Uploaded by User82901

MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI PENELITIAN

advertisement
MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI
PENELITIAN TENTANG LIMBAH CAIR PERUMAHAN
Dosen Pengajar :
DR. Qomariyatus Sholihah, ST, M.Kes
Oleh :
Jimmy Mangasi Siahaan
(H1E110037)
M.Rizki Noor Pratama
(H1E111029)
Rizki Azkia S
(H1E111055)
Dwi Indah Lestari
(H1E111201)
Andri Setiawan Wijaya
(H1E111202)
Fandi Kurniawan
(H1E112016)
Dara Suraya Pradista
(H1E112203)
Antung Nur R
(H1E112204)
Fatur Rahman
(H1E112205)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolongan-Nya sehingga penyusunan makalah mengenai “EKOTOKSIKOLOGI”
PENELITIAN TENTANG LIMBAH CAIR PERUMAHAN ini dapat terselesaikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ing Yulian Firman Arifin, ST. MT selaku Dekan III Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
2. Bapak Dr. Ir Syahril Taufiq, M.Sc Eng selaku Dekan I Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
3. Bapak Ir. H. Rusliansyah , M.Si selaku Dekan II Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
4. Bapak Nurhakim, ST. MT selaku Dekan III Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat.
5. Bapak Dr. Rony Ridwan, MT selaku Kepala Prodi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
7. Ucapan Terima Kasih kepada IbuDr. QomariyatusSholilah,Amd.Hyp, ST.,
M.Kesselaku dosen mata kuliah Ekotoksikologi.
8. Seluruh Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat dan Jajarannya
9. Teman-teman yang mendukung dalam menyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurang baik dari segi isi
maupun penulisan, jadi besar harapan Kami atas kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk
kesempurnaan tugas-tugas berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Banjarbaru, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ………………………………………………………………. 1
1.2 TujuanPenulisan………………………………………………………..…… 2
I.3 Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Limbah Cair Rumah Tangga........................................................................3
2.2 Toksikologi ................................................................................................8
2.3 Penerapan Ekotoksikologi dalam Penetapan Baku mutu Kualitas Lingkungan......17
2.4 ProsedurPenetapan Baku MutuKualitasLingkungan...............................18
2.5 Model Masuk Dan Daya Keracunan.........................................................28
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil..........…………………………………………………………………..36
3.2 Pembahasan………....………………………………………………………37
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………39
4.2 Saran ………………………………………………………………………...39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Kotoran kotoran itu
merupakan campuran yang rumit dari zat- zat bahan mineral dan organik dalam banyak
bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil benda padat, sisa bahan-bahan larutan
dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid. Dalam air
limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung
pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak
baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting
lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi
dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized
country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang
lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian
terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang.
Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai
media masa, misalnya pencemaran air sungai di Jakarta yang berdampak terhadap
timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk
tersebut.
I.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

mengetahui kandungan pada limbah domestik sesuai baku mutu

untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekotoksikologi.
I.3 Manfaat Penulisan
I.3.1 Manfaat bagi mahasiswa
1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan
di Perguruan Tinggi dengan membuat laporan penelitian secara ilmiah dan
sistematis.
2. Memperoleh kepuasan intelektual
3. Menambah wawasan mahasiswa
1.3.2 Manfaat bagi instansi
1. Dapat membantu pihak perumahan untuk mengetahui kandungan yang
berbahaya didalam limbah domestik dan efeknya terhadap kesehatan masyarakat
sekitar perumahan
1.3.3 Manfaat bagi lembaga pendidikan
1. Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan
penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.
2. Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada
lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap
permasalahan pendidikan yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Limbah Cair Rumah Tangga
2.1.1Limbah rumah tangga atau domestik
Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari
penggunaan untukkebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian,
dan sebagainya(1). Komposisi limbah cair rata-rata mengandung bahan organik dan
senyawa mineral yangberasal dari sisa makanan, urin, dan sabun.Sebagian limbah
rumah tangga berbentuk suspensi, lainnyadalam bentuk bahan terlarut. Di kota besar
misalnya, beban organik (organic load) limbah cair domestic dapat mencapai sekitar
70% dari beban organik total limbah cair yang ada dikota tersebut. Limbah cair rumah
tangga memiliki karakteristik yaitu TSS 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l, BOD 47-466
mg/l, TotalColiforms 56 - 8,03x107CFU/100 ml2.
Limbah cair domestik yang merupakan air buangan rumah tangga sangat
berpotensi menjadi salah satu sumber air yang baru.Pengolahan limbah cair untuk
penggunaan ulang dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh limbah cair domestik, serta mempromosikan penggunaan limbah cair dari rumah
tangga sebagai sumber air bersih yang baru bagi masyarakat.
Menurut (3), limbah domestik adalah semua bahan limbah yang berasal dari kamar
mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian dan cuci peralatan rumah tangga.
(4)
menyatakan bahwa limbah domestik memilik sebaran areal yang sangat luas dan
umumnya terdiri atas limbah rumah tangga, perkantoran dan restoran. Keputusan
Meneg LH No 112 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.
Secara kualitatif limbah rumah tangga sebagian besar terdiri dari zat organik baik
berupa padatan maupun cair, garam, lemak dan bakteri, khususnya bakteri golongan E.
Coli, jasad patogen dan parasit (3).
Tuntutan pada sumber daya air untuk rumah tangga, komersial, industri, dan
pertanian meningkatsangat pesat.(5) populasi manusia di dunia akantumbuh 1,5 kali lebih
pada pertengahan abad kedua puluh satu, tapi penggunaan air di seluruh
duniameningkat lebih dari tiga kali pertumbuhan penduduk. Di sebagian besar negara
populasi manusiasemakin bertambah sementara air yang tersedia tetap.Dari 100 negara
yang disurvei oleh WorldResources Institute pada tahun 1986, lebih dari setengah
dinilai memiliki ketersediaan air rendah sampaisangat rendah, dan kualitas air telah
menjadi isu utama untuk rendahnya ketersediaan air bersih. Nilaidari penggunaan ulang
air limbah menjadi semakin dipahami oleh masyarakat, baik di negara majumaupun
negara berkembang dan banyak negara sekarang mencari cara untuk meningkatkan
danmemperluas praktek-praktek penggunaan ulang air tersebut.
(6)
Limbah cair adalah limbah yang mempunyai sifat cair dimana komposisinya
terdiri atas 99,9% air dan sisanya bahan padat (7). Selanjutnya dinyatakan bahwa limbah
domestik cair terdiri atas buangan kamar mandi, dapur, tempat cucian, unsurunsur yang
terdapat didalamnya merupakan unsur yang sangat kompleks.(3) campuran rumit yang
terdapat dalam kotoran ini terdiri dari zat-zat batuan mineral dan organic dalam bentuk
partikel-partikel besar dan kecil, benda padat sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan
terapung, bentuk koloid dan setengah koloid.
Secara lengkap disebutkan oleh
(8)
bahwa limbah cair terdiri atas 99,9% bentuk
cair yang meliputi bahan organik, anorganik, padatan tersuspensi, koloida, padatan
terlarut dan mikroorganisme. Bahan organik meliputi kertas, tinja, urin, sabun, lemak,
deterjen dan sisa makanan. Sedang bahan anorganik, seperti amonia dan garam-garam
ammonium yang antara lain merupakan derivate dari dekomposisi tinja, urin dan nitrat.
Sisa dari bentuk cair tersebut adalah berupa bahan padat (0,1%) yang terdiri atas
bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik tersusun dari protein (65%),
karbohidrat (25%) dan lemak (10%).Kadang-kadang dapat berupa pestisida, phenol,
deterjen dan bahan lainnya.Bahan anorganik tersusun atas butiran dan garam metal.
Selain itu dapat berupa klorida, logam berat, nitrogen, fosfor, belerang dan B3.
Pada limbah cair yang sedang dalam proses pembusukan terdapat gas-gas hidrogen
sulfida dan metan (3).
Volume limbah domestik sangat bervariasi dan umumnya sangat berkaitan erat
dengan standar hidup masyarakat
(9).
Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia,
pencemaran domestik merupakan jumlah pencemar terbesar (85%) yang masuk ke
badan air.Sedang dinegara-negara maju, pencemar domestik merupakan 15% dari
seluruh pencemar yang memasuki badan air (10).
Menurut
dapur
(11)
, air bekas cucian, bekas kamar mandi, bekas cuci perabot dan dari
dikategorikan
sebagai
limbah
yang
mengandung
sabun/deterjen
dan
mikroorganisme. Selain itu ada buangan eksreta yaitu tinja dan urine manusia yang
dipandang berbahaya karena dapat menjadi media penyebaran utama bagi penyakit
bawaan air. Setiap orang umumnya menghasilkan 1,8 liter eksreta tiap hari, terdiri dari
350 gram bahan padat kering termasuk 90 gram bahan organik, 20 g nitrogen, tambah
unsur hara lainnya terutama fosfor dan kalium (12).
2.1.2Parameter Pencemar Air Limbah Domestik
Menurut Effendi (2003), limbah domestik menjadi sumber limbah organik di
perairan. Beberapa parameter kualitas air yang digunakan untuk mengukur tingkat
pencemaran dari limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Pencemaran dari Limbah Domestik Berdasarkan
Beberapa Parameter Kualitas Air
Menurut
(13)
komposisi limbah cair rumah tangga rata-rata mengandung bahan
organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan, urin dan sabun.Sebagian
limbah berbentuk bahan tersuspensi, lainnya dalam bentuk terlarut. Karakteristik fisis
dan kimia limbah rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2.

Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri
aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organic
dalam keadaan aerob. Menurut
(7)
BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran
limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk menetukan
kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar.
BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 200C. Nilai BOD yang tinggi dapat
menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang
diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm.
(13)
menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan di antaranya
adalah:
1.
Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan organik
atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga Intermediate Oxygen
Demand.
2.
Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.
3.
Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan nilai
total BOD, melainkan ± 68 % dari total BOD.
4.
Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut,
misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil
uji BOD kurang teliti.

Padatan Tersuspensi (TSS)
TSS yaitu total impurities yang tidak terlarut di dalam air, berupa Partikel yang
menyebabkan air keruh, gas terlarut, dan mikroorganisme penyebab bau dan rasa.
Sedangkan yang termasuk karakteristik kimia air.

pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi.

Minyak dan Lemak
Lemak tergolong benda organik yang relative tidak mudah teruraikan oleh
bakteri.minyak dan lemak akan membuat lapisan yang menutup permukaan air sehingga
menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
2.1.3 Pembuangan Limbah Domestik dan Dampaknya
Pada umumnya seluruh limbah domestik dibuang langsung ke dalam badan sungai
atau sembarang tempat yang tidak bertuan dan tanpa didahului pengolahan walaupun
sederhana.Padahal limbah domestik mengandung campuran unsur-unsur yang sangat
kompleks (Sudarmadji, 1995).
Kehadiran pencemar di dalam badan air ada yang secara langsung dapat diketahui
tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti timbulnya busa, warna dan bau
yang tidak sedap
(10)
.Masuknya limbah yang membutuhkan oksigen ke badan air akan
menurunkan secara cepat kandungan oksigen di dalam air (14) .Limbah ini menimbulkan
ancaman bagi kehidupan flora dan fauna yang terdapat dalam badan sungai.Selain itu
kondisi tersebut sangat kondusif untuk pertumbuhan bakteri (15).
Manakala oksigen itu tidak terdapat lagi di dalam air
(16)
,penguraian senyawa itu
akan dilakukan oleh mikro anaerob yang menghasilkan gas asam sulfida (H2S) dan gas
metana (CH4).
(8)
menyatakan bahwa kehadiran 66% bahan organik dan aktivitas
mikroorganisme anaerob di suatu tempat akan menyebabkan timbulnya perubahan
warna dan bau busuk yang menusuk pada perairan.
Dalam keadaan normal proses penguraian juga dilakukan oleh ion amonium (NH)
dan ion nitrat (NO3-). Ini juga akan memberikan dampak pada lingkungan manakala
mengalami batas kewajaran akan mengakibatkan tumbunya tanaman mikrofita
(tumbuhan halus) seperti alga dan makrofita (tumbuhan besar/kasat mata, lebih besar
dari alga) secara berlebihan
(16)
.Sementara
(17)
menyatakan banyaknya deterjen sintetik
(tripolyphosfat) yang masuk ke sungai akan menaikkan densitas algae.
Di Pulau Jawa, sungai-sungai yang mengalir melalui kota-kota besar merupakan
tempat yang multiguna untuk segala keperluan, termasuk untuk sarana MCK dan
pembuangan sampah
(10)
. Di negara berkembang, sekitar 90 % air limbah di buang
langsung ke badan air tanpa diolah sehingga baik langsung maupun tidak memberikan
sumbangan terhadap pencemaran air (16).
2.2 Toksikologi
Toksikologi berasal dari bahasa Yunani, toxicon=racun dan logos=ilmu. Racun
adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi),
suntikan dan absorpsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme hidup dengan
dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi satu
atau lebih organ atau jaringan. Jadi secara sederhana toksikologi didefinisikan sebagai
kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk
hidup dan sistem biologik lainnya.Ia juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat
dan kekerapan efek toksik sehubungan dengan terpajannya mahluk hidup.
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek
yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya
terhadap tubuh manusia
(18)
.Selain itu toksikologi juga mempelajari jejas/ kerusakan/
cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/ energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan
terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi
bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu
yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu
yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan
komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari
toksikologi lingkungan.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan
oleh
bahan
kimia
kecuali
bahan
kimia
tersebut
atau
produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan
lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang
mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan)
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi
dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan
akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik
dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari
dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu
respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik.
Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan
sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme
biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan
oleh: dosis, konsentrasi racun direseptor “tempatkerja”, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau system bioorganisme, paparan terhadap organism dan bentuk efek
yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka
perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi dimana efek berbahaya itu
timbul.Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam
kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi
pada suatu organisme.
Toksisitas merupakan istilah relative yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut
telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai system biologi, dengan
penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi dimana
efek berbahaya itu terjadi.
Pada umumnya efek berbahaya /efek farmakologik timbul apabila terjadi
interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat
dua aspek yang harus diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia
dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek
farmakodinamik/ toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif (aspek
farmakokinetik/ toksokinetik) aspek ini akan lebih detail dibahas pada sub bahasan
kerja toksik.
Telah dipostulatkan oleh Paracelcius, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat
ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya).Artinya kehadiran suatu
zat yang berpotensial toksik didalam suatu organism belum tentu menghasilkan juga
keracunan. Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan
menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut
memberikan efek yang
mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia.
Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama,
dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan
sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan kedalam tubuh dalam
waktu relative lama. Karena sifat fisiko 3 kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan
terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama dijaringan lemak. Sehingga apabila
batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau
kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Toksin Clostridiumbotulinum, adalah salah satu contoh tokson, dimana
dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9mg/kg berat badan), sudah dapat
mengakibatkan efek kematian. Berbeda dengan metanol, baru bekerja toksik pada
dosis yang melebihi 10 g. Pengobatan parasetamol yang direkomendasikan dalam satu
periode 24 jam adalah 4g untuk orang dewasa dan 90 mg/kg untuk anak-anak. Namun
pada penggunaan lebih dari 7 g pada orang dewasa dan 150 mg/kg pada anak-anak
akan menimbulkanefek toksik.
Dengan demikian, resiko keracunan tidak hanya tergantung pada sifat zatnya
sendiri, tetapi juga pada kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah
yang masuk dan diabsorpsi.Dengan lain kata tergantung dengan cara kerja, frekuensi
kerja dan waktu kerja. Antara kerja (atau mekanisme kerja) sesuatu obat dan sesuatu
tokson tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, ia hanya relatif. Semua kerja dari suatu
obat yang tidak mempunyai sangkut paut dengan indikasi obat yang sebenarnya, dapat
dinyatakan sebagai kerja toksik.
Kerja medriatik (pelebaranpupil), dari sudut pandangan ahli mata merupakan
efek terapi yang dinginkan, namun kerja hambatan sekresi, dilihat sebagai kerja
samping yang tidak diinginkan.Bila seorang ahli penyakit dalam menggunakan zat
yang sama untuk terapi, lazimnya keadaan ini manjadi terbalik. Pada seorang anak
yang tanpa menyadarinya telah memakan buah Atropabelladonna, maka mediaris
maupun mulut kering harus dilihat sebagai gejala keracunan.Oleh sebab itu ungkapan
kerja terapi maupun kerja toksik tidak pernah dinilai secara mutlak. Hanya tujuan
penggunaan suatu zat yang mempunyaikerja farmakologi dan dengan demikian
sekaligus berpotensial toksik, memungkinkan untuk membedakan apakah kerjanya
sebagai obat atau sebagai zat racun. Tidak jarang dari hasil penelitian toksikologi,
justru diperoleh senyawa obat baru. Seperti penelitian racun (glikosidadigitalis) dari
tanaman Digitalis purpurea dan lanata, yaitu diperoleh anti koagulan yang bekerja
tidak langsung, yang diturunkan dari zat racun yang terdapat didalam semanggi yang
busuk.Inhibitor asetil kolinestera sejenis esterfosfat, pada mulanya dikembangkan
sebagai zat kimia untuk perang, kemudian digunakan sebagai insektisida dan kini
juga dipakai untuk menangani glaukoma.
Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin ilmu,
iadapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna mempelajari interaksi
antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan (lihatgambar1.1). Ilmu
toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika,
matematika.Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah tokson yang
melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat memberikan efek toksik.
Bidangi lmu biokimia diperlukan guna mengetahui informasi
penyimpangan
reaksi
kimia
pada
organism
yang
diakibatkan
oleh
xenobiotika.Perubahan biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat
diungkap melalui bantuan ilmu patologi, immonologi, danfisiologi.Untuk
mengetahui efek berbahaya dari suatu zat kimia pada suatu sel, jaringan atau
organism memerlukan dukungan ilmu patologi, yaitu dalam menunjukan wujud
perubahan/
penyimpangan
kasar,
mikroskopi,
atau
penyimpangan
submikroskopi dari normalnya.Perubahan biologi akibat paparan tokson dapat
termanisfestasi dalam bentuk perubahan system kekebalan (immun) tubuh,
untuk itu diperlukan bidang ilmu immunologi guna lebih dalam mengungkap
efek toksik pada sistem kekebalan organisme.
Mengadopsi konsep dasar yang dikemukakan oleh Paracelcius, manusia
menggolongkan efek yang ditimbulkan oleh tokson menjadi konsentrasi batas
minimum memberikan efek, daerah konsentrasi dimana memberikan efek yang
menguntungkan (efekterapeutik, lebih dikenal dengan efek farmakologi), batas
konsentrasi dimana sudah memberikan efek berbahaya (konsetrasitoksik), dan
konstrasi tertinggi yang dapat menimbulkan efek kematian. Agar dapat
menetapkan batasan konsentrasi ini toksikologi memerlukan dukungan ilmu
kimia analisis, biokimia, maupun kimia instrmentasi,serta hubungannya dengan
biologi. Ilmu statistic sangat diperlukan oleh toksikologi dalam mengolah baik
data kualitatif maupun data kuantitatif yang nantinya dapat dijadikan sebagai
besaran ekspresi parameter-parameter angka yang mewakili populasi. Bidang
yang paling berkaitan dengan toksikologi adalah farmakologi, karena ahli
farmakologi harus memahami tidak hanya efek bermanfaat zat kimia, tetapi juga
efek
berbahayanya
yang
mungkin
diterapkan
pada
penggunaan
terapi.Farmakologi pada umumnya menelaah efek toksik, mekanisme kerja
toksik, hubungan dosis respon, dari suatu tokson.
Bersama dengan ilmu lain, toksikologi memberi sumbangan bagi
pengembangan bahan kimia yang lebih aman untuk digunakan sebagai obat, zat
tambahan makanan, pestisida, dan bahan kimia yang digunakan dalam industri.
Karena adanya bahan-bahan yang berbahaya, Menteri Kesehatan telah
menetapkan
peraturan No. 453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan-bahan
berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi: besar dan luas jangkauan,
kecepatan penjalaran, dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya,
bahan-bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
secara langsung atau tidak langsung, serta jenis bahayanya.
2.2.1
Karakteristik Toksikologi
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh
bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok
untuk menimbulkan keadaan toksik.
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada
sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila
ingin mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek
yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan
masuk dari paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu
bahan polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya
berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan
lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk
melalui intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang
diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya
suatu bahan masuk kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui
mulut dengan dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan
terhadap racun sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit
diperlukan dosis tinggi.
Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :

Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia
atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut
sebagai “ hipersensitif “, sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat
dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek
toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis
responnya jarang ditemukan.

Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau
bahan polutan.

Toksisitas cepat dan lambat
Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah pemberian
bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang
timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu timbul
pemberian.

Toksisitas setempat dan sistemik
Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek
setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama
kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada jalan
masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi hingga tiba pada
beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah sistem syaraf pusat
kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan kulit,
sedangkan otot dan tulang merupakan target yang paling belakangan.

Respon toksik tergantung pada :
o Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut
o Situasi pemaparan
o Kerentanan sistem biologis dari subyek

Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :
o Jalur masuk ke dalam tubuh
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya
melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur
lainnya.
o Akut
pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
o Sub akut
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1
bulan atau kurang
o Subkronik
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3
bulan
o Kronik
pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih
dari 3 bulan
Antara lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan
sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas
bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk
ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian
“keracunan” biasanya melalui proses tertelan.

Jangka waktu dan frekuensi paparan
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari
paparan pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik
yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada
peran pertama akan merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan
ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan
polutan apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis
penuh akan menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan
hanya separohnya maka efek yang terjadi juga akan menurun
setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya
sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang
timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya.
Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem
biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut
terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih
akibat paparan terus-menerus dari bahan toksi.
2.2.2 Jenis-jenis Toksikologi
1.
ToksikologiDeskriptif
Melakukan uji toksisitas untuk mendapat informasi yang digunakan untuk
mengevaluasi resiko yang timbul oleh bahan kimia terhadap manusia dan
lingkungan.
2.
ToksikologiMekanistik
Menentukan bagaimana zat kimia menimbulkan efek yang merugikan pada
organisme hidup.
3.
ToksikologiRegulatif
Menentukan apakah suatu obat mempunyai resiko yang rendah untuk dipakai
sebagai tujuan terapi.
4.
ToksikologiForensik
Mempelajari aspek hokum kedokteran akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya dan membantu menegakkan diagnose pada pemeriksaan postmortem.
5.
ToksikologiKlinik
Mempelajari gangguan yang disebabkan substansi toksik, merawat penderita
yang keracunan dan menemukan cara baru dalam penanggulangannya.
6.
ToksikologiKerja
Mempelajari bahan kimia pada tempat kerja yang membahayakan pekerja
dalam proses pembuatan, transportasi, penyimpanan maupun penggunaannya.
7.
ToksikologiLingkungan
Mempelajari dampak zat kimia yang berpotensi merugikan sebagai polutan
lingkungan.
8.
Ekotoksikologi
Mempelajari efek toksik zat kimia terhadap populasi masyarakat.
9.
ToksikologiEkperimental
Pemakaian obat secara kronik (anti hipertensi,obatTBC,kontrasepsi), harus
disertai data karsinogenik dan teratogenik dari obat tersebut. Pemakaian obat dalam
waktu pendek(obat cacing), harus memenuhi sarat toksisitas akut.
2.3 Penerapan Ekotoksikologi dalam Penetapan Baku mutu Kualitas
Lingkungan.
Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik
pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem,
termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan.Pengaruh
pengaruh racun dapat berupa letalitas (mortalitas) serta pengaruh subletal seperti
gangguan pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tanggapan farmakokinetik,
patologi, biokimia, fisiologi, dan tingkah laku (20).
Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan
dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme.Selanjutnya perubahan
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme,
perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan
biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan waktu
respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan
respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance (21).
Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan toksik di lingkungan baik di
udara, air, tanah maupun dalam tubuh organisme (merupakan bagian utama
penyususn ekosfer bumi) sangat dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia bahan
tersebut.Perilaku serta pengaruh bahan toksik di lingkungan berhubungan dengan
dinamika keempat bagian utama penyusun ekosfer tersebut.Bahan toksik yang
ada di lingkungan pada umumnya mengalami perpindahan dari satu bagian utama
ekosfer ke bagian utama ekosfer lainnya. Perpindahan atau transformasi bahan
toksik di lingkungan dapat berupa transformasi fisik, kimia dan biologik (21).
Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi
secara fisik antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik,
pengambilan biologik, penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan.
Transformasi kimia dapat melalui proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan
reduksi,
sedangkan
transformasi
biologik
berlangsung
melalui
proses
biotransformasi. Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat
dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan),
presipitasi, pencucian dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan
toksik dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung
meningkatkan konsentrasi bahan toksik
(23)
Dalam ekotosikologi diketahui bahan bahan toksik yang berupa
senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau menimbulkan pengaruh
merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat, lemak dan
minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik.
Pengaruh negatif senyawa kimia organik terhadap organisme perairan
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa kimia, kualitas
fisika-kimia air, jenis, stadia dan kondisi organisme air serta lama organisme
terpapar senyawa kimia tersebut (20).
Berikut ini adalah bahan-bahan senyawa kimia organic dan efeknya
terhadap lingkungan :
 Protein
Kehadiran senyawa protein di dalam badan perairan berasal dari sampah
domestik dan buangan industri. Beberapa jenis industri yang mengeluarkan
buangan mengandung protein antara lain: industri susu, mentega, keju,
pengolahan makanan/minuman, tekstil, penyamakan kulit dan industri pertanian.
Kehadiran protein di lingkungan perairan umumnya tidak langsung bersifat
toksik tetapi dapat menimbulkan pengaruh atau efek negatif, antara lain
terbentuknya media pertumbuhan berbagai organisme patogen, menimbulkan bau
tidak sedap dan meningkatkan kebutuhan BOD (Biological Oxygen Demand) (8).
 Karbohidrat
Selain berasal dari sampah domestik, karbohidrat juga dapat berasal dari
buangan industri.Masuknya karbohidrat ke dalam air dapat menyebabkan
peningkatan BOD dan menimbulkan warna pada air.
 Lemak dan minyak
Buangan yang mengandung lemak dan minyak dapat berasal dari
berbagai kegiatan industri. Perairan laut juga dapat kemasukan minyak yang
berasal dari pengoperasian kapal, kilang minyak, sisa pembakaran bahan bakar
minyak di atmosfer yang jatuh bersama air hujan, buangan industri, limbah
perkotaan, kecelakaan kapal tanker serta pecah atau bocornya sumber minyak
lepas pantai (22).
Seperti halnya dampak masuknya senyawa protein dan karbohidrat ke
dalam lingkungan perairan, senyawa lemak dan minyak juga dapat berpengaruh
negatip terhadap kehidupan akuatik. Adanya lemak dan minyak dalam badan air
dapat menyebabkan peningkatan turbiditas air sehingga mengurangi ketersediaan
cahaya yang sangat diperlukan organisme fotosintetik di dalam air. Disamping
itu, molekul lemak dan minyak berukuran besar akan mengendap di dasar
perairan sehingga dapat mengganggu aktivitas serta merusak kehidupan bentos
dan daerah pemijahan ikan (spawning ground) dan meningkatkan BOD.
 Pewarna
Terdapatnya pewarna dalam suatu perairan antara lain berasal dari
buangan industri (tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan kimia).
(23)
warna air yang Iebih dari 50 unit akan membatasi aktivitas organisme fotosintetik
sehingga akan mengurangi kandungan oksigen terlarut atau DO (Dissolved
Oxygen) serta mengganggu kehidupan berbagai organisme air.
 Asam-asam organik
Asam-asam organik berada dalam air antara lain dapat berasal dari
buangan industri (bahan kimia dan industri pertanian). Keberadaan senyawa asam
organik dapat menyebabkan penurunan derajat keasaman (pH) air dan pada nilai
pH tertentu (acid dead point) dapat mengakibatkan kematian ikan maupun
organisme air lainnya.
 Fenol
Fenol dapat terkandung dalam limbah berbagai industri seperti: industri
tekstil, bahan kimia, petrokimia, minyak dan industri metalurgi.
 Deterjen
Terdapatnya deterjen dalam suatu perairan dapat berasal dari buangan
rumah tangga dan industri (susu, mentega, keju, tekstil, dan industri pertanian).
(17)
menyatakan bahwa sebagian besar deterjen dapat menimbulkan dampak
negatip terhadap ekosistem perairan yaitu dapat menghambat aktivitas atau
bahkan membunuh berbagai jenis mikroorganisme.Selain itu, deterjen juga
menyebabkan pengkayaan nutrien pada suatu badan air sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang sangat merugikan lingkungan
perairan.
 Pestisida organik
Pestisida organik yang masuk ke dalam lingkungan air dapat berasal
dari aktivitas pertanian, perkebunan dan dari buangan industri pengolahan
makanan/ minuman.Diantara sejumlah besar pestisida yang diproduksi dan
diperdagangkan, yang paling banyak digunakan masyarakat yaitu pestisida yang
termasuk golongan organoklorin dan organoposfat.Pestisida organoklorin sangat
berbahaya karena mempunyai toksisitas bersifat kronik, stabil, dan tahan urai
dalam lingkungan.Salah satu contoh organoklorin yang sangat berbahaya yaitu
DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloro-ethane). Jenis pestisida yang pertama kali
dibuat oleh Zeidler pada tahun 1874 tersebut apabila berada dalam air
mempunyai waktu paruh antara 2,5-5 tahun tetapi residunya dapat bertahan
hingga lebih dari 25 tahun.
Pestisida yang tahan urai seperti DDT dapat terakumulasi dalam rantai
makanan (biomagnification) sehingga dalam tubuh udang dan ikan dapat
mengandung konsentrasi pestisida sebanyak 1000-10.000 kali lebih besar
daripada yang terkandung dalam perairan di sekelilingnya. Hewan yang di dalam
rantai makanan mempunyai arcs trofik (trophic level) lebih tinggi seperti burung,
anjing laut, dan lumba-lumba dapat mengandung hingga 55 ppm DDT dalam
jaringan Iemaknya. Berdasarkan penelitian menunjukkan kandungan DDT dalam
jaringan lemak tubuh manusia di berbagai negara besarnya sangat bervariasi,
misalnya: di Inggris lebih kurang 1 ppm, di Amerika Serikat lebih kurang 2 ppm,
dan di India dapat lebih tinggi dari 10 ppm (23).
Selain itu, bahan-bahan anorganik juga dapat menjadi toksik dila
melebihi konsentrasi tertentu dalam lingkungan. Berikut ini adalah bahan-bahan
toksik yang berupa senyawa kimia anorganik :
 Asam dan alkali
Asam dan alkali dapat berasal dari buangan industri tekstil, bahan
kimia, rekayasa dan industri metalurgi.Asam dan alkali jika masuk ke dalam
tubuh organisme dapat mempengaruhi aktivitas berbagai enzim sehingga
menimbulkan
gangguan
fisiologik,
membinasakan
organisme
serta
mempengaruhi Jaya racun atau toksisitas zat toksik lainnya.
 Logam dan garam-garam logam
Berbagai unsur logam dan garam logam yang ada dapat berasal dari
pelapukan tanah atau batuan, letusan volkanik, penambangan dan industri
(penyamakan kulit, kertas, bahan kimia, rekayasa, metalurgi dan industri
pertanian).Dalam jumlah kecil beberapa jenis logam tertentu memang diperlukan
organisme tetapi dalam konsentrasi tinggi semua jenis logam bersifat toksik.
Logam-logam berat, yaitu unsur logam yang mempunyai massa atom lebih dari
20 seperti: besi (Fe), timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn),
tembaga (Cu), nikel (Ni) dan arsen (As) umumnya berpengaruh buruk terhadap
proses-proses biologi.
Beberapa dampak keracunan logam berat antara lain:
1. Bereaksinya kation logam berat dengan fraksi tertentu pada mukosa
insang sehingga insang terselaputi oleh gumpalan lendir-logam berat dan
hal tersebut dapat mengakibatkan organisme air mati lemas.
2. Keracunan fisiologik karena logam berat berikatan dengan enzim yang
berperanan penting dalam metabolisme.
3. Merkuri (Hg) dan timbal (Pb) dapat berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) dalam protein sehingga akan mengubah bagian-bagian katalitik
suatu enzim.
4. Merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dapat
menghambat pembentukan ATP dalam mitokondria serta dapat berikatan
dengan membran sel sehingga mengganggu proses transpor ion antar sel.
5. Seng (Zn) dapat menghambat kerja sistem sitokrom dalam mitokondria
karena terganggunya transpor elektron antar sitokrom-b dan sitokrom-c.
6. Timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dapat menggantikan kedudukan Ca
dalam tulang sehingga menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang
7. Timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dan krom (Cr) dapat
terakumulasi dalam hati (hepar) dan ginjal (ren) sehingga dapat
menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi kedua organ tersebut
8. Merkuri (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dapat mengakibatkan
kerusakan otak dan sistem saraf tepi (8).
 Posfat dan nitrat
Posfat dan nitrat dapat berasal dari erosi dan dekomposisi sisa-sisa
bahan organik serta industri (susu/mentega/keju, bahan kimia, tungku kokas,
rekayasa, metalurgi, dan industri pertanian). Akibat masuknya posfat dan nitrat
ke dalam lingkungan perairan antara lain:
1. Eutrofikasi yang dicirikan oleh tingginya produksi biologik
antara lain berupa ledakan komunitas alga (algal blooms). Jika
suatu perairan dipenuhi oleh tumbuhan air baik makrofita
maupun
mikrofita
(plankton),
maka
hal
tersebut
akan
mengurangi penetrasi cahaya dan menghalangi proses difusi
oksigen dari udara ke dalam air. Kematian massal algae yang
diikuti dengan perombakan biologik akan menyebabkan
terjadinya defisiensi oksigen terlarut dan menimbulkan bau
tidak sedap.
2. Dalam usus manusia beberapa jenis bakteri dapat mereduksi
nitrat menjadi nitrit yang dapat berikatan dengan haemoglobin
(Hb)
membentuk
methaemoglobin.
Dengan
terbentuknya
methaemoglobin dalam darah akan menyebabkan penurunan
kapasitas angkut 02 oleh darah. Jika penurunan kemampuan
darah mengangkut oksigen tersebut terus berlanjut dan makin
parch, maka dapat menyebabkan anoksia (methaemoglobin
anemia atau penyakit blue baby).
3. Dalam tubuh manusia nitrit dapat mengalami perubahan lebih
lanjut menjadi amin atau nitrosamin yang dapat merangsang
timbulnya kanker perut.
 Garam-garam lain
Berbagai senyawa garam yang masuk ke dalam air dapat berasal dari
buangan industri (susu/mentega/keju, tekstil, penyamakan kulit, kertas dan
industri bahan kimia).
 Obat pengelantang (bleaches)
Obat pengelantang dengan rumus kimia Ca (C10)2 banyak terkandung
dalam buangan industri tekstil, kertas dan laundry.
 Sianida dan sianat
Sianida dan sianat di suatu perairan dapat berasal dari buangan
industri.Sianida dan sianat bersifat sangat toksik, terutama pada pH rendah dan
merupakan racun pernafasan yang sangat mematikan. Reaksi CN dengan logam
akan menghasilkan senyawa yang sangat beracun.
 Kromat
Masuknya kromat ke dalam lingkungan perairan dapat berasal dari
buangan berbagai jenis industri seperti penyamakan kulit, petrokimia, metalurgi
dan industri rekayasa.Toksisitas kromat umumnya tidak setoksik kation logam
berat lainnya.Kromium (Cr) bervalensi 6 (kromat atau dikromat) toksisitasnya
tidak seakut kromium bervalensi 3 (garam-garam kromium).
 Mineral (lempung dan tanah)
Mineral yang terkandung dalam partikel-partikel lempung dan tanah
yang masuk ke dalam perairan dapat berasal dari buangan industri seperti industri
pengolahan makanan/minuman, kertas dan industri pertanian.
Berdasarkan uraian diatas diketahui zat-zat yang dapat menimbulkan
dampak negative apabila jumlah atau konsentrasinya di lingkungan telah
melebihi baku mutu. Salah satu upaya untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan perlu baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah ambang
batas atau batas kadar maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan
berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negative. UU RI No. 23
tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan baku mutu
lingkungan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energy, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup.
Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan
pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan
pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam
media ambien. Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu
pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau
hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan digunakan untuk menentukan
apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan sesuai objektif
penggunaan tertentu.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Salah satu cara penetapan baku mutu lingkungan dilakukan melalui uji toksisitas.
Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku
mutu serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran
lebih efektif karena toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media
(maupun limbah) dapat ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah
nilai ambang batas (NAB) atau telah melampaui.
2.4
Prosedur Penetapan Baku Mutu Kualitas Lingkungan
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke
lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan
tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan
industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang perlu
dilihat kembali, hal ini mengingat penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984
Pasal 15, seperti tersebut di atas.
Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:

Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus
dilindungi (objektif sumber daya tersebut tercapai).

Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan
pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.

Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.

Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan
yang akan menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah
ditetapkan.

Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah
objektif yang telah ditetapkan tercapai.
2.4.1 Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan
Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal
menentukan apakah telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik
dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu:
 Effluent Standard, merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan
untuk dibuang ke lingkungan.
 Stream Standard, merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti
sungai, waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada
kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas kadar
badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air
untuk pertanian.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam
keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air
pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu
udara emisi dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:

Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah
batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.

Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan
bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber
pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak
menyebabkan dilampauinya baku mutu air.

Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhtumbuhan dan benda.

Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan
bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber
pencemaran
ke
udara,
sehingga
tidak
mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien.

Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau
bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.
2.4.2 Baku Mutu Air dan Limbah Cair
Baku mutu air telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria mutu
air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan perlindungan sumberdaya air dalam
jangka panjang, sedangkan baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan
untuk perencanaan, perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dan pelbagai sektor
seperti pertambangan dan lain-lain. Kriteria kualitas sumber air di Indonesia
ditetapkan berdasarkan pemanfaatan sumber-sumber air tersebut dan mutu yang
ditetapkan berdasarkan karakteristik suatu sumber air penampungan tersebut dan
pemanfaatannya. Badan air dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:

Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan
dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan
A.

Golongan C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan peternakan,
dan dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk
keperluan tersebut pada golongan A dan B.

Golongan D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat
dipergunakan untuk perkantoran, industri, listrik tenaga air, dan untuk
keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B, dan C.
 Golongan E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut dalam
golongan A, B, C, dan D.
Untuk melindungi sumber air sesuai dengan kegunaannya, maka perlu
ditetapkan baku mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif baku
mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991.Baku
mutu limbah cair tersebut ditetapkan oleh gubernur dengan memperhitungkan
beban maksimum yang dapat diterima air pada sumber air.
Baku mutu air dan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh
gubernur dimaksudkan untuk melindungi peruntukan air di daerahnya. Dengan
demikian harus diperhatikan dalam setiap kegiatan yang menghasilkan limbah
cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke dalam air pada sumber air.
Limbah cair harus memenuhi persyaratan:

Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air
tidak boleh melampaui baku mutu limbah cair yang telah
ditetapkan.

Tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air
penerima limbah.
Hal tersebut mengharuskan agar setiap pembuangan limbah cair ke
dalam air pada sumber air, mencantumkan kuantitas dan kualitas limbah.
2.5
Model Masuk Dan Daya Keracunan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia
(23).
Arti lain dari
racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk
hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan
(22).
Racun dapat diserap melalui
pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.Reaksi dari racun
dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau secara kumulatif.Keracunan dapat
diartikan sebagai setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multi system dengan
keadaan yang tidak jelas
(21).
Keracunan melalui inhalasi (pengobatan dengan cara
memberikan obat dalam bentuk uap kepada sisakit langsung melalui alat
pernapasannya (hidung ke paru-paru)) dan menelan materi toksik, baik kecelakaan
dan karena kesengajaan merupakan kondisi bahayakesehatan.
Jenis-jenis keracunan (FK-UI, 1995) dapat dibagi berdasarkan:
1. Cara terjadinya, terdiridari:
a. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi
dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan.Pasien tidak
bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja.
b. Attempted Suicide
Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan
kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yangdipakai
c. Accidental poisoning
Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajan
d. Homicidal poisoning
Keracunan akibat tindakan criminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang
lain.
2. Mulaiwaktu terjadi
a. Keracunan kronik
Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelahpajanan.
Gejala dapat timbul secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis
relative kecil cirri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama
dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi. Keracunan ini
diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus
menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu,
bulan, atau tahun).Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon
terkklorinasi (spt.Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadarrendah tetapi terus
menerusakan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap
timbale akan menimbulkan kerusakan dalam darah.
b. Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai
banyak orang (pada keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk
sekampung )gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan
koma.Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu yang
akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek.Contoh, keracunan
fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau
kematian dalam waktu singkat.
3. Menurut alat tubuh yang terkena
Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena,
contohnya racun hati, racunginjal, racun SSP, racun jantung.
4. Menurut jenis bahan kimia
Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang
sama, misalnya golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan
sebagainya. Keracunan juga dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka
bakar kimiawi), melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon,
kalajengking, dan laba- laba) dan gigitan ular, melalui makanan yaitu keracunan
yang disebabkan oleh perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukan karena
kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela
(singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek,
dan racun pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan
karena penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan
(Amphetamine), depresan (Barbiturate), atau halusinogen (morfin), dan
penyalahgunaan alcohol.
Racunyangseringmenyebabkan keracunan dan simptomatisnya:
Asam kuat (nitrit, hidroklorid, sulfat)
Terbakar sekitar mulut, bibir, dan
hidung *gelap* padakulit wajah dan
Kebiruan
Anilin (hipnotik, notrobenzen)
Leher
Asenik (metal arsenic, mercuri, tembaga,
dll)
Atropine (belladonna), Skopolamin
Umumnya seperti diare
Dilatasi pupil
Basakuat (potassium, hidroksida)
Terbakar sekitar mulut, bibir, dan
Asam karbolik (ataufenol)
hidung
Bau
seperti disinfektan
Karbonmonoksida
Kulit merah cerry terang
Kematian yang cepat, kulit merah, dan
Sianida
Bau yang sedap
Keracunan makanan
Muntah, nyeri perut
Nikotin
Kejang-kejang *konvulsi*
Opiat
Kontraksi pupil
Asam oksalik (fosfor-oksalik)
Bau seperti bawang putih
Kejang-kejang “konvulsi”
Natrium Florida
Kejang “konvulsi”, muka dan
leher kebiruan “gelap”
Striknin
Jika kita sehari–hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu
bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya
pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh.
Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari kita
konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita terlalu
banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga
obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu
banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.
Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk kedalam tubuh melewati tiga
saluran, yakni:
1. Melaluimulutatautertelanbiasdisebutjugaper-oralatauingesti.Halinisangat jarang
terjadikecualikitamemipetbahan-bahankimialangsung menggunakan mulut atau
makan dan minum dilaboratorium.
2. Melaluikulit.Bahankimiayangdapatdenganmudahterserapkulitialahaniline,
nitrobenzene, dan asam sianida.
3. Melaluipernapasan(inhalasi).Gas,debudanuapmudahterseraplewatpernapasan
dan saluran inimerupakan sebagian besardari kasuskeracunanyang terjadi. SO2
(sulfur dioksida) danCl2(klor) memberikan efeksetempatpada jalanpernapasan.
SedangkanHCN,CO,H2S,uap
PbdanZnakansegeramasukke
dalamdarahdan
terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
4. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
5. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (20)
a)
Daya Keracunan Meliputi Sangat-Sangat Toksik, Sedikit Toksik Dan Lain-Lain.
1. Super Toksik
: Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum,
Risin,
Agen
Oranye,
Batrachotoxin,
Asam
Flourida, Hidrogen Sianida.
2. Sangat Toksik
:Aldrin, Dieldrin, Endosulfan, Endrin, Organofosfat
3. Cukup Toksik
:Chlordane, DDT, Lindane, Dicofol, Heptachlor
4. KurangToksik
:Benzenehexachloride(BHC) Dalam obat-obatan,
Penggolongan dayaracunyaitu:
No
Kriteria Toksik
Dosis
1.
Super Toksik
> 15 G/KGBB
2.
Toksik Ekstrim
5 – 15 G/KGBB
3.
Sangat Toksik
0,5 – 5 G/KGBB
4.
Toksisitas Sedang
50 – 500 MG/KGBB
5.
SedikitToksik
5 – 50 MG/KGBB
6.
Praktis Non Toksik
<5 MG/KGBB
.
b.) Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Racun

Cara pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara
pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tertentu akan
memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun
tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang
sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya.
Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja
pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c),
ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke
dalam tubuh melalui kulit yang sehat.

Keadaan tubuh
o Umur
Pada umumnya anak-anak dan rang tua lebih sensitif terhadap racun bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun
seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan.
o Kesehatan
Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal,
biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang
sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai
dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut,
proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan
ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan
peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka
penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita
tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil
kesimpulan bahwa kematian seseorang karena penyakit tanpa penelitian
yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal)
dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastrointeritis
yang lumrah dijumpai.
o Kebiasaan
Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat
menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena
terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak
selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada
pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan
narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan
mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun
dosis yang digunakan sama besarnya.
o Hipersensitif (alergi idiosinkrasi)
Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparatpreparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena si
korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu
kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus
menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh
karena hipersinsitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian
preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi
preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang
akan dikenakan pada pemberi preparat tersebut.

Racunnya sendiri
o Dosis
Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang
ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor
toleransi, dan intoleransi individual. Pada toleransi, gejala keracunan
akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum
mencapai level toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat
bawaan/kongenital atau toleransi yang didapat setelah seseorang
menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang
berfungsi melakukan detoksifikasi dan ekskresi.
o Konsentrasi
Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zatzat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis
total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara
sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam
menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun
tersebut.
o Bentuk dan kombinasi fisik
Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek
bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang
menelan racun dalam keadaan lambung kosong tentu akan lebih cepat
keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam
keadaan lambungnya berisi makanan.
o Adiksi dan sinergisme
Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol,
morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis letal.
Dari segi hukum kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan
terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi
kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal
demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai
sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita tiba
pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena anafilaksi
yang fatal atau karena adanya toleransi.
o Susunan kimia
Ada beberap zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak
akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara
tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.
o Antagonisme
Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari
satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena
reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik
adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya
nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan
dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan
golongan narkotik (19).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel III.1. Hasil Uji Laboratorium dan Baku mutu Air Limbah Domestik
No.
1
2
3
4
Parameter
pH
TSS (mg/L)
BOD (mg/L)
Minyak&Lemak (mg/L)
Hasil
Laboratorium
4,57
42
1933,33
0,08
Baku Mutu
6-9
100
100
10
Menurut hasil uji laboratorium dari sampel yang telah diambil seperti pada
Tabel III.1. Hasil tersebut terjadi karena beberapa faktor lapangan, sebagai berikut :
A. Frekuensi Mencuci Pakaian
Umumnya responden mencuci pakaian sendiri atau menggunakan jasa pembantu
rumah tangga. Adapun responden pada tipe permukiman perumahan biasanya
mencuci setiap hari mengingat sebagian besar penduduk pada tipe permukiman ini
memiliki pembantu rumah tangga yang tinggal serumah. Kondisi ini juga menjadi
alasan mengapa responden pada tipe permukiman perumahan banyak yang biasa
mencuci.
B. Konsumsi Bahan-Bahan yang Berpotensi Menurunkan Kualitas Air
Konsumsi pemutih per kapita responden pada tipe permukiman ini tinggi. Hal
ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa penduduk pada tipe permukiman ini lebih
banyak yang bekerja pada sektor informal sehingga pakaian mereka lebih sering
kotor dan lebih sering terkena noda. Konsumsi per kapita sabun mandi cair
responden pada tipe permukiman perumahan tinggi. Temuan ini di lapangan
didukung oleh fakta bahwa daya beli penduduk baik. Faktor daya beli menjadi
faktor pendorong yang kuat mengingat biaya yang harus dikeluarkan oleh responden
dalam mengkonsumsi sabun mandi cair per kali mandi lebih besar daripada biaya
tersebut pada sabun batang. Selain daya beli, selera konsumen juga mendukung
fakta tersebut mengingat sabun mandi cair menurut beberapa responden bersifat
lebih praktis dan eksklusif. Konsumsi per kapita sabun cuci batang dan krim pada
responden paling tinggi karena harga kedua jenis sabun ini relatif lebih murah
daripada sabun cuci jenis bubuk dan cair. Pemakaian mesin cuci untuk mencuci
pakaian juga mendukung tingginya nilai konsumsi per kapita sabun cuci bubuk pada
tipe permukiman ini. Adapun untuk aktivitas mencuci piring nilai konsumsi sabun
cuci cair per kapitanya berbanding terbalik dengan konsumsi per kapita sabun krim
karena responden yang mencuci piring dan perkakas rumah dapurnya dengan
menggunakan sabun cuci jenis cair umumnya tidak menggunakan sabun jenis krim
dan sebaliknya. Pemilihan jenis sabun ini didukung oleh daya beli responden
mengingat harga sabun cuci jenis cair per pemakaian lebih mahal daripada sabun
cuci jenis krim.
3.2 Pembahasan
Menurut karakteristiknya limbah cair rumah tangga yaitu TSS 25-183 mg/L, COD
100-700 mg/L, BOD 47-466 mg/L, dan Total Coliforms 56 - 8,03x107 CFU/100 mL,
Sedangkan menurut KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK
yaitu pH 6 – 9, BOD 100 mg/L, TSS 100 mg/L, Minyak dan Lemak 10 mg/L. Dari
hasil uji laboratorium diperoleh data sebagai berikut :
Tabel III.2. Hasil Uji Laboratorium
No.
1
2
3
4
Parameter
pH
TSS (mg/L)
BOD (mg/L)
Minyak&Lemak (mg/L)
Hasil
Laboratorium
4,57
42
1933,33
0,08
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai pH 4,57 masih basa dan berada di
bawah dari baku mutu yang ditentukan, nilai pH ini mungkin bersangkutan dengan
beberapa faktor lapangan yang telah dijelaskan sebelumnya seperti pemakaian sabun
atau pemutih pakaian. Nilai TSS pada Hasil Laboratorium adalah 42 mg/L, ini berarti
air limbah yang dihasilkan kadar TSS nya masih berada di bawah batas maksimum baku
mutu yaitu 100 mg/L dan masih bisa dikatakan aman. Dalam tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai BOD paling tinggi mencapai 1933,33 mg/L ini berada diatas batas
maksimum pada baku mutu yaitu 100 mg/L, hal ini berkaitan dengan kebiasaan
responden yang sering menggunakan pemutih pakaian dan karbol sehingga membuat
nilai BOD tinggi. Nilai minyak dan lemak dalam uji laboratorium di atas memiliki nilai
yang sangat kecil yaitu 0,08 mg/L sangat jauh dibandingkan dengan batas maksimum
baku mutu 10 mg/L sehingga kandungan minyak dan lemak pada limbah domestik
cukup aman untuk lingkungan perairan.
BAB IV
PENUTUP
4.I Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah adalah :
1. Kandungan pada limbah cair domestik yang diteliti berdasarkan baku mutu
adalah BOD, TSS, pH, dan Minyak.
2. Hasil uji laboratorium limbah cair domestik yaitu pH 4,57, TSS 42 mg/L, BOD
1933,33 mg/L, Minyak&Lemak 0,08 mg/L
4.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah :
1. Pelaksanaan tugas ini seharusnya dikerjakan jauh-jauh hari agar pelaksanaan uji
laboratorium dapat selesai tepat dengan waktu nya,
2. Agar masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang kandungan limbah
domestik yang dibuang sembarangan dibadan air beserta dampaknya bagi
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Puji dan Nur Rahmi. 2009. Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan
Lumpur Aktif Proses Anaerob. Universitas Diponegoro, Fakultas Teknik.
Semarang.
(2)
Li, F. 2009. Treatment of Household Grey Water for non-potable Reuses. PhD
Thesis. Hamburg University of Technology. Hamburg.
(3)
Nurmayanti. 2002. Kontribusi Limbah domestik terhadap Kualitas Air Kaligarang
Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
(4)
Sinaga, Edward J. 2010. Peranan Toksikologi Dalam Pembuatan Visum Et
Repertum Terhadap Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan
Menggunakan Racun.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20996/3/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 20 april 2015.
(5)
Vigneswaran, S.and M. Sundaravadivel. 2004. Recycle and Reuse of Domestic
Wastewater in Wastewater Recycle,Reuse, and Reclamation. Encyclopedia
of Life Support System.
(6)
Daryanto, M. 1995. Masalah Pencemaran. Tarsito. Bandung.
(7)
Mahida. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc
Graw Hill. Publishing Company Limited. Environmental
(8)
Dix, H. M. 1981. Environmental Pollution. John Willey & Sons. New York.
(9)
Djajaningrat, S.T. dan Harsono, H. 1991. Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber
Pencemaran Air, Tanahdan Udara. Gajahmada University Press.
(10)
Suriawiria, Unus. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Penerbit Alumni. Bandung.
(11)
Soemirat, T. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press.
Yogyakarta.
(12)
Mara, D. dan S. Cairncross, 1994. Pemanfaatan Air Limbah & Ekskreta Patokan
untuk Perlindungan Kesehatan Masyarakat. B. Matram (penterjemah).
Bandung, ITB dan Universitas Udayana. Edisi Bahasa Indonesia.
(13)
Sumarno. 2000. Degradasi Lingkungan. Hand Out Kuliah. Magister Ilmu
Lingkungan, UNDIP. Semarang
(14)
Kumar De. 1987. Environmental Chemistry. Willey Eastern Limited. New Delhi.
(15)
Jackson, A.R.W. and Jackson, J.M. 1996. Environmental Science. Longman.
Singapore.
(16)
Khiatuddin, M. 2003. Pelestarian Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa.
Bandar Lampung..
(17)
Chiras, D.D. 1991. Environmental Science Action for A Sustainable Future. The
Benjamin/Cumming Publication Company INC. California.
(18)
Prasetya Putri, Indah. 2011. Toksikologi.
http://imindah.blogspot.com/2011/06/toksikologi.html.
Diakses tanggal 20 april 2015.
(19)
Santoso, Jihad. 2005. Forensic Paper. http://forpapjs.blogspot.com/.
Diakses tanggal 20 april 2015.
(20)
Buchari. 2010. Toksikologi Industri.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1438/1/07002745.pdf
Diakses tanggal 20 april 2015.
(21)
Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI Press.
(22)
Wirasuta, IMAG. 2007. Toksikologi Umum.
http://www.scribd.com/doc/27116301/Toksikologi-Umum.
Diakses tanggal 20 april 2015.
(23)
IGD RSUD BUOL. 2009. Toksikologi.
http://igdrsudbuol.blogspot.com/2009/03/toksikologi.html.
Diakses tanggal 20 april 2015.
(24)
Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Download