BAB II - Nawasis

advertisement
BAB II
ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR
SANITASI KOTA
2.1
Gambaran Umum Kota Padang
2.1.1
Kondisi Geografis
Kota Padang terletak di pantai barat Pulau Sumatera pada koordinat 00044’00”
– 01008’35” Lintang Selatan dan 100005’05” – 100034’09” Bujur Timur. Dengan luas
daratan ± 694,96 Km2 dan luas laut ± 720 Km2, memiliki batas administratif sebagai
berikut:
-
Utara : berbatasan dengan kabupaten Padang Pariaman
-
Timur : berbatasan dengan Kabupaten Solok/Kota Solok
-
Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan
-
Barat
: berbatasan dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Mentawai
Dilihat dari kondisi hidrologi, wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran
sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di
wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 km (10 sungai besar dan 13
sungai kecil). Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang
ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini
mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap
genangan banjir.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1980, luas wilayah Kota
Padang secara administratif adalah 694,96 km². Wilayah Kota Padang yang sebelumnya
terdiri dari 3 Kecamatan dengan 15 Kampung, dikembangkan menjadi 11 Kecamatan
dengan 193 Kelurahan. Dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 dilakukan
restrukturisasi administrasi kota, yang menyebabkan penambahan luas administrasi
menjadi 1.414,96 km² (720,00 km² di antaranya adalah wilayah laut) dan penggabungan
beberapa kelurahan, sehingga menjadi 104 kelurahan.
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Tabel 2.1 Administrasi Kota Padang
No
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
B.
Sebelum UU 22/1999
Luas
Jumlah
(Km²)
Kelurahan
Kecamatan
Wilayah Darat
Bungus Teluk Kabung
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
Padang Selatan
Padang Timur
Padang Barat
Padang Utara
Nanggalo
Kuranji
Pauh
Koto Tangah
Wilayah Laut
Kota Padang
100,78
85,99
30,91
10,03
8,15
7,00
8,08
8,07
57,41
146,29
232,25
694,96
13
7
21
24
27
30
18
7
9
13
24
193
Setelah UU 22/1999
Luas
Jumlah
(Km²)
Kelurahan
100,78
85,99
30,91
10,03
8,15
7,00
8,08
8,07
57,41
146,29
232,25
720,00
1.414,96
6
7
15
12
10
10
7
6
9
9
13
104
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 2008 – 2028
Peta 2.1 Administrasi Kota Padang
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 2008 - 2028
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-2
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
1.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Padang
Kota Padang telah menetapkan Visi Penataan Ruang Kota Padang 2028 adalah
“Terwujudnya Struktur dan Pola Ruang Kota Pesisir yang Modern dan Berbudaya dengan
Didukung oleh Pengembangan Sektor Perdagangan, Jasa dan Pariwisata”.
Untuk mewujudkan tujuan dan visi penataan ruang wilayan Kota Padang tahun
2028, dirumuskan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Padang sebagai berikut ;
1)
Menciptakan struktur ruang kota yang mendorong terjadinya keseim-bangan dan
pemerataan pembangunan kota;
2)
Menciptakan pola ruang kota yang efektif dalam pemanfaatan ruang dan
sekaligus menjamin perkembangan sektor-sektor ekonomi unggulan;
3)
Menciptakan struktur pelayanan yang merata kepada seluruh penduduk Kota
Padang melalui distribusi sarana dan prasarana kota, sesuai dengan arah dan
skenario pengembangan kota, daya-dukung lingkungan dan kondisi penduduk
pada masing-masing Wilayah Pengembangan kota;
4)
Meningkatkan peran pemerintah sebagai regulator, dengan menyiapkan prosedur
teknis yang komprehensif, yang mampu dijadikan sebagai alat pengendali dalam
pemanfaatan ruang;
5)
Mengembangkan
sistem
jaringan
transportasi
yang
dapat
mendukung
pengembangan transportasi kota untuk menjamin kelancaran, keamanan dan
kenyamanan pergerakkan penduduk, dan sekaligus mendorong fungsi Kota
Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
6)
Mengalokasikan ruang untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa di
Kawasan Pusat Kota untuk mendukung kegiatan tersebut dengan skala pelayanan
lokal, regional dan internasional;
7)
Mengalokasikan ruang untuk pengembangan kegiatan industri perikanan dan
maritim di kawasan bagian Selatan kota untuk mengurangi dampak lingkungan
dan tekanan lalu-lintas di kawasan pusat kota;
8)
Mendorong pengembangan kegiatan-kegiatan dengan skala pelayanan kota ke
arah Utara dan Timur kota untuk menjaga keseimbangan per-kembangan fisik
kota dan sekaligus mengurangi tekanan perkembangan di kawasan pusat kota dan
kawasan sepanjang pantai;
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-3
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
9)
Mengembangkan kawasan sepanjang Pantai Padang sebagai Kawasan Pariwisata
dan Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan tetap memper-hatikan aspek-aspek
mitigasi bencana;
10)
Menjaga keberadaan Hutan Lindung dan Taman Hutan Raya Bung Hatta sebagai
Kawasan Lindung, baik untuk kepentingan konservasi maupun kepentingan
penelitian;
11)
Mengendalikan perkembangan di sepanjang DAS yang ada, dalam bentuk
penataan kawasan dan pengembangan kegiatan-kegiatan yang tidak menurunkan
fungsi DAS.
12)
Mengalokasikan
ruang
usaha
(spasial)
untuk
pengembangan
kegiatan
perdagangan dan jasa bagi kelompok usaha kecil dan menengah.
13)
Mengoptimalkan potensi ruang kota melalui pengembangan sektor perkotaan
yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh penduduk dalam
lingkungan kota yang asri, hijau, dan indah, dengan mempertahankan lahan-lahan
yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, dan meningkatkan penyediaan
ruang terbuka hijau pada seluruh bagian wilayah kota.
A. Strategi Penataan Ruang Kota Padang
Strategi penataan ruang kota yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan
Penataan Ruang Wilayah Kota Padang 2028, adalah :
1)
Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas yang
memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota Padang;
2)
Memanfaatkan
morfologi
kota
(perairan/laut,
daratan
datar
dan
pegunungan) sebagai potensi dalam pengembangan kawasan budidaya dan
kawasan lindung;
3)
Mendorong pemanfaatan ruang kota untuk mendukung berlangsungnya
berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Padang sebagai Pusat
Kegiatan Perdagangan dan Jasa, dan Pusat Kegiatan Pariwisata;
4)
Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah Utara
dan Timur) untuk mengurangi tekanan perkembangan fisik dan arus lalulintas di dan ke Kawasan Pusat Kota.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-4
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
5)
Mengembangkan koridor Jalan Padang By-Pass untuk kegiatan per-dagangan,
jasa, permukiman, perkantoran, olahraga, pendidikan dan prasarana
transportasi regional;
6)
Mengembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Kota Padang di
Kawasan Air Pacah untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan
Pusat Kota dan sekaligus mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat
untuk memperoleh pelayanan di satu kawasan;
7)
Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban Jalan Arteri
Padang–Padang dan Jalan Padang By-Pass. Pengembangan jalan baru
diutamakan adalah Jalan Sepanjang Pantai (Muaro–Pasir Jambak–Bandara
Minangkabau) dan Jalan Lingkar Luar (Bandar Buat–Limau Manis–Gunung
Sarik–Air Pacah–Lubuk Minturun–By-Pass).
8)
Menjadikan Terminal Regional Bingkuang sebagai pusat pelayanan
transportasi regional dan secara terintegrasi didukung oleh pengem-bangan
Sub Terminal di Lubuk Buaya, Bandar Buat, Bungus dan di Kawasan Puasat
Kota dengan skala pelayanan kota.
9)
Menjadikan
sektor
transportasi
sebagai
sektor
unggulan
melalui
pengintegrasian moda transportasi yang ada (pelayanan Pelabuhan Laut
Teluk Bayur, Pelabuhan Muaro, Terminal Regional Bingkuang dan Bandara
Internasional Minangkabau yang didukung oleh prasarana dan sarana
transportasi darat dan laut), sehingga menghasilkan nilai tambah bagi
perkembangan kota;
10)
Mengembangkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan melalui
pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang yang terintegrasi
dengan pengembangan Padang Bay City dan Kawasan Wisata Sungai Pisang
serta mendorong pengembangan Kawasan Pasar Raya dan sekitarnya
menjadi Kawasan Pusat Niaga (CBD) yang terkait dengan pengembangan
wisata belanja dan wisata budaya;
11)
Mengembangkan kawasan pesisir sepanjang pantai menjadi kawasan
komersial dengan konsep ‘water-front city’, sehingga dapat menjadi ciri khas
Kota Padang masa depan dan sekaligus memberikan nilai tambah bagi
pembangunan kota;
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-5
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
12)
Mengembangkan Kawasan Limau Manis dan sekitarnya sebagai kawasan
pendidikan, penelitian dan pelatihan yang memiliki skala pelayanan regional.
Sedangkan kawasan pendidikan tinggi lainnya yang sudah ada dikembangkan
dengan pendekatan intensifikasi lahan.
B. Strategi Pembangunan Wilayah Kota Padang
1)
Menjaga keseimbangan antara kawasan budiaya dan kawasan lindung
melalui optimalisasi pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dan
menjaga serta mempertahankan kawasan lindung sesuai dengan fungsi
lindungnya;
2)
Menetapkan dan mengembangkan kawasan-kawasan strategis kota;
3)
Mengembangkan pusat-pusat pelayanan dengan skala pelayanan tertentu,
misalnya pusat pengembangan dengan skala pelayanan lokal dan regional,
atau sub-pusat pengembangan dengan skala pelayanan lokal atau regional;
4)
Membangun sistem jaringan transportasi internal yang berorientasi pada
sistem angkutan kota yang terintegrasi dengan sistem jaringan transpor-tasi
regional;
5)
Mengarahkan perkembangan kota sesuai dengan skenario perkembang-an
dan rencana pola ruang kota;
6)
Membangun
sarana
dan
prasarana
kota
sesuai
dengan
skenario
pengembangan serta rencana struktur dan pola ruang kota.
7)
Mendorong pembangunan secara vertikal di kawasan pusat kota dengan
memperhatikan faktor keamanan bangunan dan kerawanan terhadap gempa
bumi;
8)
Mengalokasi lahan untuk Ruang Terbuka Hijau secara optimal.
C. Strategi Pembangunan Struktur Ruang Wilayah Kota Padang
Terkait strategi pengembangan struktur ruang wilayah Kota Padang,
pengembangan wilayah kota dibagi menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP)
dengan arahan masing-masing WP adalah:
-
WP-I, mencakup wilayah Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Timur,
Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Nanggalo dengan luas 31,30 Km²,
yaitu Kawasan Pusat Kota diarahkan untuk pengembangan kegiatan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-6
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
perdagangan dan jasa skala lokal, regional dan internasional, permukiman
perkotaan dengan kepadatan sedang sampai tinggi, serta kegiatan wisata
bahari, wisata budaya dan wisata belanja.
-
WP-II, mencakup wilayah Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Lubuk
Begalung dengan luas 40,94 Km², diarahkan untuk pengembangan kegiatan
transportasi laut, perikanan dan kelautan, pariwisata, serta permukiman
dengan kepadatan rendah sampai sedang.
-
WP-III, mencakup wilayah Kecamatan Koto Tangah dengan luas 232,25 Km²,
pada
kawasan
budidaya
diarahkan
untuk
pengembangan
kegiatan
perdagangan dan jasa skala lokal dan regional, transportasi darat skala
regional, pendidikan, permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang.
Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan penelitian dan evakuasi bencana.
-
WP-IV, mencakup wilayah Kecamatan Kuranji, dan Kecamatan Pauh dengan
luas 203,70 Km², pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan
kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal, pendidikan tinggi, permukiman
dengan kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung
dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan
evakuasi bencana.
-
WP-V, mencakup wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas 85,99 Km²,
pada
kawasan
budidaya
diarahkan
untuk
pengembangan
kegiatan
perdagangan dan jasa skala lokal, pertambangan, permukiman dengan
kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung dapat
dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan
evakuasi bencana.
-
WP-VI, mencakup wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan luas
100,78 Km², pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan
kegiatan transportasi laut, perikanan dan kelautan, pariwisata, perdagangan
dan jasa skala lokal dan regional, industri dan pergudangan, permukiman
dengan kepadatan rendah.
Sedangkan pada kawasan lindung dapat
dikembangkan kegiatan-kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-7
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 2.2 Peta Sistem Perwilayahan Pembangunan Kota Padang
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 2008 - 2028
D. Identifikasi Wilayah yang Dikendalikan Pengembangannya
Kawasan yang dikendalikan pengembangannya meliputi ruang-ruang kota
yang sudah berkembang dengan baik, dan diprediksi akan terjadi peningkatan
pemanfaatan intensitas ruang akibat perkembangan kegiatan kota. Berdasarkan
RTRW Kota Padang Tahun 2008-2028, maka wilayah yang dikendalikan
pengembangannya di Kota Padang yaitu:
1.
Kawasan Pusat Kota (Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat,
Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Padang Timur) sebagai kawasan
perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kota, regional dan internasional
dengan dominasi peruntukan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa
perkantoran serta perumahan, yang diintegrasikan dengan sistem jaringan
transportasi regional, akses ke Terminal Regional Bingkuang, Bandara
Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Laut Internasional Teluk Bayur.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-8
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
2.
Koridor-koridor jalan utama untuk kegiatan perdagangan dan jasa secara
vertikal dengan memperhatikan peraturan zonasi (zoning regulation), building
code dan kerawanan terhadap gempa.
3.
Kawasan sepanjang pantai sebagai kawasan komersil dan pariwisata
E. IDENTIFIKASI WILAYAH YANG DIDORONG PERTUMBUHANNYA
Kawasan yang didorong pengembangannya meliputi ruang-ruang kota yang
belum berkembang tetapi memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
baru untuk kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa atau untuk kegiatan
industri, khususnya industri yang berbasis perikanan dan maritim. Berdasarkan
RTRW Kota Padang Tahun 2008-2028, maka wilayah yang perlu didorong
pengembangannya di Kota Padang yaitu:
1) Kawasan permukiman perkotaan ke arah Utara, Timur dan Selatan kota
(Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Pauh, Kecamatan
Lubuk Kilangan dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung).
2) Koridor-koridor jalan utama untuk kegiatan perdagangan dan jasa secara
vertikal dengan memperhatikan peraturan zonasi (zoning regulation),
building code dan kerawanan terhadap gempa.
3) Terminal Regional Bingkuang, dan Terminal Kota (di Lubuk Buaya, Bandar
Buat, Bungus dan di Kawasan Pusat Kota) sebagai pusat-pusat Pelayanan
Transportasi Kota yang menjadi orientasi dan perpindahan antar moda
transportasi dengan didukung akses ke sistem jaringan transportasi regional,
bandara, dan pelabuhan.
4) Kawasan perkantoran pemerintahan kota di Air Pacah yang didukung oleh
jaringan prasarana yang maksimal.
5) Kawasan industri perikanan dan maritim serta pergudangan di Kecamatan
Bungus Teluk Kabung yang dudukung oleh akses ke sistem jaringan
transportasi kota dan regional, bandara, pelabuhan dan kereta api, serta
didukung dengan pengembangan kawasan permukiman industri yang
dilengkapi dengan fasilitas dan jaringan utilitas yang lengkap.
2.1.3 Demografi
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-9
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Penduduk Kota Padang terkonsentrasi pada beberapa kecamatan yang
merupakan “kawasan kota lama”, yakni di Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan
Padang Timur, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan
Nanggalo. Berdasarkan data BPS, penduduk Kota Padang pada tahun 2008 berjumlah ±
856.815 jiwa dengan kepadatan 1.233 jiwa/Km2 dan laju pertumbuhan penduduk
2,22%.
Jumlah penduduk terbanyak adalah Koto Tangah dengan jumlah penduduk 161.466
jiwa, tapi karena wilayahnya paling luas hingga mencapai 33,42% dari luas Kota Padang
maka kepadatan penduduknya termasuk rendah 695 jiwa/Km2. Kecamatan dengan
jumlah penduduk paling kecil sekaligus paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan
Bungus Teluk Kabung, yaitu dengan jumlah penduduk 24.116 jiwa dan kepadatan
penduduk 239 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kepadatan Penduduk Kota Padang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kecamatan
Bungus Teluk Kabung
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
Padang Selatan
Padang Timur
Padang Barat
Padang Utara
Nanggalo
Kuranji
Pauh
Koto Tangah
Total
Luas Lahan
(Km2)
100,78
85,99
30,91
10,03
8,15
7,00
8,08
8,07
57,41
146,29
232,25
694,96
Jumlah Penduduk
(jiwa)
2007
2008
23.592
24.116
42.585
43.531
104.323
106.641
61.967
63.345
85.279
87.174
60.102
61.437
74.667
76.326
57.523
58.801
117.694
120.309
52.502
53.669
157.956
161.466
838.190
856.815
Kepadatan
(jiwa/Km2)
239
506
3.450
6.316
10.696
8.777
9.446
7.286
2.096
367
695
1.233
Sumber: BPS Padang, 2008
Tabel 2.4 Proyeksi Penduduk Kota Padang(2009 – 2013)
No
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
2007
838.190
2
2008
856.815
3
2009
874.551
4
2010
892.654
5
2011
911.132
6
2012
929.993
7
2013
949.244
Sumber: hasil analisis
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-10
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
2.1.4 Topografi
Topografi Kota Padang terdiri dari dataran tinggi/perbukitan, dataran rendah,
daerah aliran sungai serta mempunyai pulau-pulau dan pantai. Sebagian besar topografi
wilayah Kota Padang memiliki tingkat kemiringan lahan rata-rata > 40 %. Ketinggian
wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai dari 0 di atas
permukaan laut (dpl) sampai > 1.000 m dpl.
Tabel 2.2. Topografi dan Ketinggian Wilayah Padang
No
A.
B.
Kondisi Topografi
Kelerengan Lahan
0 – 2%
Datar
3 – 15%
Bergelombang
16 – 40%
Curam
> 40%
Sangat Curam
Jumlah
Ketinggian
0 – 25 m dpl
25 – 100 m dpl
100 – 500 m dpl
100 – 1.000 m dpl
> 1.000 m dpl
Jumlah
Luas
Km²
Persentase
16.379,82
5.510,93
13.219,48
34.385,77
69.496,00
23,57%
7,93%
19,02%
49,48%
100,00%
15.898,68
6.479,39
19.324,56
15.787,23
12.006,13
69.496,00
22,88%
9,32%
27,81%
22,72%
17,28%
100,00%
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 2008 – 2028
Kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 – 2% umumnya terdapat dii
Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, sebagian Kecamatan
Kuranji, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Koto
Tangah. Kawasan dengan kelerengan lahan antara 2 – 15% tersebar di Kecamatan Koto
Tangah, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Lubuk Kilangan yakni berada pada bagian
tengah Kota Padang dan Kawasan dengan kelerengan lahan 15% - 40% tersebar di
Kecamatan Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tangah.
Sedangkan kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian Timur
Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk Kilangan
dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kawasan
dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan hutan lindung. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lereng dan ketinggian
lahan Kota Padang, dapat dilihat pada peta 2.3 dan peta 2.4 berikut ini.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-11
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
2.1.5 Gambaran Umum Sanitasi Kota Padang
Paparan tentang gambaran umum situasi sanitasi kota merupakan ringkasan
dari Buku Putih Sanitasi Kota Padang yang menggambarkan tentang kondisi sanitasi kota
saat ini. Terdiri dari gambaran umum sektor persampahan, sektor drainase lingkungan,
sektor air limbah dan sektor air bersih/air minum.
Gambar 2-2 berikut ini mengilustrasikan sebaran kepadatan penduduk di Kota
Padang berdasarkan tabel 2-1 di atas beserta sembilan (9) wilayah beresiko tinggi
berdasarkan studi EHRA.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-12
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 2-1 Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Padang (2008) Beserta Wilayah
Beresiko Tinggi
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-13
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
A. Kondisi Umum Bidang Persampahan
Pelayanan kebersihan kota Padang dilakukan oleh Kantor Kebersihan dan
Pertamanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No 3 tahun 2003. Sedangkan
dalam pemungutan retribusi kebersihan atau persampahan menjadi kewenangan Badan
Pengelola Daerah, dan pungutan yang dilakukan oleh Kantor Kebersihan dan
Pertamanan, PDAM, Kantor Pengelola Pasar hanya bersifat membantu saja. Daerah
pelayanannya meliputi 34 kelurahan atau sekitar
34 % dari luas administrasi, yaitu
pemukiman di pusat kota, sepanjang jalan protokol dan pasar Berdasarkan data tahun
2007, rata-rata jumlah sampah yang diangkut ke TPA 1.500 m3/hari, diperkirakan baru
sekitar 70 % penduduk yang terlayani.
Aspek hukum dalam pengelolaan sampah di Kota Padang meliputi:
1.
Perda No.5 Tahun 1985 tentang kebersihan dalam daerah Kotamadya
Tingkat II Padang;
2.
Perda
No.5
Tahun
2002
tentang
retribusi
pelayanan
persampahan/kebersihan;
3.
Perda No.3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota
Padang
No.5
Tahun
2002
tentang
retribusi
pelayanan
persampahan/kebersihan
Timbulan Sampah
Jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Kota Padang selalu meningkat
setiap tahunnya dengan komposisi jenis sampah yang beragam. Tahun 2008, total
timbulan yang dihasilkan Kota Padang adalah 481,96 ton/hari atau rata-rata 0,56
kg/orang/hari dengan ekspektasi bahwa 26,92% sampah dihasilkan oleh domestik
(rumah tangga), komersil 5,66%, institusi 1,38%, industri 63,65%, dan pelayanan
kota 2,39%.
Gambar 5.8 Total Timbulan Sampah Kota Padang
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-14
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 5.9 Timbulan Sampah Kota Padang Berdasarkan Sumber Sampah
Sarana Dan Prasarana Penanganan Sampah
Dalam rangka menunjang operasional sehari-hari untuk pengumpulan dan
pengangkutan, pemerintah Kota Padang telah menyediakan berbagai sarana dan
prasarana yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan kota. Untuk lebih jelasnya
jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di DKP dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 5.8 Sarana dan Prasarana DKP Kota Padang Tahun 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jenis
Amroll truck
Dump truck
Truk bak kayu
Truk tangki penyiram
Mini dump truck (operasional truk kecamatan)
Kijang pick up
Becak motor
Becak dayung
Sampan
Mesin potong rumput
Mesin semprot lalat
Sekop
Cangkul
Sapu lidi
Container
Bak sampah (TPS/LPS)
Gantungan sampah
Box sampah
Jumlah (unit)
23
14
5
2
17
13
22
249
2
4
1
6
65
3
168
658
451
120
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2009
Tempat Pembuangan
Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Tahap pengumpulan sampah dibedakan atas kegiatan pada penyapuan jalan
dan pengumpulan langsung dari sumber-sumber ke kendaraan pengumpul.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-15
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Pengumpulan sampah pemukiman dilakukan dengan sistem door to door
menggunakan becak motor dan becak dayung menuju TPS.
Sampah dari TPS akan diangkut ke LPA (Lokasi Pembuangan Akhir) dengan
menggunakan truk yang dilakukan dua hari sekali. Untuk kawasan komersial,
seperti pasar, rumah makan, dan pertokoan, pengangkutan sampah dilakukan
dengan menggunakan armroll truck dan dump truck kemudian dibawa ke LPA.
Untuk kawasan pasar, pengangkutan dilakukan satu kali sehari sedangkan
untuk rumah makan dan pertokoan dilakukan dua hari sekali. Pengangkutan
sampah dari institusi dilakukan dua hari sekali.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
LPA/TPA sampah Kota Padang terletak di Kelurahan Air Dingin dan
Kelurahan Baringin, Kecamatan Koto Tangah. Luas area ± 33,3 Ha dengan
status tanah pemerintah. Sampah yang berada pada lokasi ini merupakan
sampah padat yang berasal dari TPS, transfer depo, pasar, dan industri yang
tersebar di Kota Padang dan sekitarnya. Pada tahun 2008 berdasarkan data
dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), LPA Air Dingin menerima
115.841,430 ton sampah selama 1 (satu) tahun atau sekitar 317,37 ton/hari.
Komposisi sampah yang masuk ke LPA yaitu: plastik (50%), sisa sayuran (30%),
kertas (5%), barang bekas elektro (5%), bekas bangunan (5%), dan lain-lain
(5%).
Sampah yang masuk sebagian diolah (kompos) dan sisanya diurug
menggunakan sistem open dumping. Jumlah sampah yang dikompos baru
mencapai 1 – 1,5 ton/bulan. Pengomposan menggunakan sistem windrow
composting yang menghabiskan waktu 45 hari sampai kompos matang. Hasil
kompos ini akan digunakan untuk taman kota.
Saat ini, pemerintah Kota Padang berencana mengubah sistem
pengolahan sampah dari open dumping menjadi sanitary landfill. Sekarang, di
LPA Air Dingin telah dibangun 7 (tujuh) buah kolam lindi yang terdiri dari 2
buah bak anaerob, 2 buah bak fakultatif, 2 buah bak maturasi, dan 1 buah bak
kontrol. Selain itu, LPA Air Dingin juga telah dilengkapi dengan sumur
monitoring yang terletak di bagian depan dan bagian LPA yang aktif. Untuk
menangkap gas yang dihasilkan sampah, di LPA Air Dingin telah dipasang pipa
penangkap gas.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-16
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Di LPA Air Dingin tersedia fasilitas yang menunjang kelancaran
operasional LPA. Untuk lebih jelasnya, fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat
pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Kelengkapan Sarana dan Prasarana LPA Air Dingin
No
Jenis
1
Pos/Kantor jaga
2
Bulldozer D6
3
Bulldozer D3
4
Excavator
5
Jembatan timbang
6
Unit pengomposan
7
Unit pencucian kendaraan
8
Sumur monitoring
9
Jalan masuk
10 Jalan operasi
11 Drainase
12 Saluran lindi
13 Pengolahan lindi
14 Penanganan gas
15 Penyediaan air bersih
16 Garase alat berat
17 Gudang
18 Pengomposan
19 Penutupan untuk lokasi yang penuh
20 Pemilahan sampah
21 Pagar lokasi
Sumber: DKP, 2009
Jumlah (unit)
1
2
1
1
2
1
1
3
Kondisi
Rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Baik
Permasalahan dalam Pengelolaan Persampahan
Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Padang diantaranya adalah:
1. Masih kecilnya biaya operasional yang dianggarkan ;
2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki terutama sarana angkutan
berupa becak sampah dan kontainer ;
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran retribusi kebersihan ;
4. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara K-3 dilingkungannya
akibat dari krisis multidimensi dan lemahnya penegakan supremasi hukum
terhadap pelanggar K-3 kota.
B. Kondisi Umum Bidang Drainase Lingkungan
Komponen drainase dalam konteks sanitasi yang dimaksud adalah drainase
lingkungan perumahan yang pemanfaatannya lebih diarahkan untuk saluran
pembuangan limbah rumah tangga. Namun pada umumnya komponen ini relatif sulit
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-17
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
dipisahkan dengan drainase makro atau saluran yang fungsi utamanya untuk saluran
pembuangan air hujan dan pengendali banjir.
Sistem drainase Kota Padang bertumpu pada 10 saluran/badan penerima utama,
yaitu : Batang Belimbing, Batang Air Dingin, Batang Tabing, Batang Balimbiang, Baung
Panjalinan Pond, Batang Kuranji, Saluran Lolong, Banjir Kanal, Batang Arau, dan Batang
Jirak, dengan luas 3.986 Ha. Dipusat-pusat permukiman dan pasar tradisional kondisi
drainase banyak yang tidak berfungsi dengan baik akibat tumpukan sedimen dan
sampah
Secara umum, pengelolaan drainase di Kota Padang telah diatur dengan beberapa
perda, yaitu:
1. Perda No.6 Tahun 2007 tentang pengelolaan dan pemanfaatan prasarana kota;
2. Perda No.11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
Perda No.4 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Padang
Prasarana Drainase
Pengelolaan drainase merupakan tugas utama DPU dan dibantu oleh DKP. DPU
bertugas mengelola sepanjang 49.275 m drainase primer dan 29.395 m drainase
sekunder. Untuk lebih jelasnya, daerah layanan DPU dapat dilihat pada Tabel
5.10.
Tabel 5.10 Daerah Layanan Pengelolaan Drainase Oleh Dinas PU
No
Drainase
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Drainase primer
Saluran Jati
Saluran Jati
Saluran Jati
Saluran Jati
Saluran Olo
Saluran Bandar Damar
Saluran Bandar Purus
Saluran Pepaya
Saluran Belakang Tangsi
Saluran Bandar Gereja
Saluran Bandar Pulau Karam
Saluran Hangtuah – Koto
Marapak
Saluran Koto Marapak – Damar
Saluran Olo Ladang – Purus III
Saluran Purus III – Banjir Kanal
Saluran Raden Saleh
Saluran Kwarda Pramuka
Saluran Rel.K.A Jl.Jhoni Anwar
13
14
15
16
17
18
Lokasi
Panjang
(m)
Konstruksi
Simp.Banjir Kanal – Jembt.Sawahan
Jembt.Sawahan – Jembt.Proklamasi
Jembt.Proklamasi – Jembt.Saripetejo
Jembt.Saripetejo – Jembt.Banjir Kanal
Jembt.Blkg Tangsi – Simp.Blkg Olo
Simp.Blkg Olo – Jembt.A.Yani
Jembt.A Yani – Jembt.Ujung Gurun
Jembt.Ujung Gurun – Banjir Kanal
Jembt.Blkg Tangsi – Jembt.Gereja
Jembt.Gereja – Jembt.Simpang 6
Jembt.Simpang 6 – Jl.Kali Kecil
Jl.Hangtuah – Jl.Koto Marapak
7.725
450
600
400
600
300
900
350
450
425
450
500
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Jl.Koto Marapak – Jl.Damar
Jl.Damar – Purus III
Jl. Purus III – Banjir Kanal
Utara – Selatan Jl.Raden Saleh
Jl.Kh.Sulaiman – Jl.S.Parman Lolong
Belakang SMU 3 – Batang Muara
250
525
550
1.800
800
2.200
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-18
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
19
Saluran Belanti
20
21
22
23
24
25
26
Saluran Lolong
Saluran Kurao
Saluran Jalan Teuku Umar
Saluran Rawang Barat
Saluran Rawang Timur
Saluran Mata Air Barat
Saluran Mata Air Timur
27
28
29
30
31
32
Saluran Teknologi
Saluran Aru
Saluran Berok Raya
Saluran Pasar Pagi
Saluran Jalan Jakarta
Saluran Kuala Nyiur
33
Saluran Singgalang
34
Saluran Arang Prahu
35
36
37
Saluran Rimbo Jariang
Saluran Bungo Tanjung
Saluran Rumah Potong Hewan
Lubuk Buaya
Saluran IKIP
38
39
40
41
42
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Saluran Jl. Padang By Pass
Saluran Dadok Tunggul Hitam
Saluran Kampung Koto
Saluran Kayu Kalek
Jumlah
Drainase Sekunder
Saluran Imam Bonjol
Saluran Ranah
Saluran Tanah Konsi
Saluran bdr.Pulau Air
Saluran Sawahan
Saluran Jl.Proklamasi
Saluran Sawahan Dalam
Saluran Rawang
Saluran Belakang Gubernur
Saluran Padang Besi
Saluran Cokroaminoto
Saluran Kampung Sebelah
Saluran Nipah
Saluran Pulau Air
Saluran Ganting
Saluran Parak Sigoro (Pdg
Selatan)
Saluran Andalas
Saluran Padang Baru
Saluran Gajah Mada
P.Bensin Polda Jl.G.Mada – Hotel
Pangeran – Jl.Juanda
Jl.S.Parman Lolong – Batang Muara
Berok Raya – Batang Muara
Alai – Banjir Kanal
Perumahan Jondul – Sungai Jirak
Jl.St.Syahril – Sungai Jirak
Jl.Koto Kacik – Sungai Jirak
Rel K.A – S.Jirak – Ampang Rel K.A
2.500
650
Permanen
/tanah
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
/tanah
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Tanah
/Permanen
Tanah
Jl.Aper – Btg.Kandis
Jl.By Pass – Banjir Kanal
Berok – Jmbt.Kurao Pagang
Jmbt.Jl.Juanda – Banjir Kanal
Jl.Khatib Sulaiman – Psr.Ulak Karang
Jl.Rel K.A – Jl.Adinegoro – S.Muara
Penjalinan
Jl.Rel K.A – Jl.Adinegoro – Kampus
Muhammadiyah
Jl.Rel K.A – Jl.Adinegoro – Kampus
Muhammadiyah
Perum Mutiara Biru – Btg Kandis
Jl.By Pass – Jembt.Brimob Pd.Sarai
Jl.Anak Air – Btg.Kandis
1.000
1.200
1.000
500
750
1.250
800
Tanah
2.000
3.000
1.500
Tanah
Tanah
Tanah
Sal.Linggar Jati – Btg.Muara
3.000
Permanen
/tanah
Permanen
Permanen
Tanah
Tanah
1.200
1.000
800
1.200
750
1.200
1.500
Jembt.Bandar Purus – Baitul Rahma
Jl.Hercules – Btg.Muara
Sawah Liat – Btg.Kuranji
Jl.Adinegoro
2.700
1.500
2.000
3.000
49.275
Jl.S.Pangan – Pertemuan Bdr.Ranah
Bdr.Jati – Blk.Pondok
Blk.Pondok – Btg.Arau
Bdr.Ranah – Btg.Arau
Bjr.Kanal – Bdr.Jati
Sipm.Jl.Sudirman – Simp.Bdr.Jati
Jl.Dr.Wahidin – Bdr.Jati
Jl.Ps.Baru – Bdr.Olo
Simp.Pagar Gubernur – Bdr.Jati
Jl.Kartini – Bdr.Purus
Jl.Bdr.P.Karam – Simp.Nipah
Simpang Enam – Jl.Nipah
Jl.Cokroaminoto – Kali Mati
Jl.A.R.Hakim – Btg.Arau
Jl.Ganting – Bdr.Jati
Jl.St.Syahril – Btg.Arau
1.300
900
800
900
1.350
1.100
600
400
325
350
1.400
650
400
550
300
500
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Simp.Anduring – Bjr.Kanal
Jl.Lampasi – bjr.Kanal
Sekolah PGA – Btg.Kuranji
2.000
600
1.600
Permanen
Permanen
Permanen
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-19
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
20
21
22
23
24
Saluran Jhoni Anwar
Saluran Tunggul Hitam
Saluran Mahakam
Saluran Parak Gadang
Saluran Parak Pisang
Jl.Jhoni Anwar – Btg.Kuranji
Jl.Tunggul itam – Btg.Kuranji
Jl.Raden Saleh – Bjr.Kanal
Jl.Sutomo – Btg.Arau/Air Camar
Jl.Sisingamangaraja – Btg.Arau
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Saluran Seberang Pdg Utara I
Saluran Anak Jati
Saluran Ujung Gurun
Saluran Unes
Saluran Kismangunsarkoro
Saluran Parak Ino
Saluran Aru
Saluran Rawang Jambak I Jati
Saluran Rawang Jambak II
Jumlah
Jl.St.Syahril – Btg.Arau
Rel.K.Api – Drainase Primer Jati
Jl.Kismangunsarkoro – Saluran Unes
Jl.A.Yani – Purus V
Jl.P.Kemerdekaan – Jl.U.gurun
Jl.Dr.Wahiddin – Drainase Primer Jati
Simp.Lubeg – Bjr.Kanal
SMA 5 – Drainase Jati
Rel K.Api – Drainase Jati
1.000
600
550
1.000
400
1.000
1.000
1.200
1.000
1.000
800
2.220
800
800
29.395
Permanen
Permanen
Permanen
Tanah
Tanah
/Permanen
Permanen
Tanah
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Tanah
Tanah
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2009
Di samping itu perubahan tata guna lahan di luar kawasan pusat kota yang tidak
didukung perencanaan drainase yang terintegrasi dengan jaringan yang telah ada
ikut menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase yang ada di
wilayah Kota Padang. Areal tangkapan drainase dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Area layanan pengelolaan drainase oleh DKP mencakup drainase lingkungan dan 5
(lima) buah banjir kanal dengan total panjang 24.850 m. Untuk lebih jelasnya area
layanan DKP dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Area Layanan Pengelolaan Drainase Oleh DKP
No
1
2
3
4
Total
Area
Banjir kanal Padang Baru
Batang Tabing dan Muaro Panyalinan
Batang Kuranji
Batang Jirek
Panjang
(m)
6.840
1.700/3.900
6.700
5.710
24.850
Biaya/tahun
(Rp)
7.200.000
7.200.000
7.200.000
7.200.000
28.800.000
Sumber: DKP, 2009
Tabel 5.12 Areal Tangkapan Drainase se Kota Padang
No
Areal Drainase
1
2
3
4
Air Pacah
Pasir Putih
Tabing
Bandara
5
6
7
8
9
Baung Panjalinan
Siteba
Sawah Liat
Kandis
Lapai
Luas Wilayah Tangkapan
(Ha)
426
60
307
Badan Penerima
352
Batang Balimbing
Batang Air Dingin
Batang Tabing
Batang Balimbing
291
128
174
85
164
Baung Panjalinan Pond
Batang Balimbing
Batang Kuranji
Batang Kuranji
Batang Kuranji
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-20
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Ulak Karang
Lolong
Alai
Purus
Jati
Ujung Gurun
Aur Duri
Olo Nipah
Kali Mati
Rawang Barat
Kota Padang
223
304
136
120
322
303
271
197
50
73
3.986
Batang Kuranji
Saluran Lolong
Banjir Kanal
Banjir Kanal
Batang Arau
Banjir Kanal
Batang Arau
Batang Arau
Batang Arau
Batang Jirak
Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat, 2009
Permasalahan
Permasalahan utama pengelolaan drainase di Kota Padang adalah:
1. Banjir disebabkan oleh banyaknya pipa-pipa PDAM, Telkom, dan lain-lain
sehingga sampah menyangkut di pipa-pipa tersebut;
2. Beda elevasi Kota Padang dengan permukaan laut terlalu kecil (± 1 m) sehingga
drainase di Kota Padang sangat dipengaruhi oleh pasang air laut;
3. Saluran drainase banyak yang tidak efektif karena banyak yang tidak terbentuk
atau terputus menuju samudera/muara;
4. Dimensi drainase kurang efektif karena bermasalah dalam pembebasan lahan;
5. Pembangunan perumahan tidak mengindahkan lebar efektif drainase;
6. Dinas tata ruang dan tata bangunan hanya sebatas membri izin pendirian
bangunan tanpa memperhatikan drainase;
7. Bak kontrol eksisting sekarang berukuran 1 m x 1,1 m dengan dimensi penutup
0,5 m x 0,6 m sehingga mudah diangkat-angkat yang mengakibatkan aliran
drainase terganggu;
8. Alokasi dana untuk operasional dan pemeliharaan masih sangat minim
sehingga menghambat penanganan masalah drainase;
9. Drainase di Kota Padang tidak hanya diperuntukkan sebagai penyaluran air
hujan namun juga sebagai saluran pembuangan air limbah. Hal ini
menyebabkan drainase dan lingkungan sekitarnya menjadi kotor.
C. Kondisi Umum Bidang Air Limbah
Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang hingga saat ini masih bersifat
individual dengan sistem setempat (onsite system) menggunakan septik tank yang
secara periodik perlu dilakukan penyedotan lumpurnya. Perkiraan jumlah air buangan di
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-21
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
wilayah Kota Padang didasarkan pada kriteria setiap 80% dari kebutuhan air bersih akan
dibuang sebagai air limbah, sehingga total air limbah sekitar 2.306 liter/detik.
Gambar 5.5 On-Site System
On-site system merupakan suatu sistem dimana penghasil limbah mengolah air
limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik.
Untuk
domestik, tempat pembuangan akhir tinja adalah menggunakan tangki septik,
kolam/sawah, sungai/danau/laut, dan sebagian menggunakan lobang tanah. Masyarakat
Kota Padang kebanyakan menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir
tinja yaitu sebesar 73,6 %. Sedangkan kolam/sawah sebesar 2,8 %, sungai/danau/laut
sebesar 12,1 %, dan lobang tanah sebesar 7,8 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.5 dan Gambar 5.6.
Tabel 5.5 Persentase Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tahun 2008
Tempat Pembuangan Akhir Tinja (%)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kecamatan
Bungus Teluk Kabung
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
Padang Selatan
Padang Timur
Padang Barat
Padang Utara
Nanggalo
Kuranji
Pauh
Koto Tangah
Total
Sumber : BPS Padang, 2009
Tangki
Septik
37,5
60,0
77,1
65,8
71,2
79,4
89,5
85,5
70,9
45,7
81,1
73,6
Kolam/Sawah
Sungai/Danau/Laut
4,2
11,5
0,6
1,5
1,9
0,4
1,3
0,8
2,7
5,9
3,8
2,8
33,7
24,2
15,2
15,1
11,9
0,4
0,0
3,1
19,6
23,9
8,0
12,1
Lobang
Tanah
18,4
1,7
2,7
8,5
5,9
14,3
7,2
10,2
5,4
17,2
7,1
7,8
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-22
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Secara hukum, pengelolaan air limbah di Kota Padang, telah diatur dengan Perda
No.6 Tahun 2002 tentang retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja.
Besarnya tarif retribusi penyedotan dan pemusnahan tinja berdasarkan Perda tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
2.
Jarak 1 – 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m3:
a.
Non komersil sebesar Rp. 60.000,-/kali penyedotan
b.
Komersil sebesar Rp. 100.000,-/kali penyedotan
Jarak lebih dari 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m3 dikenakan tambahan biaya
angkutan sebesar Rp. 1.000,-/Km
3.
Bagi badan atau orang pribadi yang membuang langsung tinja untuk dimusnahkan
di IPLT yang penyedotannya tidak dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan
volume 0 – 2,5 m3 dikenakan retribusi sebesar Rp. 10.000,-
Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah yang dilakukan di Kota Padang berupa penyedotan
lumpur tinja dari septik tank dan pengolahan lumpur tinja di Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di RW 19 / RT 4 Kelurahan Surau Gadang
Nanggalo dengan kapasitas sebesar 81 m³. Sistem pengolahan di IPLT terdiri dari
kolam Imhoff, kolam Anaerob, kolam Fakultatif , kolam Maturasi dan unit
Pengering Lumpur.
Jumlah truk tinja yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang saat ini
berjumlah 1 unit dengan kapasitas 2.000 liter. Selain yang dikelola oleh Pemda,
terdapat 3 truk penyedotan tinja yang dikelola oleh pihak swasta. Masing-masing
truk dalam sehari rata-rata dapat melayani 4 kali pengangkutan.
Permasalahan Dalam Pengelolaan Air Limbah
Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, ada beberapa permasalahan
yang dihadapi pemerintah Kota Padang, diantaranya adalah:
1. Belum maksimalnya kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan
operasional pengelolaan air limbah:
a. Terbatasnya jumlah anggaran operasional yang tersedia pada DKP dalam
rangka penanganan air limbah rumah tangga. Kondisi ini mempengaruhi
kinerja DKP karena pada dasarnya dalam kondisi dimana pengetahuan dan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-23
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
kesadaran masyarakat untuk mengelola air limbah rumah tangga/domestik
secara benar belum terbangun, dan fasilitas atau sarana masyarakat untuk
pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang masih sangat terbatas,
maka tuntutan akan peran DKP sangatlah besar. Tuntutan dan kebutuhan
peran yang besar tersebut untuk sementara waktu ini belum dapat
terjawab sehubungan dengan terbatasnya anggaran yang ada.
b. Tupoksi DKP telah menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi
yaitu fungsi regulasi terkait dengan kewenangan institusi ini sebagai
lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di bidang
kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan
suatu dinas daerah. Kondisi masih tergabungnya kedua fungsi tersebut di
dalam organisasi DKP telah menyebabkan DKP berada dalam kondisi beban
tupoksi yang terlalu berat (overload) sehingga mempengaruhi efektivitas
kinerja DKP dalam penanganan air limbah.
c. Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga.
2. Peran serta masyarakat yang saat ini masih terbatas pada pembangunan dan
pemeliharaan sarana pengelolaan air limbah domestik, dan belum mampu
menjangkau pada upaya aktif untuk mampu mengelola air limbah domestik
secara mandiri terjadi karena beberapa hal diantaranya:
a. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk
mengelola air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black water
secara benar;
b. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan
masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik
terkendala oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan;
c. Masih cukup tingginya tingkat permisivitas masyarakat terhadap pola
perilaku pengelolaan air limbah dalam bentuk grey water maupun black
water yang dilakukan oleh masyarakat lainnya;
d. Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk
membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis.
3. Kondisi terbatasnya peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah
domestik di Kota Padang saat ini terjadi karena:
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-24
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik
belum tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di
Kota Padang;
b. Keberadaan sektor swasta di Kota Padang sendiri saat ini masih relatif
sedikit.
A. Kondisi Umum Bidang Air Minum
Pelayanan air bersih Kota Padang bersumber pada air perpipaan yang dilayani
oleh PDAM maupun non perpipaan. Lebih lanjut berdasarkan data Podes Tahun 2006,
teridentifikasi bahwa untuk ketersediaan air bersih di Kota Padang bersumber dari
PDAM, sumur bor pompa listrik/tangan, sumur dangkal, mata air, dan sungai/danau.
Sumber air yang berasal dari PDAM pada umumnya telah menjangkau hampir seluruh
bagian kota. Persentase jumlah keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Padang
dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14 Persentase Jumlah Keluarga
yang Memiliki Akses Air Bersih Tahun 2008
No
Kecamatan
Jumlah
Keluarga
yg ada
3.820
Ledeng
Pemancungan
Rawang Barat
Padang Pasir
Puskesmas
% Akses Air Bersih
Penampung
Kemasan Lainnya Jumlah
Air Hujan
0
0
0 92,58
54,28
Sumur
Pompa
19,60
Sumur
Galian
18,70
5.120
4.291
1.120
32,91
48,53
29,80
17,39
3,05
13,19
20,93
44,46
26,72
0
0
0
0
0
0
0
0
0
71,23
96,04
69,72
Ulak Karang
3.719
57,88
0,83
36,88
0
0
0
95,58
Alai
Air Tawar
Andalas
4.224
3.547
1.185
51,21
66,61
76,23
2,53
4,64
8,71
12,89
6,40
38,33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
66,63
77,65
88,77
Lubuk Buaya
18.524
67,76
1,79
29,14
0
0
0
98,69
Air Dingin
Nanggalo
Lapai
7
Kuranji
Kuranji
Belimbing
Ambacang
8
Pauh
Pauh
Lubuk
Lubuk
9
Kilangan
Kilangan
Lubuk
Lubuk
10
Begalung
Begalung
Pegambiran
11 Bungus
Bungus
Jumlah (Kota Padang)
Sumber : DKK, 2009
6.472
8.637
4.445
8.813
10.772
0
6.413
7.370
36,13
43,81
53,64
67,96
49,47
80,54
71,47
0,65
1,32
3,01
1,50
5,14
8,24
4,86
36,20
36,90
81,24
52,08
18,30
76,44
53,71
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,23
0
0
0
0,77
0
72,98
82,04
64,78
74,67
72,91
96,43
81,70
10.798
76,67
7,92
11,86
0
0
0
96,45
7.145
3.812
120.227
71,90
36,69
52,78
6,38
1,62
5,80
65,38
32,79
19,42
0
0
0
0
0
0
4,64
1,73
0,35
84,82
71,11
78,00
1
2
3
4
5
6
Padang
Selatan
Padang
Barat
Padang
Utara
Padang
Timur
Koto
Tangah
Naggalo
Seb.Padang
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-25
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kota Padang,
Pemerintah Kota Padang bekerjasama dengan PDAM Kota Padang. Penyediaan air
bersih menyangkut beberapa aspek, antara lain aspek hukum, aspek institusional, aspek
pelayanan, aspek teknis dan operasional.
Sebagaimana umumnya kota besar lainnya di Indonesia, jumlah pelanggan PDAM
Padang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat pelayanan air bersih di Kota
Padang sekitar 300.000 penduduk atau sekitar 36% dari total penduduk Kota Padang.
Jumlah pelanggan air bersih setiap tahun meningkat rata-rata lebih dari 3.000
pelanggan. Jumlah pelanggan pada tahun 2007 sebanyak 81.112 pelanggan. Volume air
yang diproduksi oleh PDAM tahun 2007 sebesar 31.564.065,74 m3 dengan jumlah
terdistribusi 30.601.339,74 m3 dan terjual 17.292.230 m3, dan nilai total penjualan
Rp.53.352.837.990.
Persentase kehilangan air pada tahun 2007 adalah 42,17%, menurun
dibandingkan tahun 2006, tetapi tetap jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat kehilangan
air tahun 1997 sampai tahun 2005.
Air minum kota padang memiliki 13 unit IPA dan 12 unit sumur bor.IPA terbesar
yang dimiliki adalah IPA Gunung Pangilun dengan kapasitas terpasang 500 l/detik dan
kapasitas produksi sekitar 470 l/detik.IPA terkecil adalah IPA Pegambiran dengan
Kapasitas terpasang 5 l/dt.dan kapasitas produksi sekitar 5 l/dt.dari 12 unit sumur bor
yang ada hanya 6 unit sumur bor yang beroperasi, sedang yang lainnya tidak
dioperasikan lagi karena berbagai faktor seperti jumlah kapasitas airnya yang turun
drastis,tidak efisien dan lainnya.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-26
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
2.2
Visi dan Misi Kota
Dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan sanitasi di Kota Padang, telah
dirumuskan visi dan misi sanitasi yang bertujuan untuk mendukung upaya pencapaian
visi dan misi kota yang tertuang dalam RPJMD. Visi dan misi sanitasi ini menjadi arah
dalam pengembangan sanitasi kota yang bersifat komprehensif dan berskala kota.
Tabel di bawah ini menyajikan visi misi kota dan visi misi sanitasi yang telah
berhasil dirumuskan.
VISI MISI KOTA
VISI
Menuju Metropolitan Padang
Religius, Aman dan Sejahtera
VISI MISI SANITASI
yang
VISI
“Terwujudnya pelayanan
Sanitasi secara
merata dan berkualitas bagi kesejahteraan
masyarakat Kota Padang tahun 2015
MISI
MISI
• Mewujudkan Kota Padang yang religius • Meningkatkan
Kualitas dan kuantitas
• Mewujudkan Kota Padang yang aman
Pelayanan sanitasi secara partisipatif dan
• Mewujudkan Kota Padang yang
berkelanjutan
sejahtera
• Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat
2.3
Kebijakan Umum Strategi Sektor Sanitasi Kota Tahun 2011-2015
Penentuan kebijakan umum dan strategi sektor sanitasi kota dilakukan berdasarkan
hasil penentuan zona dan sistem sanitasi di Kota Padang. Penentuan zona dan sistem
sanitasi ini didasarkan pada pertimbangan dasar sebagai berikut:
-
Millenium Development Goals (MDGs)
Dengan diratifikasinya MDGs, maka Pemerintah Indonesia juga terikat untuk
mengurangi setengahnya penduduk yang tidak memiliki akses sanitasi dasar pada
tahun 2015.
-
Kebijakan dan peraturan nasional mengenai sanitasi
Terdapat beberapa kebijakan dan peraturan/standar nasional yang dijadikan
pertimbangan dasar dalam penyusunan zona dan sistem sanitasi, diantaranya:
a. Kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat
b. SNI mengenai tangki septik
-
Kebijakan provinsi dan kota mengenai sanitasi
-
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Padang
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-27
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
-
Rancangan RTRW ini masih dalam proses pembahasan untuk mendapatkan
pengesahan sebagai Perda. Dalam penyusunan zona dan sistemsanitasi ini,
perencanaan RTRW yang digunakan terutama mengenai tata guna lahan saat ini
serta rencananya ke depan.
-
Tingkat resiko kesehatan
Hal ini mengacu pada hasil studi EHRA yang telah dilakukan serta penentuan wilayah
prioritas (priority setting) yang tersedia dalam Buku Putih Sanitasi Kota Padang
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-28
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 2...... Wilayah Prioritas Pengembangan Sub-Sektor Drainase Lingkungan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-29
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 2...... Wilayah Prioritas Pengembangan Sub-Sektor Persampahan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-30
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 2...... Wilayah Prioritas Pengembangan Sub-Sektor Drainase Lingkungan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-31
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
Gambar 2...... Wilayah Prioritas Pengembangan Sub-Sektor Drainase Lingkungan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-32
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
2.4
Tujuan dan Sasaran Sanitasi dan Arah Pentahapan Pencapaian
a.
Tujuan
Mengacu kepada Visi dan Misi Sanitasi yang sudah disiapkan, terdapat dua
tujuan umum yang hendak dicapai dalam pembangunan sanitasi Kota Padang, yaitu:
-
Meningkatkan Kualitas dan kuantitas Pelayanan sanitasi secara partisipatif dan
berkelanjutan
-
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
b.
Sasaran
Terdapat enam sasaran umum yang hendak dicapai dalam pengembangan
sanitasi di Kota Padang. Keenam sasaran umum tersebut adalah:
-
Memastikan penerapan SNI dalam pembangunan sarana dan prasarana sanitasi
pada tahun 2014.
-
Memastikan adanya peraturan daerah yang mendukung pengelolaan sanitasi yang
partisipatif pada tahun 2014
-
Adanya dukungan pendanaan yang proporsional untuk pengelolaan sanitasi pada
tahun 2015
-
Terciptanya pengarusutamaan isu sanitasi bagi setiap kelompok sasaran yang
beragam melalui pendekatan advokasi, mobilisasi sosial dan program komunikasi
yang terpadu pada tahun 2014
-
Secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam dalam kegiatan pengembangan
sanitasi di Kota Padang apabila dikaitkan dengan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan oleh beberapa SKPD yang meliputi beberapa sub-sektor antara lain:
-
Pengarusutamaan isu jender dalam berbagai kegiatan pembangunan sanitasi
(yang sesuai dengan Permendagri no.15 th 2008)
c.
Arahan
1. Sub Sektor Persampahan
Pengembangan prasarana persampahan diarahkan melalui :
•
Pengembangan teknologi transfer defo untuk meningkatkan kapasitas dayaangkut sampah sampai lokasi pembuangan akhir;
•
Perluasan penggunaan teknik komposting dan alternatif lainnya;
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-33
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
•
Pembangunan recycle plant untuk mengurangi volume sampah yang akan
diangkut ke TPA Air Dingin;
•
Peningkatan peran-serta masyarakat dalam penanggulangan persampahan
melalui konsep daur-ulang, penggunaan kembali dan pengurangan sampah;
•
Pengembangan lokasi pengumpulan sampah B3;
•
Pencegahan lokasi tempat penampungan sampah di pinggir sungai.
•
Pengalokasian ruang untuk pengembangan TPA Regional di luar wilayah Kota
Padang untuk jangka panjang.
2. Seb Sektor Drainase Lingkungan
Pengembangan prasarana Pengendalian Banjir dan Drainase diarahkan pada :
•
Pengembangan kolam penampungan air hujan buatan sebagai penampungan
air sementara sebelum dialirkan pada jaringan drainase kota pada
pengembangan kawasan skala besar, terutama pada WP-III dan WP-IV yang
memiliki kondisi topografi relatif datar;
•
Penataan kawasan sempadan sungai-sungai besar dengan pendekatan
pengembangan water-front, serta penataan anak-anak sungai yang dapat
difungsikan sebagai bagian dari sistem jaringan drainase sekunder/tersier kota;
•
Peningkatan kapasitas saluran sungai-sungai besar sebagai badan penerima
drainase serta saluran drainase kota melalui pengerukan secara berkala;
•
Pembangunan danau/waduk penampung sebagai sarana pengendali banjir di
Kecamatan Koto Tangah (WP-III) dan Kecamatan Kuranji (WP-IV) dan
mengintegrasikannya dengan pengembangan kegiatan pariwasata
dan
rekreasi.
•
Menciptakan lingkungan kota yang bebas banjir dan genangan air
•
Menata daerah aliran sungai pada 10 saluruan/badan penerima utama, yaitu :
Batang Belimbing, Batang Air Dingin, Batang Tabing, Batang Balimbiang, Baung
Panjalinan Pond, Batang Kuranji, Saluran Lolong, Banjir Kanal, Batang Arau dan
Batang Jirak, dengan luas 3.986 Ha.
•
Mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang dan kecil serta
lokasi penampungan air sementara (waduk) dalam pengelolaan sistem
kawasan
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-34
Draft Strategi Sanitasi Kota Padang
3. Sub Sektor Air Limbah
Pengembangan prasarana pengolahan air limbah diarahkan melalui :
•
Pengembangan pelayanan sistem perpipaan tertutup terpusat pada kawasan
pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa dengan kepadatan tinggi;
•
Pengembangan pengolahan air limbah terpusat di kawasan industri di WP-VI;
•
Pengembangan instalasi pengolahan air limbah yang terintegrasi dengan
pengembangan ruang terbuka hijau;
•
Penambahan jumlah mobil penyedot tinja untuk pelayanan seluruh kota.
4. Sub Sektor Air Minu/Air Bersih
Pengembangan prasarana air minum dan sumber air baku dan diarahkan
melalui :
•
Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air bersih jaringan perpipaan
oleh PDAM;
•
Pemanfaatan air baku lain yang potensial di hulu sungai-sungai;
•
Pembangunan folder-folder penampungan air, khususnya pada kawasan di
sepanjang pantai, yang sekaligus difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau dan
pengendali perkembangan kegiatan permukiman;
•
Pembangunan danau/waduk dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas air
dan daerah tangkapan air;
•
Menyeimbangkan kebutuhan dan penyediaan air tanah dengan membangun
sumur-sumur resapan pada daerah-daerah dengan kepadatan tinggi dan
struktur geologi tanah yang memungkinkan untuk pengembangan sumur
resapan.
Pokja Sanitasi Kota Padang
II-35
Download