai yang diterima akan menempatkan posisi sesuai dengan pilihannya.
Sebagai contoh profesi guru merupakan pemetaan pegawai yang berdasarkan
pada tugas dan fungsinya sehingga masuk dalam ranah jabatan fungsional yang
dalam hal ini tidak dapat dipindah tugaskan ke struktural lain diluar kapasitasnya.
Sehingga untuk seorang guru jikalaupun dipindahkan hanya akan bergeser pada
tempat lain tetapi tetap dalam lingkup tugasnya sebagai seorang tenaga pengajar.
Lain halnya dengan jabatan struktural teknis dimana seorang ahli hukum dapat
dipindahkan ke struktural perangkat pemerintahan yang lain. Dapat dicontohkan
bahwa seorang ahli hukum yang bertugas di bidang keuangan dapat dipindahkan
ke ahli hukum Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOLPP). Artinya bahwa ruang
lingkup tugasnya masih berkaitan dengan kompetensi pribadinya tetapi hanya
berbeda bidang perangkat kerjanya. Pembagian ruang lingkup profesi PNS
disesuaikan dengan tempat yang membutuhkan tanpa menghilangkan eksistensi
dari
kompetensi
pegawai
tersebut.
Pendeskripsian
tersebut
telah
diimplementasian oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang karena
mengembangkan instruksi amanat dari undang-undang yang mengatur tentang
sistem merit. Hal ini sebagai upaya strategis untuk meningkatkan kinerja birokrasi
yang dipetakan berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil
dan wajar.
20
B. Analisis Dan Interpretasi
Penyelenggaraan birokrasi di era revolusi 4.0 telah bertransformasi dalam
bentuk pelayanan publik yang lebih menekankan pada peningkatan kinerja. Badan
KepegawaianDaerah Kota Malang menjadi dapur pengelola manajemen
pemerintahan, menyesuaikan dengan perkembangan yang ada dengan mengkaji
manajemen pemerintahan. Namun, dalam pelaksanaannya, permasalahanpermasalahan yang ditemukan selalu bervariatif sehingga menuntutBadan
Kepegawaian Daerah Kota Malang untuk berinovasi dan melahirkan gagasangagasan baru sebagai bagian dari pengimplementasian amanat undang-undang.
Berkaitan dengan hal tersebut, strategi-strategi interaktif yang berfokus pada
peningkatan kompetensi pegawai menjadi hal vital yang harus dimassifkan
perkembangannya dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh
teknologi informasi terkini. Dengan demikian, diharapkan adanya mutualisme
yang berakar pada cara Badan Kepegawaian Daerah mengembangkan potensi tata
kelola pemerintahan sebagai perwujudan dari reformasi birokrasi. Tantangantantangan tersebut menjadi indikator penunjang yang dapat merangsang Badan
Kepegawaian Daerah untuk bisa mewujudkan aparatur sipil negara yang berbasis
kinerja. Sehingga tujuanpenerapan dari good governance dengan respon terhadap
perkembangan teknologi dan informasi dapat berjalan seiringan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Istianto, B. (2009) Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan Publik. Edisi
2. Jakarta: Mitra Wacana Media
Ndraha, T. (2011) Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: PT. Refika Aditama.
Terry, G. R. (2013) Prinsip-Prinsip Manajemen. PT. Bumi Aksara.
Weber, Max.1947. From Max Weber: Essays in Sociology. Edited by H.H. Gerth and
C.Wright Mills. New York: Oxford University Press.
Citra Putri Adiyanti, Fajar Pradana, W. H. N. P. (2019).“Pengembangan Sistem Informasi
Manajemen ASN (SIMAS) Online Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang,”.
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 3, hal. 6142–6147.
Decenzo, David A., dan Stephen P. Robbins. 1999. Human Resource Development. 6th
edition. USA: John Willey & Sons
Fachlevi, M. R. dan Syafariani, R. F. (2017).“Perancangan Sistem Informasi
Kepegawaian Berbasis Website Di Bagian Kepagawaian SDN Binakarya I
Kabupaten Garut,”. Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer.
doi: 10.24176/simet.v8i2.1436.
22
Download