VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Analisis biaya yang dilakukan di PTPN VIII Kebun Cisaruni menunjukkan biaya total produksi teh yaitu sebesar Rp 19.627.388.655. Sedangkan nilai biaya pokok produksi teh yang didapat sebesar Rp 10.141/kg. Nilai tersebut masih berada di bawah harga jual yang sebesar Rp 14.720/kg sehingga penjualan teh dapat memberikan untung sebesar Rp 4.579 untuk setiap kg yang terjual. Analisis titik impas yang dilakukan menghasilkan titik impas sebesar 1.333.382 kg, dengan total produksi sebesar 1.935.400 kg. Berarti perusahaan mendapatkan keuntungan setelah jumlah produksi melampaui 1.333.382 kg. Analalisis kelayakan finansial yang dilakukan menghasilkan nilai yang memenuhi syarat kelayakan untuk kelangsungan suatu proyek. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai NPV yang didapat yaitu sebesar Rp 33.245.363.263 pada discount factor sebesar 12% untuk periode usaha 10 tahun. Sedangkan nilai IRR yang didapat sebesar 44,7 %. dan nilai Net B/C sebesar 1,254. Dengan melihat ketiga nilai hasil analisis kelayakan finansial yaitu nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih besar dari discount factor dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu. Dapat dikatakan bahwa proyek PTPN VIII Kebun Cisaruni untuk periode 10 tahun kedepan adalah layak untuk dikembangkan. Analisis sensitivitas menunjukkan kemampuan perusahaan yang masih dapat bertahan dengan adanya kenaikan terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal ini perlu diperhatikan, untuk menjaga segala hal kemungkinan yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, didapatkan bahwa proyek masih dapat dilanjutkan dengan penurunan harga jual 10 % sampai 20% dan proyek tidak layak untuk penurunan harga jual 30 %. Untuk analisis sensitivitas dengan kenaikan biaya tidak tetap, proyek masih layak untuk dilanjutkan dengan kenaikan hingga 30 %. Untuk analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual sebesar 10% yang diikuti dengan kenaikan biaya tidak tetap sebesar 10%, proyek masih layak tetapi tidak layak untuk penurunan harga 10% yang diikuti kenaikan biaya tidak tetap sebesar 20%. B. SARAN 1. Perlu adanya peningkatan efisiensi biaya produksi dengan sebaik mungkin, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Meskipun hasil dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perusahaan dapat bertahan terhadap kenaikan biaya tidak tetap sebesar 30%, tetapi peningkatan efisiensi biaya produksi tetap perlu dilakukan agar dapat menjamin terciptanya keuntungan jangka panjang secara berkesinambungan. Efisiensi biaya yang dapat dilakukan antara lain penggunaan bahan bakar alternatif dalam proses pengeringan, penggunaan pupuk organik, mengarahkan upah buruh dalam investasi ternak sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan buruh dan limbahnya dapat digunakan sebagai pupuk. 2. Perusahaan disarankan mencari terobosan baru, terhadap perkembangan usaha produksi teh. Demi mencapai keuntungan jangka panjang secara berkesinambungan diperlukan terobosan-terobosan dalam proses bisnis usaha teh seperti mengembangkan bisnis industri hilir (produk akhir) melalui pembianaan koperasi kepegawaian/buruh. Selain dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai/ buruh, bisnis industri hilir melalui koperasi juga dapat membantu perusaahaan dalam keterbatasan modal dan tetap fokus pada kompetensi inti yang dimiliki. 35 DAFTAR PUSTAKA Adhipratiwy, N S. 2001. Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Krisan Pot. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Gray, C., L.K. Sabur, P. Simajuntak, dan F.P.L. Maspaitella. 1985. Pengantar Evaluasi Proyek . Penerbit Gramedia. Jakarta. Nasution, Z. Dan T. Wachyuddin. 1985. Pengolahan Teh. Agro Industri Press. Jurusan Teknik Pertanian, FATETA, IPB. Bogor. Nataprawira, R. 2005. Analisis Kelayakan Pengembangan Industri Nata De Coco. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fateta. IPB. Priatna, Eka. 1989. Analisis Efisiensi Alat Pelayu Teh “withering trough” pada Pengolahan Teh Hitam CTC di PT. Teh Nusamba Tasikmalaya. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian, FATETA. Institut Pertanian Bogor. Revinaldo, D. 1992. Analisis Biaya Pengolahan Kelapa Parut Kering. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Setiawan, T. 2009 .Mempelajari Proses Produksi Teh Hitam Ortodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cisaruni, Garut Jawa Barat. Laporan Praktek Lapang. Jurusan Teknik Pertanaian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapsanen. Penerbit Konisius, Yogyakarta. Soemarsono. 1984. Peranan Harga Pokok dalam Penentuan Harga Jual. ESG. Jakarta. Standar Nasional Indonesia.1990. Teh Hitam. SNI: 01-1902-1990. Suprihatini, R. 2005. Daya Saing Ekspor Teh Indonesia di Pasar Teh Dunia. Jurnal Agro Ekonomi. (Online), Volume 23, no.1, (http://pse.litbang. deptan.go.id/ind/pdffiles/JAE%2023-1a.pdf, diakses 5 April 2010) www.csrreview-online.com. 2008. “Komoditi Teh di Indonesia”. Diakses tanggal 5 April 2010. www.database.deptan.go.id. 2009. “Basis Data Statistik Pertanian”. Diakses tanggal 5 April 2010. www.wikipedia.com. 2004. ” List of Countries By Tea Consumption Per Capita”. Diakses tanggal 20 Juli 2010. www.wikipedia.com. 2010. “The Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations for Tea Production”. Diakses tanggal 20 Juli 2010. 36