LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA NY. S USIA 50 TAHUN (Dengan Konsep Dasar Istirahat dan Tidur) Disusun oleh : Rizqi Ahmad FAuzi (402020051) PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN 8 UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG 2020 KONSEP DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) A. DEFINISI Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi atau memenuhi kebutuhan tidur tersebut. 1. Istirahat Istirahat yaitu suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Terdapat enam karakteristik istirahat, yaitu : a. Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi, b. Merasa diterima, c. Mengetahui apa yang sedang terjadi, d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan, e. Mempunyai rencana-rencana kegiaatan yang memuaskan, f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. 2. Tidur Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika prespsi dan rekasi individu terhadap lingkungan menurun. Selama tidur dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, antara lain : a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi, b. Dilatasi pembuluh darah perifer, c. Kadang-kadang terjadi peningkat aktivitas tractus gastrointestinal, d. Basal metabolic rate (BMR) menurun 10-30%. Tabel 1 Pola Tidur Normal Berdasarkan Usia Usia 0-3 bulan Tingkat Jumlah Kebutuhan Perkembangan Tidur Neonatus 14-18 jam/hari Tahapan Tidur REM 50% (minggu pertama kelahiran) 1-18 bulan Bayi 12-14 jam/hari REM 20-30% 18 bulan – 3 tahun Anak 11-12 jam/hari REM 25% 3 tahun – 6 tahun Prasekolah 11jam/hari REM 20% 6 tahun – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari REM 18.5% 12 tahun – 18 tahun Remaja 8,5 jam/hari REM 20% 18 tahun – 40 tahun Dewasa Muda 7-8 jam/hari REM 20-25% 40 tahun – 60 tahun Dewasa 7 jam/hari REM 20% Pertengahan 60 tahun ke atas Usia Tua 6 jam/hari REM NREM B. TUJUAN TIDUR 1. Tidur memperbaiki sel rusak, 2. Tidur meningkatkan daya ingat, 20-25% IV 3. Tidur mencegah penyakit, 4. Tidur mempengaruhi pola makan, 5. Tidur meningkat energi, 6. Tidur menecegah stress, 7. Meningkatan kecerdasan 8. Kulit dan mata jadi lebih cerah serta rambut sehat berkilau. C. MANFAAT TIDUR Tidur nyenyak dapat mengembalikan vitalitas seseorang menjadi lebih baik. Tidak mengherankan bila waktu tidur pada setiap orang pun berbeda-beda. The National Slepp Fundation menyebutkan bahwa bayi harus tidur sekitar 80% dalam sehari. Sementara bagi orang dewasa 30% dari waktu 24 jam atau sekitar 7-9 jam sebaiknya dipergunakan untuk tidur. Pada orang dewasa dibutuhkan tidur 8 jam sehari. Jika kurang, maka mereka akan merasakan beberapa dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Beberapa dampak yang dapat dirasakan di anataranya adalah : pengaruh daya ingat, konsentrasi dan berpikir menjadi menurun. D. FISIOLOGI TIDUR Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskular dan respirasi muskuloskletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electreoencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuraan tonus otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrokulogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata. Penganturan dan kontrol tidur bergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Aktibitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Sycnhronizing Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri dan sensori raba; serta emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotoin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), bangun dan tidurnya seseorang bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer (misalnya bunyi, stimulus cahaya), serta system limbik seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk tidur, maka menutup matanya dan berusaha dalam posisi relaks, jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saar itu BSR mengeluarkan serum serotonin. Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kergiatan tak sadar dari badan, salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera tak sadar dari badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar biasa panjang atau lama. Formasi reticular terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel saraf dan serat saraf. Seratserat mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi reticular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta dusengaja dengan mudah, ataupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada. Di waktu tidur, system reticular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila system reticular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serbral dan organ-organ serta sel-sel pengindraan dikulit. Misalnya, jam beker membangunkan tidur menjadi keadaan sadar apabila seseorang menyadari bahwa harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organorgan serta sel-sel di kulit badan. Oleh karenanya, keadaan tidak dapat tidur menimbukan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan, sedangkan di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal. E. TAHAPAN TIDUR 1. Non Rapid Eye Movement (NREM) Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu: a. Tahap I Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan : 1) Mata menjadi kabur dan rileks. 2) Seluruh otot menjadi lemas. 3) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan. 4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun. 5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa. 6) Dapat terbangun dengan mudah. 7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi. b. Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan : 1) Kedua Bola mata berhenti bergerak. 2) Suhu tubuh menurun. 3) Tonus otot perlahan-lahan berkurang. 4) Tanda-tanda vital turun dengan jelas. 5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang tidur. c. Tahap III Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan: 1) Relaksasi otot menyeluruh. 2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur. 3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik. 4) Sulit dibangunkan dan digerakkan. d. Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan : 1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan. 2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi. 3) Tonus Otot menurun (relaksasi total). 4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %. 5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik. 6) Gerak bola mata mulai meningkat. 7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol). 2. Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya. a. Tahap REM ditandai dengan: 1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahaptahap sebelumnya. 2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul. 3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai. 4) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi. 5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi. 6) Metabolisme meningkat. 7) Lebih sulit dibangunkan. 8) Sekresi ambung meningkat. 9) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit. b. Karakteristik tidur REM 1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka. 2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi. 3) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea. 4) Nadi : Cepat dan ireguler. 5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 6) Sekresi gaster : Meningkat. 7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 8) Gelombang otak : EEG aktif. 9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan. F. SIKLUS TIDUR Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. Gambar 1. Siklus Tidur G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR 1. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan. 2. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. 3. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk. 4. Kelelahan Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. 5. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya. 6. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah. 7. Obat-obatan Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM). H. GANGGUAN-GANGGUAN TIDUR Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari. 1. Insomnia Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif .Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. 2. Parasomnia Perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak). 3. Hipersomnia Tidur yang berlebihan terutama pada siang hari. 4. Narkolepsi Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya . 5. Apnea saat Tidur dan Mendengkur Gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah, Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak. OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik. Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. 6. Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. I. PENGAKAJIAN 1. Pengkajian Umum Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab. 2. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi masalah actual yang terjadi saat ini dan masalah kesehatan dimasa lalu. Dalam mengkaji klien dan keluarga, perawat berfokus pada manifestasi klinis dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial. 1) Keluhan utama: a) Demam: subfebris, febris (40-41° C) hilang timbul. b) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama (> 3 minggu). c) Sesak napas: timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai setengah paru. d) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura, sehingga menimbulkan pleuritic. e) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam tanpa sebab. f) Pada antelektasi terdapat gejala berupa: sinosis, sesak napas, dan kolaps. Bagian dada klien tidak tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto torak tampak bayangan hitam pada sisi yang sakit dan diafragma menonjol ke atas. g) Perlu ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular. 2) Keluhan Sistemis a) Nyeri Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek. b) Keluhan sistemis lainnya Keluhan yang biasa timbul adalah keringat malam, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia. (Arif Muttaqin, 2012) 3) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien masuk Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas dan menyebabkan tidak bisa melakukan aktivitas. Rasa sesak napas yang dirasakan seperti tercekik atau susah melakukan inspirasi. Rasa berat pada dada saat akan berbatas. Rasa sesak napas biasanya dirasakan berdasarkan skala yang sesuai. Saat ber aktivitas semakin terasa sesak, tetapi jika berbaringan saja ditempat tidur sesak berkurang. Sesak dirasakan klien sudah sejak 7 hari yang lalu. Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan klien. Secara umum pertanyaan yang dapat diajukan pada klien adalah sebagai berikut. : Riwayat merokok, Pengobatan saat ini dan masa lalu, Alergi dan Tempat tinggal. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan. 5) Riwayat Penyakit Dahulu Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur. 3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual a. Bernapas b. Nutrisi c. Eliminasi d. Aktivitas e. Istirahat tidur f. Berpakaian g. Pengaturan suhu tubuh h. Personal Hygiene i. Rasa Aman Nyaman j. Komunikasi k. Spiritual l. Rekreasi m. Bekerja n. Pengetahuan atau belajar 4. Data Pengkajian Fisik a. Keadaan Umum Pasien Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit. b. Gejala Kardial Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas. c. Keadaan fisik Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. 5. Data Pemeriksaan Penunjang Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit. 6. Pengkajian Psikososial Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. J. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI, 2017) 1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan Intervensi Masalah Gangguan Pola Tidur ( SIKI , 2018) K. DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... hambatan lingkungan. x 24 jam diharapkan pola tidur kembali normal Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas dengan kriteria hasil sebagai berikut: waktu tidur akibat faktor eksternal. -Pola tidur kembali normal Faktor yang berhubungan : -Aktivitas kembali normal lingkungan (mis: Hambatan kelembapan, lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan) Kurang kontrol tidur Kurang privasi Restraint fisik Ketiadaan teman tidur Tidak familiar dengan peralatan tidur INTERVENSI SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Dukungan tidur: 1. Identifikasi pola aktivitas tidur 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik/psikologis) 3. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi 4. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, dan tempat tidur) 5. Tetapkan jadwal tidur rutin 6. Fasilitasi menghilangkan setres 7. Ajarkan teknik relaksasi Edukasi aktivitas/istirahat: 1. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat 2. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisi/berolahraga 3. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. Kelelahan, sesak nafas saat aktivitas) 4. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan DAFTAR PUSTAKA Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 2. Jakarta: Salemba Medika. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.