MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI PENELITIAN TENTANG LIMBAH CAIR PERUMAHAN Dosen Pengajar : DR. Qomariyatus Sholihah, ST, M.Kes Oleh : Jimmy Mangasi Siahaan (H1E110037) M.Rizki Noor Pratama (H1E111029) Rizki Azkia S (H1E111055) Dwi Indah Lestari (H1E111201) Andri Setiawan Wijaya (H1E111202) Fandi Kurniawan (H1E112016) Dara Suraya Pradista (H1E112203) Antung Nur R (H1E112204) Fatur Rahman (H1E112205) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2015 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongan-Nya sehingga penyusunan makalah mengenai “EKOTOKSIKOLOGI” PENELITIAN TENTANG LIMBAH CAIR PERUMAHAN ini dapat terselesaikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Ing Yulian Firman Arifin, ST. MT selaku Dekan III Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 2. Bapak Dr. Ir Syahril Taufiq, M.Sc Eng selaku Dekan I Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 3. Bapak Ir. H. Rusliansyah , M.Si selaku Dekan II Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 4. Bapak Nurhakim, ST. MT selaku Dekan III Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 5. Bapak Dr. Rony Ridwan, MT selaku Kepala Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 7. Ucapan Terima Kasih kepada IbuDr. QomariyatusSholilah,Amd.Hyp, ST., M.Kesselaku dosen mata kuliah Ekotoksikologi. 8. Seluruh Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat dan Jajarannya 9. Teman-teman yang mendukung dalam menyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurang baik dari segi isi maupun penulisan, jadi besar harapan Kami atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk kesempurnaan tugas-tugas berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Banjarbaru, April 2015 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ………………………………………………………………. 1 1.2 TujuanPenulisan………………………………………………………..…… 2 I.3 Manfaat Penulisan........................................................................................2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Limbah Cair Rumah Tangga........................................................................3 2.2 Toksikologi ................................................................................................8 2.3 Penerapan Ekotoksikologi dalam Penetapan Baku mutu Kualitas Lingkungan......17 2.4 ProsedurPenetapan Baku MutuKualitasLingkungan...............................18 2.5 Model Masuk Dan Daya Keracunan.........................................................28 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil..........…………………………………………………………………..36 3.2 Pembahasan………....………………………………………………………37 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………39 4.2 Saran ………………………………………………………………………...39 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Kotoran kotoran itu merupakan campuran yang rumit dari zat- zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil benda padat, sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran air sungai di Jakarta yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut. I.2 Tujuan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah : mengetahui kandungan pada limbah domestik sesuai baku mutu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekotoksikologi. I.3 Manfaat Penulisan I.3.1 Manfaat bagi mahasiswa 1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dengan membuat laporan penelitian secara ilmiah dan sistematis. 2. Memperoleh kepuasan intelektual 3. Menambah wawasan mahasiswa 1.3.2 Manfaat bagi instansi 1. Dapat membantu pihak perumahan untuk mengetahui kandungan yang berbahaya didalam limbah domestik dan efeknya terhadap kesehatan masyarakat sekitar perumahan 1.3.3 Manfaat bagi lembaga pendidikan 1. Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum. 2. Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Limbah Cair Rumah Tangga 2.1.1Limbah rumah tangga atau domestik Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari penggunaan untukkebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan sebagainya(1). Komposisi limbah cair rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa mineral yangberasal dari sisa makanan, urin, dan sabun.Sebagian limbah rumah tangga berbentuk suspensi, lainnyadalam bentuk bahan terlarut. Di kota besar misalnya, beban organik (organic load) limbah cair domestic dapat mencapai sekitar 70% dari beban organik total limbah cair yang ada dikota tersebut. Limbah cair rumah tangga memiliki karakteristik yaitu TSS 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l, BOD 47-466 mg/l, TotalColiforms 56 - 8,03x107CFU/100 ml2. Limbah cair domestik yang merupakan air buangan rumah tangga sangat berpotensi menjadi salah satu sumber air yang baru.Pengolahan limbah cair untuk penggunaan ulang dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair domestik, serta mempromosikan penggunaan limbah cair dari rumah tangga sebagai sumber air bersih yang baru bagi masyarakat. Menurut (3), limbah domestik adalah semua bahan limbah yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian dan cuci peralatan rumah tangga. (4) menyatakan bahwa limbah domestik memilik sebaran areal yang sangat luas dan umumnya terdiri atas limbah rumah tangga, perkantoran dan restoran. Keputusan Meneg LH No 112 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Secara kualitatif limbah rumah tangga sebagian besar terdiri dari zat organik baik berupa padatan maupun cair, garam, lemak dan bakteri, khususnya bakteri golongan E. Coli, jasad patogen dan parasit (3). Tuntutan pada sumber daya air untuk rumah tangga, komersial, industri, dan pertanian meningkatsangat pesat.(5) populasi manusia di dunia akantumbuh 1,5 kali lebih pada pertengahan abad kedua puluh satu, tapi penggunaan air di seluruh duniameningkat lebih dari tiga kali pertumbuhan penduduk. Di sebagian besar negara populasi manusiasemakin bertambah sementara air yang tersedia tetap.Dari 100 negara yang disurvei oleh WorldResources Institute pada tahun 1986, lebih dari setengah dinilai memiliki ketersediaan air rendah sampaisangat rendah, dan kualitas air telah menjadi isu utama untuk rendahnya ketersediaan air bersih. Nilaidari penggunaan ulang air limbah menjadi semakin dipahami oleh masyarakat, baik di negara majumaupun negara berkembang dan banyak negara sekarang mencari cara untuk meningkatkan danmemperluas praktek-praktek penggunaan ulang air tersebut. (6) Limbah cair adalah limbah yang mempunyai sifat cair dimana komposisinya terdiri atas 99,9% air dan sisanya bahan padat (7). Selanjutnya dinyatakan bahwa limbah domestik cair terdiri atas buangan kamar mandi, dapur, tempat cucian, unsurunsur yang terdapat didalamnya merupakan unsur yang sangat kompleks.(3) campuran rumit yang terdapat dalam kotoran ini terdiri dari zat-zat batuan mineral dan organic dalam bentuk partikel-partikel besar dan kecil, benda padat sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung, bentuk koloid dan setengah koloid. Secara lengkap disebutkan oleh (8) bahwa limbah cair terdiri atas 99,9% bentuk cair yang meliputi bahan organik, anorganik, padatan tersuspensi, koloida, padatan terlarut dan mikroorganisme. Bahan organik meliputi kertas, tinja, urin, sabun, lemak, deterjen dan sisa makanan. Sedang bahan anorganik, seperti amonia dan garam-garam ammonium yang antara lain merupakan derivate dari dekomposisi tinja, urin dan nitrat. Sisa dari bentuk cair tersebut adalah berupa bahan padat (0,1%) yang terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik tersusun dari protein (65%), karbohidrat (25%) dan lemak (10%).Kadang-kadang dapat berupa pestisida, phenol, deterjen dan bahan lainnya.Bahan anorganik tersusun atas butiran dan garam metal. Selain itu dapat berupa klorida, logam berat, nitrogen, fosfor, belerang dan B3. Pada limbah cair yang sedang dalam proses pembusukan terdapat gas-gas hidrogen sulfida dan metan (3). Volume limbah domestik sangat bervariasi dan umumnya sangat berkaitan erat dengan standar hidup masyarakat (9). Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, pencemaran domestik merupakan jumlah pencemar terbesar (85%) yang masuk ke badan air.Sedang dinegara-negara maju, pencemar domestik merupakan 15% dari seluruh pencemar yang memasuki badan air (10). Menurut dapur (11) , air bekas cucian, bekas kamar mandi, bekas cuci perabot dan dari dikategorikan sebagai limbah yang mengandung sabun/deterjen dan mikroorganisme. Selain itu ada buangan eksreta yaitu tinja dan urine manusia yang dipandang berbahaya karena dapat menjadi media penyebaran utama bagi penyakit bawaan air. Setiap orang umumnya menghasilkan 1,8 liter eksreta tiap hari, terdiri dari 350 gram bahan padat kering termasuk 90 gram bahan organik, 20 g nitrogen, tambah unsur hara lainnya terutama fosfor dan kalium (12). 2.1.2Parameter Pencemar Air Limbah Domestik Menurut Effendi (2003), limbah domestik menjadi sumber limbah organik di perairan. Beberapa parameter kualitas air yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran dari limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Pencemaran dari Limbah Domestik Berdasarkan Beberapa Parameter Kualitas Air Menurut (13) komposisi limbah cair rumah tangga rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan, urin dan sabun.Sebagian limbah berbentuk bahan tersuspensi, lainnya dalam bentuk terlarut. Karakteristik fisis dan kimia limbah rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2. Biological Oxygen Demand (BOD) BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organic dalam keadaan aerob. Menurut (7) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 200C. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm. (13) menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah: 1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan organik atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga Intermediate Oxygen Demand. 2. Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari. 3. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan ± 68 % dari total BOD. 4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti. Padatan Tersuspensi (TSS) TSS yaitu total impurities yang tidak terlarut di dalam air, berupa Partikel yang menyebabkan air keruh, gas terlarut, dan mikroorganisme penyebab bau dan rasa. Sedangkan yang termasuk karakteristik kimia air. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Minyak dan Lemak Lemak tergolong benda organik yang relative tidak mudah teruraikan oleh bakteri.minyak dan lemak akan membuat lapisan yang menutup permukaan air sehingga menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. 2.1.3 Pembuangan Limbah Domestik dan Dampaknya Pada umumnya seluruh limbah domestik dibuang langsung ke dalam badan sungai atau sembarang tempat yang tidak bertuan dan tanpa didahului pengolahan walaupun sederhana.Padahal limbah domestik mengandung campuran unsur-unsur yang sangat kompleks (Sudarmadji, 1995). Kehadiran pencemar di dalam badan air ada yang secara langsung dapat diketahui tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti timbulnya busa, warna dan bau yang tidak sedap (10) .Masuknya limbah yang membutuhkan oksigen ke badan air akan menurunkan secara cepat kandungan oksigen di dalam air (14) .Limbah ini menimbulkan ancaman bagi kehidupan flora dan fauna yang terdapat dalam badan sungai.Selain itu kondisi tersebut sangat kondusif untuk pertumbuhan bakteri (15). Manakala oksigen itu tidak terdapat lagi di dalam air (16) ,penguraian senyawa itu akan dilakukan oleh mikro anaerob yang menghasilkan gas asam sulfida (H2S) dan gas metana (CH4). (8) menyatakan bahwa kehadiran 66% bahan organik dan aktivitas mikroorganisme anaerob di suatu tempat akan menyebabkan timbulnya perubahan warna dan bau busuk yang menusuk pada perairan. Dalam keadaan normal proses penguraian juga dilakukan oleh ion amonium (NH) dan ion nitrat (NO3-). Ini juga akan memberikan dampak pada lingkungan manakala mengalami batas kewajaran akan mengakibatkan tumbunya tanaman mikrofita (tumbuhan halus) seperti alga dan makrofita (tumbuhan besar/kasat mata, lebih besar dari alga) secara berlebihan (16) .Sementara (17) menyatakan banyaknya deterjen sintetik (tripolyphosfat) yang masuk ke sungai akan menaikkan densitas algae. Di Pulau Jawa, sungai-sungai yang mengalir melalui kota-kota besar merupakan tempat yang multiguna untuk segala keperluan, termasuk untuk sarana MCK dan pembuangan sampah (10) . Di negara berkembang, sekitar 90 % air limbah di buang langsung ke badan air tanpa diolah sehingga baik langsung maupun tidak memberikan sumbangan terhadap pencemaran air (16). 2.2 Toksikologi Toksikologi berasal dari bahasa Yunani, toxicon=racun dan logos=ilmu. Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan. Jadi secara sederhana toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologik lainnya.Ia juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek toksik sehubungan dengan terpajannya mahluk hidup. Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap tubuh manusia (18) .Selain itu toksikologi juga mempelajari jejas/ kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/ energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi. Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan. Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia. Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons. Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun direseptor “tempatkerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau system bioorganisme, paparan terhadap organism dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi dimana efek berbahaya itu timbul.Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme. Toksisitas merupakan istilah relative yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai system biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi dimana efek berbahaya itu terjadi. Pada umumnya efek berbahaya /efek farmakologik timbul apabila terjadi interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek farmakodinamik/ toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif (aspek farmakokinetik/ toksokinetik) aspek ini akan lebih detail dibahas pada sub bahasan kerja toksik. Telah dipostulatkan oleh Paracelcius, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya).Artinya kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik didalam suatu organism belum tentu menghasilkan juga keracunan. Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan kedalam tubuh dalam waktu relative lama. Karena sifat fisiko 3 kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama dijaringan lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis. Toksin Clostridiumbotulinum, adalah salah satu contoh tokson, dimana dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9mg/kg berat badan), sudah dapat mengakibatkan efek kematian. Berbeda dengan metanol, baru bekerja toksik pada dosis yang melebihi 10 g. Pengobatan parasetamol yang direkomendasikan dalam satu periode 24 jam adalah 4g untuk orang dewasa dan 90 mg/kg untuk anak-anak. Namun pada penggunaan lebih dari 7 g pada orang dewasa dan 150 mg/kg pada anak-anak akan menimbulkanefek toksik. Dengan demikian, resiko keracunan tidak hanya tergantung pada sifat zatnya sendiri, tetapi juga pada kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk dan diabsorpsi.Dengan lain kata tergantung dengan cara kerja, frekuensi kerja dan waktu kerja. Antara kerja (atau mekanisme kerja) sesuatu obat dan sesuatu tokson tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, ia hanya relatif. Semua kerja dari suatu obat yang tidak mempunyai sangkut paut dengan indikasi obat yang sebenarnya, dapat dinyatakan sebagai kerja toksik. Kerja medriatik (pelebaranpupil), dari sudut pandangan ahli mata merupakan efek terapi yang dinginkan, namun kerja hambatan sekresi, dilihat sebagai kerja samping yang tidak diinginkan.Bila seorang ahli penyakit dalam menggunakan zat yang sama untuk terapi, lazimnya keadaan ini manjadi terbalik. Pada seorang anak yang tanpa menyadarinya telah memakan buah Atropabelladonna, maka mediaris maupun mulut kering harus dilihat sebagai gejala keracunan.Oleh sebab itu ungkapan kerja terapi maupun kerja toksik tidak pernah dinilai secara mutlak. Hanya tujuan penggunaan suatu zat yang mempunyaikerja farmakologi dan dengan demikian sekaligus berpotensial toksik, memungkinkan untuk membedakan apakah kerjanya sebagai obat atau sebagai zat racun. Tidak jarang dari hasil penelitian toksikologi, justru diperoleh senyawa obat baru. Seperti penelitian racun (glikosidadigitalis) dari tanaman Digitalis purpurea dan lanata, yaitu diperoleh anti koagulan yang bekerja tidak langsung, yang diturunkan dari zat racun yang terdapat didalam semanggi yang busuk.Inhibitor asetil kolinestera sejenis esterfosfat, pada mulanya dikembangkan sebagai zat kimia untuk perang, kemudian digunakan sebagai insektisida dan kini juga dipakai untuk menangani glaukoma. Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin ilmu, iadapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna mempelajari interaksi antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan (lihatgambar1.1). Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika, matematika.Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah tokson yang melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat memberikan efek toksik. Bidangi lmu biokimia diperlukan guna mengetahui informasi penyimpangan reaksi kimia pada organism yang diakibatkan oleh xenobiotika.Perubahan biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat diungkap melalui bantuan ilmu patologi, immonologi, danfisiologi.Untuk mengetahui efek berbahaya dari suatu zat kimia pada suatu sel, jaringan atau organism memerlukan dukungan ilmu patologi, yaitu dalam menunjukan wujud perubahan/ penyimpangan kasar, mikroskopi, atau penyimpangan submikroskopi dari normalnya.Perubahan biologi akibat paparan tokson dapat termanisfestasi dalam bentuk perubahan system kekebalan (immun) tubuh, untuk itu diperlukan bidang ilmu immunologi guna lebih dalam mengungkap efek toksik pada sistem kekebalan organisme. Mengadopsi konsep dasar yang dikemukakan oleh Paracelcius, manusia menggolongkan efek yang ditimbulkan oleh tokson menjadi konsentrasi batas minimum memberikan efek, daerah konsentrasi dimana memberikan efek yang menguntungkan (efekterapeutik, lebih dikenal dengan efek farmakologi), batas konsentrasi dimana sudah memberikan efek berbahaya (konsetrasitoksik), dan konstrasi tertinggi yang dapat menimbulkan efek kematian. Agar dapat menetapkan batasan konsentrasi ini toksikologi memerlukan dukungan ilmu kimia analisis, biokimia, maupun kimia instrmentasi,serta hubungannya dengan biologi. Ilmu statistic sangat diperlukan oleh toksikologi dalam mengolah baik data kualitatif maupun data kuantitatif yang nantinya dapat dijadikan sebagai besaran ekspresi parameter-parameter angka yang mewakili populasi. Bidang yang paling berkaitan dengan toksikologi adalah farmakologi, karena ahli farmakologi harus memahami tidak hanya efek bermanfaat zat kimia, tetapi juga efek berbahayanya yang mungkin diterapkan pada penggunaan terapi.Farmakologi pada umumnya menelaah efek toksik, mekanisme kerja toksik, hubungan dosis respon, dari suatu tokson. Bersama dengan ilmu lain, toksikologi memberi sumbangan bagi pengembangan bahan kimia yang lebih aman untuk digunakan sebagai obat, zat tambahan makanan, pestisida, dan bahan kimia yang digunakan dalam industri. Karena adanya bahan-bahan yang berbahaya, Menteri Kesehatan telah menetapkan peraturan No. 453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan-bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi: besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran, dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan-bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara langsung atau tidak langsung, serta jenis bahayanya. 2.2.1 Karakteristik Toksikologi Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya. Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis tinggi. Efek toksik didalam tubuh tergantung pada : Reaksi alergi Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut sebagai “ hipersensitif “, sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis responnya jarang ditemukan. Reaksi ideosinkrasi Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau bahan polutan. Toksisitas cepat dan lambat Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu timbul pemberian. Toksisitas setempat dan sistemik Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan target yang paling belakangan. Respon toksik tergantung pada : o Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut o Situasi pemaparan o Kerentanan sistem biologis dari subyek Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah : o Jalur masuk ke dalam tubuh Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. o Akut pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam o Sub akut pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1 bulan atau kurang o Subkronik pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3 bulan o Kronik pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3 bulan Antara lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian “keracunan” biasanya melalui proses tertelan. Jangka waktu dan frekuensi paparan Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia. Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari bahan toksi. 2.2.2 Jenis-jenis Toksikologi 1. ToksikologiDeskriptif Melakukan uji toksisitas untuk mendapat informasi yang digunakan untuk mengevaluasi resiko yang timbul oleh bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan. 2. ToksikologiMekanistik Menentukan bagaimana zat kimia menimbulkan efek yang merugikan pada organisme hidup. 3. ToksikologiRegulatif Menentukan apakah suatu obat mempunyai resiko yang rendah untuk dipakai sebagai tujuan terapi. 4. ToksikologiForensik Mempelajari aspek hokum kedokteran akibat penggunaan bahan kimia berbahaya dan membantu menegakkan diagnose pada pemeriksaan postmortem. 5. ToksikologiKlinik Mempelajari gangguan yang disebabkan substansi toksik, merawat penderita yang keracunan dan menemukan cara baru dalam penanggulangannya. 6. ToksikologiKerja Mempelajari bahan kimia pada tempat kerja yang membahayakan pekerja dalam proses pembuatan, transportasi, penyimpanan maupun penggunaannya. 7. ToksikologiLingkungan Mempelajari dampak zat kimia yang berpotensi merugikan sebagai polutan lingkungan. 8. Ekotoksikologi Mempelajari efek toksik zat kimia terhadap populasi masyarakat. 9. ToksikologiEkperimental Pemakaian obat secara kronik (anti hipertensi,obatTBC,kontrasepsi), harus disertai data karsinogenik dan teratogenik dari obat tersebut. Pemakaian obat dalam waktu pendek(obat cacing), harus memenuhi sarat toksisitas akut. 2.3 Penerapan Ekotoksikologi dalam Penetapan Baku mutu Kualitas Lingkungan. Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan.Pengaruh pengaruh racun dapat berupa letalitas (mortalitas) serta pengaruh subletal seperti gangguan pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tanggapan farmakokinetik, patologi, biokimia, fisiologi, dan tingkah laku (20). Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme.Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan waktu respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance (21). Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan toksik di lingkungan baik di udara, air, tanah maupun dalam tubuh organisme (merupakan bagian utama penyususn ekosfer bumi) sangat dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia bahan tersebut.Perilaku serta pengaruh bahan toksik di lingkungan berhubungan dengan dinamika keempat bagian utama penyusun ekosfer tersebut.Bahan toksik yang ada di lingkungan pada umumnya mengalami perpindahan dari satu bagian utama ekosfer ke bagian utama ekosfer lainnya. Perpindahan atau transformasi bahan toksik di lingkungan dapat berupa transformasi fisik, kimia dan biologik (21). Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi secara fisik antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik, pengambilan biologik, penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan. Transformasi kimia dapat melalui proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan reduksi, sedangkan transformasi biologik berlangsung melalui proses biotransformasi. Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi, pencucian dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan konsentrasi bahan toksik (23) Dalam ekotosikologi diketahui bahan bahan toksik yang berupa senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau menimbulkan pengaruh merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat, lemak dan minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik. Pengaruh negatif senyawa kimia organik terhadap organisme perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa kimia, kualitas fisika-kimia air, jenis, stadia dan kondisi organisme air serta lama organisme terpapar senyawa kimia tersebut (20). Berikut ini adalah bahan-bahan senyawa kimia organic dan efeknya terhadap lingkungan : Protein Kehadiran senyawa protein di dalam badan perairan berasal dari sampah domestik dan buangan industri. Beberapa jenis industri yang mengeluarkan buangan mengandung protein antara lain: industri susu, mentega, keju, pengolahan makanan/minuman, tekstil, penyamakan kulit dan industri pertanian. Kehadiran protein di lingkungan perairan umumnya tidak langsung bersifat toksik tetapi dapat menimbulkan pengaruh atau efek negatif, antara lain terbentuknya media pertumbuhan berbagai organisme patogen, menimbulkan bau tidak sedap dan meningkatkan kebutuhan BOD (Biological Oxygen Demand) (8). Karbohidrat Selain berasal dari sampah domestik, karbohidrat juga dapat berasal dari buangan industri.Masuknya karbohidrat ke dalam air dapat menyebabkan peningkatan BOD dan menimbulkan warna pada air. Lemak dan minyak Buangan yang mengandung lemak dan minyak dapat berasal dari berbagai kegiatan industri. Perairan laut juga dapat kemasukan minyak yang berasal dari pengoperasian kapal, kilang minyak, sisa pembakaran bahan bakar minyak di atmosfer yang jatuh bersama air hujan, buangan industri, limbah perkotaan, kecelakaan kapal tanker serta pecah atau bocornya sumber minyak lepas pantai (22). Seperti halnya dampak masuknya senyawa protein dan karbohidrat ke dalam lingkungan perairan, senyawa lemak dan minyak juga dapat berpengaruh negatip terhadap kehidupan akuatik. Adanya lemak dan minyak dalam badan air dapat menyebabkan peningkatan turbiditas air sehingga mengurangi ketersediaan cahaya yang sangat diperlukan organisme fotosintetik di dalam air. Disamping itu, molekul lemak dan minyak berukuran besar akan mengendap di dasar perairan sehingga dapat mengganggu aktivitas serta merusak kehidupan bentos dan daerah pemijahan ikan (spawning ground) dan meningkatkan BOD. Pewarna Terdapatnya pewarna dalam suatu perairan antara lain berasal dari buangan industri (tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan kimia). (23) warna air yang Iebih dari 50 unit akan membatasi aktivitas organisme fotosintetik sehingga akan mengurangi kandungan oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) serta mengganggu kehidupan berbagai organisme air. Asam-asam organik Asam-asam organik berada dalam air antara lain dapat berasal dari buangan industri (bahan kimia dan industri pertanian). Keberadaan senyawa asam organik dapat menyebabkan penurunan derajat keasaman (pH) air dan pada nilai pH tertentu (acid dead point) dapat mengakibatkan kematian ikan maupun organisme air lainnya. Fenol Fenol dapat terkandung dalam limbah berbagai industri seperti: industri tekstil, bahan kimia, petrokimia, minyak dan industri metalurgi. Deterjen Terdapatnya deterjen dalam suatu perairan dapat berasal dari buangan rumah tangga dan industri (susu, mentega, keju, tekstil, dan industri pertanian). (17) menyatakan bahwa sebagian besar deterjen dapat menimbulkan dampak negatip terhadap ekosistem perairan yaitu dapat menghambat aktivitas atau bahkan membunuh berbagai jenis mikroorganisme.Selain itu, deterjen juga menyebabkan pengkayaan nutrien pada suatu badan air sehingga dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang sangat merugikan lingkungan perairan. Pestisida organik Pestisida organik yang masuk ke dalam lingkungan air dapat berasal dari aktivitas pertanian, perkebunan dan dari buangan industri pengolahan makanan/ minuman.Diantara sejumlah besar pestisida yang diproduksi dan diperdagangkan, yang paling banyak digunakan masyarakat yaitu pestisida yang termasuk golongan organoklorin dan organoposfat.Pestisida organoklorin sangat berbahaya karena mempunyai toksisitas bersifat kronik, stabil, dan tahan urai dalam lingkungan.Salah satu contoh organoklorin yang sangat berbahaya yaitu DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloro-ethane). Jenis pestisida yang pertama kali dibuat oleh Zeidler pada tahun 1874 tersebut apabila berada dalam air mempunyai waktu paruh antara 2,5-5 tahun tetapi residunya dapat bertahan hingga lebih dari 25 tahun. Pestisida yang tahan urai seperti DDT dapat terakumulasi dalam rantai makanan (biomagnification) sehingga dalam tubuh udang dan ikan dapat mengandung konsentrasi pestisida sebanyak 1000-10.000 kali lebih besar daripada yang terkandung dalam perairan di sekelilingnya. Hewan yang di dalam rantai makanan mempunyai arcs trofik (trophic level) lebih tinggi seperti burung, anjing laut, dan lumba-lumba dapat mengandung hingga 55 ppm DDT dalam jaringan Iemaknya. Berdasarkan penelitian menunjukkan kandungan DDT dalam jaringan lemak tubuh manusia di berbagai negara besarnya sangat bervariasi, misalnya: di Inggris lebih kurang 1 ppm, di Amerika Serikat lebih kurang 2 ppm, dan di India dapat lebih tinggi dari 10 ppm (23). Selain itu, bahan-bahan anorganik juga dapat menjadi toksik dila melebihi konsentrasi tertentu dalam lingkungan. Berikut ini adalah bahan-bahan toksik yang berupa senyawa kimia anorganik : Asam dan alkali Asam dan alkali dapat berasal dari buangan industri tekstil, bahan kimia, rekayasa dan industri metalurgi.Asam dan alkali jika masuk ke dalam tubuh organisme dapat mempengaruhi aktivitas berbagai enzim sehingga menimbulkan gangguan fisiologik, membinasakan organisme serta mempengaruhi Jaya racun atau toksisitas zat toksik lainnya. Logam dan garam-garam logam Berbagai unsur logam dan garam logam yang ada dapat berasal dari pelapukan tanah atau batuan, letusan volkanik, penambangan dan industri (penyamakan kulit, kertas, bahan kimia, rekayasa, metalurgi dan industri pertanian).Dalam jumlah kecil beberapa jenis logam tertentu memang diperlukan organisme tetapi dalam konsentrasi tinggi semua jenis logam bersifat toksik. Logam-logam berat, yaitu unsur logam yang mempunyai massa atom lebih dari 20 seperti: besi (Fe), timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), tembaga (Cu), nikel (Ni) dan arsen (As) umumnya berpengaruh buruk terhadap proses-proses biologi. Beberapa dampak keracunan logam berat antara lain: 1. Bereaksinya kation logam berat dengan fraksi tertentu pada mukosa insang sehingga insang terselaputi oleh gumpalan lendir-logam berat dan hal tersebut dapat mengakibatkan organisme air mati lemas. 2. Keracunan fisiologik karena logam berat berikatan dengan enzim yang berperanan penting dalam metabolisme. 3. Merkuri (Hg) dan timbal (Pb) dapat berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) dalam protein sehingga akan mengubah bagian-bagian katalitik suatu enzim. 4. Merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dapat menghambat pembentukan ATP dalam mitokondria serta dapat berikatan dengan membran sel sehingga mengganggu proses transpor ion antar sel. 5. Seng (Zn) dapat menghambat kerja sistem sitokrom dalam mitokondria karena terganggunya transpor elektron antar sitokrom-b dan sitokrom-c. 6. Timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dapat menggantikan kedudukan Ca dalam tulang sehingga menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang 7. Timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dan krom (Cr) dapat terakumulasi dalam hati (hepar) dan ginjal (ren) sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi kedua organ tersebut 8. Merkuri (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dapat mengakibatkan kerusakan otak dan sistem saraf tepi (8). Posfat dan nitrat Posfat dan nitrat dapat berasal dari erosi dan dekomposisi sisa-sisa bahan organik serta industri (susu/mentega/keju, bahan kimia, tungku kokas, rekayasa, metalurgi, dan industri pertanian). Akibat masuknya posfat dan nitrat ke dalam lingkungan perairan antara lain: 1. Eutrofikasi yang dicirikan oleh tingginya produksi biologik antara lain berupa ledakan komunitas alga (algal blooms). Jika suatu perairan dipenuhi oleh tumbuhan air baik makrofita maupun mikrofita (plankton), maka hal tersebut akan mengurangi penetrasi cahaya dan menghalangi proses difusi oksigen dari udara ke dalam air. Kematian massal algae yang diikuti dengan perombakan biologik akan menyebabkan terjadinya defisiensi oksigen terlarut dan menimbulkan bau tidak sedap. 2. Dalam usus manusia beberapa jenis bakteri dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit yang dapat berikatan dengan haemoglobin (Hb) membentuk methaemoglobin. Dengan terbentuknya methaemoglobin dalam darah akan menyebabkan penurunan kapasitas angkut 02 oleh darah. Jika penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen tersebut terus berlanjut dan makin parch, maka dapat menyebabkan anoksia (methaemoglobin anemia atau penyakit blue baby). 3. Dalam tubuh manusia nitrit dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi amin atau nitrosamin yang dapat merangsang timbulnya kanker perut. Garam-garam lain Berbagai senyawa garam yang masuk ke dalam air dapat berasal dari buangan industri (susu/mentega/keju, tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan kimia). Obat pengelantang (bleaches) Obat pengelantang dengan rumus kimia Ca (C10)2 banyak terkandung dalam buangan industri tekstil, kertas dan laundry. Sianida dan sianat Sianida dan sianat di suatu perairan dapat berasal dari buangan industri.Sianida dan sianat bersifat sangat toksik, terutama pada pH rendah dan merupakan racun pernafasan yang sangat mematikan. Reaksi CN dengan logam akan menghasilkan senyawa yang sangat beracun. Kromat Masuknya kromat ke dalam lingkungan perairan dapat berasal dari buangan berbagai jenis industri seperti penyamakan kulit, petrokimia, metalurgi dan industri rekayasa.Toksisitas kromat umumnya tidak setoksik kation logam berat lainnya.Kromium (Cr) bervalensi 6 (kromat atau dikromat) toksisitasnya tidak seakut kromium bervalensi 3 (garam-garam kromium). Mineral (lempung dan tanah) Mineral yang terkandung dalam partikel-partikel lempung dan tanah yang masuk ke dalam perairan dapat berasal dari buangan industri seperti industri pengolahan makanan/minuman, kertas dan industri pertanian. Berdasarkan uraian diatas diketahui zat-zat yang dapat menimbulkan dampak negative apabila jumlah atau konsentrasinya di lingkungan telah melebihi baku mutu. Salah satu upaya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan perlu baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah ambang batas atau batas kadar maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negative. UU RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan baku mutu lingkungan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energy, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien. Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Salah satu cara penetapan baku mutu lingkungan dilakukan melalui uji toksisitas. Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau telah melampaui. 2.4 Prosedur Penetapan Baku Mutu Kualitas Lingkungan Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali, hal ini mengingat penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut di atas. Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan: Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus dilindungi (objektif sumber daya tersebut tercapai). Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan pengolahan dari berbagai informasi ilmiah. Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria. Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan yang akan menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan. Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah objektif yang telah ditetapkan tercapai. 2.4.1 Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal menentukan apakah telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu: Effluent Standard, merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan. Stream Standard, merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti sungai, waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas kadar badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air untuk pertanian. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut. Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan: Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhtumbuhan dan benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut. 2.4.2 Baku Mutu Air dan Limbah Cair Baku mutu air telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria mutu air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan perlindungan sumberdaya air dalam jangka panjang, sedangkan baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan, perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dan pelbagai sektor seperti pertambangan dan lain-lain. Kriteria kualitas sumber air di Indonesia ditetapkan berdasarkan pemanfaatan sumber-sumber air tersebut dan mutu yang ditetapkan berdasarkan karakteristik suatu sumber air penampungan tersebut dan pemanfaatannya. Badan air dapat digolongkan menjadi 5, yaitu: Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A. Golongan C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B. Golongan D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat dipergunakan untuk perkantoran, industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B, dan C. Golongan E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut dalam golongan A, B, C, dan D. Untuk melindungi sumber air sesuai dengan kegunaannya, maka perlu ditetapkan baku mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991.Baku mutu limbah cair tersebut ditetapkan oleh gubernur dengan memperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima air pada sumber air. Baku mutu air dan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh gubernur dimaksudkan untuk melindungi peruntukan air di daerahnya. Dengan demikian harus diperhatikan dalam setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke dalam air pada sumber air. Limbah cair harus memenuhi persyaratan: Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak boleh melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan. Tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah. Hal tersebut mengharuskan agar setiap pembuangan limbah cair ke dalam air pada sumber air, mencantumkan kuantitas dan kualitas limbah. 2.5 Model Masuk Dan Daya Keracunan Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia (23). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan (22). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau secara kumulatif.Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multi system dengan keadaan yang tidak jelas (21). Keracunan melalui inhalasi (pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada sisakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru)) dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan merupakan kondisi bahayakesehatan. Jenis-jenis keracunan (FK-UI, 1995) dapat dibagi berdasarkan: 1. Cara terjadinya, terdiridari: a. Self poisoning Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan.Pasien tidak bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja. b. Attempted Suicide Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yangdipakai c. Accidental poisoning Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajan d. Homicidal poisoning Keracunan akibat tindakan criminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain. 2. Mulaiwaktu terjadi a. Keracunan kronik Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelahpajanan. Gejala dapat timbul secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil cirri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu, bulan, atau tahun).Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt.Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadarrendah tetapi terus menerusakan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbale akan menimbulkan kerusakan dalam darah. b. Keracunan akut Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung )gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma.Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek.Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat. 3. Menurut alat tubuh yang terkena Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun hati, racunginjal, racun SSP, racun jantung. 4. Menurut jenis bahan kimia Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya. Keracunan juga dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba- laba) dan gigitan ular, melalui makanan yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan karena penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan (Amphetamine), depresan (Barbiturate), atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan alcohol. Racunyangseringmenyebabkan keracunan dan simptomatisnya: Asam kuat (nitrit, hidroklorid, sulfat) Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung *gelap* padakulit wajah dan Kebiruan Anilin (hipnotik, notrobenzen) Leher Asenik (metal arsenic, mercuri, tembaga, dll) Atropine (belladonna), Skopolamin Umumnya seperti diare Dilatasi pupil Basakuat (potassium, hidroksida) Terbakar sekitar mulut, bibir, dan Asam karbolik (ataufenol) hidung Bau seperti disinfektan Karbonmonoksida Kulit merah cerry terang Kematian yang cepat, kulit merah, dan Sianida Bau yang sedap Keracunan makanan Muntah, nyeri perut Nikotin Kejang-kejang *konvulsi* Opiat Kontraksi pupil Asam oksalik (fosfor-oksalik) Bau seperti bawang putih Kejang-kejang “konvulsi” Natrium Florida Kejang “konvulsi”, muka dan leher kebiruan “gelap” Striknin Jika kita sehari–hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh. Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita terlalu banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter. Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk kedalam tubuh melewati tiga saluran, yakni: 1. Melaluimulutatautertelanbiasdisebutjugaper-oralatauingesti.Halinisangat jarang terjadikecualikitamemipetbahan-bahankimialangsung menggunakan mulut atau makan dan minum dilaboratorium. 2. Melaluikulit.Bahankimiayangdapatdenganmudahterserapkulitialahaniline, nitrobenzene, dan asam sianida. 3. Melaluipernapasan(inhalasi).Gas,debudanuapmudahterseraplewatpernapasan dan saluran inimerupakan sebagian besardari kasuskeracunanyang terjadi. SO2 (sulfur dioksida) danCl2(klor) memberikan efeksetempatpada jalanpernapasan. SedangkanHCN,CO,H2S,uap PbdanZnakansegeramasukke dalamdarahdan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh. 4. Melalui suntikan (parenteral, injeksi) 5. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (20) a) Daya Keracunan Meliputi Sangat-Sangat Toksik, Sedikit Toksik Dan Lain-Lain. 1. Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum, Risin, Agen Oranye, Batrachotoxin, Asam Flourida, Hidrogen Sianida. 2. Sangat Toksik :Aldrin, Dieldrin, Endosulfan, Endrin, Organofosfat 3. Cukup Toksik :Chlordane, DDT, Lindane, Dicofol, Heptachlor 4. KurangToksik :Benzenehexachloride(BHC) Dalam obat-obatan, Penggolongan dayaracunyaitu: No Kriteria Toksik Dosis 1. Super Toksik > 15 G/KGBB 2. Toksik Ekstrim 5 – 15 G/KGBB 3. Sangat Toksik 0,5 – 5 G/KGBB 4. Toksisitas Sedang 50 – 500 MG/KGBB 5. SedikitToksik 5 – 50 MG/KGBB 6. Praktis Non Toksik <5 MG/KGBB . b.) Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Racun Cara pemberian Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tertentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya. Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat. Keadaan tubuh o Umur Pada umumnya anak-anak dan rang tua lebih sensitif terhadap racun bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan. o Kesehatan Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian seseorang karena penyakit tanpa penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal) dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastrointeritis yang lumrah dijumpai. o Kebiasaan Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun dosis yang digunakan sama besarnya. o Hipersensitif (alergi idiosinkrasi) Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparatpreparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena si korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena hipersinsitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan dikenakan pada pemberi preparat tersebut. Racunnya sendiri o Dosis Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan intoleransi individual. Pada toleransi, gejala keracunan akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan/kongenital atau toleransi yang didapat setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi melakukan detoksifikasi dan ekskresi. o Konsentrasi Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zatzat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun tersebut. o Bentuk dan kombinasi fisik Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam keadaan lambung kosong tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam keadaan lambungnya berisi makanan. o Adiksi dan sinergisme Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol, morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena anafilaksi yang fatal atau karena adanya toleransi. o Susunan kimia Ada beberap zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya. o Antagonisme Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik (19). BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Tabel III.1. Hasil Uji Laboratorium dan Baku mutu Air Limbah Domestik No. 1 2 3 4 Parameter pH TSS (mg/L) BOD (mg/L) Minyak&Lemak (mg/L) Hasil Laboratorium 4,57 42 1933,33 0,08 Baku Mutu 6-9 100 100 10 Menurut hasil uji laboratorium dari sampel yang telah diambil seperti pada Tabel III.1. Hasil tersebut terjadi karena beberapa faktor lapangan, sebagai berikut : A. Frekuensi Mencuci Pakaian Umumnya responden mencuci pakaian sendiri atau menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Adapun responden pada tipe permukiman perumahan biasanya mencuci setiap hari mengingat sebagian besar penduduk pada tipe permukiman ini memiliki pembantu rumah tangga yang tinggal serumah. Kondisi ini juga menjadi alasan mengapa responden pada tipe permukiman perumahan banyak yang biasa mencuci. B. Konsumsi Bahan-Bahan yang Berpotensi Menurunkan Kualitas Air Konsumsi pemutih per kapita responden pada tipe permukiman ini tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa penduduk pada tipe permukiman ini lebih banyak yang bekerja pada sektor informal sehingga pakaian mereka lebih sering kotor dan lebih sering terkena noda. Konsumsi per kapita sabun mandi cair responden pada tipe permukiman perumahan tinggi. Temuan ini di lapangan didukung oleh fakta bahwa daya beli penduduk baik. Faktor daya beli menjadi faktor pendorong yang kuat mengingat biaya yang harus dikeluarkan oleh responden dalam mengkonsumsi sabun mandi cair per kali mandi lebih besar daripada biaya tersebut pada sabun batang. Selain daya beli, selera konsumen juga mendukung fakta tersebut mengingat sabun mandi cair menurut beberapa responden bersifat lebih praktis dan eksklusif. Konsumsi per kapita sabun cuci batang dan krim pada responden paling tinggi karena harga kedua jenis sabun ini relatif lebih murah daripada sabun cuci jenis bubuk dan cair. Pemakaian mesin cuci untuk mencuci pakaian juga mendukung tingginya nilai konsumsi per kapita sabun cuci bubuk pada tipe permukiman ini. Adapun untuk aktivitas mencuci piring nilai konsumsi sabun cuci cair per kapitanya berbanding terbalik dengan konsumsi per kapita sabun krim karena responden yang mencuci piring dan perkakas rumah dapurnya dengan menggunakan sabun cuci jenis cair umumnya tidak menggunakan sabun jenis krim dan sebaliknya. Pemilihan jenis sabun ini didukung oleh daya beli responden mengingat harga sabun cuci jenis cair per pemakaian lebih mahal daripada sabun cuci jenis krim. 3.2 Pembahasan Menurut karakteristiknya limbah cair rumah tangga yaitu TSS 25-183 mg/L, COD 100-700 mg/L, BOD 47-466 mg/L, dan Total Coliforms 56 - 8,03x107 CFU/100 mL, Sedangkan menurut KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK yaitu pH 6 – 9, BOD 100 mg/L, TSS 100 mg/L, Minyak dan Lemak 10 mg/L. Dari hasil uji laboratorium diperoleh data sebagai berikut : Tabel III.2. Hasil Uji Laboratorium No. 1 2 3 4 Parameter pH TSS (mg/L) BOD (mg/L) Minyak&Lemak (mg/L) Hasil Laboratorium 4,57 42 1933,33 0,08 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai pH 4,57 masih basa dan berada di bawah dari baku mutu yang ditentukan, nilai pH ini mungkin bersangkutan dengan beberapa faktor lapangan yang telah dijelaskan sebelumnya seperti pemakaian sabun atau pemutih pakaian. Nilai TSS pada Hasil Laboratorium adalah 42 mg/L, ini berarti air limbah yang dihasilkan kadar TSS nya masih berada di bawah batas maksimum baku mutu yaitu 100 mg/L dan masih bisa dikatakan aman. Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai BOD paling tinggi mencapai 1933,33 mg/L ini berada diatas batas maksimum pada baku mutu yaitu 100 mg/L, hal ini berkaitan dengan kebiasaan responden yang sering menggunakan pemutih pakaian dan karbol sehingga membuat nilai BOD tinggi. Nilai minyak dan lemak dalam uji laboratorium di atas memiliki nilai yang sangat kecil yaitu 0,08 mg/L sangat jauh dibandingkan dengan batas maksimum baku mutu 10 mg/L sehingga kandungan minyak dan lemak pada limbah domestik cukup aman untuk lingkungan perairan. BAB IV PENUTUP 4.I Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari makalah adalah : 1. Kandungan pada limbah cair domestik yang diteliti berdasarkan baku mutu adalah BOD, TSS, pH, dan Minyak. 2. Hasil uji laboratorium limbah cair domestik yaitu pH 4,57, TSS 42 mg/L, BOD 1933,33 mg/L, Minyak&Lemak 0,08 mg/L 4.2 Saran Saran yang dapat kami berikan adalah : 1. Pelaksanaan tugas ini seharusnya dikerjakan jauh-jauh hari agar pelaksanaan uji laboratorium dapat selesai tepat dengan waktu nya, 2. Agar masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang kandungan limbah domestik yang dibuang sembarangan dibadan air beserta dampaknya bagi kesehatan. DAFTAR PUSTAKA (1) Puji dan Nur Rahmi. 2009. Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Lumpur Aktif Proses Anaerob. Universitas Diponegoro, Fakultas Teknik. Semarang. (2) Li, F. 2009. Treatment of Household Grey Water for non-potable Reuses. PhD Thesis. Hamburg University of Technology. Hamburg. (3) Nurmayanti. 2002. Kontribusi Limbah domestik terhadap Kualitas Air Kaligarang Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Gajahmada. Yogyakarta. (4) Sinaga, Edward J. 2010. Peranan Toksikologi Dalam Pembuatan Visum Et Repertum Terhadap Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan Menggunakan Racun. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20996/3/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 20 april 2015. (5) Vigneswaran, S.and M. Sundaravadivel. 2004. Recycle and Reuse of Domestic Wastewater in Wastewater Recycle,Reuse, and Reclamation. Encyclopedia of Life Support System. (6) Daryanto, M. 1995. Masalah Pencemaran. Tarsito. Bandung. (7) Mahida. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc Graw Hill. Publishing Company Limited. Environmental (8) Dix, H. M. 1981. Environmental Pollution. John Willey & Sons. New York. (9) Djajaningrat, S.T. dan Harsono, H. 1991. Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber Pencemaran Air, Tanahdan Udara. Gajahmada University Press. (10) Suriawiria, Unus. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni. Bandung. (11) Soemirat, T. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press. Yogyakarta. (12) Mara, D. dan S. Cairncross, 1994. Pemanfaatan Air Limbah & Ekskreta Patokan untuk Perlindungan Kesehatan Masyarakat. B. Matram (penterjemah). Bandung, ITB dan Universitas Udayana. Edisi Bahasa Indonesia. (13) Sumarno. 2000. Degradasi Lingkungan. Hand Out Kuliah. Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP. Semarang (14) Kumar De. 1987. Environmental Chemistry. Willey Eastern Limited. New Delhi. (15) Jackson, A.R.W. and Jackson, J.M. 1996. Environmental Science. Longman. Singapore. (16) Khiatuddin, M. 2003. Pelestarian Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa. Bandar Lampung.. (17) Chiras, D.D. 1991. Environmental Science Action for A Sustainable Future. The Benjamin/Cumming Publication Company INC. California. (18) Prasetya Putri, Indah. 2011. Toksikologi. http://imindah.blogspot.com/2011/06/toksikologi.html. Diakses tanggal 20 april 2015. (19) Santoso, Jihad. 2005. Forensic Paper. http://forpapjs.blogspot.com/. Diakses tanggal 20 april 2015. (20) Buchari. 2010. Toksikologi Industri. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1438/1/07002745.pdf Diakses tanggal 20 april 2015. (21) Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI Press. (22) Wirasuta, IMAG. 2007. Toksikologi Umum. http://www.scribd.com/doc/27116301/Toksikologi-Umum. Diakses tanggal 20 april 2015. (23) IGD RSUD BUOL. 2009. Toksikologi. http://igdrsudbuol.blogspot.com/2009/03/toksikologi.html. Diakses tanggal 20 april 2015. (24) Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.