MATA KULIAH : TEORI ORGANISASI DOSEN PENGAJAR : Prof. Dr. Muh. Basri, M.Si RESENSI BUKU STEPHEN P. ROBBINS (Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi) PENGENDALIAN KEKUASAAN Disusun o l e h Chandra Kurniawan Wahid Rachmansyah Abdul Rajab Ma’mun Saniah Muliawati Muhiddin Andi Tenripalettei A. Hasan Basri Muh. Asri 2012.02.014 2012.02.001 2012.02.006 2012.02.010 2012.02.011 2012.02.016 2012.02.025 2012.02.029 KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA APARATUR PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA MAKASSAR 2012 KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur atas rahmat Allah SWT, karena berkat ridho-Nyalah setelah diskusi yang dilaksakan pada hari Senin tanggal 5 November 2012 yang lalu kami dapat menyelesaikan perbaikan penulisan resensi buku Stephen P. Robbins (1994) yang berjudul “Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi”, terlebih khusus pada Bab 9 yaitu “Pengendalian Kekuasaan”, sekaligus dilengkapi dengan Pandangan dari sertiap annggota kelompok. Terima kasih. Makassar, 12 November 2012 Hormat Kami KELOMPOK 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR A. PENDAHULUAN B. SERANGAN UTAMA: PILIHAN STRATEGIS C. TANTANGAN KONTINGENSI LAIN TERHADAP PERSPEKTIF D. JALAN MENUJU KEKUASAAN E. MERANGKUM PANDANGAN PENGENDALIAN KEKUASAAN F. IMPLIKASI BERDASARKAN PANDANGAN PENGENDALIANKEKUASAAN G. RINGKASAN H. PANDANGAN SETIAP ANGGOTA KELOMPOK DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 : Pengambilan Keputusan 7 A. PENDAHULUAN Sebuah cerita mengenai perkembangan karier seorang eksekutif pada sebuah jaringan televisi utama di New York City yakni Dave sebagaimana dikisahkan pada halaman 259-260, telah memperkenalkan organisasi perspektif berkembang. lain Para tentang anggota bagaimana organisasi, struktur yang ingin memuaskan kepentingannya sendiri, mencoba untuk mendapatkan kekuasaan dan kemudian menggunakan kekuasaan tersebut untuk menciptakan struktur yang bekerja bagi kepentingannya. Dalam Pengendalian bab ini akan Kekuasaan dijelaskan yang mengenai mengatakan pandangan bahwa struktur organisasi dalam banyak hal merupakan hasil pilihan struktur dari mereka yang berkuasa sehingga mereka dapat mempertahankan dan meningkatkan pengendalian mereka semaksimal mungkin. B. SERANGAN UTAMA: PILIHAN STRATEGIS Sebuah serangan yang cukup penting terhadap mereka yang membela dominasi teknologi, lingkungan, atau kekuatan lain yang dinamakan structural imperative dikembangkan oleh John Child pada awal 1970an. Karya Child, pada dasarnya merupakan perluasan dari tesis strategi-struktur yang disampaikan pada Bab 5, mencoba memperlihatkan bahwa para manajer mempunyai kebebasan yang cukup besar dalam membuat pilihan strategis (strategic choices). 1. Logika dari Pilihan Strategis Argumentasi pilihan strategis Child adalah meskipun terdapat hambatan terhadap kebijaksanaan untuk membuat keputusan manajerial, para manajer masih mempunyai kebebasan yang cukup besar untuk membuat pilihan, seperti halnya pilihan mengenai tujuan, personalia, atau teknik-teknik kontrol. Adapun faktor lingkungan seperti para pesaing, serikat buruh, dan lembaga pemerintahan adalah bagian dari hambatan, namun ke semua faktor itu tidak berpengaruh langsung atas struktur organisasi, melainkan ditengahi oleh pilihan manajerial. Demikian juga, teknologi dapat mengontrol struktur hanya sampai tingkat dimana manajer memilih teknologi yang menuntut dimensi struktural tertentu. Dengan demikian, lingkungan dan teknologi adalah kendala terhadap para manajer ketimbang sebagai imperatives. Argumentasi Chilid pada dasarnya dapat dipadatkan menjadi empat faktor, yakni : a. Para pengambil keputusan mempunyai lebih banyak otonomi daripada yang diduga oleh mereka yang berargumentasi bagi dominasi dari kekuatan lingkungan, teknologi, atau kekuatan lainnya; b. Keefektifan organisasi harus ditafsirkan sebagai jajaran, bukan titik; c. Organisasi kadang mempunyai kekuasaan untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan mereka; dan d. Persepsi dan evaluasi kejadian adalah penghubung penting yang menjadi penengah antara lingkungan dan tindakan organisasi. 2. Yang Menentang Pilihan Strategis Kemampuan untuk menggeneralisasi argumentasi pilihan strategis dibatasi oleh dua fakta, yakni : (1) Komitmen yang sering mengunci organisasi pada suatu domain terbatas; dan (2) ada halangan untuk melakukan entri pada banyak pasar. Kedua kekuatan tersebut dapat menghambat para manajer untuk melakukan banyak hal dengan kebijaksanaan yang dimilikinya. C. TANTANGAN LAIN TERHADAP PERSPEKTIF KONTINGENSI Perspektif kontingensi mengasumsi bahwa struktur akan berubah sehingga mencerminkan perubahan pada strategi, besaran, teknologi, dan lingkungan. Hal ini memunculkan beberapa asumsi implisit mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Selain itu, perspektif ini mengasumsikan adanya rasionalitas, bahwa manajemen puncak dalam organisasi adalah dominant coalitioan. Teori manajemen menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dimulai dengan penetapan mengenai adanya suatu masalah, artinya adanya suatu kondisi yang tidak memuaskan. Keputusan yang rasional, sebagai kebalikan dari yang tidak rasional. Pengambilan keputusan yang rasional menganggap “bahwa pemikiran harus mendahului tindakan; bahwa tindakan harus mempunyai tujuan; bahwa tujuan harus didefinisikan dalam hubungannya dengan sejumlah tujuan yang sebelumnya sudah ada dan konsisten; dan bahwa pilihan harus didasarkan atas teori yang konsisten mengenai hubungan antara tindakan dan konsekuensinya. Asumsi terakhir dari perspektif kontingensi adalah bahwa para pengambil keputusan mempunyai tujuan yang sama dan tujuan tersebut adalah untuk memenuhi kepentingan kontingensi. Berikut adalah sejumlah asumsi lain mengenai pengambilan keputusan organisasi yang dimunculkan oleh pendukung pengendalian kekuasaan. Mereka mengusulkan sebuah proses yang dicirikan oleh tidak adanya rasionalitas, kepentingan yang berbeda-beda, dominant coalitions, dan kekuasaan. 1. Nonrasionalitas Dua argumen terpisah dapat dibuat terhadap pengambilan keputusan yang rasional dalam organisasi-organsiasi. Pertama, para pengambil keputusan individual tidak mampu untuk seratus persen rasional. Kedua, para pengambil keputusan individual dapat rasional, tetapi organisasi tidak. 2. Kepentingan yang Berbeda-beda Realita mengenai pengambilan keputusan organisasi mengatakan bahwa kepentingan para pengambil keputusan dan kepentingan organisasi jarang sekali menyatu dan sama. 3. Dominant Coalition Dominant coalition merujuk pada kelompok tertentu pada suatu organisasi yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi hasil-hasil suatu keputusan. Dalam perpesktif kontingensi, dominant coalition dan manajemen puncak diasumsikan sama. 4. Kekuasaan Keberadaan kepentingan yang bervariasi dan adanya dominant coalition membawa kita pada peran sebuah kekuasaan. Kekuasaan adalah kapasitas keputusan. Karena jarang sekali seseorang untuk mempengaruhi terdapat kesepahaman di antara anggota organisasi, maka koalisi bergulat dalam sebuah pertarungan kekuasaan. Kekuasaan berbagai koalisi menentukan hasil akhir proses pengambilan keputusan. Adapaun wewenang disini diartikan sebagai hak untuk bertindak atau memerintahkan orang lain untuk bertindak kearah pencapaian tujuan organisasi. D. JALAN MENUJU KEKUASAAAN Bagaimana cara seseorang atau suatu kelompok memperoleh kekuasaan dalam suatu organisasi ? Berikut beberapa jalan untuk mendapatkan kekuasaan. 1. Kewenangan Hierarkis Memiliki sebuah kewenangan memang bukan satu-satunya sumber kekuasaan, namun bagi mereka yang menduduki posisi sebagai manajer senior mereka dapat mempengaruhi sebuah keputusan formal. Kemudian, bawahan menerima pengaruh dari seorang manajer yang melekat kepadanya hak-hak tertentu. 2. Kontrol Terhadap Sumber Daya Jika anda mempunyai sesuatu yang diinginkan orang lain, maka anda dapat berkuasa terhadap mereka apabila anda memiliki atau memegang sumber data yang langka dan penting. Baik itu berupa keterampilan khusus maupun kontrol dan akses terhadap informasi. 3. Jaringan Kerja Terpusat Seseorang yang berada pada tempat yang tepat dalam organisasi dapat menjadikannya berada pada sumber kekuasaan. Kadang kala, pemegang kekuasaan seolah-olah menciptakan masalah yang penanggulangannya dilakukan oleh mereka sendiri dengan tujuan sebagai penanda kepada yang lain bahwa fungsi mereka begitu penting bagi organisasi tersebut. E. MERANGKUM PANDANGAN PENGENDALIAN KEKUASAAN 1. Keputusan Struktural Sebagai Suatu Proses Politis Politik disini diartikan sebagai suatu usaha anggota organisasi untuk memobilisasi dukungan atau tantangan terhadap suatu kebijakan, peraturan, tujuan, atau keputusan lain yang hasilnya akan mempunyai efek terhadap pilihan mereka. Para pendukung pengendalian kekuasaan memandang struktur organisasi sebagai hasil dari suatu pertarungan kekuasaan antara koalisi yang mempunyai kepentingan tertentu, dimana masing-masing mengajukan pengaturan struktural yang paling memenuhi kebutuhan mereka, tentunya dengan mengajukan argumentasi dan kriteria yang disukainya dalam hubungannya dengan keefektifan orgnisasi. Dengan kondisi seperti ini, maka politik akan menentukan kriteria dan preferensi para pengambil keputusan. 2. Faktor Kontingensi Sebagai Kendala Penting mengakui untuk adanya diingat peran bahwa teknologi, pengendalian lingkungan, kekuasaan dan variabel kontingensi lain. Tetapi peran tersebut tidak sedemikian imperatif-nya, artInya peran-peran tersebut tidak menentukan struktur. Seperti halnya pilihan strategis, pengendalian kekuasaan memandang variabel kontingensi tersebut sebagai kendala. Strategi, merupakan besaran kendala mempersempit organisasi, umum pilihan-pilihan terhadap dalam teknologi, struktur dan lingkungan organisasi pengambilan yang keputusan. Keempat hal tersebut menetapkan parameter-parameter umum bagi keefektifan organisasi. Namun, dalam kerangka parameter tersebut, masih banyak ruang gerak untuk melakukan manuver dalam rangka keefektifan organisasi dan pilihan struktural. 3. Model Pengendalian-Kekuasaan Gambar 1. di bawah ini memperlihatkan bagaimana cara para pendukung pengendalian kekuasaan mempersepsikan penciptaan suatu struktur organisasi. Gambar 1. Pengambilan Keputusan Keputusan dibuat oleh dominant coalition Kriteria dan preferensi dalam keputusan mencerminkan kepentingan pribadi dari dominant Kendala Strategi, Besaran, Teknologi, Lingkungan + Tingkat memuaskan dari keefektifan Alternatif struktural Struktur yang timbul Pilihan mengenai struktur terhambat oleh strategi, besaran, teknologi, dan lingkungan organisasi, dan membutuhkan tingkat keefektifan yang minimal. Kekuatan-kekuatan tersebut bergabung untuk menetapkan jumlah alternatif struktural yang manjadi dasar pengambillan keputusan. Dominant coalition sebagai pembuat keputusan, dengan memaksakan kepentingan pribadinya pada kriteria dan preferensinya dalam keputusan. Hasilnya adalah timbulnya sebuah struktur organisasi. F. IMPLIKASI BERDASARKAN PANDANGAN PENGENDALIAN- KEKUASAAN Sekarang perspektif tiba waktunya pengendalian penstrukturan organisasi. untuk kekuasaan menjelasakan menjadi mengenai implikasi bagi 1. Teknologi dan Lingkungan Gambaran mengenai organisasi sebagai suatu kesatuan yang responsif dan adaptif, yang kurang lebih dipengaruhi oleh pemintaan teknologi dan lingkungan. Para pendukung pengendalian kekuasaan mengatakan bahwa struktur sebuah organisasi, kapan pun, adalah struktur yang memberi kemungkinan kepada mereka yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaan yang mereka punyai. Dalam hubungannya dengan teknologi dan lingkungan, dominant coalition dapat diharapkan mencari teknologi yang mengurangi ketidakpastian. 2. Stabilitas dan Struktur Mekanistik Karena organisasi ketidakpastian, mengusulkan maka agar mencari pendukung perubahan rutinitas dan manajemen pengendalian kekuasaan struktural sebaiknya minimal. Perubahan tersebut mungkin terjadi hanya sebagai hasil dari suatu pertarungan politik dimana berkembang. Pertarungan hubungan kekuasaan politik yang demikian yang baru sesungguhnya jarang terjadi. Apabila terjadi, maka biasanya dipicu oleh suatu perubahan besar pada manajemen puncak atau memberi petunjuk bahwa organisasi tersebut sedang menghadapi ancaman yang jelas dan langsung terhadap kelangsungan hidupnya. Selanjutnya, padangan pengendalian kekuasaan tentang struktur meramalkan bahwa pengatural struktural bukan hanya akan relatif stabil untuk waktu tertentu, tetapi juga bahwa struktur mekanistik akan dominan. 3. Kompleksitas Diferensiasi yang meningkat baik secara horzirontal maupun vertikal akan mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam koordinasi dan kontrol. Besaran, teknologi, dan faktor lingkungan dapat membuat kompleksitas yang tinggi menjadi efisien dalam banyak hal. 4. Formalisasi Mereka yang berkuasa akan mempengaruhi tingkat peraturan yang mengatur cara kerja para pegawai. Karena kontrol merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh mereka yang berkuasa, maka organisasi harus mempunyai tingkat formalisasi yang tinggi. Jika teknologi tidak rutin atau jika ketidakpastian lingkungan tidak dapat dikelola, kita dapat memperkirakan bahwa formalisasi yang tinggi (meskipun diinginkan oleh mereka yang berkuasa) tidak dapat dilaksanakan tanpa pencapaian yang mantap terhadap prestasi organisasi. Meskipun demikian, manajemen tetap akan melakukan usaha yang sangat ekstensif untuk membuat tugastugas menjadi rutin dan untuk mengelola ketidakpastian. Karena teknologi dan lingkungan itu dipilih oleh mereka yang berkuasa, maka kita dapat mengharapkan bahwa mereka akan memilih sesuai dengan tingkat formalisasi yang tinggi dan mempertahankan kontrol. 5. Sentralisasi Sentraliasasi keputusan dipandang perlu apabila ada sesuatu yang sangat membahayakan organisasi, misalnya ancaman dari luar atau keputusan tersebut mencerminkan pemahanan mengenai gambaran keseluruhan organisasi. Selain itu, sentralisasi dimungkinkan apabila yang berkuasa berkeinginan membuat keputusan. G. RINGKASAN Variabel struktur yang dapat dijelaskan melalui strategi, besaran organisasi, teknologi, dan lingkungan tidaklah lebih dari 50 sampai dengan 60 persen. Selebihnya dapat diterangkan oleh pandangan mengatakan pengendalian bahwa kekuasaan struktur sebuah tentang struktur, organisasi, kapan yang pun, kebanyakan merupakan hasil seleksi dari sebuah struktur oleh mereka yang mempunyai kekuasaan, yang berada dalam tingkatan tertentu, yang senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kontrol mereka. Determinasi lain dari struktur mengasumsikan adanya rasionalitas. Namun, agar rasionalitas itu dapat diterapkan maka sebuah organisasi harus memiliki satu tujuan tertentu atau kesepakatan atas sekian banyak tujuan. Apabila ini tidak disepakati maka keputusan struktural akan menjadi tidak rasional. Keputusan mengenai struktur merupakan pertarungan antara kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu atau koalisi, dimana masing-masing berargumentasi agar dibuat sebuah pengaturan struktural yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang paling baik. Tak hanya itu, bahwa strategi, besaran organisasi, teknologi, dan lingkungan menetapkan tingkat minimal keefektifan dan menetapkan parameter di mana pilihan mengenai keputusan yang memenuhi kepentingan diri sendiri akan dibuat. Dalam perspektif pengendalian kekuasaan, kekuasaan adalah sebuah tema sentral. Pilihan struktural akan dibuat oleh mereka yang memegang kekuasaan (dominant coalition) yakni manajemen senior. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dengan memegang kekuasaan hierarki, atau dengan mengendalikan sumber daya yang langka dan penting dalam organisasi, atau dengan mempunyai posisi yang sentral dalam organisasi. H. PANDANGAN KELOMPOK 1. ABDUL RAJAB MA’MUN (Pilihan Strategis) Pandangan tentang pengendalian kekuasaan tidak terlepas dari pemahaman tentang pentingnya sebuah argumentasi pilihan strategis di dalam menyajikan kasus-kasus yang berlawanan dengan pilihan strategis untuk mengidentifikasikan asumsi pengendalian kekuasaan mengenai pengambilan organisasi dalam membedakan pengertian kekuasaan dan wewenang. Pemahaman tentang pengendalian kekuasaan perlu dijelaskan bagaimana seseorang atau kelompok memperoleh kekuasaan baik dilihat dari permainan politik. Hal ini berkaitan dengan timbulnya secara struktur pengembangan teknologi dan ramah lingkungan terhadap struktur, perubahan struktur dan meramalkan tingkat kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi yang diinginkan. Pengertian pengendalian kekuasaan diartikan sebagai suatu pengertian bagaimana melakukan upaya untuk mengendalikan kekuasaan berdasarkan batasan rasionalitas dan memaksimalkan efektivitas organisasi dalam dunia kekuasaan dan organisasi. Pengendalian kekuasaan merupakan hasil pilihan struktur yang berkuasa dan mempertahankan kekuasaan dengan mengendalikan semaksimal mungkin. Alasan-alasan dalam melakukan pengendalian kekuasaan berkaitan dengan adanya pilihan strategi yang mempengaruhi kekuasaan dapat mengalami perubahan yang mana di dominasi oleh kendali teknologi, lingkungan kerja, struktur imperative dan kebebasan dalam membuat pilihan strategis (strategic choice). Strategi ini merupakan wujud kendali kekuasaan yang dibangun berdasarkan logika argumentasi pengambilan pilihan keputusan, strategis keefektifan yang berkaitan organisasi, dengan kekuasaan pengendalian organisasi dan persepsi serta evaluasi kejadian. Hal yang berperan penting dalam menentukan pengendalian kekuasaan terkait dengan sikap atau kemampuan menentang pilihan strategi yang dibatasi oleh dua fakta yaitu: 1) komitmen yang menjadi kunci keberhasilan organisasi dan 2) perubahan kondisi pasar yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Semakin tinggi komitmen seseorang dalam organisasi, semakin memudahkan melakukan pengendalian kekuasaan. Demikian halnya semakin besar perubahan kondisi pasar, semakin berdampak pengendalian kekuasaan terhadap perkembangan sebuah organisasi. Membicarakan tentang pengendalian kekuasaan dari berbagai sudut pandang dapat diartikan bahwa pengendalian adalah sebuah tindakan atau cara pandang dalam melakukan perubahan tentang kekuasaan dalam mengambil sebuah keputusan organisasi yang mempunyai tingkatan ruang gerak dalam pengambilan kebijakan dalam memilih strategi. Pengendalian kekuasaan diperlukan untuk memperbaiki dan mengembangkan suatu struktur mekanisme organisasi dalam melakukan perubahan dan mengadopsi konstruksi kekuasaan organisasi. Berbagai fenomena yang menjadi pandangan dalam melihat pengendalian kekuasaan sebagai sebuah pilihan strategis dalam mengendalikan organisasi dan sebuah pilihan untuk mengembangkan kekuasaan sesuai tujuan organisasi, maka struktur organisasi dan pengambilan keputusan berperan penting. Struktur organisasi mempengaruhi pengendalian kekuasaan atas kebijakan pengambilan keputusan. Struktur organisasi mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah arah kebijakan organisasi. Keputusan organisasi merupakan hasil dari sebuah perumusan yang telah dikonstruksikan secara optimal untuk mewujudkan keefektifan organisasi. Berbagai pandangan pada prospektif lainnya melihat pengendalian kekuasaan sebagai sebuah metode atau cara dalam mengambil suatu benang merah dari pemahaman struktur, desain dan aplikasi organisasi. Inti dari pengendalian kekuasaan adalah upaya untuk mewujudkan keefektifan organisasi. Input dan output dari sebuah proses pengendalian kekuasaan akan menghasilkan outcome keefektifan organisasi. Mustahil suatu organisasi mampu mengembangkan struktur, desain dan aplikasi organisasi tanpa didasari adanya kemampuan melakukan pengendalian kekuasaan. Pengendalian kekuasaan merupakan sebuah pandangan yang penting dalam membicarakan teori organisasi, sebab menjadi pilihan strategis dalam mengungkapkan eksistensi organisasi yang di dalamnya perlu dikendalikan secara terorganisir melalui proses pengarahan dan perencanaan secara teratur, agar kekuasaan dapat terkendalikan secara terpimpin mencapai tujuan. Berbagai kasus yang dihadapi oleh organisasi sering terjadi adanya perlawanan atas pilihan strategi dikarenakan kesenjangan dalam menempatkan pilihan strategi yang selalu kontras antara keinginan dan mengendalikan harapan dari kekuasaannya. pengambil keputusan untuk Pengambilan keputusan sering berbeda karena tidak jelasnya pemahaman antara kekuasaan dan wewenang. Selain itu, tidak ada pemahaman yang konstruktif dalam menjelaskan mengenai pengendalian kekuasaan pribadi, anggota dan kelompok dalam suatu organisasi, sehingga sering terjadi permainan politik atau konflik-konflik organisasi yang cenderung melemahkan sebuah implementasi model pengendalian kekuasaan secara konstruksi organisasi. Interpretasi pengendalian kekuasaan dari sebuah kategori yang berperan penting dalam mempengaruhi terwujudnya efektivitas organisasi tidak terlepas dari konsep tentang karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan kerja, karakteristik personal dan karakteristik manajerial. Pengendalian organisasi akan kekuasaan mempertimbangkan dilihat dari pentingnya karakteristik pengendalian kekuasaan berdasarkan struktur organisasi dan perubahan akses teknologi dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat. Karakteristik lingkungan kerja menentukan wujud pengendalian kekuasaan sesuai kondisi lingkungan kerja secara internal dan eksternal di dalam menerapkan kendali kekuasaan untuk mencapai tujuan organisasi. Termasuk dalam hal ini pengendalian organisasi perlu dilihat dari prospektif personal yang mengarahkan pengendalian kekuasaan dilakukan berdasarkan pencapaian kinerja dan prestasi kerja. Relevansi karakteristik personal ini mempunyai hubungan penguatan terhadap karakteristik manajerial yaitu membangun sebuah kendali kekuasaan berdasarkan fungsi manajemen secara terencana, terorganisir, terarah dan terkendalikan untuk mengambil sebuah keputusan yang tepat sebagai wujud nyata pengendalian kekuasaan yang berpengaruh signifikan terhadap organisasi. 2. SANIAH (Tantangan Lain Terhadap Perspektif Kontingensi) Pendekatan Kontingensi adalah keyakinan dasar pada prilaku pemimpin yang efektif pada situasi tertentu belum tentu efektif dalam situasi lainnya. Teori Path-Goal menyatakan bahwa tipe perilaku kepemimpinan yang berbeda dapat dipraktekkan oleh orang yang sama di situasi yang berbeda. Perilaku Kepemimpinan dalam Teori Path-Goal ditentukan oleh dua faktor situasional yaitu: (1) Karakteristik Personal Bawahan dan (2) Sifat Pekerjaan. Karakteristik Personal Bawahan sangat menentukan bagaimana bawahan bereaksi terhadap perilaku pemimpin serta sejauh mana mereka melihat perilaku pemimpin tersebut sebagai sumber langsung dan potensial untuk memuaskan kebutuhan mereka. Sifat Pekerjaan berhubungan dengan sejauh mana pekerjaan bersifat rutin dan terstruktur, atau bersifat non rutin dan tidak terstruktur. Contoh, semakin terstruktur suatu pekerjaan, semakin jelas tujuannya, dan semakin terbangun rasa percaya diri bawahan, maka upaya untuk terus-menerus menjelaskan suatu pekerjaan atau pengarahan merupakan tindakan pemimpin yang tidak diharapkan oleh bawahan. Namun, tatkala pekerjaan tidak terstruktur secara baik, tujuan tidak jelas, dan bawahan kurang pengalaman, lalu gaya kepemimpinan yang bersifat direktif (pengarah) akan lebih diterima oleh para bawahan. Perilaku kepemimpinan yang efektif didasarkan atas kehendak pemimpin untuk membantu bawahan dan kebutuhan bawahan untuk dibantu pemimpin. Perilaku kepemimpinan akan bersifat motivasional sejauh perilaku tersebut menyediakan arahan, bimbingan dan dukungan yang diperlukan bawahan, mendorong hubungan path-goal secara lebih jelas, dan membuang tiap hambatan yang merintangi pencapaian tujuan. a. Konsep Kepemimpinan Kontingensi( Situasional) Seorang Manajer Makna kata “kepemimpinan” yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara individual maupun kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang, efisien, efektif, ekonomis dan produktif. Dengan kata lain seorang pemimpin harus menunjukkan kemampuan untuk: Pemegang kemudi organisasi yang cekatan dengan jalan membawa organisasi ke tempat tujuan yang ditetapkan sebelumnya tanpa melalui terlampau banyak penyimpangan (detour) yang jika terjadi dengan frekuensi yang tinggi akan mengakibatkan pemborosan dan inefesiensi. Berperan selaku katalisator yang mampu meningkatkan laju jalannya roda organisasi yang diharapkan terjadi atas dalil “deret ukur” dan bukan “deret hitung”. Peranan selaku “bapak” terutama di kalangan anggota organisasi. Sering dalam organisasi baik organisasi swasta maupun pemerintah terdengar istilah “keluarga besar”, hal ini menunjukkan bahwa dalam organisasi tersebut telah terjalin hubungan emosional kekeluargaan yang kondusif dan hangat. b. Pendekatan kontingensi ( Situasional )Seorang Manajer Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbedabeda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan situasional bukan hanya merupakan hal yang penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan, tetapi membantu pula cara pemimpin yang potensial dengan konsepkonsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat berdasarkan situasi. Peranan pemimpin harus dipertimbangkan dalam hubungan dengan situasi dimana peranan itu dilaksanakan. Pendekatan situasional dalam kepemimpinan mengatakan bahwa kepemimpinan dalam implementasinya, pendekatan yang dilakukan akan berdampak positif dan bersifat tepat sasaran. Walaupun organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi.disarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara atasan dan bawahan. Komunikasi dua arah menuntut keahlian manajemen puncak mencerna informasi yang disampaikan para manajer dan karyawan, terutama keluh kesah mereka (bottom-up) dan keahlian menyampaikan informasi dari pucuk pimpinan perusahaan ke seluruh manajer dan karyawan (top-down). Sementara itu, komunikasi tatap muka menuntut manajemen puncak meluangkan waktu berkunjung ke lokasi kerja manajer dan karyawan. Kunjungan ini sangat bermanfaat bagi kelancaran komunikasi dua arah, serta memompa semangat kerja manajer dan karyawan. ditentukan tidak oleh sifat kepribadian individuindividu, melainkan oleh persyaratan situasi sosial. 3. CHANDRA KURNIAWAN WAHID (Jalan Menuju Kekuasaan) Kekuasaan oleh penulis dipahami sebagai kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain, artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga dapat berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi. Individu atau kelompok yang mampu meyakinkan orang atau pihak lain dalam organisasi bahwa tanggung jawab dan pelaksanaanya itu lebih baik dari pada yang lain maka yang bersangkutan telah memiliki keunggulan yang lebih dalam persaingan untuk memperoleh kekuasaan. Stephen P. Robbins dalam bukunya yang berjudul “Organization Theory: Structure, Design and Aplications” yang telah dialih bahasakan oleh Jusuf Udaya (1994) pada Bab 9 yaitu “PENGENDALIAN KEKUASAAN” telah membahas tentang salah satu topik menarik yakni mengenai “Jalan Menuju Kekuasaan”. Secara garis besar bagian ini mengungkapkan bahwa apabila seseorang atau suatu kelompok berkeinginan untuk memperoleh kekuasaan dalam organisasinya maka yang bersangkutan dapat menempuhnya atau memperolehnya melalui tiga cara, yakni : Kewenangan Hierakis, Kontrol Terhadap Sumber Daya, dan Jaringan Kerja Terpusat. Kewenangan dipahami penulis sebagai kemampuan orang atau golongan, untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, atau kekusaan fisik. Kewenangan memang bukanlah satu-satunya sumber kekuasaan, namun para individu yang menduduki posisi puncak manajerial manajemen senior dapat menggunakan wewenang mereka dalam sebuah keputusan. Selain adanya kewenangan yang melekat, pada diri seorang manajer juga memiliki hak tertentu untuk memberikan imbalan atau pujian kepada yang dipimpinnya. Akan tetapi, tidak sedikit pula manajer yang memiliki kekuasaan dengan wewenang yang dipunyainya tetap mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dalam organisasinya tersebut. Dalam hal ini penulis mencontohkan bagaimana seorang Kepala Daerah baik itu Gubernur, Bupati, maupun Walikota oleh peraturan perundang-undangan diberikan kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan seserorang dalam dan dari sebuah Jabatan, sehingga kekuasaan yang begitu besar dan mutlak dimiliki oleh Kepala Daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya. Mengatur siapa-siapa saja dan dimana mereka itu ditempatkan dalam sebuah posisi penting dalam posisi kepemerintahan. Akan tetapi, dibalik kewenangan itu tidak dipungkiri pula kekuasaan yang dirasakan tetap akan ketergantungan terhadap orang lain dalam hal ini Kepala Daerah tetap membutuhkan pertimbangan pihak lain dalam kekuasaannya itu. Selain memiliki kewenangan, jalan lain bagi seseorang atau kelompok untuk menuju kekuasaan adalah dengan memiliki kontrol atau akses terhadap sumber daya. Jika anda memiliki apa yang dibutuhkan orang lain, maka anda bisa berkuasa atas mereka. Jika sumber daya yang dipegang dikategorikan langka dan penting bagi organisasi atau yang membutuhkan maka itupun dapat menjadi sumber kekuasaan. Misalnya, sebuah SPBU A yang mempunyai stock BBM yang banyak tidak mempunyai kekuasaan terhadap pemilik kendaraan apabila kelancaran stock BBM secara umum lancar penyalurannya oleh Pertamina. Namun, apabila stock tersebut macet sehingga terjadi kelangkaan BMM dimana-mana, maka SPBU A tersebut dapat berkuasa terhadap pemilik kendaraan dengan cara menaikkan harga eceran. Sumber daya yang lainnya adalah keterampilan atau keahlian seseorang. Mereka yang mempunyai keterampilan akan lebih dibutuhkan organisasi. Oleh karena ketergantungan itu maka yang bersangkutan memiliki kekuasaan lebih untuk berpengaruh di dalamnya. Tak hanya itu pula, kontrol dan akses terhadap sebuah informasi bisa menjadikan sumber utama dalam meraih kekuasaan. Langkah ketiga untuk memperoleh kekuasaan dengan cara jaringan kerja terpusat. Artinya disini apabila individu mapun kelompk tertentu mampu mengintegrasikan berbagai macam fungsi dalam sebuah satu kesatuan, maka taka dapat dipungkiri bahwa mereka akan mudah dalam berkuasa terhadap sesuatu. Misalnya, dalam sebuah organisasi pemasaran, bagian pemasaran akan lebih memegang peran dalam perjalanan organisasi dibandingkan bagian akuntan. Sebaliknya, posisi akuntan akan sangat penting posisinya apabila organisasi tersebut dalam persoalan keuangan. Selain contoh di atas, ada juga sebuah kajian lain yang mendukung hal mengenai bahwa berada pada tempat dalam sebuah organisasi dalam meningkatkan kekuasaan individu atau kelompok, seperti, para ahli mesin dalam sebuah pabrik adalah mereka yang diandalkan organisasi pada persoalan kerusakan/kemacetan mesinmesing yang digunakan dalam berproduksi. Para ahli saja yang tahu bagaimana menangani kerusakan, sehingga apabila mereka ingin kenaikan gaji atau liburan yang lebih lama maka dapat digunakan keahlian mereka dalam mencapai kekuasan. 4. RACHMANSYAH (Jalan Menuju Kekuasaan) Pada bab 9, chapter 3 dalam buku Stephen P. Robbins yang dialihbahasakan oleh Yusuf Udaya, yakni Teori Organisasi diungkapkan bahwa didalam organisasi terdapat seseorang atau kelompok yang memperoleh kekuasaan untuk mengendalikan organisasi dengan tiga jalan, yakni melalui kewenangan yang bersifat hirarkis, kendali atas sumber daya, dan jaringan kerja yang disentralisasi. Kami berpandangan bahwa apa yang diungkapkan oleh Stephen P. Robbins adalah hal yang umum terjadi di organisasi, baik di pemerintahan, BUMN/BUMD, perusahaan privat, LSM, Ormas dan bentuk-bentuk organisasi lain di Indonesia. Kewenangan Hirarkis Di organisasi pemerintahan, umumnya kekuasaan diperoleh melalui kewenangan yang sifatnya hirarkis. Dalam hal ini yang saya maksud adalah jabatan struktural. Walaupun bukan satu-satunya sumber memperoleh kekuasaan, jabatan struktural merupakan primadona pegawai. Hal ini disebabkan adanya kesamaan pandang bahwa selain kewenangan yang diperoleh seiring dengan jabatan yang diemban, jabatan struktural mengembangkan karir. adalah jalan yang paling baik Banyak pegawai yang menganggap bahwa pejabat struktural itu mendapat ‘previlidge’ atau perlakuan khusus, dimana-mana dihormati dan dalam kegiatan-kegiatan seremonial mendapat kedudukan tersendiri. Kedudukan pejabat struktural juga dianggap sangat penting, sebab dengan kedudukannya mereka mendapat kesempatan untuk dekat dengan inti kekuasaan, dalam konteks pemerintahan daerah hal ini adalah gubernur, bupati atau walikota. Dengan kedudukan yang dekat dengan kekuasaan, maka para pejabat struktural ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan formal organisasi, dan tidak dapat dibantah adanya kenyataan bahwa para bawahan menerima hal itu sebagai bagian yang memang melekat pada jabatan struktural. Kontrol Terhadap Sumber Daya Pada bagian lain chapter Jalan Menuju Kekuasaan, Stephen P. Robbins mengemukakan bahwa sumber daya yang langka dalam organisasi bisa menjadi sumber kekuasaan. Digambarkan bahwa seseorang atau sekelompok pihak dapat memperoleh kekuasaan dengan cara mengontrol sumber daya yang sifatnya langka dan penting. Stephen P. Robbins memberikan contoh sederhana tentang keberadaan pompa bensin di daerah bernama sunbelt yang sifatnya terbatas dan langka, yang menyebabkan konsumen harus membayar harga lebih tinggi untuk memperoleh bahan bakar di pasar gelap. Contoh lain adalah pengetahuan atau keahlian yang mungkin sifatnya sederhana tetapi sangat sedikit orang yang menguasai ilmu itu, maka pihak yang punya pengetahuan itu memiliki kedudukan penting dalam organisasi. Kami mencoba mengaitkan hal yang dikemukakan oleh Robbins dengan ketergantungan organisasi terhadap sumber daya yang langka tersebut. Organisasi biasanya akan menghindari ketidakpastian. Maksudnya organisasi akan berupaya terus menerus untuk dapat konsisten, dimana harus ada kepastian bahwa organisasi dapat berjalan mulus, melaksanakan program kerjanya dengan tanpa hambatan. Kami beri contoh apa yang terjadi pada pegawai yang menangani teknologi informasi di suatu kantor. Oleh karena sifat teknologi informasi yang rentan dengan gangguan, termasuk keahlian pengelolanya yang terbatas, maka organisasi menganggap penting untuk memastikan bahwa teknologi informasi ditangani oleh orang yang sama secara berkesinambungan. Hal ini menciptakan ketergantungan organisasi terhadap pihak pengelola. Pihak pengelola dapat melakukan kontrol dengan membatasi akses dengan tidak melakukan sharing pengetahuan dengan pihak yang lain. Jaringan Kerja Terpusat Stephen P. Robbins juga mengemukakan bahwa individu atau kelompok dengan jaringan kerja yang terpusat memperoleh kekuasaan karena posisi mereka memungkinkan mereka mengitegrasikan fungsi lainnya atau mengurangi ketergantungan organisasi. Kami mencoba untuk mengaitkan hal ini dengan ketergantungan organisasi kami (Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Gowa) terhadap Bidang Mutasi dan Bidang Pendidikan dan Pelatihan. Kedua bidang ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan SKPD BKDD. Organisasi kami memang berorientasi dalam pengelolaan kepegawaian dan pendidikan pegawai, sehingga menjadi hal yang tidak dapat ditolak bahwa kedua bidang tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan organisasi, terutama alokasi anggaran. Kedua bidang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan anggaran yang lebih besar dibanding bidang lain, dengan sumber pembiayaan anggaran yang lebih mudah dicairkan. Demikian uraian pandangan pribadi kami terhadap Bab 9, Pengendalian Kekuasaan, bagian Jalan Menuju Kekuasaan. 5. ANDI TENRIPALETTEI (Jalan Menuju Kekuasaan) Konsep kewenangan sering tumpang tindih dengan konsep kekuasaan. Menurut Robert Bierstedt dalam bukunya Analysis of Social Power menyatakan “wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakan. Harold D Laswell dan Abraham dalam buku Power and Society menyatakan “wewenang adalah kekuasaan formal. Menurut Stepphen P.Robbins dalam bukunya Organisational Theory menyatkan bahwa wewenang adalah hak untuk bertindak atau untuk memeritah orang lain untuk bertindak kearah pencapaian organisasi, sedangkan kekuasaan menurut Robbins adalah kapasitas seseorang untuk mempengaruhi keputusan. Dengan demikian kewenangan sebenarnya adalah bagian dari konsep yang lebih luas dari kekuasaan, artinya kemampuan untuk mempengaruhi didasari atas kedudukan yang sah, dapat mempengaruhi keputusan walaupun terkadang seseorang tidak membutuhkan kewenangan untuk mempunyai pengaruh tersebut. Mengapa seseorang ingin mendapatkan kekuasaan ?. Organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan bersama, namun setiap anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan serta cara dan persepsi yang berbeda atas pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kekuasaan dibutuhkan agar ia dapat membuat suatu keputusan yang dapat menunjang pencapaian kepentingan yang dimilikinya menggunakan cara dan persepsi yang dimilikinya Seseorang atau suatu kelompok dapat memiliki kekuasaan melalui tiga cara yaitu : Kewenangan Hierarakis Kekuasaan potensial yang berdasarkan berasal dari kedudukan kewenangan memiliki yang pengaruh sah karena kedudukannya dalam organisasi terdiri dari kewenangan formal dan kekuasaan pribadi. Kewenangan formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogative, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau system sosial. Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang secara hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yan melekat pada keunggulan individu terdiri dari Kekuasaan keahlian (expert power), kekuasaan kesetiaan (referent power), dan kekuasaan karisma. Kekuasaan keahlian merupakan kekuasaan yang bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting. Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin bertambah kekuasaan keahlian orang tersebut. Kekuasaan kesetiaan merupakan potensi seseorang yang menyebabkan orang lain mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power terkait dengan keterampilan intereaksi antara pribadi, seperti pesona, kebijaksanaan, diplomasi dan empati. Kekuasaan kharisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang mencakup penampilan, karakter dan keperibadian yang mampu memepengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tetentu. Kontrol terhadap sumber daya Kontrol terhadap sumberdaya merupakan control dan penguasaan terhadap sumber daya terkait dengan kedudukan formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hiraraki organisasi makin banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukum merupakan kapasitas untuk mencegah seseorang untuk memperoleh imbalan demikian pula Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerja. Dalam organisasi, control dan akses terhadap informasi bisa menjadi sumber utama bagi kekuasaan selama informasi tersebut langka dan penting. Informasi dapat digunakan oleh individu dan kelompok dalam organisasi untuk meningkatkan dan memperthankan pengaruh. Selama informasi tersebut dikendalikan, hampir tidak mungkin bagi siapa pun untuk menentang keputusan yang diambil. Untuk mempertahankan kerahasiaan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan, organisasi dapat mempertahankan kerahasiaan proses pengambilan keputusan itu sendiri atau kadang kerahasiaan dari hasil prose situ sendiri. Jaringan Kerja Terpusat Penempatan strategi individu ke dalam organisasi juga merupakan sumber kekuasaan. Lokasi fisik dijantung kegiatan atau intereaksi dengan orang-orang berkuasa menambah perkembangan dan penggunaan efektifitas dari kekuasaan. Sentralitas ini penting dalam konteks kekuasaan baik secara fisik ataupun sosial. Individu atau kelopmpok akan selalu berupaya memelihara kekuasaan yang telah dimiliki dengan berbagai cara. Bekerja secara terpusat akan banyak menunjukkan atau bahkan mungkin memamerkan kemampuan-kemapuan yang dimiliki oleh pemegan kekuasaan akan beraartinya keberadaan mereka dalam organisasai tersebut. Semua pemimpin memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan strategi dalam memimpin organisasinya guna mencapai tujuannya walaupun kebebasan itu dibatasi oleh berbagai aturan dan komitmen yang ada . Atas dasar kebebasan itu sehingga seorang pemimpin tidak hanya sekedar pintar akan tetapi harus “cerdas” dalam banyak hal. Tidak ada kata tidak bisa untuk seorang pemimpin. Tanggapan Dibutuhkan strategi untuk memperoleh suatu kekuasaan. Menurut Chaid seorang manajer bebas memilih strategi apapun yang ingin dipilih walaupun dibatasi oleh komitmen dan hambatan untuk bebas entri masuk kepangsa pasar. Seseorang yang telah memiliki kekuasaan akan berusaha untuk mempertahankan keuasaan yang telah dimiliki dengan berbagai cara. Manajer yang baik adalah mereka yang mampu mendidik dan menciptakan generasi pelanjut. 1. Memperhatikan kepentingan organisasi 2. Memperhatikan dominankualisi dalam pendekatan organisasi 3. Memberi peluang kepada semua orang untuk mengantar organisasi mencapai kemajuan 4. Membuat orang tidak curiga terhadap keputusan kita. 5. Membuat orang yang ada dalam organisasi tersebut dapat menyokong segala keputusan manajer. 6. MUH. ASRI (Merangkum Pandangan Pengendalian Kekuasaan) Dalam pembahasan ini ditekankan bahwa struktur organisasi sebagai hasil dari pertarungan kekuasaan antar koalisi yang mempunyai kepentingan tertentu, yang menganjurkan pengaturan struktural yang bisa memberikan keuntungan bagi mereka, tak dapat dipungkiri bahwa realitas saat ini keputusan struktural memang suatu proses politisi dimana pemegang kekuasaan memilih struktur bukan atas dasar kemanpuan dan kecerdasan sesoorang melaingkan apakah ketika apa yang mereka pilih dapat dia kendalikan yang secara otomatis akan memberikan keuntungan bagi koalisi tertentu atau kepentingan pribadi dan secara tidak langsung akan merugikan orang lain, Keputusan structural sebagai proses politis ini menggambarkan bahwa seorang peminpin yang akan mengendlikan hal ini, dan yang namanya manusia biasa tak lupuk dari kesalahan dimana jarang sekali melaksanakan tugas organisasi secara konsisten dan sistematis ketika kita lihat di sector public, yang lebih realistis adalah mereka hanya menawarkan sejumlah alternative dan kriteria dan bobot yang diberikan kepadanya pilihan dan penilaian mereka mengenai alternaif – alternatif. alternatif tersebut adalah mencerminkan kepentingan diri mereka sendiri yang dapat diartikan bahwa realitas saat ini pilihan – pilihan pengambil kebijakan bukanlah pilihan yang optimum tetapi yang memuaskan. Pengambilan keputusan yang aktual bukanlah sebuah proses yang komprehensif untuk mencari sebuah pemecahan yang optimal. Proses tersebut berlangsung secara sedikit demi sedikit sampai memenuhi tingkat penerimaan yang minimum, jika telah dicapai maka pencarian itu berhenti dan pilihan berhenti, tapi ini yang tidkak terimplementasikan oleh pengambil kebijakan- kebijakan di sektor publik saat ini. Ketika melihat pada pembahasan ini pendukung pengendalian kekuasaan mengusulkan agar perubahan structural sebaiknya minimal, mereka yang mempunyaki kekuasaan diharafkan mempertahankan control mereka jika struktur yang sekarang efektif untuk mempertahankan control, beberapa penjelasan yang dibuat oleh pendukung pengendalian kekuasaan adalah perubahan yang cukup bermakna adalah merupakan revolusi. Asalkan perubahan tersebut bukan dari hasil politis, Dalam pandangan pengendalian kekuasaan meramalkan bahwa pengaturan struktural bukan akan stabil hanya dalam waktu tertentu juga akan mekanistik akan dominan oleh karena itu dengan melihat pada suatu titik maka akan terdapat beberapa kebijaksanaan mengenai mereka yang berkuasa yang memilih struktur yang akan mempertahankan control. Menggunakan prestasi kerja sebagai standar struktur mekanistik adalah salah satunya cara terbaik jika yang dimaksud yang terbaik adalah mempertahankan kendali, bukan prestasi terdapat bukti bahwa lingkungan yang dinamis, dimana terdapat perubahan yang cepat,struktur yang mekanistik timbul , namaun ada pandangan yang menyatakan bahwa lingkungan yang dinamis akan ditandingi oleh struktur yang organis. Para pengambil keputusan kelihatannya lebih menyukai atau menginginkan kontrol ketimbang keefektipan organisasi untuk meningkatkan suatau organisasi yang ketika dilihat pada struktur pemerintahan akan memberikan dampak yang negative kepada masyarakat. Ketika kita melihat di daerah sebagai contoh bupati, merekalah puncak kekuasaan di daerah, sehingga dalam memilih perangkat – perangkatnya adalah mereka yang dia anggap mampu untuk berkata iya atas apa yang di kehendakinya, contoh misalnya camat dan lurah, yang dia angkat menjadi camat adalah orang – orangnya sendiri, sebagaimana kita pahami bahwa camat juga ini membawahi desa, sehingga otomatis akan mempunyai pengaruh kepada kepala desa. Dampaknya yang bisa kita rasakan dari sebuah keputusan struktur sebagai proses politis segala permainan bisa terjadi sebagai contoh kasus bahwa di akhir tahun 2010 , skpd kabupaten bantaeng melakukan korupsi secara berjamaah sekitar 3 milliyar yang sempat di angkat di media cetak, yang slah satunya camat eremmerasa yang mana merupakan kecamatan saya terlibat didalamnya. Selanjutnya ketika kita melihat dampaknya pada kepala desa maka realitas saat ini bahwa camat lurah dan kepala desa menjadi terkendali, berdasarkan informasi dari hasil pengkuan kepala desa, bahwa ketika kepala desa menenntang atau tidak ikut atas apa yang diinginkan oleh seorang bupati maka yang terjadi adalah bisa sampai 2 kali setahun bawasda melakukan pemeriksaan di kantornya, hal ini menjadi realita yang tidak bisa di pungkiri, kita ketahui bersama permasalahn ini namun apa yang untuk kemudian kita coba lakukan, sebagai seorang mahasiswa, apakah hanya diam. Maka sebgai langkah awal kami bersama teman – teman mahasiswa di daerah kami maka pada tanggal 04 november 2012 kami dari mahasiswa membentuk suatu forum pemuda di kecamatan kami untuk mengkonsuldasikan pemuda di kecamatan, bersatu, melakukan control kemudian mengkaji moralitas dan mentalitas dan nilai budaya kearipan lokal, yang saat ini sudah tidak Nampak lagi di kecamatan, kabupaten dan bahkan di seluruh wilayah Indonesia. Semoga dengan semangat ini bisa bermanfaat kedepanya menuju suatu perubahan sehingga kedepannya menjadi masyarakat yang lebih baik lagi. 7. A. HASAN BASRI (Implikasi Berdasarkan Pandangan Pengendalian-Kekuasaan) Pandangan pengendalian kekuasaan yang mengatakan bahwa kapanpun struktur organisasi dalam banyak hal merupakan hasil pilihan struktur dari mereka yang berkuasa sehingga mereka dapat mempertahankan dan meningkatkan pengendalian mereka semaksimum mungkin. Untuk menerjemahkan pengendalian organisasi, kekuasaan di mulai wawasan menjadi dengan kita implikasi dari bagi mempertimbangkan perspektif penstrukturan interprestasi pengendalian-kekuasaan mengenai teknologi dan peran lingkungan terhadap struktur dan diakhiri dengan sentralisasi untuk meningkatkan kontrol lebih lanjut. Teknologi dan Lingkungan Teknologi tidak menyebabkan struktur akan tetapi teknologi dapat dipilih. Berdasarkan kenyataan bahwa teknologi itu dipilih, maka teknologi rutin akan paling menonjol karena meningkatkan kontrol. Organisasi akan mencoba mengelola lingkungan untuk mengurangi ketakpastian. Ia dapat, misalnya, mengisolasi teknologi- teknologinya untuk mengurangi dampak ketakpastian, melakukan hubungan yang menguntungkan dengan elemen-elemen dalam lingkungan yang bisa menjadi masalah potensial. Organisasi yang kelihatannya inovatif atau responsive, karena tindakan yang demikian akan meningkatkan pengaruh dan posisi sumber daya mereka yang mengendalikan aktivitas organisasi. Jika peluang dalam lingkungan organisasi langka atau terbatas dan jika terdapat organizational slack dalam tingkatan minimal.Kelangkaan di lingkungan termasuk keadaan di mana terdapat persaingan yang keras atau peluang terbatas bagi pertumbuhan.Organizational slack adalah sumber daya yang aktual dan potensial yang memungkinkan sebuah organisasi menyesuaikan diri pada perubahan lingkungan. Contoh implikasinya, lingkungan yang menuntut penggunaan komputerisasi memberikan alternatif kepada kantor-kantor dalam mengontrol keaktifan stafnya, pihak yang berwenang dapat memilih absen elektrik yang tentunya akan lebih efektik dan efisien. Stabilitas dan Struktur Mekanistik Organisasi mencari rutinisasi dan manajemen ketakpastian, pendukung pengendalian kekuasaan mengusulkan agar perubahan struktural sebaiknya minimal. Pandangan pengendalian kekuasaan tentang struktur meramalkan bahwa pengaturan struktural bukan hanya akan relatif stabil untuk waktu tertentu, tetapi juga bahwa struktur mekanistik akan dominan dikarenakan struktur organisasi yang dilakukan secara kaku dan ketat. Penggunaan organisasi yang mekanistis menyebabkan perkembangan organisasi pemerintah lebih lamban dibandingkan swasta yang amat fleksibel sehingga mudah diubah. Struktur mekanistis yang kaku, dicirikan oleh tingginya spesialisasi, departementalisasi sempitnya rentang kendali, tingginya formalisasi, terbatasnya jaringan informasi, dan sedikitnya partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh karyawan tingkat rendah . Hal tersebut menyebabkan organisasi pemerintah kurang memperhatikan keadaan dan pendapat golongan luar (dalam hal ini masyarakat) dan menutup diri dari masukan-masukan pihak lain. Padahal, sama seperti manusia, sebuah organisasi apabila ingin terus berkembang harus selalu melakukan pembelajaran dan menerima masukan dari berbagai pihak. Kompleksitas Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Kompleksitas diharapkan lebih rendah agar lebih mudah terkontrol, namun kenyataanya tidak seperti itu, ketika kekuasaa semakin besar. Formalisasi Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya disebut formalisasi. Beberapa organisasi beroperasi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum, di antaranya organisasi yang berukuran kecil pun, mempunyai segala macam peraturan yang memerintahkan kepada pegawainya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan sebagai sebuah kontrol untuk mencapai tujuan yang ingin di capai oleh yang berkuasa Sentralisasi Sentralisasi mempertimbangkan di mana letak dari pusat pengambilan keputusan. Di beberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat disentralisasi. Masalah-masalah dialirkan ke atas, dan para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat. Pada kasus lainnya, pengambilan keputusan didesentralisasi. Kekuasaan disebar ke bawah di dalam hierarki. Sentralisasi dan desentralisasi merupakan dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan. Organisasi cenderung untuk disentralisasi atau cenderung didesentralisasi. Namun, menetapkan letak organisasi di dalam rangkaian keputusan tersebut, merupakan salah satu faktor utama di dalam menentukan apa jenis struktur yang akan ada. 8. MULIAWATI MUHIDDIN (Implikasi Berdasarkan Pandangan Pengendalian-Kekuasaan) Perspektif pengendalian kekuasaan menjadi implikasi bagi penstrukturan organisasi.dengan mempertimbangkan interpretasi : Teknologi dan Lingkungan Para pendukung pengendalian kekuasaan mengatakan bahwa struktur sebuah organisasi,kapan pun adalah struktur yang memberi kemungkinan kepada mereka yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaan yang mereka punyai. Dalam domain tertentu terdapat sejumlah teknologi,jenis teknologi yang mana yang akan dipilih adalah yang paling rutin.teknologi rutin membuat pekerja individual lebih dapat disubtitusikan satu dengan yang lain oleh karena itu lebih mudah diganti.karena teknologi itu dipilih maka teknologi rutin akan paling menonjol karena meningkatkan control. Dalam dominant hubungannya coalition dapat dengan diharapkan teknologi mencari dan lingkungan, teknologi yang mengurangi ketidakpastian. teknologi yang digunakan dalam sebuah organisasi berpengaruh terhadap bentuk yang sesuai untuk digunakan oleh organisasi tersebut. Kesesuaian ini menentukan berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi, dan merupakan penyesuaian bentuk organisasi terhadap kegiatan internalnya. Stabilitas dan Struktur Mekanistik Desain organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses yang berhubungan ini termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat desain organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu superstruktur di dalam kerja dari organisasi tersebut. Model Mekanistik Merupakan desain organisasi yang menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, tinggi.Selanjutnya, dan pandangan spesialisasi tenaga pengendalian kerja kekuasaan yang tentang struktur meramalkan bahwa pengaturan struktural bukan hanya akan relatif stabil untuk waktu tertentu, tetapi juga bahwa struktur mekanistik akan dominan. Selebihnya dapat diterangkan oleh pandangan pengendalian kekuasaan tentang struktur, yang mengatakan bahwa struktur sebuah organisasi, kapan pun, kebanyakan merupakan hasil seleksi dari sebuah struktur oleh mereka yang mempunyai kekuasaan, yang berada dalam tingkatan tertentu, yang senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kontrol mereka Kompleksitas Perbedaan- perbedaan yang timbul dalam suatu organisasi disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan baik yang bersifat tingkatan struktur dalam organisasi, keahlian anggota organisasi dan juga bidang tempat dimana individu dalam organisasi itu berada.Perbedaan-perbedaan itu kita sebut dengan kompleksitas organisasi.Diferensiasi yang meningkat baik secara horizontal maupun vertikal akan mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam koordinasi dan kontrol. Besaran, teknologi, dan faktor lingkungan dapat membuat kompleksitas yang tinggi. Formalisasi Formalisasi menunjukkan tingginya standardisasi atau pembakuan tugas-tugas maupun jabatan dalam suatu organisasi. Semakin tinggi derajat formalisasi maka semakin teratur perilaku bawahan dalam suatu organisasi.Formalisasi bisa dicapai melalui pengaturan yang bersifat on the job dimana organisasi akan menggunakan lebih banyak peraturan maupun prosedur untuk mengatur kegiatan karyawan. Akan tetapi, formalisasi juga bisa dicapai apabila latihan maupun pendidikan dilakukan di luar organisasi (off the job), yaitu sebelum seseorang menjadi anggota organisasi. Seleksi, persyaratan peran, peraturan, prosedur, kebijakan, pelatihan, dan ritual merupakan teknik-teknik yang digunakan dalam formalisasi. Berbagai teknik ini pada dasarnya bertujuan untuk membakukan jabatan dan pelaksanaan kegiatan. Peningkatan kompleksitas organisasi juga sering kali merupakan tindakan untuk membuat organisasi dengan lebih banyak bagian yang bersifat baku sehingga juga meningkatkan formalisasi.Penganut teori X cenderung tidak mempercayai kreativitas bawahan dan lebih menginginkan bawahan bertindak sesuai prosedur baku sehingga lebih menyukai derajat formalisasi yang lebih tinggi.Mereka yang berkuasa akan mempengaruhi tingkat peraturan yang mengatur cara kerja para pegawai. Karena kontrol merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh mereka yang berkuasa, maka organisasi harus mempunyai tingkat formalisasi yang tinggi. Jika teknologi tidak rutin atau jika ketidakpastian lingkungan tidak dapat dikelola, kita dapat memperkirakan bahwa formalisasi yang tinggi (meskipun diinginkan oleh mereka yang berkuasa) tidak dapat dilaksanakan tanpa pencapaian yang mantap terhadap organisasi. prestasi Sentralisasi Sentralisasi keputusan menunjukkan dipusatkan atau tingkatan, dimana dikonsentrasikan pengambilan dalam organisasi. Konsentrasi pengambilan keputusan pada tingkatan hierarki yang tinggi menunjukkan tingkat sentralisasi yang tinggi. Sentralisasi berkaitan erat dengan corak pembagian otoritas maupun rantai komando yang digunakan dalam sebuah organisasi.Pentingnya Derajat Sentralisasi yang Sesuai Derajat sentralisasi yang tinggi maupun yang rendah dibutuhkan pada situasi atau kondisi yang berbeda. Faktor situasi akan menentukan derajat sentralisasi yang sesuai. Oleh karena itu, perlu diidentifikasikan cara yang paling efektif untuk mengambil keputusan dalam suatu organisasi sehingga juga bisa diusahakan derajat sentralisasi keputusan dipandang perlu apabila ada membahayakan organisasi, misalnya yang sesuai.Sentralisasi sesuatu yang sangat ancaman dari luar atau keputusan tersebut mencerminkan pemahanan mengenai gambaran keseluruhan organisasi. Kesimpulan Pandangan Individual : Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usahausaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi ini. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan. Model mekanistik merupakan desain organisasi menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. muncul pula pendapat ketiga yakni teori desain kontigensi. Sudut pandang kontigensi memberikan kesempatan lepas dari dilema dalam pemilihan model mekanistik atau organik. Seorang manajer, haruslah cakap menempatkan sesuatu begitupun dengan desain organisasi yang diterapkan harus sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan. Kekuasaan bukan untuk individual tetapi kepada organisasional kuasaan tersebut dapat diperoleh dengan memegang kekuasaan hierarki, atau dengan mengendalikan sumber daya yang langka dan penting dalam organisasi, atau dengan mempunyai posisi yang sentral dalam organisasi. Organisasi bisa berjalan dengan baik kalau ada logika dan peramalan. Untuk pilihan strategi bagaimana menganalisis kelebihan dan kekuasaan. Dalam organisasi sebaiknya dibuka jejaring jadi tidak perlu menerima sumber daya yang baru karena pemborosan biaya. Pilihan stratregi adalah mengamati pertumbuhan organisasi misalnya pengetatan pinjaman luar negeri. Bagaiamana menentang pilihan strategi salah satunya dengan komitmen kalau di Indonesia komitmennya sangat lemah lebih banyak tututan seremonial mis bagaimana memenuhi jam kerja. Untuk membangun kekuatan bagaimana menguatkan pendapat Robibns. Membangun sebuah harapan. Menciptakan peluang pasar. Bagaimana membina pemegang saham supaya mau menanamkan sahamnya di Indonesia. Aspek-aspek non rasional yang harus dipertahankan