Uploaded by User80360

Review Jurnal Stres Kerja Nelayan

advertisement
REVIEW JURNAL
Nama : Tsabita Atiqa Zahra (19.01.061.044)
Kelas : Psikologi A19
Judul
Volume & Halaman
Tahun
Penulis
Reviewer
Tanggal
Latar Belakang
Analisis Stres Kerja dan Upaya Intervensi Psikologi Kerekayasaan
dalam Mengatasi Stres Kerja Nelayan Tradisional Tanjung Peni
Citangkil dan Leleyan Grogol Pesisir Pantai Cilegon.
Vol. 2, No. 1
2017
Antonius D. Robinson Manurung, Yosephin Sri Sutanti S dan Dudi
Adam H.
Tsabita Atiqa Zahra (19.01.061.044)
29 September 2020
Pada sumber daya tenaga kerja yang berbasis pada mata pencaharian
sebagai nelayan, perubahan iklim sering menjadi pemicu munculnya stres
kerja yang menyebabkan gagal panen atau harga yang menurun bisa juga
sumber daya lahan maupun tempat yang tidak memadai. Stres kerja bagi
nelayan terjadi diakibatkan oleh rusaknya sumber mata pencaharian akibat
perubahan ekologis. Kondisi tersebut menyebabkan munculnya respon dan
upaya untuk beradaptasi dalam mengahadapi krisis (Makara,2012).
Gangguan emosi atau stres merupakan suatu reaksi seseorang terhadap
tekanan yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat
merugikan. Stres kerja juga dijelaskan sebagai proses psikologis yang terjadi
sebagai konsekuensi dari perilaku atau kejadian pada lingkungan kerja yang
menimbulkan akibat-akibat khusus secara psikologis, fisiologis, dan perilaku
individu.
Menurut apa yang terjadi di lapangan, peneliti menangkap beberapa pokok
masalah nelayan yang menimbulkan kondisi stres, yaitu : (1) kondisi alam
yang tidak menentu, (2) tingkat pendidikan nelayan yang rendah, (3) pola
kehidupan nelayan yang konsumtif, (4) kurang maksimalnya pemasaran hasil
tangkapan, (5) program pemerintah yang belum memihak nelayan. Kondisikondisi tersebutlah yang memicu munculnya stres kerja nelayan yang pada
akhirnya berpengaruh pada produktivitas kerja nelayan.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner, wawancara, alat deteksi stres (HRV- Heart Rate Variability). Skala
stres kerja diadaptasi dan dimodifikasi penulis dari konsep alat ukur Igor
(1997). Teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara stres kerja.
Sedangkan alat HRV mengukur frekuensi domain HRV yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kondisi stres mental individu.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah teknik pengambilan
sample. Dimana jumlah sampel yang menghasilkan analisa data yang
dipakai, yaitu : (1) analisa data deskriptif (kuantitatif), (2) analisa data
wawancara, dan (3) analisa data Heart Rate Variability (HRV)
Hasil Penelitian
a. Hasil Analisa Deskriptif
Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelompok nelayan tradisional Tanjung
Peni dan Leleyan adalah, 53,385. Nilai maksimum ialah 75. Dapat
dikatakan nilai mean di kedua lokasi nelayan tersebut termasuk cukup
tinggi.
b. Hasil Uji Independent Sample t-Test
Sesuai hasil uji ini nilai rata-rata (mean) yang diperoleh kelompok nelayan
tradisional Leleyan Grogol lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
(mean) pada kelompok Tanjung Peni. Dimana hasil untuk kelompok
Leleyan Grogol sebesar, 54,46 lebih besar dibandingkan dengan mean
kelompok Tanjung Peni yaitu, 52,31. Dengan arti stres kerja pada
kelompok Leleyan Grogol lebih tinggi dibandingkan kelompok Tanjung
Peni.
c. Hasil Analisa Data Wawancara
Hal-hal yang terkait dengan hasil data wawancara:
1). Lingkungan Kerja
 Suhu Udara
Kondisi suhu udara yang ekstrim panas di siang hari berefek pada
peningkatan metabolisme, sehingga dapat menimbulkan stres dan
kelelahan kerja. Sementara suhu pada malam hari yang ekstrim
dingin berefek pada munculnya hendaya yang berakibat stres kerja
dan menurunkan produktivitas.
 Goncangan
Tergantung pada angin dan cuaca dimana nelayan dihadapkan
pada situasi yang mencemaskan.
 Limbah Industri
Semenjak adanya limbah industri dekat laut para nelayan terpaksa
berlayar hingga ke tengah laut untuk mendapat hasil tangkapan,
padahal kapal yang mereka gunakan kurang kondusif untuk
menangkap ikan di tengah laut.
 Kebisingan
Faktor yang menyebabkan kebisingan yaitu mesin kapal yang
sudah semakin tua atau turang terawat. Dengan kondisi mesin kapal
yang demikian dapat menyebabkan tuli saraf.
2). Cara Kerja
Alat peindung diri yang dipakai nelayan seperti hanya menggunakan
topi, baju lengan panjang, dan sepatu karet masih kurang untuk mencegah
terjadinya penyakit-penyakit yang lain. Seharusnya mereka juga
menggunakan kaca mata hitam untuk mengindari sinar ultraviolet, debu,
dan angin laut, dan sarung tangan karet untuk melindungi dari iritasi air
laut yang terus menerus dan iritasi akibat menarik tambang. Jika tidak
cepat disadari maka akan berakibat muncul penyakit seperti, pterigium
(selaput putih pada mata), katarak, dermatitis (kontak iritan), dsbnya.
3). Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pemahaman mengenai
manajemen K3 bagi para nelayan dirasa masih sangat kurang, hal ini
dipahami karena pelatihan manajemen K3 relatif sangat minim. Padahal
pelatihan tersebut sangat penting untuk membantu berbagai permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja nelayan. Dikarenakan informasi yang
tidak merata para nelayan banyak yang tidak mengetahui adanya pelatihan
tersebut dan para nelayan yang mengikuti pelatihan tidak banyak yang
menerapkan hal-hal dalam pelatihan. Kurangnya fasilitas dari tim
kesehatan kerja juga membuat nelayan kesulitan dalam mengatasi berbagai
masalah terkait K3.
Pembahasan
d. Hasil Analisa Data Heart Rate Variability (HRV)
Hasil HRV ini menjelaskan mengenai stress resistance (coping stress),
stress index (psikis), dan fatigue index (kelelahan). Dari hasil tes HRV
tersebut nelayan tradisional di Leleyan Grogol menunjukkan coping stress
yang kurang baik, dimana skala buruk dan sangat buruk cukup besar yaitu
40%; indeks stres psikis pada level buruk dan sangat buruk 38%; dan
indeks kelelahan berada di level cukup memprihatinkan dengan jumlah
61% di level buruk dan sangat buruk.
Sedangkan di wilayah nelayan Tanjung Peni menunjukkan coping stress,
stress index (psikis), fatigue index (kelelahan) relatif kurang baik. Ada 15%
nelayan pada level coping stress buruk dan sangat buruk; indeks stres
(psikis) berjumlah 16% di level buruk dan sangat buruk; dan indeks
kelelahan sebesar 25% dalam level buruk dan cukup buruk.
Tingkat stres pada kelompok nelayan tradisional Leleyan Grogol lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok nelayan Tanjung Peni Citangkil. Hal
ini dipahami karena para nelayan di Leleyan Grogol kebanyakan tidak
berdomisili disekitar pesisir, selain itu aktivitas utama nelayan bukan hanya
nelayan. Berbeda dengan nelayan Tanjung Peni yang kebanyakan
berdomisili di pesisir dan sekitarnya serta pekerjaan sebagai nelayan lebih
sebagai aktivitas utama. Hasil penelitian membuktikan bahwa tingkat stres
kerja yang dialami oleh nelayan tradisional di pesisir pantai Cilegon
Banten karena kondisi mereka yang kelelahan saat bekerja sangat
mempengaruhi produktivitas nelayan saat melaut, karena untuk melaut
dibutuhkan stamina yang kuat dan fisik yang sehat agar memperoleh hasil
maksimal.
Pelayanan kesehatan yang tersedia dia wilayah Tanjung Peni dan
Leleyan Grogol dirasa belum berjalan dengan baik. Pelayanan yang lambat
dan tenaga medis yang tidak siap siaga merupakan hal yang paling
dikeluhkan para nelayan. Hal ini dapat dilihat dari manajemen,
komunikasi, pelatihan K3 belum terealisasi dengan baik. Dan para nelayan
berpikir tidak dapat bekerja dengan tenang karena banyak kebutuhan yang
harus dipenuhi seperti mesin, peralatan, dan perawatan kapal yang mahal.
Dari hasil tersebut salah satu upaya progresif untuk menangani stres kerja
Strategi dalam
Penelitian
pada nelayan adalah dengan melakukan intervensi psikologi kerekayasaan.
Upaya intervensi psikologi kerekayasaan dalam menangatasi stres dalam
pekerjaan nelayan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampak yang negatif. Upaya dimaksud dikenal sebagai
pendekatan manajemen stres (tata kelola stres), yang lebih daripada
sekadar mengatasi stres kerja nelayan, namun juga belajar mencegah dan
menanggulangi stres kerja nelayan secara adaptif dan efektif.
A. Pengembangan Intervensi Psikologi Kerekayasaan sebagai Upaya
Mengatasi Stres Kerja Nelayan
Model pengembangan intervensi psikologi kerekayasaan yang dapat
diaplikasikan oleh para nelayan:
Kesimpulan
1). Strategi Penanganan Individual
a. Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif
(istirahat ketika merasa lelah).
b. Melakukan Relaksasi atau Meditasi ketika dirumah atau ketika tidak
melaut.
c. Melakukan Olahraga.
2). Strategi Penanganan Organisasional
a. Menciptakan iklim organisasi yang mendukung.
b. Memperkaya kerja dengan meningkatkan faktor isi pekerjaan (seperti
tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian,
peningkatan, dan pertumbuhan.
c. Mengurangi konflik dan upaya mengklarifikasi berbagai peran
organisasional.
3). Strategi Dukungan Sosial
Dibutuhkan dukungan sosial terutama orang terdekat, seperti keluarga,
teman sesama nelayan, pemimpin, atau orang lain untuk mengurangi stres
kerja (Munandar, 2001).
Stres kerja yang dialami oleh kelompok nelayan Leleyan Grogol lebih
tinggi daripada kelompok nelayan Tanjung Peni, dikarenakan para
kelompok nelayan Leleyan Grogol bertempat tinggal tidak disekitar pesisir
dan aktivitas mereka tidak hanya sebagai nelayan. Sedangkan kelompok
nelayan Tanjung Peni memang tinggal di pesisir dan aktivitas utama
mereka adalah nelayan. Melalui hasil tes yang dilakukan oleh para peneliti
pun banyak faktor yang menyebabkan stres kerja para nelayan mencapai
level yang buruk dan cukup buruk. Faktor akan kurangnya perbekalan
dalam memanajemen keselamatan dan kesehatan kerja, fasilitas yang
kurang memadai, dan pengabaian para nelayan akan alat pelindung diri
untuk mengurangi resiko munculnya penyakit. Para peneliti pun melakukan
pengembangan intervensi psikologi kerekayasaan sebagai upaya mengatasi
stres kerja nelayan, melalui strategi-strategi yang telah dibentuk.
Download