IKAN MUJAIR (O. mossambicus) DENGAN METODE RANDOMLY

advertisement
573
Variasi genetik persilangan 3 strain ikan nila ... (Erma Primanita Hayuningtyas)
VARIASI GENETIK PERSILANGAN 3 STRAIN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN
IKAN MUJAIR (O. mossambicus) DENGAN METODE RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHIC
DNA (RAPD)
Erma Primanita Hayuningtyas, Nunuk Listiyowati, dan Didik Ariyanto
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanana Air Tawar
Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang 41256
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Persilangan merupakan kegiatan pemuliaan yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan variasi
genetik. Semakin tinggi variasi genetik dapat meningkatkan kualitas ikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui variasi genetik serta hubungan kekerabatan antar benih persilangan 3 strain ikan nila (Oreochromis
niloticus) dengan mujair (O. mossambicus). Ikan yang di gunakan adalah hasil persilangan 4 strain, nila BEST
(Bogor Enhancement Strain of Tilapia), nila merah (Red NIFI), NIRWANA (nila ras wanayasa), mujair (O. mossambicus).
Persilangan dilakukan secara dua arah penuh (full diallel crossing) sehingga dihasilkan 16 populasi, tetapi
yang menghasilkan benih hanya 15 populasi. Metode yang digunakan adalah RAPD yang dianalisis
menggunakan program TFPGA (Tools for Population Genetic Analysis) untuk menghitung polimorfisme,
heterozigositas, dan jarak genetik. Hasil dari persentase polimorfik (berkisar 5,26%–63,15%), terendah pada
populasi 14 (Nirwana M x Nirwana F) dan tertinggi pada populasi 7 (Mujair M x Mujair F). Jarak genetik 15
populasi persilangan berkisar (0,236–0,560), terdekat antara populasi 3 (BEST x Nirwana) dangan populasi
2 (BEST x Red NIFI) dan terjauh antara populasi 14 (Nirwana x Nirwana) dengan populasi 11 (Red NIFI x
Mujair). Hubungan kekerabatan 15 populasi persilangan cukup jauh dan membentuk beberapa cluster
berdasarkan induk betina sebagai penurun gen dominan. Kekerabatan terjauh adalah pada persilangan
yang menggunakan induk betina ikan mujair dan NIRWANA, sedangkan hubungan kekerabatan terdekat
adalah pada persilangan nila BEST.
KATA KUNCI:
Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD), persilangan, Oreochromis niloticus , jarak genetik
PENDAHULUAN
Pemuliaan ikan air tawar di Indonesia saat ini berkembang pesat. Terdapat 6 komoditas unggulan
ikan air tawar, salah satunya adalah ikan nila (Orechromis niloticus). Pada tahun 1969 ikan nila pertama
kali di introduksi dari Taiwan. Selanjutnya jenis ikan nila hitam didatangkan dari Thailand tahun
1989 yakni strain Chitralada, dari Filipina tahun 1994 dan 1997 (strain GIFT), sedangkan jenis ikan
nila merah didatangkan dari Thailand tahun 1989 (strain Red NIFI) (Gustiano, 2007). Perkembangan
budidaya ikan nila yang pesat ini tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas genetik. Sebagian produk
yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan kualitas genetik yang ditandai dengan sifat-sifat
seperti pertumbuhan yang lambat, tingkat kematian tinggi dan dan matang kelamin usia dini (Arifin
et al., 2007). Perbaikan mutu genetik ikan nila selalu dilakukan hingga menghasilkan varietas baru di
antaranya ikan NIRWANA (Nila Ras Wanayasa) yang dirilis pada tahun 2006 di Balai Pengembangan
Benih Ikan (BPBI) Wanayasa (Sholikah, 2007). Pada tahun 2008 ikan nila BEST (Bogor Enhanced Strain
Tilapia) dihasilkan setelah melakukan penelitian selama 4 tahun (Gustiano, 2008).
Upaya yang dilakukan untuk perbaikan kualitas genetik pada ikan nila adalah melalui program
seleksi induk dan persilangan. Persilangan dilakukan untuk mencegah terjadinya kemunduran genetik
yang biasa terjadi akibat silang dalam (inbreeding) (Ariyanto, 2003). Persilangan merupakan salah
satu kegiatan pemulian, dasar dari pemuliaan adalah harus mengetahui tingkat keragaman genetik
dan potensi keragaman genetik (Imron, 1997).
Variasi genetik menggambarkan adanya keragaman dalam satu spesies. Adanya keragaman terlihat
dari karakteristik ikan, baik dari dalam (genotipe) maupun dari luar (fenotipe). Bila dilihat secara
genotipe, variasi genetik yang terdapat pada ikan hasil persilangan memiliki variasi yang berbedabeda. Untuk melihat variasi genetik tersebut dan mengetahui kekerabatan antara satu individu dengan
individu lainnya, maka dilakukan pendekatan molekuler yaitu dengan metode RAPD (Randomly Am-
574
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
plified Polymorphic DNA). Sehingga dapat melihat karakter polimorfisme dari masing-masing ikan
(Salam, 1994; Abadallah et al., 2004; Sudarmono, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
variasi genetik 3 strain ikan nila dengan ikan mujair melalui analisis RAPD.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilakukan di Loka Riset Pemulian dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar,
Sukamandi pada bulan Juli-November 2009. Induk ikan Nila yang digunakan terdiri atas 2 strain
hasil pemuliaan, yaitu nila BEST dan nila NIRWANA serta 1 strain ikan nila introduksi, yaitu nila red
NIFI. Nila BEST adalah ikan nila hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya
Perikanan Air Tawar, Bogor sedangkan nila NIRWANA adalah ikan nila hasil pemuliaan yang dilakukan
oleh Balai Pengembangan Benih Ikan, Wanayasa. Nila red NIFI didapatkan dari PT CPP, Pabuaran Farm,
Subang. Induk ikan mujair yang digunakan terdiri atas 1 strain, yaitu yang didapatkan dari muara
Sungai Ciasem, Subang.
Metode persilangan yang digunakan adalah persilangan dua arah penuh (full diallel crossing).
Berdasarkan metode tersebut, akan didapatkan 16 populasi hasil persilangan terdiri atas 6 populasi
persilangan, 6 populasi persilangan resiprokal, dan 4 populasi tetua sebagai kontrol yang terdiri
atas Mujair x Mujair, Red NIFI x Red NIFI, BEST x BEST, dan NIRWANA x NIRWANA. Desain model
persilangan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Model desain persilangan 3 strain ikan nila dan 1 strain ikan mujair
Betina/Jantan
Red NIFI (Rd)
NIRWANA (Nr)
BEST (Bs)
Mujair (Mj)
Red NIFI (Rd)
Rd - Rd
Nr - Rd
Bs - Rd
Mj - Rd
Rd - Nr
Nr - Nr
Bs - Nr
Mj - Nr
Rd - Bs
Nr - Bs
Bs - Bs
Mj - Bs
Rd - Mj
Nr - Mj
Bs - Mj
Mj - Mj
NIRWANA (Nr)
BEST (Bs)
Mujair (Mj)
Isolasi DNA
Ikan yang digunakan adalah benih persilangan pada umur 3 bulan. Masing-masing sebanyak 10
sampel. Genom DNA diperoleh dari jaringan daging ikan, yang dihasilkan dari proses ekstraksi
menggunakan metode Isolasi DNA GF 1 (Vivantis).
Bagian dari daging ikan diawetkan dalam larutan Alkohol absolut (100%). Jaringan daging sebanyak
20 mg dihancurkan kemudian ditambah larutan 250 μL Buffer TL, 20 μL Proteinase K dan 12 μL Lysis
Enhacher, diinkubasi 65°C selama 3 jam. Selanjutnya penambahan 560 mL Buffer TB dicampur
menggunakan vortex, diinkubasi 65°C selama 10 menit. Kemudian didiamkan pada suhu ruang lalu
ditambah 200 mL Etanol Absolute, divortex. Supernatan dipindahkan pada tube kolom lalu di-sentrifuge
pada 5 rpm selama 1 menit, cairan bagian bawah kolom dibuang. Tahap pencucian kolom, 750 mL
Wash Buffer dimasukkan ke dalam kolom kemudian di-sentrifuge pada 5 rpm selama 1 menit, (diulang
sebanyak 2 kali). Kolom dipindah ke tube baru dan ditambahkan 100 mL Elution Buffer inkubasi pada
suhu 65°C selama 2 menit. Sentrifuge pada 5 rpm. Genom DNA disimpan pada suhu 4°C. Keberadaan
DNA dilihat melalui Elektroforesis pada voltase 100 selama 25 menit. Konsentrasi DNA dilihat
menggunakan Gene Quant.
PCR
Amplifikasi menggunakan 3 primer (Operon Tecnologies Primer set A, 1st BASE Pte Ltd) (Tabel 2).
Amplifikasi dilakukan menggunakan metode PCR dengan komposisi bahan: 1 mL primer (10 rmol), 2
mL DNA (50-200 ng), 12,5 mL 2X PCR Master Mix (Vivantis), dan 9,5 mL H2O; dengan total volume 25
mL dicampur menjadi 1 unit. Selanjutnya dimasukkan dalam thermocycler dengan siklus sebanyak 35
cycle, yaitu: satu siklus denaturasi awal pada suhu 94°C selama 2 menit, 34 siklus selanjutnya terdiri
atas denaturasi pada suhu 94°C selama 1 menit, annealing 36°C selama 1 menit dan elongasi 72°C
575
Variasi genetik persilangan 3 strain ikan nila ... (Erma Primanita Hayuningtyas)
Tabel 2. Jenis primer yang digunakan beserta urutan basa, panjang
nukleotida, dan komposisi basa G+C yang terdapat didalam primer
Kode primer
Urutan basa (5’–3’)
Panjang nukleotida
G+C (%)
OPA - 03
OPA - 07
OPA - 12
AGT CAG CCA C
GAA ACG GGT G
TCG GCGATA G
10-mer
10-mer
10-mer
60
60
60
selama 2 menit. Elongasi akhir pada suhu 72°C selama 7 menit. Hasil PCR dilihat melalui elektroforesis
atau disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 4°C. Untuk satu sampel ikan, proses PCR ini
dilakukan sebanyak jumlah primer yang digunakan (3 primer). Setiap satu kali proses PCR
menggunakan primer tunggal.
Elektroforesis
Hasil PCR dapat dilihat melalui elektroforesis, 3 μL DNA dicampur dengan 1 μL loading dye
dimasukkan dalam sumur elektroforesis pada gel agarose + synergel 2% pada media ½X TAE (Tris
Acetate EDTA ). Running pada voltase 100 selama 30 menit, bersamaan dengan marker sebagai standar
berat molekul. Stainning, gel direndam dalam larutan ethidium bromide selama 30-60 menit. Kemudian
divisualisasikan pada UV transiluminator.
Analisis Data
Variasi genetik dianalisis menggunakan program TFPGA (Tools for Population Genetic Analysis) (Miller,
1997). Hubungan kekerabatan antar individu dianalisis dengan menggunakan jarak genetik
berdasarkan program UPGMA. Menurut Wright (1978), modifikasi Roger’s (1972) dari software TFPGA.
Data yang dihasilkan dari penggunaan program tersebut berupa konstruksi pohon filogeni yang
disajikan dalam bentuk dendrogram (Deakin & AusAID, 2002).
HASIL DAN BAHASAN
Persilangan ikan nila yang dianalisis RAPD (Randomly Amplified Polymorphic DNA) terdiri atas 15
populasi karena 1 populasi tidak dapat memijah yaitu BEST M x Mujair F sehingga tidak menghasilkan
individu untuk dianalisis. Masing- masing populasi dianalisis sebanyak 10 sampel. Seluruh sampel
diamplifikasi menggunakan 3 jenis primer (OPA 03, OPA 07, OPA 12 ) yang menghasilkan fragmen
(pola pita) pada 15 populasi persilangan ikan nila. Dari 150 sampel yang dianalisis hanya 85 yang
dapat menghasilkan amplifikasi pada ketiga primer tersebut. Jumlah dan ukuran fragmen yang
dihasilkan pada tiap primer dari 15 populasi persilangan dapat dilihat pada Gambar 1-3 dan Tabel 3.
Gambar 1. Pola pita DNA 15 populasi persilangan 3 strain ikan nila
dengan ikan mujair menggunakan primer OPA 03
576
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Gambar 2. Pola pita DNA 15 populasi persilangan 3 strain ikan nila
dengan ikan mujair menggunakan primer OPA 07
M1 : Marker 100 bp, M2 : Marker 1 Kb, Angka 1-15 adalah gambar yang
mewakili dari setiap populasi yang tertera pada Tabel 3
Gambar 3. Pola pita DNA 15 populasi persilangan 3 strain ikan nila
dengan ikan mujair menggunakan primer OPA 12
Tabel 3. Jumlah dan ukuran fragmen populasi persilangan ikan nila hasil amplifikasi
menggunakan 3 primer
Primer
OPA - 03
OPA - 07
OPA - 12
Jumlah fragmen Kisaran ukuran fragmen (bp) Jumlah lokus
1-8
1 - 10
1-7
250 - 3000
200 - 3000
400 - 2000
11 lokus
15 lokus
12 lokus
Polimorfisme
90,90%
66,66%
83,33%
Ukuran fragmen DNA dari ketiga primer berkisar 200–3.000 bp, ukuran ini lebih besar dibandingkan
dengan hasil penelitian Liu et al. (1999), yang memiliki ukuran fagmen pada ikan lele antara 200–
1.500 bp dengan menggunakan primer OPB sampai OPF (masing-masing 20 primer). Juga lebih
besar dari ukuran fragmen pada populasi ikan nila paternal half sib (Oreochromis niloticus) berkisar
250–1.600 (Hayuningtyas, 2007). Adanya fragmen yang lebih besar dari ukuran pada umumnya
karena kemunculan pada berat molekul 3.000 bp muncul spesifik pada populasi yang silangannya
menggunakan induk mujair atau red NIFI. Primer yang digunakan dalam RAPD memiliki karakter
penempelan fragmen yang berbeda sehingga mempengaruhi polimorfisme, karena jumlah fragmen,
577
Variasi genetik persilangan 3 strain ikan nila ... (Erma Primanita Hayuningtyas)
dan berat molekul yang dimiliki berbeda-beda (Roslim, 2001). Polimorfisme yang dihasilkan dari
ketiga primer pun berbeda-beda, terendah pada OPA-07 dan tertinggi pada OPA 12 (Tabel 3).
Variasi genetik 15 populasi persilangan dapat diketahui melalui persentase polimorfisme setiap
populasi (Tabel 3). Populasi yang memiliki tingkat polimorfisme tertinggi adalah pada populasi Nirwana
M x Nirwana F (5,26), sementara yang terendah adalah Mujair M x Mujair F (63,15%). Menurut
Hayuningtyas (2007), populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki kisaran 47,66%–64,13%, kisaran
polimorfisme hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan kisaran tersebut hanya nilai minimumnya
lebih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa variasi genetik ikan nila persilangan masih beragam.
Nilai polimorfisme yang dihasilkan berbanding lurus dengan nilai heterozigositas dengan kisaran
0,0291–0,2303. Tingkat keragaman genetik berdasarkan nilai heterozigositas pada ikan nila memiliki
kisaran yang cukup tinggi. Terdapat populasi yang memiliki keragaman rendah (0,0291) dan terdapat
pula populasi yang memiliki keragaman yang tinggi (0,2303) (Tabel 4). Tinggi rendahnya tingkat
keragaman diakibatkan adanya persilangan yang di dalamnya terdapat perpaduan gen yang dominan
dan resesif (Hayuningtyas, 2007). Perpaduan gen yang dihasilkan dari persilangan ikan mujair betina
dengan ikan nila berbagai strain cenderung memiliki keragaman yang rendah, diduga gen yang
dibawa dari ikan mujair betina bersifat resesif sehingga sumber genetik sebagian besar diperoleh
dari ikan nila jantan.
Tabel 4. Persentase polimorfisme pada 15 populasi persilangan
Populasi (♀ x ♂)
Jumlah sampel
Polimofisme (%)
Heterozigositas
Bs x Bs
Bs x Rd
Bs x Nr
Mj x Bs
Mj x Rd
Mj x Nr
Mj x Mj
Rd x Bs
Rd x Rd
Rd x Nr
Rd x Mj
Nr x Bs
Nr x Rd
Nr x Nr
Nr x Mj
5
4
7
3
4
9
10
4
6
7
5
6
7
2
6
26,31
28,94
55,26
21,05
26,31
23,68
63,15
42,10
21,05
34,21
23,68
42,10
47,36
5,26
23,68
0,1259
0,1283
0,1787
0,0757
0,1104
0,1049
0,2303
0,1629
0,0800
0,1132
0,0727
0,1388
0,1355
0,0291
0,0825
Jumlah sampel
85
X = 32,28%
0,1179
Keterangan : Bs : BEST; Rd : red NIFI; Nr : NIRWANA; dan Mj : Mujair
Hubungan kekerabatan 15 populasi ikan nila persilangan dilihat dari nilai jarak genetik (Tabel 5).
Jarak genetik pada populasi persilangan ikan nila berkisar antara 0,236–0,560. Jarak genetik terdekat
adalah antara populasi 3 (BEST M x Nirwana F) dengan populasi 2 (BEST M x Red NIFI F). Sementara
jarak genetik terjauh adalah pada populasi 14 (Nirwana M x Nirwana F) dengan populasi 11 (Red NIFI
M x Mujair F). Secara umum jarak genetik 15 populasi persilangan tinggi karena merupakan ikan
budidaya dan hasil persilangan dari strain yang berbeda, bahkan spesies yang berbeda (pada ikan
mujair). Hal ini mengindikasikan bahwa persilangan dapat meningkatkan variasi genetik sehingga
hubungan kekerabatan menjadi lebih jauh. Secara visualisasi hubungan kekerabatan dapat
digambarkan dalam bentuk dendogram (Gambar 4).
Hubungan kekerabatan berdasarkan dendogram yang merupakan hasil gabungan analisis dari
tiga primer membentuk tingkat kemiripan 0,2362-0,4536 (Gambar 4). Pengelompokan atau cluster
menghasilkan dua cluster besar yang masing-masing membentuk 3 subcluster. Pengelompokan pada
*****
0,253
0,239
0,385
0,355
0,479
0,380
0,387
0,468
0,462
0,499
0,381
0,333
0,440
0,310
*****
0,236
0,334
0,326
0,497
0,405
0,469
0,529
0,528
0,530
0,455
0,418
0,449
0,406
Sumber: Wright (1978)
Bs x Bs
Bs x Rd
Bs x Nr
Mj x Bs
Mj x Rd
Mj x Nr
Mj x Mj
Rd x Bs
Rd x Rd
Rd x Nr
Rd x Mj
Nr x Bs
Nr x Rd
Nr x Nr
Nr x Mj
*****
0,333
0,348
0,467
0,374
0,402
0,476
0,486
0,517
0,390
0,380
0,429
0,366
*****
0,270
0,509
0,446
0,491
0,497
0,475
0,547
0,406
0,449
0,428
0,452
*****
0,407
0,408
0,432
0,445
0,470
0,518
0,433
0,387
0,344
0,347
*****
0,346
0,429
0,422
0,493
0,530
0,522
0,489
0,549
0,473
*****
0,387
0,352
0,437
0,487
0,403
0,435
0,435
0,431
*****
0,300
0,342
0,406
0,358
0,400
0,454
0,340
*****
0,314
0,462
0,394
0,444
0,489
0,399
*****
0,263
0,279
0,387
0,480
0,380
*****
0,331
0,469
0,560
0,452
*****
0,392
0,423
0,385
*****
0,323
0,315
*****
0,408
*****
Bs x Bs Bs x Rd Bs x Nr Mj x Bs Mj x Rd Mj x Nr Mj x Mj Rd x Bs Rd x Rd Rd x Nr Rd x Mj Nr x Bs Nr x Rd Nr x Nr Nr x Mj
Tabel 5. Jarak genetik 15 populasi persilangan berdasarkan modifikasi Roger’s
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
578
579
Variasi genetik persilangan 3 strain ikan nila ... (Erma Primanita Hayuningtyas)
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
Bs x Rd
Bs x Nr
Bs x Bs
Mj x Bs
Mj x Rd
Nr x Rd
Nr x Mj
Nr x Nr
Rd x Nr
Rd x Mj
Nr x Bs
Rd x Bs
Rd x Rd
Mj x Nr
Mj x Mj
Gambar 4. Dendogram 15 populasi persilangan 3 strain ikan nila dengan ikan
mujair dari analisis UPGMA Modifikasi Roger’s (Wright, 1978) gabungan
3 primer. Bs : BEST; Rd : red NIFI; Nr : NIRWANA; dan Mj : Mujair
subcluster cenderung berdasarkan kesamaan induk betina. Populasi yang induk betinanya nila BEST
membentuk 1 cluster tersendiri dan merupakan kelompok dengan tingkat kemiripan yang rendah.
Sementara populasi yang menggunakan induk betinanya NIRWANA 3 populasi membentuk 1 cluster
dan 1 populasi terpisah. Subcluster yang menggunakan induk betina NIRWANA merupakan cluster
yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih jauh dibanding cluster lainnya. Pada populasi yang
menggunakan induk betina Red NIFI dan induk betina mujair masing-masing membentuk dua cluster
yang terpisah. Adanya pembentukan beberapa cluster yang tergantung dari induk betina
mengindikasikan bahwa gen induk betina cukup memberikan kontribusi dalam pewarisan sifat gen.
Menurut Liu et al., 1998 dalam Dunham (2004), sifat dominan dari marka RAPD dan pola pewarisan
sifat dominan Mendel terdapat pada keturunan F-1.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa persilangan 3 strain ikan nila dengan
ikan mujair memiliki variasi genetik yang beragam dengan polimorfisme (5,26%-63,15%) yang
berbanding lurus dengan nilai heterozigositas (0,0291-0,2303) dan memiliki jarak genetik 0,2360,560 yang relatif jauh yaitu antara Nirwana x Nirwana dengan Red NIFI x Mujair. Hubungan
kekerabatan yang terbentuk pada populasi ikan persilangan cukup jauh. Kekerabatan terjauh adalah
pada persilangan yang menggunakan induk betina ikan mujair dan ikan nirwana. Sedangkan yang
memiliki hubungan kekerabatan terdekat adalah persilangan ikan nila BEST. Pengelompokan yang
terbentuk pada hubungan kekerabatan adalah berdasarkan induk betina sebagai penurun gen
dominan.
DAFTAR ACUAN
Abadallah, H.H., Elnaldy, M., Obeida, A., & Itriby, H. 2004. Genetic Diversity of Nile Tilapia Populations Revealed by Randomly Amplyfied Polymorphic DNA (RAPD). Aquaculture Research, 35: 587593.
Arifin, O.Z. & Kurniasih, T. 2007. Karakteristik morfologi keturunan pertama ikan nila (Oreochromis
niloticus) GET dan GIFT Berdasarkan Metode Truss Morpho metrics. J. Ris. Akuakultur, 2(3): 377387.
Ariyanto, D. 2003. Ikan Mas Hibrida Antara Harapan dan Kenyataan. Warta Pen. Perik. Indonesia, 9(3):
2-6.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
580
Deakin University and AusAID. 2002. Workshop in Molecular Genetics for Aquaculture and Fisheries. Practical Exercises an Problem Solving 1–7 July 2002. Deakin University. Australia.
Dunham, A.R. 2004. Aquaculture & Fisheries Biotechnology Genetic Approaches. CABI Publishing. Alabama. USA, p. 372.
Gustiano, R. 2007. Perbaikan mutu genetik ikan nila. Kumpulan Makalah Bidang Riset Perikanan
Budidaya, Simposium Kelautan dan Perikanan. Jakarta, 6 hlm.
Gustiano, R. 2008. Varietas baru ikan budi daya air tawar : Ikan nila BEST (Bogor Enhanced Strain
Tilapia). Warta Plasma Nutfah Indonesia, (20): 3-6
Hayuningtyas, E.P. 2007. Variasi genetik ikan nila (Oreochromis niloticus berdasarkan paternal half sib
dengan metode Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Skripsi. UNSOED. Purwokerto
Imron. 1997. Keragaman Morfologis dan Biokimia Beberapa Stok Keturunan Induk Udang Windu (Penaeus
monodon) Asal Laut yang Dibudidayakan di Tambak. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Liu, Z.J., Li, P., Argue, B.J., & Dunham, R.A. 1999. Random Amplified Polymorphic DNA Makers: Usefulness for Gene Mapping and Analysis of Genetic Variation of Catfish. Aquaculture, 174: 59-68.
Miller, M.P. 1997. Tools of Population Genetic Analyses TFPGA 1.3. A window program for analysis
allozyme and molecular population genetic data.
Roslim, D.I. 2001. Kemiripan Genetik Tiga Populasi Kelapa Dalam dari Tiga pulau dengan Penanda RAPD
(Random Amplified Polymorphic DNA). Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Salam, A.M.S. 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset. Yogyakarta.
Solikah, A. 2007. NIRWANA dan Gesit, ikan nila varietas baru. www.kabarindonesia.com. [23-06-09].
Sudarmono. 2006. Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik Molekuler Elektroforesis. Inovasi,
7(18): 1-7.
Download