Uploaded by gitaanggriani45

Revisi 04 Februari 2021 Proposal Gina Anggriana 1706103010026

advertisement
1
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal skripsi dengan judul “Evaluasi Antioksidan dan Hedonik Teh
Herbal dari Daun Kuda-Kuda (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr) dengan
Variasi Suhu Pengeringan.”. Oleh Gina Anggriana, NIM 1706103010026 telah
mendapat bimbingan dan telah disetujui untuk diseminarkan
Darussalam, 27-Januari-2021
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Safrida, S. Pd, M. Si.
NIP. 198008052005012003
Pembimbing II
Dr. Hafnati Rahmatan, M.Si
NIP. 19680823199303200
2
A. Judul: Evaluasi Antioksidan dan Hedonik dari Teh Herbal Daun Kuda-Kuda
(Lannea coromandelica (Houtt.) Merr) dengan Variasi Suhu Pengeringan..
B. Latar Belakang Masalah
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak
negatif radikal bebas dalam tubuh (Winarsih, 2007). Antioksidan dapat menghambat
proses oksidasi, sehingga dapat melindungi sel dari bahaya radikal bebas yang
dihasilkan dari proses metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya seperti asap
rokok, polusi udara dan paparan sinar matahari (Ismail, 2015).
Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada biomolekul
(misalnya, lipid, protein dan DNA) yang akhirnya menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker, arterosklerosis, diabetes, dan dapat mempercepat proses penuaan
(Soeksmanto, 2007). Oleh karena itu, antioksidan dibutuhkan untuk dapat menunda
atau menghambat reaksi oksidasi sel oleh radikal bebas. Antioksidan bekerja dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas oksidan tersebut bisa dihambat, jadi molekul lain dalam sel akan terlindungi
dari kerusakan akibat stress oksidatif (Werdhasari, 2014).
Antioksidan dapat berasal dari dalam tubuh (antioksidan endogen) yang berupa
enzim seperti superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase. Bila jumlah
radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan antioksidan yang berasal dari
luar tubuh (antioksidan eksogen) yang dapat berasal dari buah-buahan, sayur-sayuran,
biji-bijian dan hewani (Silvia, 2016).
Dewasa ini, penelitian tentang antioksidan alami telah banyak dilakukan
karena diketahui dapat menjadi pilihan alternatif yang baik di bandingkan antioksidan
3
sintesik. Antioksidan sintesik seperti BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT
(butylated hydroxytoluene) telah dibatasi penggunaanya karena bersifat karsinogenik.
National Institute of Health Amerika Serikat melaporkan bahwa penggunaan BHA
dalam makanan dapat menjadi senyawa karsinogen berdasarkan efek karsinogeniknya
pada hewan coba. Pada eksperimen dengan menggunakan tikus, pemberian BHA dosis
tinggi dalam makanan telah menimbulkan papilloma dan squamous cell carcinoma
(Fitri, 2014).
Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping dari antioksidan
sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan
(Hidayat, 2018). Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antioksidan
alami adalah tumbuhan kuda-kuda (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.).
Tumbuhan Kuda-kuda merupakan pohon yang banyak tumbuh di Indonesia.
Secara tradisional, tumbuhan kuda-kuda digunakan oleh masyarakat untuk pakan
ternak, obat tradisional, dan sebagai pagar. Bagian daun dan batang tumbuhan kudakuda telah digunakan sebagai obat berbagai penyakit (Alam, 2017). Daun dan kulit
batangnya digunakan untuk mengobati luka luar, luka dalam, dan perawatan pasca
persalinan (Rahayu dkk., 2006).
Skrining fitokimia dari ekstrak daun kuda-kuda mengungkapkan adanya
senyawa fenolik dan flavonoid, quercetin, quercetin-3-arabinoside, leucocyanidin dan
leucodelphinidin. (Febriansyah, 2019). Fraksi etil asetat daun kuda-kuda menunjukkan
aktivitas antioksidan yang tinggi dengan IC50 sebesar 6±0.32 μg/ml (Manik, et. al.,
2013). Dari hasil skrining fitokimia diketahui daun kuda-kuda mengandung
4
antioksidan sehingga berpotensi untuk diolah menjadi teh herbal sebagai salah satu
alternatif minuman sehat sumber antioksidan alami.
Teh herbal merupakan minuman yang berasal dari hasil pengolahan daun,
bunga, akar, kulit atau biji berbagai tanaman (Wanarsih, 2007). Teh herbal memiliki
banyak manfaat dan khasiat untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan menjaga
kesehatan. Pembuatan teh herbal dapat dilakukan dengan cara pengeringan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil pengeringan adalah suhu pengeringan. Penelitian
yang dilakukan Pin (2009) menunjukkan suhu pengeringan sangat berpengaruh
terhadap kualitas, terutama pada perubahan kadar fitokimia atau senyawa aktif.
Menurut Saragih (2014) olahan teh membutuhkan suhu pengeringan yang tepat sebab
dapat mempengaruhi kandungan dan aktivitas antioksidan serta mempengaruhi aroma,
rasa dan warna seduhan teh yang dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan Wulandari (2009) menunjukkan bahwa cara
pengeringan yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap perolehan
kadar senyawa fenolat total dan aktivitas antioksidan daun dewa. Penelitian yang
dilakukan oleh Rusnayanti (2018) menyatakan bahwa suhu pengeringan 50°C
menghasilkan teh herbal daun kakao dengan karakteristik dan nilai antioksidan terbaik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2019) melaporkan variasi suhu pengeringan 55ºC
menghasilkan teh herbal daun tin dengan karakteristik terbaik, sementara itu penelitian
teh herbal dari daun kumis kucing yang dilaporkan Jayanti (2019) menunjukkan
variasi suhu pengerigan 60 ºC menghasilkan teh herbal daun kumis kucing dengan
aktivitas antioksidan terbaik..
5
Penelitian evaluasi antioksidan dan hedonik teh herbal dari daun kuda-kuda
belum pernah dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui suhu
pengeringan yang tepat dan membuktikan bahwa daun kuda-kuda dapat dijadikan
minuman sumber antioksidan alami serta mengetahui tingkat penerimaan masyarakat
terhadap teh herbal daun kuda-kuda. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Antioksidan dan Hedonik Teh
Herbal dari Daun Kuda-Kuda (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr) dengan
Variasi Suhu Pengeringan”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah
1. Apakah variasi suhu pengeringan berpengaruh terhadap kadar antioksidan teh
herbal daun kuda-kuda ?
2. Apakah variasi suhu pengeringan berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis
pada aroma, warna dan rasa teh herbal daun kuda-kuda ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap kadar antioksidan teh
herbal daun kuda-kuda.
6
2. Mengetahui pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap tingkat kesukaan panelis
pada aroma, warna dan rasa teh herbal daun kuda-kuda.
E. Manfaat Penelitian
Dengan mengadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
sebagai berikut:
a. Memberikan informasi tentang potensi aktivitas antioksidan dari teh herbal daun
kuda-kuda.
b. Menambah wawasan dan keterampilan masyarakat di dalam pemanfaatan
tumbuhan kuda-kuda.
c. Dapat menambah pengalaman mengenai cara membuat teh daun kuda-kuda dan
memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai potensi aktivitas dari teh daun
kuda-kuda.
7
F. Kerangka Pemikiran
Teh merupakan minuman yang
paling sering dikonsumsi
penduduk Indonesia.
Daun kuda-kuda belum banyak
dimanfaatkan secara optimal
Teh Herbal dimanfaatkan menjadi
minuman berkhasiat dan berpotensi
dapat meningkatkan kesehatan
tubuh.
Tanaman kuda-kuda memiliki banyak
kahsiat farmakologis dan kandungan
senyawa flavonoid yang berpotensi
sebagai antioksidan dan dapat
dimanfaatkan sebagai teh herbal.
Pembuatan teh herbal
dapat dilakukan dengan
cara pengeringan.
Suhu pengeringan sangat berpengaruh
terhadap kualitas, terutama pada
perubahan kadar fitokimia atau
senyawa aktif bahan (Pin, 2009).
Dilakukan penelitian pembuatan teh herbal daun kudakuda dengan variasi suhu pengeringan (50°C, 55°C,
60°C, 65°C, 70°C)
Teh Daun Kuda-Kuda di uji kuantitatif dengan
Uji DPPH untuk melihat aktivitas antioksidan
dan Uji Hedonik untuk melihat tingkat
kesukaan panelis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
8
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh kadar antioksidan teh herbal daun kuda-kuda dengan variasi
suhu pengeringan.
2. Suhu pengeringan berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis pada aroma,
warna dan rasa teh herbal daun kuda-kuda.
H. Ruang Lingkup dan Definisi Operasional
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini mengenai bidang
Fisiologi Tumbuhan. Menghindari adanya kesalahpahaman dari penafsiran pembaca,
maka dijelaskan istilah-istilah yang berhubungan dalam penelitian yaitu sebagai
berikut:
a)
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak
negatif radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan dalam penelitian ini berasal dari
tumbuhan kuda-kuda (Lannea coromandelica).
b) Teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman yang bukan
berasal dari daun teh (Camellia sinensis). Teh herbal dapat dibuat dari daun,
bunga, biji dan akar dari berbagai tanaman. Salah satu bahan yang dapat
digunakan untuk pembuatan teh herbal adalah daun kuda-kuda karena memiliki
berbagai khasiat farmakologis dan memiliki potensi sebagai antioksidan yang
baik.
c)
Bagian tumbuhan kuda-kuda yang digunakan untuk pembuatan teh herbal adalah
pucuk daun kuda-kuda.
9
d) Pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan kadar air bahan sampai ke
tingkat yang diinginkan dan menghilangkan aktivitas enzim yang bisa
menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif. Metode pengeringan yang
dilakukan pada pengolahan teh herbal ini menggunakan mesin pengering (oven).
I. Landasan Teori
1. Teh Herbal
Teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman yang
bukan berasal dari daun teh (Camellia sinensis). Teh merupakan salah satu produk
sumber antioksidan alami. Beberapa inovasi teh herbal dari tanaman lain seperti teh
daun sirsak, teh daun alpukat, teh daun kakao, dan teh rosella (Ningsih, 2016). Teh
herbal memiliki banyak manfaat dan khasiat untuk mengatasi berbagai macam
penyakit dan menjaga kesehatan. Pembuatan teh herbal dapat dilakukan dengan cara
pengeringan.
Teh herbal merupakan hasil pengolahan dari bunga, kulit, biji , daun , dan akar
berbagai tanaman (Winarsih, 2007). Teh herbal bahkan telah diminum sejak ratusan
tahun lalu sebagai obat tradisional untuk memelihara kesehatan dan membantu
mengatasi berbagai penyakit.
Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda-beda, tergantung bahan
bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman obat
yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu
(Hambali, 2005).
10
2. Antiokisdan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, meperlambat dan mencegah
terjadinya reaksi oksidasi dari radikal bebas didalam tubuh. Tumbuhan menyediakan
sumber antioksidan alami yang melimpah, termasuk vitamin E, vitamin C, karotenoid,
dan senyawa fenolik, Kehadirannya di tanaman hidup adalah untuk melindungi
jaringan dari kerusakan yang merugikan. Mengonsumsi tanaman yang mengandung
antioksidan memiliki efek menguntungkan, diantaranya dapat menjadi penangkal
risiko penyakit kardiovaskular, kanker, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya
(Sahidi, 1997).
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa
yang bersifat oksidan sehingga aktivitas oksidan tersebut bisa dihambat (Yuslianti,
2018). Beberapa zat yang memiliki sifat antioksidan adalah flavonoid, polifenol, beta
karoten, likopen, lutein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E. Antiokisdan secara alami
bisa diperoleh dari buah, sayur, kacang-kacangan dan tanaman herbal.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi 3
kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier. Antioksidan primer
meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan Glutation peroksidase
(GSH-Px). Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer jika dapat
memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal
antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil.
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan non-enzimatis, antioksidan sekunder
meliputi vitamin E, vitamin C, karoten, flavonoid, dan albumin. Antioksidan sekunder
ini bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau
11
dengan cara menangkapnya. Akibatnya, radikal bebas tidak akan bereaksi dengan
komponen seluler. Antioksidan tersier, kelompok antioksidan ini meliputi enzim DNArepair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan
biomolekuler yang rusak akibat radika bebas (Winarsih, 2007).
3. Flavonoid
Tanaman melakukan fotosintesis untuk memproduksi metabolit primer. Metabolit
primer ini menjadi dasar biosintesis metabolit sekunder pada tanaman. Tanaman
memproduksi metabolit sekunder untuk menjalankan fungsi ekologis tertentu.
Perbedaan fungsi organ tanaman menyebabkan perbedaan jalur biosintesis kandungan
fitokimia yang terdapat pada tiap organ tanaman, termasuk kandungan senyawa
fenolik dan flavonoid (Heldt & Piechulla, 2011). Aktivitas antioksidan flavonoid
bersumber pada kemampuan mendonasikan atom hidrogennya. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan
yang beragam pada berbagai jenis sereal, sayuran dan buah buahan (Redha, 2010).
Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan pencegah radikal bebas.
Senyawa flavonoid memiliki sifat antioksidan sebagai penangkap radikal bebas karena
mengandung gugus hidroksil yang bersifat sebagai reduktor dan dapat bertindak
sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas. (Ismail, 2015).
Penelitian yang telah dilakukan Kanner et al., (1994) melaporkan, antioksidan
alami seperti flavonoid yang banyak terdapat pada minuman dan buah anggur,
diketahui memiliki kontribusi dalam menghambat oksidasi LDL (low density
lipoprotein) secara ex-vivo. Produk oksidatif LDL dapat menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah koroner. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
12
terdapat korelasi negatif antara asupan flavonoid dengan resiko munculnya penyakit
jantung koroner. Efek kardioprotektif flavonoid sebagai sumber diet telah ditinjau oleh
Cook dan S. Samman (1996). Selain efek kardioprotektif, telah banyak pula hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa flavonoid mempunyai kontribusi dalam aktivitas
antiproliferatif pada sel kanker manusia.
4. Tumbuhan Kuda-Kuda (Lannea coromandelica)
Tumbuhan kuda-kuda termasuk dalam genus Lannea famili Anacardiaceae dan
termasuk tumbuhan tropis yang tersebar luas di India, Bangladesh, dan negara tropis
lainnya termasuk Indonesia. Tumbuhan Kuda-Kuda memiliki beragam nama daerah
diantaranya Kayu Jawa, Pohon Kuda-Kuda, Kaili, dan Aju Jawa.
Kuda-Kuda memiliki habitus berupa pohon berkayu biasanya tinggi pohonnya
mencapai 6-8 meter, berakar tunggang, batang bercabang. Daun majemuk menyirip
gasal (ganjil), bentuk anak daun bulat memanjang, ujung daun runcing, bunga
majemuk, memiliki mahkota bewarna kuning kehijauan, benang sari 8 dan 4 putik.
Buah berupa bui berbentuk bulat, memanjang warna hijau, dengan biji bulat putih
(Ifandi, 2020).
Skrining fitokimia dari ekstrak daun kuda-kuda mengungkapkan adanya
senyawa fenolik dan flavonoid, quercetin, quercetin-3-arabinoside, leucocyanidin dan
leucodelphinidin. (Febriansyah, 2019). Penelitian Ismail (2015) juga melaporkan
tumbuhan kuda-kuda mengandung flavonoid yang mana flavonoid dapat berfungsi
sebagai antioksidan pencegah radikal bebas. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Daun Kuda-Kuda (Lannea coromandelica) dapat dilihat pada tabel 1.
13
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kuda-Kuda (Lannea
coromandelica) (Selvaraj, 2015)
Pengujian Senyawa
Ekstrak Etanol
No.
1.
Alkaloid
-
2.
Flavonoid
+
3.
Saponin
+
4.
Glikosida
+
5.
Terpenoid
+
6.
Fenol
+
7.
Tanin
+
Lannea coromandelica atau dikenal dengan tumbuhan kuda-kuda, telah lama
digunakan dalam pengobatan tradisional. Tanaman ini dilaporkan digunakan untuk
mengobati pembengkakan, rasa sakit dan peradangan lokal, pengobatan tumor, borok,
kanker, terkilir, memar, penyakit kulit, dan disentri. Baik daun dan kulit batang
memiliki khasiat menghilangkan rasa sakit dapat dijadikan bubuk untuk mengobati
sakit gigi (Rahman, 2016). Tumbuhan kuda-kuda juga merupakan tanaman yang dapat
dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara ditumbuk ataupun direbus untuk
mengobati luka luar, luka dalam dan perawatan paska persalinan (Rahayu, 2006).
14
Gambar 2. Pohon Kuda-Kuda (Lannea coromandelica)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Klasifikasi dari Pohon Kuda-Kuda (Tjitrosoepomo, 2013),
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Anacardiceae
Marga
: Lannea
Spesies
: Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.
5. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet (200 –350 nm) dan cahaya tampak (350 – 800 nm) yang
diabsorbsi oleh sampel. Interaksi senyawa organik dengan sinar ultraviolet dan sinar
tampak, dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul senyawa organik.
15
Bagian dari molekul yang paling cepat bereaksi dengan sinar tersebut adalah elektronelektron ikatan dan elektron-elektron nonikatan (elektron bebas) (Suhartati, 2013).
Serapan cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik,
yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke
orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi, dimana detector dapat mengukur
intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi.
Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa atau warna yang terbentuk. Fungsi dari spektrofotometer UV Vis adalah
untuk menentukan kandungan zat organik/anorganik dalam larutan. Instrumen pada
spektrofotometri UV-Vis terdiri dari 6 komponen pokok: sumber radiasi,
monokromator, wadah sampel (sel atau kuvet), detektor, recorder, read out.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif
(Rohman, 2007).
6. Metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)
DPPH adalah singkatan umum untuk senyawa kimia organik 2,2-difenil-1pikrilhidrazil. Ini adalah bubuk kristal berwarna gelap yang terdiri dari molekul radikal
bebas yang stabil .
Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2pikrilhidra-zil (DPPH) sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan
hidrogen oleh DPPH dari senyawa antioksidan, DPPH memiliki warna ungu tua dalam
16
larutan, dan menjadi tidak berwarna atau kuning pucat saat dinetralkan. Pita serapan
yang kuat berpusat pada sekitar 517 mm - 520 nm.
Menurut Molyneux (2004), waktu efektif sampel uji dan DPPH bereaksi adalah
30 menit karena telah memasuki tahapan propagasi. Parameter dari metode DPPH ini
adalah nilai inhibition concentration 50% (IC50). Efektivitas suatu sampel untuk
menangkal radikal bebas dari metode DPPH dinamai dengan IC50. Pengertian dari IC50
adalah konsentrasi yang dapat meredam 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai
IC50 maka semakin besar aktivitas antioksidannya. (Widyasanti, 2016).
Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan kelompok sangat kuat
jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kelompok kuat IC50 antara 50-100 ppm, kelompok
sedang jika nilai IC50 101-150 ppm, dan kelompok lemah jika nilai IC50 antara 150200 ppm (Molyneux, 2004). Metode dengan menggunakan radikal bebas DPPH
merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk pengujian aktivitas
antioksidan ekstrak tanaman (Koleva et al., 2002; Prakash et al., 2007). Keberadaan
senyawa antioksidan dalam ekstrak tanaman dapat mengubah warna larutan DPPH
dari ungu menjadi kuning (Dehpour et al., 2009). Peredaman warna ini akan
menentukan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan diukur dengan
menggunakan prinsip spektrofotometri.
17
7. Uji Hedonik
Uji hedonik merupakan suatu kegiatan pengujian yang dilakukan oleh seorang
atau beberapa orang panelis yang mana memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat
kesukaan atau ketidaksukaan konsumen tersebut terhadap suatu produk tertentu. Stone
dan Joel (2004) juga menyatakan uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam
analisa sensori organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan
kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor
terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui tingkat kesukaan dari
suatu produk.
Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produksi. Tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, sangat
tidak suka dan lain-lain. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut
rentangan skala yang dikehendaki. Dalam analisi datanya, skala hedonik
ditransformasikan ke dalam skala angka menurut tingkat kesukaan (dapat 5, 7 atau 9
tingkat kesukaan). Dengan data ini dapat dilakukan analisa statistik (Suryono, 2018)
Prinsip uji hedonik yaitu panelis diminta tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap komoditi yang dinilai. Penilaian dalam uji
hedonik ini bersifat spontan. Ini berarti panelis diminta untuk menilai suatu produk
secara langsung saat itu juga pada saat mencoba tanpa membandingkannya dengan
produk sebelum atau sesudahnya.
Dalam penganalisisan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala numerik
dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat
18
dilakukan analisis statistik. Aplikasi dalam bidang pangan untuk uji hedonik ini
digunakan dalam hal pemasaran, yaitu untuk memperoleh pendapat konsumen
terhadap produk baru, hal ini diperlukan untuk mengetahui perlu tidaknya perbaikan
lebih lanjut terhadap suatu produk baru sebelum dipasarkan, serta untuk mengetahui
produk yang paling disukai oleh konsumen (Susiwi, 2009). Produk yang paling disukai
ditentukan dengan menjumlahkan nilai skor yang diberikan oleh panelis dan
mengambil rata-ratanya. Produk dengan skor tertinggi merupakan produk penerimaan
terbaik (Adiari, 2017).
19
J. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan Laboratorium Analisis
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Penelitian
direncanakan akan dilakukan selama lebih kurang 3 bulan dari bulan Februari sampai
April 2021.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini berupa pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium
(experimental laboratory method). Penelitian ini disusun dalam rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan sehingga diperoleh 25 unit
percobaan. Terdapat lima variasi suhu pengeringan, yaitu 50°C, 55°C, 60°C, 65°C,
70°C, dengan lama waktu pengeringan selama 2 jam. Penentuan banyaknya
pengulangan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut
Hanafiah (2008) sebagai berikut:
(t – 1)(r – 1) ≥ 15
Dimana, t = perlakuan
r = ulangan
(5-1)(r-1) ≥ 15
4 (r – 1) ≥ 15
4r – 4
≥ 15
r
≥ 4,75 ~ 5
20
Tabel. 2 Bentuk Rancangan Penelititan
Perlakuan (P)
Pengulangan (r)
1
2
3
4
5
P1 (50°C)
P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5
P2 (55°C),
P2.1
P2.2
P2.3
P2.4
P2.5
P3 (60°C)
P3.1
P3.2
P3.3
P3.4
P3.5
P4 (65°C)
P4.1
P4.2
P4.3
P4.4
P4.5
P5 (70°C)
P5.1
P5.2
P5.3
P5.4
P5.5
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Alat Pembuatan Teh Herbal Kombinasi
No.
Nama
Spesifikasi
Jumlah
Kegunaan
1.
Pisau
-
1 unit
Untuk memotong dan merajang
bahan
2.
Oven
MIDO
1 unit
Untuk mengeringkan bahan
3.
Gunting
-
1 unit
Untuk memotong bahan
4.
Radwag
1 unit
Untuk menimbang bahan
5.
Timbangan
Analitik
Blender
Hitachi
1 unit
Untuk menghaluskan bahan
6.
Nampan
-
1 unit
Untuk menyimpan
7.
Sendok
-
1 unit
Untuk menakar dan mengaduk
bahan
8.
Baskom
-
1 unit
Untuk meletakkan bahan
21
9.
Kantong Teh
-
1 unit
Untuk mengemas bahan
10.
Kamera
Canon
1 unit
Untuk mendokumentasikan
kegiatan penelitian
11.
Gelas arloji
Pyrex
1 unit
Sebagai wadah penimbang bahan
12.
Kertas Tabel
-
1 gulung
Untuk menandai unti percobaan
13.
Alat Tulis
-
-
Untuk menulis
Tabel 4. Alat untuk pengujian organoleptik
No.
Nama
Spesifikasi
Jumlah
Kegunaan
1.
Nampan
-
1 unit
Untuk menyiapkan sampel teh
2.
Gelas Plastik
-
20 unit
Sebagai wadah teh
3.
Sendok
-
20 unit
Sebagai pengaduk teh
4.
Alat tulis
-
-
Untuk menulis
5.
Kertas label
-
1 gulung
Untuk menandai unit percobaan
Tabel 5. Alat untuk pengujian antioksidan
No.
Nama
Spesifikasi
Jumlah
Kegunaan
1.
Spektrofotometri
UV-Vis
RAPTOR
1 unit
Untuk melihat serapan radikal
Timbangan
Radwag
1 unit
Untuk menimbang bahan
2.
bebas
Analitik
3.
Gelas Beaker
Pyrex
2 unit
Untuk menampung larutan
4.
Pipet tetes
Pyrex
1 unit
Untuk memindahkan larutan
5.
Spatula
Pyrex
1 unit
Untuk mengaduk larutan
22
6.
Gelas ukur
Pyrex
2 unit
Untuk mengukur bahan
7.
Tabung Reaksi
Pyrex
3 unit
Untuk mencampur bahan
8.
Mikropipet
Scilogex
1 unit
Untuk menakar bahan
9.
Kuvet
Quartz
2 unit
Sebagai wadah sampel
10.
Vortex
Oregon
1 unit
Untuk menghomogenkan
bahan
11.
Labu takar
Pyrex
1 unit
Untuk menakar bahan
12.
Alumunium foil
WITA
1 gulung
Untuk menutup Erlenmeyer
Bahan yang digunaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Bahan pembuatan teh herbal kombinasi
No.
Nama
Jumlah
Kegunaan
1.
Daun Kuda-Kuda
1 Kg
Bahan dasar pembuatan teh
Tabel 7. Bahan untuk pengujian organoleptik
No.
Nama
Spesifikasi
Jumlah
Kegunaan
1.
-
50 gram
Sebagai sampel teh
2.
Teh herbal Daun
Kuda-Kuda
Air panas
-
200 mL
Untuk menyeduh teh
3.
Lembar angket
-
30
lembar
Untuk menilai teh
23
Tabel 8. Bahan untuk pengujian antioksidan
No.
Nama
Jumlah
Kegunaan
1.
50uj
gram
25 mg
Sebagai sampel teh
2.
Teh herbal Daun
Kuda-Kuda
DPPH
Bahan dasar pengujian antioksidan
3.
Methanol
70 mL
Untuk pembuatan larutan DPPH
4.
Aquades
30 mL
Untuk pembuatan larutan DPPH
2. Objek Penelitian
Daun kuda-kuda yang digunakan dalam penelitian berasal dari tumbuhan kudakuda di kawasan Aceh Besar dengan ciri-ciri daun segar, tidak cacat dan tidak tua.
3. Parameter Penelitian
Parameter yang diteliti pada penelitian ini meliputi:
1. Nilai IC50
2. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna, rasa dan aroma teh herbal daun kudakuda.
4. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur Pembuatan Teh Herbal
Tanaman daun Kuda-Kuda diambil bagian daunnya yang segar, tidak cacat dan
tidak tua. Daun Kuda-Kuda yang telah dipetik, dicuci bersih dengan air mengalir,
kemudia dibeberkan di tempat yang teduh dengan sirkulasi udara yang baik,
selanjutnya Daun Kuda-Kuda dilayukan dengan teknik kering angin selama 48 jam,
kemudian dilakukan proses pengeringan menggunakan oven, tujuan penggunaan
24
pengovenan untuk mengurangi kadar air dengan lama pengeringan 2 jam dengan suhu
yang berbeda-beda (50°C, 55°C, 60°C, 85°C, 90°C).
Daun Kuda-Kuda yang telah kering, kemudian dihaluskan menjadi serbuk teh
dengan menggunakan blender, Serbuk teh daun kuda-kuda kemudian ditimbang 2
gram (SNI 3753:2014) setelah itu serbuk teh herbal dikemas kedalam kantong teh
celup yang telah disiapkan, sesuai variasi suhu. Teh Herbal yang telah dikemas,
kemudian diseduh dengan menggunakan air matang dengan suhu 70-80°C dalam
waktu 3-5 menit hingga air berubah warna (SNI 3753:2014). Kemudian didiamkan
selama 5 menit agar sari yang terekstrak dari teh keluar secara maksimal (Murdijati,
2018). Teh herbal yang sudah dikemas sesuai perlakuan kemudian diambil seduhannya
untuk dilakukan uji antioksidan.
Proses Analisis Antioksidan dengan metode DPPH 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
1. Pembuatan larutan DPPH
DPPH ditimbang sebanyak 4 mg dengan timbangan digital dan dituang ke
dalam gelas beaker. Dilarutkan 4 mg DPPH dengan 30 mL aquades dan 70 mL
methanol ke dalam gelas beaker, kemudian larutan DPPH + methanol dan aquades
dihomogenkan dalam labu takar. Larutan yang telah homogen dilapisi labu takarnya
menggunakan alumunium foil dan ditutup rapat agar larutan tidak terkena cahaya,
selanjutnya labu takar diletakkan di ruang yang gelap selama 30 menit (Molyneux,
2004).
25
2. Pembuatan larutan blanko
Diambil 0,2 mL aquades dengan pipet ukur dan ditambahkan 3,8 mL larutan
DPPH ke dalam gelas beaker, lalu dihomogenkan dengan vortex. Kemudian
dimasukkan larutan homogen tersebut ke dalam labu takar 10 mL yang telah dilapisi
alumunium foil dan didiamkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan ke dalam
kuvet, kemudian diukur serapan larutan blanko menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang 517 nm (Marinova, 2011). Dicatat hasil serapan (inhibisi)
radikal bebasnya pada alat spektrofotometer UV-Vis.
3. Pembuatan larutan sampel uji
Diseduh sampel teh kombinasi selama 5 menit dengan suhu penyeduhan 100°C.
Diambil 0,2 mL sampel teh herbal kombinasi dan ditambahkan 3,8 mL larutan DPPH.
Dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Kemudian dimasukkan ke labu takar
yang telah dilapisi alumunium foil dan didiamkan selama 30 menit. Selanjutnya
larutan dimasukkan ke dalam kuvet. Diukur serapan larutan sampel uji menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Dicatat hasil serapan
(inhibisi) radikal bebasnya pada alat spektrofotometer UV-Vis.
4. Penentuan nilai IC50
Parameter yang biasa digunakan untuk menginterprestasikan hasil dari uji
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai IC50. Untuk
menghitung nilai IC50 diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang dilakukan.
26
Rumus menghuting persen inhibisi (% inhibisi) (Molyneux, 2004):
% inhibisi =
(𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
𝑥 100%
Konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang diperoleh diplot masing-masing
pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan tersebut digunakan
untuk menentukan nilai IC50 dari masing-masing sampel dinyatakan dengan nilai y
sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai nilai IC50 (Nurjanah, Izzati &
Abdullah, 2011).
Tabel 9. Sifat Antioksdian berdasarkan nilai IC50 (Molyneux, 2004).
Nilai IC50
Sifat Antioksidan
50 ppm<
Sangat Kuat
50 ppm – 100 ppm
Kuat
100 ppm – 150 ppm
Sedang
150 ppm-200 ppm
Lemah
Tahap Uji Hedonik (Hedonic test)
Metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk
dengan menggunakan lembar penilaian. Penilaian contoh yang diuji berdasarkan
tingkat kesukaan panelis. Analisis statistik dilakukan pada tingkat signifikansi α =
0,05. Skor dari penerimaan konsumen menjadi sasaran analisis varians (ANOVA)
(Sufiat, 2019).
27
Uji kesukaan dilakukan oleh 27 panelis terlatih dan 3 panelis ahli, terdiri dari
panelis perempuan maupun laki-laki pada jam 10 pagi. Uji kesukaan yang dilakukan
adalah uji kesukaan pada aroma, warna dan rasa (Siragih, 2013).
1. Aroma
Aroma dihasilkan oleh senyawa-senyawa volatil yang terdapat pada bahan
pangan. Aroma bisa timbul secara alami maupun karena proses pengolahan, seperti
penyangraian, pemanggangan dan proses lainnya. Teh herbal memiliki aroma yang
baik jika tidak terlalu tercium aroma langu pada teh herbal tersebut.
2. Warna
Warna memiliki peran penting dalam penerimaan suatu produk, selain itu warna
juga digunakan sebagai indikator baik tidaknya cara pengolahan yang ditandai dengan
adanya warna yang seragam dan merata. Teh herbal yang baik memiliki warna cokelat
yang tidak terlalu pekat atau pucat.
3. Rasa
Rasa adalah persepsi biologis seperti sensasi yaang dihasilkan oleh materi yang
masuk ke mulut. Teh herbal yang baik memiliki rasa yang segar, tidak pahit getir atau
pun sangat sepat.
28
Jumlah tingkat skala hedonik bervariasi tergantung dari rentang mutu yang
diinginkan dan sentivitas antar skala. Rentang skala hedonik berkisar dari ekstrim baik
sampai ekstrim jelek, dan rentang skala tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut (Tabriyani, 2013)
Tabel 10. Skala Hedonik
Skala Hedonik
Skala Numerik
Amat Sangat Suka
9
Sangat Suka
8
Suka
7
Agak Suka
6
Netral
5
Agak Tidak Suka
4
Tidak Suka
3
Sangat Tidak Suka
2
Amat sangat tidak suka
1
Sumber: SNI 01-2346-2006
Tahap penyeduhan teh Kuda-kuda untuk uji kesukaan yakni, sampel pada tiap
perlakuan di ambil 1 kantong teh, dimasukkan kedalam gelas kaca dan ditambahkan
gula sebanyak 10 gram dan diseduh dengan air panas sebanyak 200 mL selama 3-5
menit, dilanjutkan uji aroma, warna dan rasa pada tiap tiap sampel teh herbal KudaKuda.
29
a. Uji aroma
1.) Sampel teh yang sudah diseduh dalam keadaan dingin dihirup aromanya pada
jarak ½ cm dari hidung.
2.) Diberi skor penilaian terhadap aroma dari masing-masing sampel
3.) Sampel dihirup oleh 30 orang panelis
b. Uji warna
1.) Sampel teh yang sudah diseduh kemudian diamati ketampakan warna nya di
bawah sinar matahari atau di tempat yang terang.
2.) Diberi skor penilaian terhadap warna dari masing-masing sampel
3.) Sampel diamati oleh 30 orang panelis
c. Uji rasa
1.) Sampel teh yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil satu sendok
makan, kemudian dirasa.
2.) Sampel dirasa pada tiap perlakuan, terlebih dahulu panelis meminum air atau
kumur-kumur agar indera perasa menjadi netral
3.) Sampel diamati oleh 30 orang panelis
30
5. Teknik Analisis Data
Data nilai aktivitas antioksidan (IC50) dan skor hedonik yang diperoleh dari
hasil percobaan dianalisis dengan uji Analisis Varian (ANAVA) dengan persamaan
sebagai berikut (Nugroho, 2008).
Y=µ+τ+ε
Keterangan:
Y
: Pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ
: Nilai rataan umum
τ
: Pengaruh perlakuan
ε
: Pengaruh galat
Perhitungan Jumlah Kuadrat
31
Tabel 11. Analisis Keragaman untuk RAL (Nugroho, 2008)
Sumber
Derajat Bebas
Jumlah
Kuadrat Tengah
Keragaman
(db)
Kuadrat (JK)
(KT)
Perlakuan
t-1
JKP
KTP = JKP/db P
Galat
(n-1)-(t-1)
JKG
Total
n-1
JKT
KTG = JKG/ db G
F hitung
KTP/KTG
Keterangan :
Db = derajat bebas
t = jumlah perlakuan
n = jumlah data (n = t x r, r = jumlah ulangan)
KT = Kuadrat Tengah (JK/db)
Untuk menerima atau menolak hipotesis digunakan taraf uji (α 0,05) dengan
ketentuan jika Fhitung ≥ Ftabel maka setiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata
maka Ha diterima. Namun jika Fhitung < Ftabel maka pada perlakuan tidak terdapat
perbedaan yang nyata dan hipotesis Ha ditolak.
Menurut Hanafiah, (2008) Apabila terdapat pengaruh yang nyata, maka
dilakukan uji lanjutan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen atau minimal 20% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang digunakan sebaiknya adalah uji jarak Nyata
Duncan (JNTD).
b. Jika KK sedang (antara 5-10% pada kondisi homogen atau antara 10-20% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang digunakan sebaiknya adalah uji Beda Nyata
Terkecil (BNT).
c. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen atau maksimal 10% pada
kondisi heterogen), uji lanjutan yang digunakan sebaiknya adalah uji Beda Nyata
Jujur (BNJ).
32
Rumus KK, sebagai berikut:
KK =
√KTG
𝑦
x 100%
Keterangan:
KK
: Koefisien keragaman
KTG
: Kuadrat Tengan Galat
Y
: Rata-rata seluruh data percobaan
33
g. Jadwal Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang meliputi konsultasi masalah penelitian hingga
penyusunan proposal dilakukan di bulan Desember 2020 s/d Mei 2021.
Tabel. Jadwal Kegiatan Penelitian
1
Pembuatan Proposal
2
Persiapan alat dan bahan
3
Pembuatan teh dan uji
4
Pengumpulan data penelitian
5
Penyusunan laporan
Mei
2021
April
2021
Maret
2021
Februari
2021
Bulan dan Tahun
Januari
2021
Kegiatan
Desember
2020
No
1
Lampiran. Kuesioner Uji Hedonik
KUESIONER UJI HEDONIK
Nama
:
Jenis Kelamin :
Petunjuk Pengisisan
Di depan panelis terdapat 5 sampel teh herbal daun kuda-kuda, panelis diminta
untuk memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna,
aroma dan rasa. Kisaran nilai yang diberikan 1-9, semakin tinggi nilai yang diberikan
menunjukkan semakin tinggi tingkat kesukaan. Berilah skor berupa angka 1-9 pada
kolom nilai yang sudah disediakan.
1 : Amat sangat tidak suka
2 : Sangat tidak suka
3 : Tidak suka
4 : Agak tidak suka
5 : Netral
6 : Agak suka
7 : Suka
8 : Sangat suka
9 : Amat sangat suka
Petunjuk Pengujian
a) Uji aroma
Uji aroma dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel teh yang sudah
diseduh kemudian teh dihirup aromanya pada jarak ½ cm dari hidung. Setelah itu
panelis memberikan skor terhadap aroma dari setiap sampel pada lembar
kuesioner.
b) Uji warna
Uji warna dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel teh yang sudah
diseduh kemudian diletakkan dalam gelas plastik, selanjutnya diamati warnanya
di bawah sinar matahari atau di tempat yang terang. Setelah itu panelis
memberikan skor terhadap warna dari setiap sampel pada lembar kuesioner.
c) Uji rasa
Uji rasa dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel teh yang sudah diseduh
kemudian diletakkan dalam gelas plastik, selanjutnya dikecap dengan lidah.
Setelah itu panelis memberikan skor terhadap warna dari setiap sampel pada
lembar kuesioner. Sebelum menguji sampel selanjutnya, panelis berkumur dengan
air untuk menetralkan kembali indera perasanya.
2
Tabel Uji Hedonik
Nama panelis
Laki-laki/Perempuan
Tgl pengujian sampel
:
:
:
Cicipilah 5 sampel teh herbal daun kuda-kuda,
Kemudian beri skor dengan mencentang (√) angka 1-9 pada kolom nilai
Perintah
(9:Amat Sangat Suka), (8:Sangat Suka), (7:Suka), (6:Agak Suka),
(5:Netral), (4:Agak Tidak Suka), (3:Tidak Suka),
(2:Sangat Tidak Suka), (1:Amat Sangat Tidak Suka).
Tingkat kesukaan
Pengujian sampel
Warna
Rasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7
1. Sampel P1
2. Sampel P2
3. Sampel P3
4. Sampel P4
5. Sampel P5
Aroma
8 9 1 2
3
4
5
6
7
8
9
3
DAFTAR PUSTAKA.
Adiari, N. W. L., Yogeswara I. B. A., & Putra I. M. W. A. 2017. Development of
functional food based on okara flour and black rice flour (Oryza sativa L.) as
a snack for obese adolescents. Indonesian J Nutrition, 6 (1): 23-31
Aiyuni, R., Heru, P.W., & Rohaya. 2017. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Naga
(Hylocereus costaricensis) dalam Pembuatan Teh Herbal dengan
Penambahan Jahe. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 2(3).
Alam, B. 2017. Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Induces Heme Oxygenase 1
(HO-1) Expression and Reduces Oxidative Stress via the p38/c-Jun NTerminal Kinase–Nuclear Factor Erythroid 2-Related Factor 2 (p38/JNK–
NRF2)-Mediated Antioxidant Pathway International. Journal. Molecular.
Sciences. 1-18.
Andhesa, S. K. 2019. Pengaruh Variasi Lama Pengeringan dan Variasi Komposisi Teh
Herbal Kombinasi Bunga Telang (Clitoria ternate Linn) dan Daun Kemangi
(Ocimum basilicum Linn) Terhadap Kandungan Senyawa Metabolit Yang
Berpotensi Sebagai Antioksidan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Syiah Kuala.
Cook, N. C. & S. Samman. 1996. Review Flavonoids-Chemistry, Metabolism,
Cardioprotective Effect, And Dietary Sources, J. Nutr. Biochem (7): 66-76.
Dehpour, A.A. Ebrahimzadeh, M. A., & Fazel, N.S. 2009. Antioxidant activity of
methanol extract of ferula assafoetida and it’s essential oil composition.
Grasas Aceites, 60 (4).
Febriansyah, E. 2019. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Lannea
Coromandelia Terhadap Perubahan Berat Badan Dan Kondisi Fenotip
Makroskopik Organ Tikus Wistar Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 6 No.1,
47-54
Hambali, E. M. Z., Nasution., & Herliana. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Hanafiah, K. A. 2008. Rancangan Percobaan: Teori & Aplikasi. Edisi 3. Jakarta.
Rajawali
Heldt H. W & Piechulla B. 2011. Plant Biochemistry 4th Edition. London (UK):
Academic Press.
Ifandi, S. 2020. Pengenalan Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Perkarangan dan
Kebun. Jawa Tengah. Pena Persada.
4
Ismail, I., Gemy H., & Armisman P. 2015. Formulasi Dan Uji Efektifitas Antioksidan
Krim Ekstrak Etanol Korteks Kayu Jawa (Lannea Coromandelica Hout Merr)
Dengan Metode DPPH.
Jayanti, A. S. 2019. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap Aktivitas
Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus). Skripsi.
Yogyakarta Universitas Sanata Dharma.
Kanner, J., Edwin F., Rina G., Bruce G., & John E. K. 1994. Natural Antioksidant in
Grapes and Wines. J. Agric. Food. Chem. (42): 64-69.
Koleva, I. 2002. Screening of Plant Extracts for Antioxidant Activity: A
Comparative Study on Three Testing Methods. Phytochem Anal. 13:494500.
Manik, M., Wahid M., Islam S., & Ahmed K. 2013. A Comperative Study of the
Antioxidant, Antimicrobial and Thrombolytic Activity of the Bark and
Leaves Lannea coromandelica (Anacardiacea). International Journal of
Pharmaceutical Sciene and Research. 4(7): 2609-2614.
Marinova, G. 2011. Evaluation Of The Methods For Determination Of The Free
Radical Scavenging Activity By DPPH. Bulgarian Journal of Agricultural
Science. 17(1): 11-24.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH), For Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci.
Technol. 26 (2): 211-219.
Nugroho, S. 2008. Dasar-Dasar Rancangan Percobaan. Bengkulu. UNIB Press.
Nurjanah, N., Izzati L., & Abdullah. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Komponen
Bioaktif Kerang Pisau (Solen spp). Jurnal Ilmu Kelautan. 16(3): 119-124.
Pin, K.Y., Chuah T. G., Abdull R., Law C. L., Rasadah M. A., & Choong. 2009. Drying
of Betel Leaves (Piper betle L.) Quality and Drying Kinetics. Drying
Technology. 27 (1) : 149-155.
Rahayu, M., Siti S., Diah S., & Suharjono. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara
Tradisional Oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara.
Jurnal Biodiversitas. 7(3).
Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis. Jurnal Belian. 9(2): 196 - 202.
Rohman, 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Amelia
Sahidi, F. 1997. Natural Antioxidant. USA. AOCS Press.
5
Saragih, R. 2014. Uji Kesukaan Panelis Pada Teh Daun Torbangun (Coleus
Amboinicus).
E-Journal
Widya
Kesehatan
Dan
Lingkungan
1(1): 46-52.
Silvia, D. 2016. Pengumpulan Data Base Sumber Antioksidan Alami Alternatif
Berbasis Pangan Lokal Di Indonesia. Surya Octagon Interdisciplinary Journal
of Technology. 1(2): 181- 198
Stone, H & Joel L. 2004. Sensory Evaluation Practices, Edisi Ketiga. Elsevier
Academic Press, California, USA.
Sufiat, S., Safrida., Hamid Y. H., Kamal R., & Partasasmita R. 2019. Short
Communication: Sensory evaluation and nutritional value of Acehnese bhoi
cake with pumpkin flour substitution. Nusantara Bioscience. 11(2): 142-145.
Suryono, C., Lestari N., & Triana R. 2018. Uji Kesukaan dan Organoleptik Terhadap
5 kemasan dan Produk Kepulauan Seribu Secara Deskriptif. Jurnal Pariwisata,
5(2): 95-106
Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Tabriyani, F. 2013. Analisis Kualitas Produk Surabi Berbasis Organoleptik
Pada Pedagang Surabi Di Kota Bandung. Program Studi Manajemen Industri
Katering. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Pendidikan Indonesia.
Werdhasari, Asri 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biotek Medisiana
Indonesia. 3(2): 59-68.
Widyasanti,
A.
2016.
Aktivitas
Antioksidan
Ekstrak
Teh
Putih
(CamelliaSinensis) Dengan Metode Dpph (2,2 Difenil -1- Pikrilhidrazil).
Fortech.1(1): 1-9.
Winarsih, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta. Penerbit
Kansius.
Wulandari, K. 2009. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Perolehan Kadar Senyawa
Fenolat dan Aktivitas Antioksidan dari Daun Dewa (Gynura procumbens
(Lour.) Merr.). Skripsi. Padang: Universitas Andalas.
Yuslianti, E. R. 2018. Pengantar Radikal Bebas da Antioksidan. Yogyakarta.
Penerbit Depublish.
Soeksmanto, A., Hapsari Y., & Simanjuntak. 2007. Kandungan Antioksidan pada
Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl. (Thymelaceae). Biodiversitas. 8(2): 92-95.
6
Fitri, N. 2014. Butylated hydroxyanisole sebagai Bahan Aditif Antioksidan pada
Makanan dilihat dari Perspektif Kesehatan. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
4(1): 41-5.
Hidayat A., Amrianto., & Jauhari. 2018. Pengaruh Fermentasi Liofilisat Kefir Rosella
(Hibiscus sabdarifa L.) Terhadap Kadar Polifenol Total. 2 (1): 208-211.
Selvaraj, D., Kotapadu A., & Sampurna B. 2015. Detection of Active Constituents
from the Leaf Extract of Lannea Coromandelica by GC-MS Testing and
Assessment of Its Pharmacological Activity. Int J Pharm Sci Res. 6(3)
Sari, D. K. 2019. Pengaruh Waktu Dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Teh
Daun Tin (Ficus carica L.). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 12(2): 68-77.
Rusnayanti, Y. 2018. Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Teh
Hijau Daun Kakao (Theobroma cacao L.). Skripsi. Universitas Mataram.
Mataram.
Download