Uploaded by User88904

UAS ASESMEN PEMILU, Makalah Kelompok 3

advertisement
Pengajar
: Drs. Julian Aldrin Pasha, M.A., Ph.D
Mata Kuliah
: Assesmen Pemilu
Pascasarjana Ilmu Politik
Universitas Indonesia
INTEGRITAS PEMILU DI INDONESIA STUDI KASUS MALPRAKTIK
PEMILU ANGGOTA KPU KOTA PALEMBANG PADA PEMILU
TAHUN 2019
Oleh: Achmad Andrian,
NPM: 1906436740
Andi Muhammad Irvandi Thamrin, NPM: 1906436772
I. Pendahuluan
Dalam mewujudkan Pemilu yang berkualitas salah satu tolak ukur penilaiannya ialah
Pemilu yang berintegritas diselenggarakan di negara nya. Menurut Mozzafar dan Schelder,
Kualitas dan integritas Pemilu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
penyelenggara Pemilu berintegritas merupakan syarat mutlak terwujudnya Pemilu berkualitas.1
Merujuk pada Pemilu serentak tahun 2019 yang lalu, Integritas penyelenggara Pemilu
cukup banyak dilanggar. DKPP mencatat pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
penyelenggara Pemilu sepanjang tahapan Pemilu tahun 2019 adalah pelanggaran prinsip
professional sebanyak 484 kasus, pelanggaran prinsip berkepastian hukum sebanyak 152 kasus
dan pelanggaran prinsip mandiri pada posisi ketiga sebanyak 109 kasus.2
Pelanggaran prinsip professional tidak lepas dari malpraktik administrasi Pemilu yang
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu berdampak langsung terhadap tingkat kemandirian,
integritas dan kredibilitas penyelenggara Pemilu.
II. Permasalahan
Pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2019, DKPP mencatat terdapat pelanggaran
malpraktik administrasi Pemilu yang dilakukan mulai dari penanganan laporan pelanggaran
Bawaslu, rekomendasi Bawaslu yang tidak ditindaklanjuti KPU, dan putusan Bawaslu yang
tidak dilaksanakan KPU. Selain itu, permasalahan rekomendasi Bawaslu mengenai
Pemungutan Suara Ulang (PSU) atau Pemungutan Suara Lanjutan (PSL) juga menjadi perkara
yang diperiksa dan diputus DKPP.3
Makalah ini akan memfokuskan permasalahan terkait malpraktik administrasi Pemilu
yang dilakukan Ketua dan anggota KPU Kota Palembang pada penyelenggaraan Pemilu tahun
2019. Latar belakang kasus ini terjadi dikarenakan Ketua dan Anggota KPU kota Palembang
tidak menjalankan rekomendasi Bawaslu untuk melaksanakan Pemungutan Suara Lanjutan
1
S. Mozaffar & A. Schedler, The Comparative Study of Electoral Governance-Introduction, International
Political Science Review. 23 (1), 2002, hal. 124-135.
2 Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, Bab III Penanganan Kode Etik Penyelenggara Pemilu Tahun 2019,
Laporan Kinerja DKPP, 2019, hal. 50.
3 Ibid., hal. 62-63.
Pascasarjana FISIP UI
2
(PSL). Fakta bahwa banyak TPS tidak melakukan PSL karena KPPS menolak untuk
melaksanakan pemilihan ulang. Penolakan tersebut difasilitasi oleh KPU Kota Palembang
dengan memberikan format surat pernyataan penolakan pelaksanaan PSL.
III.
Pembahasan
Global Commision on Election, Democracy and Security (2012) menyebutkan indikator
Pemilu berintegritas adalah Pemilu itu harus didasarkan pada prinsip demokrasi dengan hak
pilih yang berlaku umum dan kesetaraan politik. Penyelenggaraanya harus secara profesional,
imparsial dan transparan. Serta etika harus jadi penuntun dalam setiap siklus Pemilu secara
keseluruhan. 4
Persoalannya, pada penyelenggaraan Pemilu serentak tahun 2019 telah terjadi pelanggaran
terhadap prinsip Pemilu yang berintegritas. Penyelenggara Pemilu di kota Palembang telah
melakukan malpraktik administrasi Pemilu yang menurut sarah Birch dikategorikan sebagai
manipulasi terhadap proses pemungutan suara dan perhitungan suara (manipulation of electoral
administration).5 Kasus ini dalam pandangan Rafael Lopez Pintor dapat dikategorikan sebagai
malpraktik yang paling serius, karena dilakukan dengan melanggar prosedur dan merubah hasil
pemilu yang dilakukan penyelenggara Pemilu.6
1.
Pelanggaran malpraktik yang dilakukan oleh Ketua dan Anggota KPU Kota
Palembang pada Pemilu Tahun 2019
Kasus ini terjadi pada saat pencoblosan di Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang banyak
terjadi kekurangan surat suara Presiden. Panwaslu kecamatan Ilir Timur II mengeluarkan surat
rekomendasi PSL yang direkomendasikan tersebut sebanyak 70 TPS, kemudian rekomendasi
tersebut di teruskan kepada KPU Kota Palembang. Selanjutnya pada tanggal 27 April 2019
telah
dilaksanakan
PSL
berdasarkan
keputusan
KPU
kota
Palembang
Nomor
388/PL.01.7Kpt/1671/KPU-Kot/IV/2019, berdasarkan Keputusan KPU Kota Palembang
tersebut Jumlah TPS yang akan melakukan PSL adalah sebanyak 16 TPS tetapi dalam
pelaksanaan PSL hanya di 13 TPS yang melaksanakan PSL. Hasil klarifikasi diperoleh fakta
bahwa beberapa KPPS menandatangani surat pernyataan tidak mau melaksanakan PSL yang
formatnya sudah disiapkan oleh KPU Kota Palembang.
Ketua dan Anggota KPU Kota Palembang selanjutnya dinyatakan bersalah dan diberi sanksi
pemberhentian tetap sebagai ketua dan anggota KPU kota Palembang dalam putusan DKPP
4
Kris Nugroho dan Ferry Daud M Liando, Nilai dan Asas Pemilu, Tata Kelola Pemilu di Indonesia, Jakarta:
Komisi Pemilihan Umum, 2019, hal. 35.
5 Sarah Birch, Electoral Malpractice, Oxford: Oxford University Press, 2011, hal. 27-29.
6 Rafael Lopez Pintor, Assessing Electoral Fraud in New Democrasi Basic Canceptual Framework, Washington
DC: IFES, 2010, hal. 9.
Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI
3
nomor 147-PKE-DKPP-VII/2019 karena telah terbukti secara sah dan menyakinkan bertindak
tidak professional, melanggar kode etik penyelenggara Pemilu dan Pidana Pemilu.
Kasus ini memberikan penilaian terhadap kualitas Pemilu yang berintegritas dengan
membagi dua persoalan yang menjadi dasar terjadinya malpraktik administrasi Pemilu:
1.
Terdapat kekurangan logistik Pemilu akibat kurangnya surat suara terutama bagi pemilih
terutama pemilih tambahan, yang di beberapa TPS jumlahnya cukup banyak.
2.
Bahwa dengan adanya fakta bahwa beberapa KPPS menandatangani surat pernyataan tidak
mau melaksanakan PSL yang formatnya sudah disiapkan oleh KPU Kota Palembang.
2.
Dampak negatif pelanggaran malpraktik yang dilakukan oleh Ketua dan Anggota
KPU Kota Palembang pada Pemilu Tahun 2019 tersebut terhadap kualitas Pemilu
Dampak negatif terhadap pelanggaran malpraktik yang dilakukan oleh Ketua dan Anggota
KPU Kota Palembang pada Pemilu tahun 2019 ialah:
1.
Merusak norma universal dari Pemilu serta prinsip Pemilu yang Jujur dan adil.
Penyelenggara Pemilu tidak memiliki komitmen dan konsistensi yang kuat dalam
melindungi hak pilih pemilih sehingga melemahnya legitimasi hasil Pemilu.
2.
Melemahkan kepercayaan di dalam lembaga-lembaga politik tidak terkecuali KPU di
semua level/tingkatan yang pada gilirannya akan berimplikasi pada rendahnya partisipasi
masyarakat pada saat pemungutan suara dan bahkan memicu protes.
3.
Rekomendasi perbaikan peningkatan kualitas Pemilu
Agar permasalahan ketidakprofesional penyelenggara Pemilu tidak kembali terulang pada
Pemilu berikutnya, setidaknya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
KPU harus meningkatkan pemahaman, pengetahuan, kemampuan dan wawasan
mengenai kepemiluan baik kepada diri nya maupun jajaran dibawahnya agar menjadi
penyelenggara Pemilu yang professional.
2.
Bawaslu harus meningkatkan pengawasan dalam setiap tahapan, sehingga tidak terjadi
kembali PSL dan PSU.
3.
KPU, Bawaslu dan masyarakat sipil mendorong pendidikan pemilih untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat terutama dalam menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Umum.
IV.
Kesimpulan
Pada pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 yang lalu, pelanggaran Pemilu yang
dilakukan penyelenggara Pemilu masih kerap terjadi. Salah satunya terjadinya malpraktik
administrasi pemilu yang dilakukan Ketua dan anggota KPU Kota Palembang pada
penyelenggaraan Pemilu tahun 2019. Kasus tersebut memberikan dampak negatif bagi kualitas
Pemilu hal tersebut menyebabkan melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap KPU dan
Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI
4
berimplikasi pada rendahnya partisipasi masyarakat pada saat pemungutan suara dan bahkan
sering memicu protes.
Jumlah kata: 980 kata
Daftar Referensi
Birch, Sarah. 2011. Electoral Malpractice, Oxford: Oxford University Press.
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. 2019. Bab III Penanganan Kode Etik
Penyelenggara Pemilu Tahun 2019, Laporan Kinerja DKPP 2019.
Lopez Pintor, Rafael. 2010. Assessing Electoral Fraud in New Democrasi Basic
Canceptual Framework, Washington DC: IFES.
Mozaffar, S. & Schedler, A. 2002. The Comparative Study of Electoral GovernanceIntroduction, International Political Science Review. 23 (1), 2002.
Nugroho, Kris dan Daud M Liando, Ferry. 2019. Nilai dan Asas Pemilu, Tata Kelola
Pemilu di Indonesia, Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.
Putusan DKPP Nomor: 147-PKE-DKPP/VII/2019, tanggal 23 Oktober 2019.
Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI
Download