Mata Kuliah - msdastialan2012

advertisement
MATA KULIAH
: TEORI ORGANISASI
DOSEN PENGAJAR : Prof. Dr. Muh. Basri, M.Si
RESENSI BUKU STEPHEN P. ROBBINS
(Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi)
PENGENDALIAN KEKUASAAN
Disusun
o
l
e
h
Chandra Kurniawan Wahid
Rachmansyah
Abdul Rajab Ma’mun
Saniah
Muliawati Muhiddin
Andi Tenripalettei
A. Hasan Basri
Muh. Asri
2012.02.014
2012.02.001
2012.02.006
2012.02.010
2012.02.011
2012.02.016
2012.02.025
2012.02.029
KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA APARATUR
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas rahmat Allah SWT, karena berkat
ridho-Nyalah setelah diskusi yang dilaksakan pada hari Senin tanggal
5 November 2012 yang lalu kami dapat menyelesaikan perbaikan
penulisan resensi buku Stephen P. Robbins (1994) yang berjudul
“Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi”, terlebih khusus
pada Bab 9 yaitu “Pengendalian Kekuasaan”, sekaligus dilengkapi
dengan Pandangan dari sertiap annggota kelompok.
Terima kasih.
Makassar, 12 November 2012
Hormat Kami
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
A. PENDAHULUAN
B. SERANGAN UTAMA: PILIHAN STRATEGIS
C. TANTANGAN
KONTINGENSI
LAIN
TERHADAP
PERSPEKTIF
D. JALAN MENUJU KEKUASAAN
E. MERANGKUM PANDANGAN PENGENDALIAN KEKUASAAN
F. IMPLIKASI BERDASARKAN PANDANGAN PENGENDALIANKEKUASAAN
G. RINGKASAN
H. PANDANGAN SETIAP ANGGOTA KELOMPOK
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 1 : Pengambilan Keputusan
7
A. PENDAHULUAN
Sebuah
cerita
mengenai
perkembangan
karier
seorang
eksekutif pada sebuah jaringan televisi utama di New York City
yakni Dave sebagaimana dikisahkan pada halaman 259-260, telah
memperkenalkan
organisasi
perspektif
berkembang.
lain
Para
tentang
anggota
bagaimana
organisasi,
struktur
yang
ingin
memuaskan kepentingannya sendiri, mencoba untuk mendapatkan
kekuasaan dan kemudian menggunakan kekuasaan tersebut untuk
menciptakan struktur yang bekerja bagi kepentingannya.
Dalam
Pengendalian
bab
ini
akan
Kekuasaan
dijelaskan
yang
mengenai
mengatakan
pandangan
bahwa
struktur
organisasi dalam banyak hal merupakan hasil pilihan struktur
dari mereka yang berkuasa sehingga mereka dapat mempertahankan
dan meningkatkan pengendalian mereka semaksimal mungkin.
B. SERANGAN UTAMA: PILIHAN STRATEGIS
Sebuah serangan yang cukup penting terhadap mereka
yang membela dominasi teknologi, lingkungan, atau kekuatan lain
yang dinamakan structural imperative dikembangkan oleh John
Child pada awal 1970an. Karya Child, pada dasarnya merupakan
perluasan dari tesis strategi-struktur yang disampaikan pada Bab 5,
mencoba
memperlihatkan
bahwa
para
manajer
mempunyai
kebebasan yang cukup besar dalam membuat pilihan strategis
(strategic choices).
1. Logika dari Pilihan Strategis
Argumentasi pilihan strategis Child adalah meskipun terdapat
hambatan
terhadap
kebijaksanaan
untuk
membuat
keputusan
manajerial, para manajer masih mempunyai kebebasan yang cukup
besar untuk membuat pilihan, seperti halnya pilihan mengenai
tujuan, personalia, atau teknik-teknik kontrol. Adapun faktor lingkungan
seperti para pesaing, serikat buruh, dan lembaga pemerintahan
adalah bagian dari hambatan, namun ke semua faktor itu tidak
berpengaruh langsung atas struktur organisasi, melainkan ditengahi
oleh pilihan manajerial. Demikian juga, teknologi dapat mengontrol
struktur hanya sampai tingkat dimana manajer memilih teknologi
yang
menuntut
dimensi
struktural
tertentu.
Dengan
demikian,
lingkungan dan teknologi adalah kendala terhadap para manajer
ketimbang sebagai imperatives. Argumentasi Chilid pada dasarnya
dapat dipadatkan menjadi empat faktor, yakni :
a. Para pengambil keputusan mempunyai lebih banyak otonomi
daripada yang diduga oleh mereka yang berargumentasi
bagi dominasi dari kekuatan lingkungan, teknologi, atau
kekuatan lainnya;
b. Keefektifan organisasi harus ditafsirkan sebagai jajaran,
bukan titik;
c. Organisasi
kadang
mempunyai
kekuasaan
untuk
memanipulasi dan mengontrol lingkungan mereka; dan
d. Persepsi
dan
evaluasi
kejadian
adalah
penghubung
penting yang menjadi penengah antara lingkungan dan
tindakan organisasi.
2. Yang Menentang Pilihan Strategis
Kemampuan
untuk
menggeneralisasi
argumentasi
pilihan
strategis dibatasi oleh dua fakta, yakni : (1) Komitmen yang sering
mengunci organisasi pada suatu domain terbatas; dan (2) ada
halangan
untuk
melakukan
entri
pada
banyak
pasar.
Kedua
kekuatan tersebut dapat menghambat para manajer untuk melakukan
banyak hal dengan kebijaksanaan yang dimilikinya.
C. TANTANGAN LAIN TERHADAP PERSPEKTIF KONTINGENSI
Perspektif
kontingensi mengasumsi bahwa struktur akan
berubah sehingga mencerminkan perubahan pada strategi, besaran,
teknologi, dan lingkungan. Hal ini memunculkan beberapa asumsi
implisit mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Selain
itu,
perspektif
ini mengasumsikan
adanya
rasionalitas,
bahwa
manajemen puncak dalam organisasi adalah dominant coalitioan.
Teori
manajemen
menyatakan
bahwa
proses
pengambilan
keputusan dimulai dengan penetapan mengenai adanya suatu
masalah, artinya adanya suatu kondisi yang tidak memuaskan.
Keputusan
yang
rasional,
sebagai
kebalikan
dari
yang
tidak rasional. Pengambilan keputusan yang rasional menganggap
“bahwa pemikiran harus mendahului tindakan; bahwa tindakan
harus mempunyai tujuan; bahwa tujuan harus didefinisikan dalam
hubungannya dengan sejumlah tujuan yang sebelumnya sudah
ada dan konsisten; dan bahwa pilihan harus didasarkan atas
teori yang konsisten mengenai hubungan antara tindakan dan
konsekuensinya.
Asumsi terakhir dari perspektif kontingensi adalah bahwa
para pengambil keputusan mempunyai tujuan yang sama dan
tujuan tersebut adalah untuk memenuhi kepentingan kontingensi.
Berikut adalah sejumlah asumsi lain mengenai pengambilan
keputusan organisasi yang dimunculkan oleh pendukung pengendalian
kekuasaan. Mereka mengusulkan sebuah proses yang dicirikan oleh
tidak adanya rasionalitas, kepentingan yang berbeda-beda, dominant
coalitions, dan kekuasaan.
1. Nonrasionalitas
Dua argumen terpisah dapat dibuat terhadap pengambilan
keputusan yang rasional dalam organisasi-organsiasi. Pertama, para
pengambil keputusan individual tidak mampu untuk seratus persen
rasional. Kedua, para pengambil keputusan individual dapat rasional,
tetapi organisasi tidak.
2. Kepentingan yang Berbeda-beda
Realita
mengenai
pengambilan
keputusan
organisasi
mengatakan bahwa kepentingan para pengambil keputusan dan
kepentingan organisasi jarang sekali menyatu dan sama.
3. Dominant Coalition
Dominant coalition merujuk pada kelompok tertentu pada
suatu organisasi yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi
hasil-hasil suatu keputusan. Dalam perpesktif kontingensi, dominant
coalition dan manajemen puncak diasumsikan sama.
4. Kekuasaan
Keberadaan
kepentingan
yang
bervariasi
dan
adanya
dominant coalition membawa kita pada peran sebuah kekuasaan.
Kekuasaan
adalah
kapasitas
keputusan. Karena jarang sekali
seseorang
untuk
mempengaruhi
terdapat kesepahaman di antara
anggota organisasi, maka koalisi bergulat dalam sebuah pertarungan
kekuasaan. Kekuasaan berbagai koalisi menentukan hasil akhir
proses pengambilan keputusan. Adapaun wewenang disini diartikan
sebagai hak untuk bertindak atau memerintahkan orang lain untuk
bertindak kearah pencapaian tujuan organisasi.
D. JALAN MENUJU KEKUASAAAN
Bagaimana cara seseorang atau suatu kelompok memperoleh
kekuasaan dalam suatu organisasi ? Berikut beberapa jalan untuk
mendapatkan kekuasaan.
1. Kewenangan Hierarkis
Memiliki sebuah kewenangan memang bukan satu-satunya
sumber kekuasaan, namun bagi mereka yang menduduki posisi
sebagai manajer senior mereka dapat mempengaruhi sebuah
keputusan formal. Kemudian, bawahan menerima pengaruh dari
seorang manajer yang melekat kepadanya hak-hak tertentu.
2. Kontrol Terhadap Sumber Daya
Jika anda mempunyai sesuatu yang diinginkan orang lain,
maka anda dapat berkuasa terhadap mereka apabila anda memiliki
atau memegang sumber data yang langka dan penting. Baik itu
berupa keterampilan khusus maupun kontrol dan akses terhadap
informasi.
3. Jaringan Kerja Terpusat
Seseorang yang berada pada tempat yang tepat dalam
organisasi dapat menjadikannya berada pada sumber kekuasaan.
Kadang
kala,
pemegang
kekuasaan
seolah-olah
menciptakan
masalah yang penanggulangannya dilakukan oleh mereka sendiri
dengan tujuan sebagai penanda kepada yang lain bahwa fungsi
mereka begitu penting bagi organisasi tersebut.
E. MERANGKUM PANDANGAN PENGENDALIAN KEKUASAAN
1. Keputusan Struktural Sebagai Suatu Proses Politis
Politik disini diartikan sebagai suatu usaha anggota organisasi
untuk
memobilisasi
dukungan
atau
tantangan
terhadap
suatu
kebijakan, peraturan, tujuan, atau keputusan lain yang hasilnya
akan mempunyai efek terhadap pilihan mereka. Para pendukung
pengendalian kekuasaan memandang struktur organisasi sebagai
hasil dari suatu pertarungan kekuasaan antara koalisi yang mempunyai
kepentingan tertentu, dimana masing-masing mengajukan pengaturan
struktural yang paling memenuhi kebutuhan mereka, tentunya
dengan mengajukan argumentasi dan kriteria yang disukainya
dalam hubungannya dengan keefektifan orgnisasi. Dengan kondisi
seperti ini, maka politik akan menentukan kriteria dan preferensi
para pengambil keputusan.
2. Faktor Kontingensi Sebagai Kendala
Penting
mengakui
untuk
adanya
diingat
peran
bahwa
teknologi,
pengendalian
lingkungan,
kekuasaan
dan
variabel
kontingensi lain. Tetapi peran tersebut tidak sedemikian imperatif-nya,
artInya peran-peran tersebut tidak menentukan struktur. Seperti
halnya
pilihan
strategis,
pengendalian
kekuasaan
memandang
variabel kontingensi tersebut sebagai kendala.
Strategi,
merupakan
besaran
kendala
mempersempit
organisasi,
umum
pilihan-pilihan
terhadap
dalam
teknologi,
struktur
dan
lingkungan
organisasi
pengambilan
yang
keputusan.
Keempat hal tersebut menetapkan parameter-parameter umum
bagi keefektifan organisasi. Namun, dalam kerangka parameter
tersebut, masih banyak ruang gerak untuk melakukan manuver
dalam rangka keefektifan organisasi dan pilihan struktural.
3. Model Pengendalian-Kekuasaan
Gambar 1. di bawah ini memperlihatkan bagaimana cara para
pendukung pengendalian kekuasaan mempersepsikan penciptaan
suatu struktur organisasi.
Gambar 1. Pengambilan Keputusan
Keputusan
dibuat oleh
dominant
coalition
Kriteria dan
preferensi
dalam keputusan
mencerminkan
kepentingan
pribadi dari
dominant
Kendala
Strategi,
Besaran,
Teknologi,
Lingkungan
+
Tingkat
memuaskan
dari
keefektifan
Alternatif
struktural
Struktur
yang timbul
Pilihan mengenai struktur terhambat oleh strategi, besaran,
teknologi, dan lingkungan organisasi, dan membutuhkan tingkat
keefektifan yang minimal. Kekuatan-kekuatan tersebut bergabung
untuk menetapkan jumlah alternatif struktural yang manjadi dasar
pengambillan
keputusan.
Dominant
coalition
sebagai
pembuat
keputusan, dengan memaksakan kepentingan pribadinya pada kriteria
dan preferensinya dalam keputusan. Hasilnya adalah timbulnya
sebuah struktur organisasi.
F. IMPLIKASI
BERDASARKAN
PANDANGAN
PENGENDALIAN-
KEKUASAAN
Sekarang
perspektif
tiba
waktunya
pengendalian
penstrukturan organisasi.
untuk
kekuasaan
menjelasakan
menjadi
mengenai
implikasi
bagi
1. Teknologi dan Lingkungan
Gambaran mengenai organisasi sebagai suatu kesatuan
yang responsif dan adaptif, yang kurang lebih dipengaruhi oleh
pemintaan teknologi dan lingkungan. Para pendukung pengendalian
kekuasaan mengatakan bahwa struktur sebuah organisasi, kapan
pun, adalah struktur yang memberi kemungkinan kepada mereka
yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaan yang mereka
punyai. Dalam hubungannya dengan teknologi dan lingkungan,
dominant
coalition
dapat
diharapkan
mencari
teknologi
yang
mengurangi ketidakpastian.
2. Stabilitas dan Struktur Mekanistik
Karena
organisasi
ketidakpastian,
mengusulkan
maka
agar
mencari
pendukung
perubahan
rutinitas
dan
manajemen
pengendalian
kekuasaan
struktural
sebaiknya
minimal.
Perubahan tersebut mungkin terjadi hanya sebagai hasil dari suatu
pertarungan
politik
dimana
berkembang.
Pertarungan
hubungan
kekuasaan
politik yang demikian
yang
baru
sesungguhnya
jarang terjadi. Apabila terjadi, maka biasanya dipicu oleh suatu
perubahan besar pada manajemen puncak atau memberi petunjuk
bahwa organisasi tersebut sedang menghadapi ancaman yang
jelas dan langsung terhadap kelangsungan hidupnya. Selanjutnya,
padangan pengendalian kekuasaan tentang struktur meramalkan
bahwa pengatural struktural bukan hanya akan relatif stabil untuk
waktu tertentu, tetapi juga bahwa struktur mekanistik akan dominan.
3. Kompleksitas
Diferensiasi yang meningkat baik secara horzirontal maupun
vertikal akan mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam koordinasi
dan kontrol. Besaran, teknologi, dan faktor lingkungan dapat
membuat kompleksitas yang tinggi menjadi efisien dalam banyak hal.
4. Formalisasi
Mereka yang berkuasa akan mempengaruhi tingkat peraturan
yang mengatur cara kerja para pegawai. Karena kontrol merupakan
tujuan yang ingin dicapai oleh mereka yang berkuasa, maka
organisasi harus mempunyai tingkat formalisasi yang tinggi.
Jika teknologi tidak rutin atau jika ketidakpastian lingkungan
tidak dapat dikelola, kita dapat memperkirakan bahwa formalisasi
yang tinggi (meskipun diinginkan oleh mereka yang berkuasa)
tidak dapat dilaksanakan tanpa pencapaian yang mantap terhadap
prestasi organisasi. Meskipun demikian, manajemen tetap akan
melakukan usaha yang sangat ekstensif untuk membuat tugastugas menjadi rutin dan untuk mengelola ketidakpastian. Karena
teknologi dan lingkungan itu dipilih oleh mereka yang berkuasa, maka
kita dapat mengharapkan bahwa mereka akan memilih sesuai
dengan tingkat formalisasi yang tinggi dan mempertahankan kontrol.
5. Sentralisasi
Sentraliasasi
keputusan
dipandang
perlu
apabila
ada
sesuatu yang sangat membahayakan organisasi, misalnya ancaman
dari
luar
atau
keputusan
tersebut
mencerminkan
pemahanan
mengenai gambaran keseluruhan organisasi. Selain itu, sentralisasi
dimungkinkan
apabila
yang
berkuasa
berkeinginan
membuat
keputusan.
G. RINGKASAN
Variabel struktur yang dapat dijelaskan melalui strategi,
besaran organisasi, teknologi, dan lingkungan tidaklah lebih dari
50 sampai dengan 60 persen. Selebihnya dapat diterangkan oleh
pandangan
mengatakan
pengendalian
bahwa
kekuasaan
struktur
sebuah
tentang
struktur,
organisasi,
kapan
yang
pun,
kebanyakan merupakan hasil seleksi dari sebuah struktur oleh
mereka yang mempunyai kekuasaan, yang berada dalam tingkatan
tertentu, yang senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kontrol
mereka.
Determinasi
lain
dari
struktur
mengasumsikan
adanya
rasionalitas. Namun, agar rasionalitas itu dapat diterapkan maka
sebuah
organisasi
harus
memiliki
satu
tujuan
tertentu
atau
kesepakatan atas sekian banyak tujuan. Apabila ini tidak disepakati
maka keputusan struktural akan menjadi tidak rasional. Keputusan
mengenai struktur merupakan pertarungan antara kelompok yang
mempunyai kepentingan tertentu atau koalisi, dimana masing-masing
berargumentasi agar dibuat sebuah pengaturan struktural yang
dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang paling baik.
Tak hanya itu, bahwa strategi, besaran organisasi, teknologi, dan
lingkungan menetapkan tingkat minimal keefektifan dan menetapkan
parameter di mana pilihan mengenai keputusan yang memenuhi
kepentingan diri sendiri akan dibuat.
Dalam perspektif pengendalian kekuasaan, kekuasaan adalah
sebuah tema sentral. Pilihan struktural akan dibuat oleh mereka
yang memegang kekuasaan (dominant coalition) yakni manajemen
senior. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dengan memegang
kekuasaan hierarki, atau dengan mengendalikan sumber daya
yang langka dan penting dalam organisasi, atau dengan mempunyai
posisi yang sentral dalam organisasi.
H. PANDANGAN KELOMPOK
1. ABDUL RAJAB MA’MUN (Pilihan Strategis)
Pandangan tentang pengendalian kekuasaan tidak terlepas
dari pemahaman tentang pentingnya sebuah argumentasi pilihan
strategis di dalam menyajikan kasus-kasus yang berlawanan dengan
pilihan strategis untuk mengidentifikasikan asumsi pengendalian
kekuasaan mengenai pengambilan organisasi dalam membedakan
pengertian
kekuasaan
dan
wewenang.
Pemahaman
tentang
pengendalian kekuasaan perlu dijelaskan bagaimana seseorang atau
kelompok memperoleh kekuasaan baik dilihat dari permainan politik.
Hal ini berkaitan dengan timbulnya secara struktur pengembangan
teknologi dan ramah lingkungan terhadap struktur, perubahan struktur
dan meramalkan tingkat kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi
yang diinginkan.
Pengertian pengendalian kekuasaan diartikan sebagai suatu
pengertian
bagaimana
melakukan
upaya
untuk
mengendalikan
kekuasaan berdasarkan batasan rasionalitas dan memaksimalkan
efektivitas
organisasi
dalam
dunia
kekuasaan
dan
organisasi.
Pengendalian kekuasaan merupakan hasil pilihan struktur yang
berkuasa dan mempertahankan kekuasaan dengan mengendalikan
semaksimal mungkin.
Alasan-alasan dalam melakukan pengendalian kekuasaan
berkaitan dengan adanya pilihan strategi yang mempengaruhi
kekuasaan dapat mengalami perubahan yang mana di dominasi oleh
kendali teknologi, lingkungan kerja, struktur imperative dan kebebasan
dalam membuat pilihan strategis (strategic choice). Strategi ini
merupakan wujud kendali kekuasaan yang dibangun berdasarkan
logika
argumentasi
pengambilan
pilihan
keputusan,
strategis
keefektifan
yang
berkaitan
organisasi,
dengan
kekuasaan
pengendalian organisasi dan persepsi serta evaluasi kejadian.
Hal yang berperan penting dalam menentukan pengendalian
kekuasaan terkait dengan sikap atau kemampuan menentang pilihan
strategi yang dibatasi oleh dua fakta yaitu: 1) komitmen yang menjadi
kunci keberhasilan organisasi dan 2) perubahan kondisi pasar yang
mempengaruhi perkembangan organisasi. Semakin tinggi komitmen
seseorang dalam organisasi, semakin memudahkan melakukan
pengendalian kekuasaan. Demikian halnya semakin besar perubahan
kondisi pasar, semakin berdampak pengendalian kekuasaan terhadap
perkembangan sebuah organisasi.
Membicarakan tentang pengendalian kekuasaan dari berbagai
sudut pandang dapat diartikan bahwa pengendalian adalah sebuah
tindakan atau cara pandang dalam melakukan perubahan tentang
kekuasaan dalam mengambil sebuah keputusan organisasi yang
mempunyai tingkatan ruang gerak dalam pengambilan kebijakan
dalam memilih strategi. Pengendalian kekuasaan diperlukan untuk
memperbaiki
dan
mengembangkan
suatu
struktur
mekanisme
organisasi dalam melakukan perubahan dan mengadopsi konstruksi
kekuasaan organisasi.
Berbagai fenomena yang menjadi pandangan dalam melihat
pengendalian kekuasaan sebagai sebuah pilihan strategis dalam
mengendalikan organisasi dan sebuah pilihan untuk mengembangkan
kekuasaan sesuai tujuan organisasi, maka struktur organisasi dan
pengambilan
keputusan
berperan
penting.
Struktur
organisasi
mempengaruhi pengendalian kekuasaan atas kebijakan pengambilan
keputusan. Struktur organisasi mempunyai pengaruh yang besar
dalam merubah arah kebijakan organisasi. Keputusan organisasi
merupakan hasil dari sebuah perumusan yang telah dikonstruksikan
secara optimal untuk mewujudkan keefektifan organisasi.
Berbagai
pandangan
pada
prospektif
lainnya
melihat
pengendalian kekuasaan sebagai sebuah metode atau cara dalam
mengambil suatu benang merah dari pemahaman struktur, desain dan
aplikasi organisasi. Inti dari pengendalian kekuasaan adalah upaya
untuk mewujudkan keefektifan organisasi. Input dan output dari
sebuah proses pengendalian kekuasaan akan menghasilkan outcome
keefektifan
organisasi.
Mustahil
suatu
organisasi
mampu
mengembangkan struktur, desain dan aplikasi organisasi tanpa
didasari adanya kemampuan melakukan pengendalian kekuasaan.
Pengendalian kekuasaan merupakan sebuah pandangan yang
penting dalam membicarakan teori organisasi, sebab menjadi pilihan
strategis dalam mengungkapkan eksistensi organisasi yang di
dalamnya perlu dikendalikan secara terorganisir melalui proses
pengarahan dan perencanaan secara teratur, agar kekuasaan dapat
terkendalikan secara terpimpin mencapai tujuan.
Berbagai kasus yang dihadapi oleh organisasi sering terjadi
adanya perlawanan atas pilihan strategi dikarenakan kesenjangan
dalam menempatkan pilihan strategi yang selalu kontras antara
keinginan
dan
mengendalikan
harapan
dari
kekuasaannya.
pengambil
keputusan
untuk
Pengambilan
keputusan
sering
berbeda karena tidak jelasnya pemahaman antara kekuasaan dan
wewenang. Selain itu, tidak ada pemahaman yang konstruktif dalam
menjelaskan mengenai pengendalian kekuasaan pribadi, anggota dan
kelompok dalam suatu organisasi, sehingga sering terjadi permainan
politik atau konflik-konflik organisasi yang cenderung melemahkan
sebuah
implementasi
model
pengendalian
kekuasaan
secara
konstruksi organisasi.
Interpretasi pengendalian kekuasaan dari sebuah kategori yang
berperan
penting
dalam
mempengaruhi terwujudnya
efektivitas
organisasi tidak terlepas dari konsep tentang karakteristik organisasi,
karakteristik lingkungan kerja, karakteristik personal dan karakteristik
manajerial.
Pengendalian
organisasi
akan
kekuasaan
mempertimbangkan
dilihat
dari
pentingnya
karakteristik
pengendalian
kekuasaan berdasarkan struktur organisasi dan perubahan akses
teknologi
dalam
mengambil
sebuah
keputusan
yang
tepat.
Karakteristik lingkungan kerja menentukan wujud pengendalian
kekuasaan sesuai kondisi lingkungan kerja secara internal dan
eksternal di dalam menerapkan kendali kekuasaan untuk mencapai
tujuan organisasi.
Termasuk dalam hal ini pengendalian organisasi perlu dilihat
dari prospektif personal yang mengarahkan pengendalian kekuasaan
dilakukan
berdasarkan
pencapaian
kinerja
dan
prestasi
kerja.
Relevansi karakteristik personal ini mempunyai hubungan penguatan
terhadap karakteristik manajerial yaitu membangun sebuah kendali
kekuasaan
berdasarkan
fungsi
manajemen
secara
terencana,
terorganisir, terarah dan terkendalikan untuk mengambil sebuah
keputusan yang tepat sebagai wujud nyata pengendalian kekuasaan
yang berpengaruh signifikan terhadap organisasi.
2. SANIAH (Tantangan Lain Terhadap Perspektif Kontingensi)
Pendekatan Kontingensi adalah keyakinan dasar pada prilaku
pemimpin yang efektif pada situasi tertentu belum tentu efektif dalam
situasi lainnya. Teori Path-Goal menyatakan bahwa tipe perilaku
kepemimpinan yang berbeda dapat dipraktekkan oleh orang yang
sama di situasi yang berbeda. Perilaku Kepemimpinan dalam Teori
Path-Goal ditentukan oleh dua faktor situasional yaitu: (1) Karakteristik
Personal Bawahan dan (2) Sifat Pekerjaan.
Karakteristik Personal Bawahan sangat menentukan bagaimana
bawahan bereaksi terhadap perilaku pemimpin serta sejauh mana
mereka melihat perilaku pemimpin tersebut sebagai sumber langsung
dan potensial untuk memuaskan kebutuhan mereka. Sifat Pekerjaan
berhubungan dengan sejauh mana pekerjaan bersifat rutin dan
terstruktur, atau bersifat non rutin dan tidak terstruktur. Contoh,
semakin terstruktur suatu pekerjaan, semakin jelas tujuannya, dan
semakin terbangun rasa percaya diri bawahan, maka upaya untuk
terus-menerus
menjelaskan
suatu
pekerjaan
atau
pengarahan
merupakan tindakan pemimpin yang tidak diharapkan oleh bawahan.
Namun, tatkala pekerjaan tidak terstruktur secara baik, tujuan tidak
jelas, dan bawahan kurang pengalaman, lalu gaya kepemimpinan yang
bersifat direktif (pengarah) akan lebih diterima oleh para bawahan.
Perilaku kepemimpinan yang efektif didasarkan atas kehendak
pemimpin untuk membantu bawahan dan kebutuhan bawahan untuk
dibantu pemimpin. Perilaku kepemimpinan akan bersifat motivasional
sejauh perilaku tersebut menyediakan arahan, bimbingan dan
dukungan yang diperlukan bawahan, mendorong hubungan path-goal
secara lebih jelas, dan membuang tiap hambatan yang merintangi
pencapaian tujuan.
a. Konsep Kepemimpinan Kontingensi( Situasional) Seorang Manajer
Makna
kata
“kepemimpinan”
yaitu
kemampuan
untuk
menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Suatu kenyataan kehidupan organisasional
bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan
dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan,
baik secara individual maupun kelompok, tidak mungkin dapat bekerja
sendirian. Pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain, yang
digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan
pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam
cara bekerja yang, efisien, efektif, ekonomis dan produktif.
Dengan kata lain seorang pemimpin harus menunjukkan
kemampuan untuk:
 Pemegang kemudi organisasi yang cekatan dengan jalan
membawa organisasi ke tempat tujuan yang ditetapkan
sebelumnya tanpa melalui terlampau banyak penyimpangan
(detour) yang jika terjadi dengan frekuensi yang tinggi akan
mengakibatkan pemborosan dan inefesiensi.
 Berperan selaku katalisator yang mampu meningkatkan laju
jalannya roda organisasi yang diharapkan terjadi atas dalil
“deret ukur” dan bukan “deret hitung”.
 Peranan
selaku
“bapak”
terutama
di
kalangan
anggota
organisasi. Sering dalam organisasi baik organisasi swasta
maupun pemerintah terdengar istilah “keluarga besar”, hal ini
menunjukkan bahwa dalam organisasi tersebut telah terjalin
hubungan emosional kekeluargaan yang kondusif dan hangat.
b. Pendekatan kontingensi ( Situasional )Seorang Manajer
Pendekatan
situasional
atau
pendekatan
kontingensi
merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara
pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan
manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat
bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbedabeda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Pendekatan situasional bukan hanya merupakan hal yang penting bagi
kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan,
tetapi membantu pula cara pemimpin yang potensial dengan konsepkonsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam
dan
untuk
menunjukkan
perilaku
kepemimpinan
yang
tepat
berdasarkan situasi. Peranan pemimpin harus dipertimbangkan dalam
hubungan dengan situasi dimana peranan itu dilaksanakan.
Pendekatan situasional dalam kepemimpinan mengatakan
bahwa kepemimpinan dalam implementasinya, pendekatan yang
dilakukan akan berdampak positif dan bersifat tepat sasaran.
Walaupun organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang
tinggi.disarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi,
memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, tanpa
mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara atasan
dan bawahan. Komunikasi dua arah menuntut keahlian manajemen
puncak mencerna informasi yang disampaikan para manajer dan
karyawan, terutama keluh kesah mereka (bottom-up) dan keahlian
menyampaikan informasi dari pucuk pimpinan perusahaan ke seluruh
manajer dan karyawan (top-down). Sementara itu, komunikasi tatap
muka menuntut manajemen puncak meluangkan waktu berkunjung ke
lokasi kerja manajer dan karyawan. Kunjungan ini sangat bermanfaat
bagi kelancaran komunikasi dua arah, serta memompa semangat kerja
manajer dan karyawan. ditentukan tidak oleh sifat kepribadian individuindividu, melainkan oleh persyaratan situasi sosial.
3. CHANDRA KURNIAWAN WAHID (Jalan Menuju Kekuasaan)
Kekuasaan
oleh
penulis
dipahami
sebagai
kemampuan
untuk menggunakan pengaruh pada orang lain, artinya kemampuan
untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok.
Kekuasaan juga dapat berarti kemampuan untuk mempengaruhi
individu, kelompok, keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama
dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan
tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi. Individu
atau kelompok yang mampu meyakinkan orang atau pihak lain dalam
organisasi bahwa tanggung jawab dan pelaksanaanya itu lebih
baik dari pada yang lain maka yang bersangkutan telah memiliki
keunggulan
yang
lebih
dalam
persaingan
untuk
memperoleh
kekuasaan.
Stephen
P.
Robbins
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Organization Theory: Structure, Design and Aplications” yang
telah dialih bahasakan oleh Jusuf Udaya (1994) pada Bab 9 yaitu
“PENGENDALIAN KEKUASAAN” telah membahas tentang salah
satu topik menarik yakni mengenai “Jalan Menuju Kekuasaan”.
Secara garis besar bagian ini mengungkapkan bahwa apabila
seseorang atau suatu kelompok berkeinginan untuk memperoleh
kekuasaan dalam organisasinya maka yang bersangkutan dapat
menempuhnya atau memperolehnya melalui tiga cara, yakni :
Kewenangan Hierakis, Kontrol Terhadap Sumber Daya, dan
Jaringan Kerja Terpusat.
Kewenangan dipahami penulis sebagai kemampuan orang
atau
golongan,
untuk
menguasai
orang
atau
golongan
lain
berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, atau kekusaan fisik.
Kewenangan memang bukanlah satu-satunya sumber kekuasaan,
namun para individu yang menduduki posisi puncak manajerial
manajemen senior dapat menggunakan wewenang mereka dalam
sebuah keputusan. Selain adanya kewenangan yang melekat, pada
diri seorang manajer juga memiliki hak tertentu untuk memberikan
imbalan atau pujian kepada yang dipimpinnya. Akan tetapi, tidak
sedikit pula manajer yang memiliki kekuasaan dengan wewenang yang
dipunyainya tetap mempunyai ketergantungan terhadap orang lain
dalam organisasinya tersebut.
Dalam hal ini penulis mencontohkan bagaimana seorang
Kepala Daerah baik itu Gubernur, Bupati, maupun Walikota oleh
peraturan
perundang-undangan
diberikan
kewenangan
untuk
mengangkat dan memberhentikan seserorang dalam dan dari sebuah
Jabatan, sehingga kekuasaan yang begitu besar dan mutlak dimiliki
oleh Kepala Daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya.
Mengatur siapa-siapa saja dan dimana mereka itu ditempatkan
dalam sebuah posisi penting dalam posisi kepemerintahan. Akan
tetapi, dibalik kewenangan itu tidak dipungkiri pula kekuasaan yang
dirasakan tetap akan ketergantungan terhadap orang lain dalam hal
ini Kepala Daerah tetap membutuhkan pertimbangan pihak lain
dalam kekuasaannya itu.
Selain memiliki kewenangan, jalan lain bagi seseorang atau
kelompok untuk menuju kekuasaan adalah dengan memiliki kontrol
atau akses terhadap sumber daya. Jika anda memiliki apa yang
dibutuhkan orang lain, maka anda bisa berkuasa atas mereka. Jika
sumber daya yang dipegang dikategorikan langka dan penting bagi
organisasi atau yang membutuhkan maka itupun dapat menjadi
sumber kekuasaan. Misalnya, sebuah SPBU A yang mempunyai stock
BBM yang banyak tidak mempunyai kekuasaan terhadap pemilik
kendaraan apabila kelancaran stock BBM secara umum lancar
penyalurannya oleh Pertamina. Namun, apabila stock tersebut macet
sehingga terjadi kelangkaan BMM dimana-mana, maka SPBU A
tersebut dapat berkuasa terhadap pemilik kendaraan dengan cara
menaikkan harga eceran.
Sumber daya yang lainnya adalah keterampilan atau keahlian
seseorang. Mereka yang mempunyai keterampilan akan lebih
dibutuhkan organisasi. Oleh karena ketergantungan itu maka yang
bersangkutan
memiliki
kekuasaan
lebih
untuk berpengaruh
di
dalamnya. Tak hanya itu pula, kontrol dan akses terhadap sebuah
informasi bisa menjadikan sumber utama dalam meraih kekuasaan.
Langkah ketiga untuk memperoleh kekuasaan dengan cara
jaringan kerja terpusat. Artinya disini apabila individu mapun kelompk
tertentu mampu mengintegrasikan berbagai macam fungsi dalam
sebuah satu kesatuan, maka taka dapat dipungkiri bahwa mereka
akan mudah dalam berkuasa terhadap sesuatu. Misalnya, dalam
sebuah
organisasi
pemasaran,
bagian
pemasaran
akan
lebih
memegang peran dalam perjalanan organisasi dibandingkan bagian
akuntan. Sebaliknya, posisi akuntan akan sangat penting posisinya
apabila organisasi tersebut dalam persoalan keuangan.
Selain contoh di atas, ada juga sebuah kajian lain yang
mendukung hal mengenai bahwa berada pada tempat dalam sebuah
organisasi dalam meningkatkan kekuasaan individu atau kelompok,
seperti, para ahli mesin dalam sebuah pabrik adalah mereka yang
diandalkan organisasi pada persoalan kerusakan/kemacetan mesinmesing yang digunakan dalam berproduksi. Para ahli saja yang tahu
bagaimana menangani kerusakan, sehingga apabila mereka ingin
kenaikan gaji atau liburan yang lebih lama maka dapat digunakan
keahlian mereka dalam mencapai kekuasan.
4. RACHMANSYAH (Jalan Menuju Kekuasaan)
Pada bab 9, chapter 3 dalam buku Stephen P. Robbins yang
dialihbahasakan
oleh
Yusuf
Udaya,
yakni
Teori
Organisasi
diungkapkan bahwa didalam organisasi terdapat seseorang atau
kelompok
yang
memperoleh
kekuasaan
untuk
mengendalikan
organisasi dengan tiga jalan, yakni melalui kewenangan yang bersifat
hirarkis, kendali atas sumber daya, dan jaringan kerja yang
disentralisasi.
Kami berpandangan bahwa apa yang diungkapkan oleh
Stephen P. Robbins adalah hal yang umum terjadi di organisasi, baik
di pemerintahan, BUMN/BUMD, perusahaan privat, LSM, Ormas dan
bentuk-bentuk organisasi lain di Indonesia.
Kewenangan Hirarkis
Di organisasi pemerintahan, umumnya kekuasaan diperoleh
melalui kewenangan yang sifatnya hirarkis. Dalam hal ini yang saya
maksud adalah jabatan struktural. Walaupun bukan satu-satunya
sumber
memperoleh
kekuasaan,
jabatan
struktural
merupakan
primadona pegawai. Hal ini disebabkan adanya kesamaan pandang
bahwa selain kewenangan yang diperoleh seiring dengan jabatan yang
diemban,
jabatan
struktural
mengembangkan karir.
adalah
jalan
yang
paling
baik
Banyak pegawai yang menganggap bahwa
pejabat struktural itu mendapat ‘previlidge’ atau perlakuan khusus,
dimana-mana dihormati dan dalam kegiatan-kegiatan seremonial
mendapat kedudukan tersendiri.
Kedudukan pejabat struktural juga dianggap sangat penting,
sebab dengan kedudukannya mereka mendapat kesempatan untuk
dekat dengan inti kekuasaan, dalam konteks pemerintahan daerah hal
ini adalah gubernur, bupati atau walikota.
Dengan kedudukan yang dekat dengan kekuasaan, maka para
pejabat struktural ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan formal
organisasi, dan tidak dapat dibantah adanya kenyataan bahwa para
bawahan menerima hal itu sebagai bagian yang memang melekat
pada jabatan struktural.
Kontrol Terhadap Sumber Daya
Pada bagian lain chapter Jalan Menuju Kekuasaan, Stephen P.
Robbins mengemukakan bahwa sumber daya yang langka dalam
organisasi bisa menjadi sumber kekuasaan. Digambarkan bahwa
seseorang atau sekelompok pihak dapat memperoleh kekuasaan
dengan cara mengontrol sumber daya yang sifatnya langka dan
penting.
Stephen P. Robbins memberikan contoh sederhana tentang
keberadaan pompa bensin di daerah bernama sunbelt yang sifatnya
terbatas dan langka, yang menyebabkan konsumen harus membayar
harga lebih tinggi untuk memperoleh bahan bakar di pasar gelap.
Contoh lain adalah pengetahuan atau keahlian yang mungkin sifatnya
sederhana tetapi sangat sedikit orang yang menguasai ilmu itu, maka
pihak yang punya pengetahuan itu memiliki kedudukan penting dalam
organisasi.
Kami mencoba mengaitkan hal yang dikemukakan oleh Robbins
dengan ketergantungan organisasi terhadap sumber daya yang langka
tersebut. Organisasi biasanya akan menghindari ketidakpastian.
Maksudnya organisasi akan berupaya terus menerus untuk dapat
konsisten, dimana harus ada kepastian bahwa organisasi dapat
berjalan mulus, melaksanakan program kerjanya dengan tanpa
hambatan.
Kami beri contoh apa yang terjadi pada pegawai yang
menangani teknologi informasi di suatu kantor. Oleh karena sifat
teknologi informasi yang rentan dengan gangguan, termasuk keahlian
pengelolanya yang terbatas, maka organisasi menganggap penting
untuk memastikan bahwa teknologi informasi ditangani oleh orang
yang
sama
secara
berkesinambungan.
Hal
ini
menciptakan
ketergantungan organisasi terhadap pihak pengelola. Pihak pengelola
dapat melakukan kontrol dengan membatasi akses dengan tidak
melakukan sharing pengetahuan dengan pihak yang lain.
Jaringan Kerja Terpusat
Stephen P. Robbins juga mengemukakan bahwa individu atau
kelompok dengan jaringan kerja yang terpusat memperoleh kekuasaan
karena posisi mereka memungkinkan mereka mengitegrasikan fungsi
lainnya atau mengurangi ketergantungan organisasi.
Kami
mencoba
untuk
mengaitkan
hal
ini
dengan
ketergantungan organisasi kami (Badan Kepegawaian dan Diklat
Daerah Kabupaten Gowa) terhadap Bidang Mutasi dan Bidang
Pendidikan dan Pelatihan. Kedua bidang ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengambilan keputusan SKPD BKDD. Organisasi
kami memang berorientasi dalam pengelolaan kepegawaian dan
pendidikan pegawai, sehingga menjadi hal yang tidak dapat ditolak
bahwa kedua bidang tersebut memiliki pengaruh besar terhadap
kebijakan organisasi, terutama alokasi anggaran. Kedua bidang
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan anggaran yang lebih
besar dibanding bidang lain, dengan sumber pembiayaan anggaran
yang lebih mudah dicairkan.
Demikian uraian pandangan pribadi kami terhadap Bab 9,
Pengendalian Kekuasaan, bagian Jalan Menuju Kekuasaan.
5. ANDI TENRIPALETTEI (Jalan Menuju Kekuasaan)
Konsep kewenangan sering tumpang tindih dengan konsep
kekuasaan. Menurut Robert Bierstedt dalam bukunya Analysis of
Social Power menyatakan “wewenang adalah
kekuasaan yang
dilembagakan. Harold D Laswell dan Abraham dalam buku Power and
Society menyatakan “wewenang adalah kekuasaan formal. Menurut
Stepphen P.Robbins dalam bukunya Organisational Theory menyatkan
bahwa wewenang adalah hak untuk bertindak atau untuk memeritah
orang lain untuk bertindak kearah pencapaian organisasi, sedangkan
kekuasaan menurut Robbins adalah kapasitas seseorang untuk
mempengaruhi keputusan. Dengan demikian kewenangan sebenarnya
adalah bagian dari konsep yang lebih luas dari kekuasaan, artinya
kemampuan untuk mempengaruhi didasari atas kedudukan yang sah,
dapat mempengaruhi keputusan walaupun terkadang seseorang tidak
membutuhkan kewenangan untuk mempunyai pengaruh tersebut.
Mengapa
seseorang
ingin
mendapatkan
kekuasaan
?.
Organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan bersama, namun
setiap anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan serta cara
dan persepsi yang berbeda atas pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Kekuasaan dibutuhkan agar ia dapat membuat suatu
keputusan yang dapat menunjang pencapaian kepentingan yang
dimilikinya
menggunakan
cara
dan
persepsi
yang
dimilikinya
Seseorang atau suatu kelompok dapat memiliki kekuasaan melalui tiga
cara yaitu :
Kewenangan Hierarakis
Kekuasaan
potensial
yang
berdasarkan
berasal
dari
kedudukan
kewenangan
memiliki
yang
pengaruh
sah
karena
kedudukannya dalam organisasi terdiri dari kewenangan formal dan
kekuasaan pribadi. Kewenangan formal, yaitu kewenangan yang
mengacu pada hak prerogative, kewajiban dan tanggung jawab
seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau
system sosial.
Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber
kekuasaan berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang
yang
secara
hirarki
mempunyai
kedudukan
dalam
organisasi.
Pengaruh potensial yan melekat pada keunggulan individu terdiri dari
Kekuasaan keahlian (expert power), kekuasaan kesetiaan (referent
power), dan kekuasaan karisma.
Kekuasaan keahlian merupakan kekuasaan yang bersumber
dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting.
Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin
bertambah kekuasaan keahlian orang tersebut. Kekuasaan kesetiaan
merupakan
potensi
seseorang
yang
menyebabkan
orang
lain
mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power
terkait dengan keterampilan intereaksi antara pribadi, seperti pesona,
kebijaksanaan, diplomasi dan empati. Kekuasaan kharisma merupakan
sifat bawaan dari seseorang yang mencakup penampilan, karakter dan
keperibadian yang mampu memepengaruhi orang lain untuk suatu
tujuan tetentu.
Kontrol terhadap sumber daya
Kontrol
terhadap
sumberdaya
merupakan
control
dan
penguasaan terhadap sumber daya terkait dengan kedudukan formal.
Makin tinggi posisi seseorang dalam hiraraki organisasi makin banyak
kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang
terbatas. Kontrol terhadap hukum merupakan kapasitas untuk
mencegah seseorang untuk memperoleh imbalan demikian pula
Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses
terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap lingkungan fisik,
teknologi dan metode pengorganisasian pekerja.
Dalam organisasi, control dan akses terhadap informasi bisa
menjadi sumber utama bagi kekuasaan selama informasi tersebut
langka dan penting. Informasi dapat digunakan oleh individu dan
kelompok dalam organisasi untuk meningkatkan dan memperthankan
pengaruh. Selama informasi tersebut dikendalikan, hampir tidak
mungkin bagi siapa pun untuk menentang keputusan yang diambil.
Untuk mempertahankan kerahasiaan informasi yang digunakan
dalam pengambilan keputusan, organisasi dapat mempertahankan
kerahasiaan proses pengambilan keputusan itu sendiri atau kadang
kerahasiaan dari hasil prose situ sendiri.
Jaringan Kerja Terpusat
Penempatan
strategi individu
ke
dalam organisasi juga
merupakan sumber kekuasaan. Lokasi fisik dijantung kegiatan atau
intereaksi dengan orang-orang berkuasa menambah perkembangan
dan penggunaan efektifitas dari kekuasaan. Sentralitas ini penting
dalam konteks kekuasaan baik secara fisik ataupun sosial.
Individu atau kelopmpok akan selalu berupaya memelihara
kekuasaan yang telah dimiliki dengan berbagai cara. Bekerja secara
terpusat
akan
banyak
menunjukkan
atau
bahkan
mungkin
memamerkan kemampuan-kemapuan yang dimiliki oleh pemegan
kekuasaan akan beraartinya keberadaan mereka dalam organisasai
tersebut.
Semua pemimpin memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan
strategi dalam memimpin organisasinya guna mencapai tujuannya
walaupun kebebasan itu dibatasi oleh berbagai aturan dan komitmen
yang ada . Atas dasar kebebasan itu sehingga seorang pemimpin tidak
hanya sekedar pintar akan tetapi harus “cerdas” dalam banyak hal.
Tidak ada kata tidak bisa untuk seorang pemimpin.
Tanggapan
Dibutuhkan strategi untuk memperoleh suatu kekuasaan.
Menurut Chaid seorang manajer bebas memilih strategi apapun yang
ingin dipilih walaupun dibatasi oleh komitmen dan hambatan untuk
bebas entri masuk kepangsa pasar.
Seseorang yang telah memiliki kekuasaan akan berusaha untuk
mempertahankan keuasaan yang telah dimiliki dengan berbagai cara.
Manajer yang baik adalah mereka yang mampu mendidik dan
menciptakan generasi pelanjut.
1. Memperhatikan kepentingan organisasi
2. Memperhatikan dominankualisi dalam pendekatan organisasi
3. Memberi peluang kepada semua orang untuk mengantar
organisasi mencapai kemajuan
4. Membuat orang tidak curiga terhadap keputusan kita.
5. Membuat orang yang ada dalam organisasi tersebut dapat
menyokong segala keputusan manajer.
6. MUH. ASRI (Merangkum Pandangan Pengendalian Kekuasaan)
Dalam pembahasan ini ditekankan bahwa struktur organisasi
sebagai hasil dari pertarungan kekuasaan antar koalisi yang
mempunyai kepentingan tertentu, yang
menganjurkan pengaturan
struktural yang bisa memberikan keuntungan bagi mereka, tak dapat
dipungkiri bahwa realitas saat ini keputusan struktural memang suatu
proses politisi dimana pemegang kekuasaan memilih struktur bukan
atas dasar kemanpuan dan kecerdasan sesoorang melaingkan apakah
ketika apa yang mereka pilih dapat dia kendalikan yang secara
otomatis akan memberikan keuntungan bagi koalisi tertentu atau
kepentingan pribadi dan secara tidak langsung akan merugikan orang
lain,
Keputusan structural sebagai proses politis ini menggambarkan
bahwa seorang peminpin yang akan mengendlikan hal ini, dan yang
namanya manusia biasa tak lupuk dari kesalahan dimana jarang sekali
melaksanakan tugas organisasi secara konsisten dan sistematis ketika
kita lihat di sector public, yang lebih realistis adalah mereka hanya
menawarkan sejumlah alternative dan kriteria dan bobot yang
diberikan kepadanya pilihan dan penilaian mereka mengenai alternaif
– alternatif. alternatif tersebut adalah mencerminkan kepentingan diri
mereka sendiri yang dapat diartikan bahwa realitas saat ini pilihan –
pilihan pengambil kebijakan bukanlah
pilihan yang optimum tetapi
yang memuaskan.
Pengambilan keputusan yang aktual bukanlah sebuah proses
yang komprehensif untuk mencari sebuah pemecahan yang optimal.
Proses tersebut berlangsung secara sedikit demi sedikit
sampai
memenuhi tingkat penerimaan yang minimum, jika telah dicapai maka
pencarian itu berhenti dan pilihan berhenti, tapi ini yang tidkak
terimplementasikan oleh pengambil kebijakan- kebijakan di sektor
publik saat ini.
Ketika melihat pada pembahasan ini pendukung pengendalian
kekuasaan mengusulkan agar perubahan structural sebaiknya minimal,
mereka yang mempunyaki kekuasaan diharafkan mempertahankan
control
mereka
jika
struktur
yang
sekarang
efektif
untuk
mempertahankan control, beberapa penjelasan yang dibuat oleh
pendukung pengendalian kekuasaan adalah perubahan yang cukup
bermakna adalah merupakan revolusi. Asalkan perubahan tersebut
bukan dari hasil politis,
Dalam
pandangan
pengendalian
kekuasaan
meramalkan
bahwa pengaturan struktural bukan akan stabil hanya dalam waktu
tertentu juga akan mekanistik akan dominan oleh karena itu dengan
melihat pada suatu titik maka akan terdapat beberapa kebijaksanaan
mengenai mereka yang berkuasa yang memilih struktur yang akan
mempertahankan control.
Menggunakan prestasi kerja sebagai standar struktur mekanistik
adalah salah satunya cara terbaik jika yang dimaksud yang terbaik
adalah mempertahankan kendali, bukan prestasi terdapat bukti bahwa
lingkungan
yang
dinamis,
dimana
terdapat
perubahan
yang
cepat,struktur yang mekanistik timbul , namaun ada pandangan yang
menyatakan bahwa lingkungan yang dinamis akan ditandingi oleh
struktur yang organis.
Para pengambil keputusan kelihatannya lebih menyukai atau
menginginkan
kontrol
ketimbang
keefektipan
organisasi
untuk
meningkatkan suatau organisasi yang ketika dilihat pada struktur
pemerintahan akan memberikan
dampak yang negative kepada
masyarakat.
Ketika kita melihat di daerah sebagai contoh bupati, merekalah
puncak kekuasaan di daerah, sehingga dalam memilih perangkat –
perangkatnya adalah mereka yang dia anggap mampu untuk berkata
iya atas apa yang di kehendakinya, contoh misalnya camat dan lurah,
yang dia angkat menjadi camat adalah orang – orangnya sendiri,
sebagaimana kita pahami bahwa camat juga ini membawahi desa,
sehingga otomatis akan mempunyai pengaruh kepada kepala desa.
Dampaknya yang bisa kita rasakan dari sebuah keputusan
struktur sebagai proses politis segala permainan bisa terjadi sebagai
contoh kasus bahwa di akhir tahun 2010 , skpd kabupaten bantaeng
melakukan korupsi secara berjamaah sekitar 3 milliyar yang sempat di
angkat di media cetak, yang slah satunya camat eremmerasa yang
mana merupakan kecamatan saya terlibat didalamnya.
Selanjutnya ketika kita melihat dampaknya pada kepala desa
maka realitas saat ini bahwa camat lurah dan kepala desa menjadi
terkendali, berdasarkan informasi dari hasil pengkuan kepala desa,
bahwa ketika kepala desa menenntang atau tidak ikut atas apa yang
diinginkan oleh seorang bupati maka yang terjadi adalah bisa sampai
2 kali setahun bawasda melakukan pemeriksaan di kantornya,
hal ini menjadi realita yang tidak bisa di pungkiri, kita ketahui bersama
permasalahn ini namun apa yang untuk kemudian kita coba lakukan,
sebagai seorang mahasiswa, apakah hanya diam.
Maka sebgai langkah awal kami bersama teman – teman
mahasiswa di daerah kami maka pada tanggal 04 november 2012
kami dari mahasiswa membentuk suatu forum pemuda di kecamatan
kami untuk mengkonsuldasikan pemuda di kecamatan, bersatu,
melakukan control kemudian
mengkaji moralitas dan mentalitas dan
nilai budaya kearipan lokal, yang saat ini sudah tidak Nampak lagi di
kecamatan, kabupaten dan bahkan di seluruh wilayah Indonesia.
Semoga dengan semangat ini bisa bermanfaat kedepanya
menuju suatu perubahan sehingga kedepannya menjadi masyarakat
yang lebih baik lagi.
7. A.
HASAN
BASRI
(Implikasi
Berdasarkan
Pandangan
Pengendalian-Kekuasaan)
Pandangan pengendalian kekuasaan yang mengatakan bahwa
kapanpun struktur organisasi dalam banyak hal merupakan hasil
pilihan struktur dari mereka yang berkuasa sehingga mereka dapat
mempertahankan
dan
meningkatkan
pengendalian
mereka
semaksimum mungkin.
Untuk
menerjemahkan
pengendalian
organisasi,
kekuasaan
di
mulai
wawasan
menjadi
dengan
kita
implikasi
dari
bagi
mempertimbangkan
perspektif
penstrukturan
interprestasi
pengendalian-kekuasaan mengenai teknologi dan peran lingkungan
terhadap struktur dan diakhiri dengan sentralisasi untuk meningkatkan
kontrol lebih lanjut.
Teknologi dan Lingkungan
Teknologi tidak menyebabkan struktur akan tetapi teknologi
dapat dipilih. Berdasarkan kenyataan bahwa teknologi itu dipilih, maka
teknologi rutin akan paling menonjol karena meningkatkan kontrol.
Organisasi akan mencoba mengelola lingkungan untuk mengurangi
ketakpastian. Ia dapat, misalnya, mengisolasi teknologi- teknologinya
untuk mengurangi dampak ketakpastian, melakukan hubungan yang
menguntungkan dengan elemen-elemen dalam lingkungan yang bisa
menjadi masalah potensial.
Organisasi yang kelihatannya inovatif atau responsive, karena
tindakan yang demikian akan meningkatkan pengaruh dan posisi
sumber daya mereka yang mengendalikan aktivitas organisasi. Jika
peluang dalam lingkungan organisasi langka atau terbatas dan jika
terdapat organizational slack dalam tingkatan minimal.Kelangkaan di
lingkungan termasuk keadaan di mana terdapat persaingan yang keras
atau peluang terbatas bagi pertumbuhan.Organizational slack adalah
sumber daya yang aktual dan potensial yang memungkinkan sebuah
organisasi menyesuaikan diri pada perubahan lingkungan.
Contoh implikasinya, lingkungan yang menuntut penggunaan
komputerisasi memberikan alternatif kepada kantor-kantor
dalam
mengontrol keaktifan stafnya, pihak yang berwenang dapat memilih
absen elektrik yang tentunya akan lebih efektik dan efisien.
Stabilitas dan Struktur Mekanistik
Organisasi
mencari rutinisasi dan manajemen ketakpastian,
pendukung pengendalian kekuasaan mengusulkan agar perubahan
struktural sebaiknya minimal. Pandangan pengendalian kekuasaan
tentang struktur meramalkan bahwa pengaturan struktural bukan
hanya akan relatif stabil untuk waktu tertentu, tetapi juga bahwa
struktur mekanistik akan dominan dikarenakan struktur organisasi yang
dilakukan secara kaku dan ketat.
Penggunaan
organisasi
yang
mekanistis
menyebabkan
perkembangan organisasi pemerintah lebih lamban dibandingkan
swasta yang amat fleksibel sehingga mudah diubah. Struktur
mekanistis
yang
kaku,
dicirikan oleh tingginya spesialisasi, departementalisasi
sempitnya
rentang
kendali,
tingginya
formalisasi,
terbatasnya jaringan informasi, dan sedikitnya partisipasi dalam
pengambilan keputusan oleh karyawan tingkat rendah . Hal tersebut
menyebabkan organisasi pemerintah kurang memperhatikan keadaan
dan pendapat golongan luar (dalam hal ini masyarakat) dan menutup
diri dari masukan-masukan pihak lain. Padahal, sama seperti manusia,
sebuah organisasi apabila ingin terus berkembang harus selalu
melakukan pembelajaran dan menerima masukan dari berbagai pihak.
Kompleksitas
Kompleksitas
mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang
ada dalam organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau
tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi,
serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara
geografis. Kompleksitas diharapkan lebih rendah agar lebih mudah
terkontrol,
namun kenyataanya tidak seperti itu, ketika kekuasaa
semakin besar.
Formalisasi
Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya
kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para
pegawainya disebut formalisasi. Beberapa organisasi beroperasi
dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum, di
antaranya organisasi yang berukuran kecil pun, mempunyai segala
macam peraturan yang memerintahkan kepada pegawainya mengenai
apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan sebagai sebuah
kontrol untuk mencapai tujuan yang ingin di capai oleh yang berkuasa
Sentralisasi
Sentralisasi mempertimbangkan di mana letak dari pusat
pengambilan
keputusan.
Di
beberapa
organisasi,
pengambilan
keputusan sangat disentralisasi. Masalah-masalah dialirkan ke atas,
dan para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat. Pada kasus
lainnya, pengambilan keputusan didesentralisasi. Kekuasaan disebar
ke bawah di dalam hierarki. Sentralisasi dan desentralisasi merupakan
dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan. Organisasi cenderung
untuk
disentralisasi
atau
cenderung
didesentralisasi.
Namun,
menetapkan letak organisasi di dalam rangkaian keputusan tersebut,
merupakan salah satu faktor utama di dalam menentukan apa jenis
struktur yang akan ada.
8. MULIAWATI MUHIDDIN (Implikasi Berdasarkan Pandangan
Pengendalian-Kekuasaan)
Perspektif pengendalian kekuasaan menjadi implikasi bagi
penstrukturan organisasi.dengan mempertimbangkan interpretasi :
Teknologi dan Lingkungan
Para pendukung pengendalian kekuasaan mengatakan bahwa
struktur sebuah organisasi,kapan pun adalah struktur yang memberi
kemungkinan kepada mereka yang berkuasa untuk mempertahankan
kekuasaan yang mereka punyai. Dalam domain tertentu terdapat
sejumlah teknologi,jenis teknologi yang mana yang akan dipilih adalah
yang paling rutin.teknologi rutin membuat pekerja individual lebih dapat
disubtitusikan satu dengan yang lain oleh karena itu lebih mudah
diganti.karena teknologi itu dipilih maka teknologi rutin akan paling
menonjol karena meningkatkan control.
Dalam
dominant
hubungannya
coalition
dapat
dengan
diharapkan
teknologi
mencari
dan
lingkungan,
teknologi
yang
mengurangi ketidakpastian. teknologi yang digunakan dalam sebuah
organisasi berpengaruh terhadap bentuk yang sesuai untuk digunakan
oleh organisasi tersebut. Kesesuaian ini menentukan berpengaruh
terhadap keberhasilan organisasi, dan merupakan penyesuaian bentuk
organisasi terhadap kegiatan internalnya.
Stabilitas dan Struktur Mekanistik
Desain organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan
manajerial
yang
menentukan
struktur
dan
proses
yang
mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil
keputusan desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan
pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses
yang berhubungan ini termasuk hubungan wewenang dan jaringan
komunikasi dalam kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik
pengendalian. Sebagai akibat desain organisasi akan berpengaruh
pada pembentukan suatu superstruktur di dalam kerja dari organisasi
tersebut.
Model
Mekanistik
Merupakan
desain
organisasi
yang
menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan
efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif,
sentralisasi
wewenang,
tinggi.Selanjutnya,
dan
pandangan
spesialisasi
tenaga
pengendalian
kerja
kekuasaan
yang
tentang
struktur meramalkan bahwa pengaturan struktural bukan hanya akan
relatif stabil untuk waktu tertentu, tetapi juga bahwa struktur mekanistik
akan dominan.
Selebihnya dapat diterangkan oleh pandangan pengendalian
kekuasaan tentang struktur, yang mengatakan bahwa struktur sebuah
organisasi, kapan pun, kebanyakan merupakan hasil seleksi dari
sebuah struktur oleh mereka yang mempunyai kekuasaan, yang
berada dalam tingkatan tertentu, yang senantiasa mempertahankan
dan meningkatkan kontrol mereka
Kompleksitas
Perbedaan- perbedaan yang timbul dalam suatu organisasi
disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan baik yang bersifat
tingkatan struktur dalam organisasi, keahlian anggota organisasi dan
juga
bidang
tempat
dimana
individu
dalam
organisasi
itu
berada.Perbedaan-perbedaan itu kita sebut dengan kompleksitas
organisasi.Diferensiasi yang meningkat baik secara horizontal maupun
vertikal akan mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam koordinasi dan
kontrol. Besaran, teknologi, dan faktor lingkungan dapat membuat
kompleksitas yang tinggi.
Formalisasi
Formalisasi
menunjukkan
tingginya
standardisasi
atau
pembakuan tugas-tugas maupun jabatan dalam suatu organisasi.
Semakin tinggi derajat formalisasi maka semakin teratur perilaku
bawahan dalam suatu organisasi.Formalisasi bisa dicapai melalui
pengaturan yang bersifat on the job dimana organisasi akan
menggunakan lebih banyak peraturan maupun prosedur untuk
mengatur kegiatan karyawan. Akan tetapi, formalisasi juga bisa dicapai
apabila latihan maupun pendidikan dilakukan di luar organisasi (off the
job), yaitu sebelum seseorang menjadi anggota organisasi. Seleksi,
persyaratan peran, peraturan, prosedur, kebijakan, pelatihan, dan ritual
merupakan teknik-teknik yang digunakan dalam formalisasi. Berbagai
teknik ini pada dasarnya bertujuan untuk membakukan jabatan dan
pelaksanaan kegiatan.
Peningkatan
kompleksitas
organisasi
juga
sering
kali
merupakan tindakan untuk membuat organisasi dengan lebih banyak
bagian
yang
bersifat
baku
sehingga
juga
meningkatkan
formalisasi.Penganut teori X cenderung tidak mempercayai kreativitas
bawahan dan lebih menginginkan bawahan bertindak sesuai prosedur
baku sehingga lebih menyukai derajat formalisasi yang lebih
tinggi.Mereka yang berkuasa akan mempengaruhi tingkat peraturan
yang mengatur cara kerja para pegawai. Karena kontrol merupakan
tujuan yang ingin dicapai oleh mereka yang berkuasa, maka
organisasi harus mempunyai tingkat formalisasi yang tinggi. Jika
teknologi tidak rutin atau jika ketidakpastian lingkungan tidak dapat
dikelola, kita dapat memperkirakan bahwa formalisasi
yang tinggi
(meskipun diinginkan oleh mereka yang berkuasa) tidak dapat
dilaksanakan tanpa pencapaian yang mantap terhadap
organisasi.
prestasi
Sentralisasi
Sentralisasi
keputusan
menunjukkan
dipusatkan
atau
tingkatan,
dimana
dikonsentrasikan
pengambilan
dalam
organisasi.
Konsentrasi pengambilan keputusan pada tingkatan hierarki yang
tinggi menunjukkan tingkat sentralisasi yang tinggi. Sentralisasi
berkaitan erat dengan corak pembagian otoritas maupun rantai
komando yang digunakan dalam sebuah organisasi.Pentingnya
Derajat Sentralisasi yang Sesuai Derajat sentralisasi yang tinggi
maupun yang rendah dibutuhkan pada situasi atau kondisi yang
berbeda. Faktor situasi akan menentukan derajat sentralisasi yang
sesuai. Oleh karena itu, perlu diidentifikasikan cara yang paling efektif
untuk mengambil keputusan dalam suatu organisasi sehingga juga
bisa
diusahakan
derajat
sentralisasi
keputusan dipandang perlu apabila ada
membahayakan
organisasi,
misalnya
yang
sesuai.Sentralisasi
sesuatu yang sangat
ancaman
dari
luar
atau
keputusan tersebut mencerminkan pemahanan mengenai gambaran
keseluruhan organisasi.
Kesimpulan Pandangan Individual :
 Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usahausaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Cara
manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi
struktur organisasi ini. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah
faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya satu yang sangat
penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang
yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan
untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan
tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk
berhubungan dengan lingkungan.
 Model mekanistik merupakan desain organisasi menekankan pada
kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui
penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi
wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. muncul pula
pendapat ketiga yakni teori desain kontigensi. Sudut pandang
kontigensi memberikan kesempatan lepas dari dilema dalam
pemilihan model mekanistik atau organik.
 Seorang
manajer,
haruslah
cakap
menempatkan
sesuatu
begitupun dengan desain organisasi yang diterapkan harus sesuai
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan.
 Kekuasaan bukan untuk individual tetapi kepada organisasional
kuasaan tersebut dapat diperoleh dengan memegang kekuasaan
hierarki, atau dengan mengendalikan sumber daya yang langka
dan penting dalam organisasi, atau dengan mempunyai posisi yang
sentral dalam organisasi.
 Organisasi bisa berjalan dengan baik kalau ada logika dan
peramalan.
 Untuk pilihan strategi bagaimana menganalisis kelebihan dan
kekuasaan.
 Dalam organisasi sebaiknya dibuka jejaring jadi tidak perlu
menerima sumber daya yang baru karena pemborosan biaya.
 Pilihan
stratregi
adalah
mengamati
pertumbuhan
organisasi
misalnya pengetatan pinjaman luar negeri.
 Bagaiamana menentang pilihan strategi salah satunya dengan
komitmen kalau di Indonesia komitmennya sangat lemah lebih
banyak tututan seremonial mis bagaimana memenuhi jam kerja.
 Untuk membangun kekuatan bagaimana menguatkan pendapat
Robibns.
 Membangun sebuah harapan.
 Menciptakan peluang pasar.
 Bagaimana membina pemegang saham supaya mau menanamkan
sahamnya di Indonesia.
 Aspek-aspek non rasional yang harus dipertahankan
Download