Uploaded by Nuraida ZM

LP ISTIRAHAT DAN TIDUR

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
Istirahat dan Tidur
I.
Konsep Kebutuhan Istirahat dan Tidur
1.1
Definisi/ Deskripsi Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Menurut Budiarti (2014), istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks,
tanpa tekanan emosional dan beban dari kecemasan (ansietas). Istirahat
bermakna ketenangan, relaksasi tanpa stres emosional, dan bebas dari
ansietas.
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur
tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga
keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia; tidur merupakan sebuah
proses biologis yang umum pada semua orang. Ditinjau dari sejarahnya,
tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar. Tidur dicirikan dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada
proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus
eksternal.
1.2
Fisiologi Sistem/Fungsi Normal Sistem: Tidur dan Istirahat
Fisiologi Tidur: Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat
yang terletak di bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat
keadaan terjaga, sehingga menyebabkan tidur.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda
sebagai berikut:
-
Aktivitas fisik minimal.
-
Tingkat kesadaran yang bervariasi.
-
Terjadi perubahan-perubaahan proses fisiologis tubuh, dan
-
Penurunan respons terhadap rangsanan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis.
Perubahan tersebut, antara lain:
1.3
-
Penurunan tekanan darah, denyut nadi.
-
Dilatasi pembulih darah perifer.
-
Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktur gastrointestinal.
-
Relaksasi otot-otot rangka.
-
Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Tidur dan
Istirahat
a.
Sakit
b.
Lingkungan
c.
Letih
d.
Gaya Hidup
e.
Stress Emosional
f.
Stimulan dan Alkohol
g.
Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu
tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Di sisi
lain, pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan
total waktu tidur, berkurangnya tidur yang terputus, dan bangun tidur lebih
lambat. L-triptofan dalam makanan, misalnya, dalam keju dan susu dapat
menginduksi tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan
mengapa susu hangat membatu seseorang untuk tidur.
h.
Merokok
i.
Motivasi
j.
Obat-obatan
Beberapa obat memengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat memengaruhi
tahap III dan IV tidur NREM dan menekan tidur REM. Penyekat-beta
diketahui menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Narkotik, seperti
meperidin hidroklorida (Demerol) dan morfin, diketahui menekan tidur
REM dan menyebabkan sering terbangun dan rasa ngantuk. Obat
penenang memengaruhi tidur REM. Amfetamin dan antidepresan
menurunkan tidur REM secara tidak normal. Seorang klien yang putus
obat dari setiap obat-obatan ini mendapatkan lebih banyak tidur REM
dibandingkan biasanya dan akibatnya dapat mengalami mimpi buruk yang
mengganggu.
1.4
Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada Kebutuhan Tidur
dan Istirahat
a. Insomnia
Insomnia adala gejala yang dialami oleh klien yang mengalami
kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur
singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengeluhkan rasa
kantuk yang berlebihan disiang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya
tidak cukup. Namun, seringkali klien tidur lebih banyak yang
disadarinya. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik atau
psikologis.
b. Somnambulisme
Somnabulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
c. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada
saat tidur.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun
dan tidur. Di siang hari seseorang dapat merasakn kantuk berlebihan
yang datang secara mendadak dan jatuh tertidur. Masalah signifikan
untuk individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang tersebut
jatuh tertidur tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak tepat.
e. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai
akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis, demam,
sulit bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan
lingkungan (mis, asuhan keperawatan yang sering dilakukan), dan
keanekaragaman waktu yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan
perawat cenderung mengalami deprivasi tidur karena jadwal kerja yang
panjang dan rotasi jam dinas.
Hospitalisasi, terutama di unit perawatan intensif, membuat klien rentan
terhadap gangguan tidur ekstrinsik dan sirkadian. Deprivasi tidur
melibatkan
penurunan
kuantitas
dan
kualitas
tidur
serta
ketidakkonsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan
atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal.
Terjadi deprivasi tidur kumulatif.
f. Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anakanak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak
(sudden infant death syndrome ,SIDS) dihipotesis berkaitan dengan
apnea, hipoksia, dan aritmia jantung yang disebabkan oleh abnormalitas
dalam system saraf otonom yang dimanifestasikan selama tidur. the
American Acadeny of Pediatrics menganjurkan agar bayi yang sehat
ditempatkan pada posisi miring atau telentang disaat tidur karena
adanya hubungan antara posisi telungkup dengan terjadinya SIDS.
Parasomnia yang terjadi pada anak-anak akan meliputi somnambulisme
(berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nocturnal
(ngompol), dan menggeretakkan gigi (bruksisme). Apabila orang
dewasa mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan
gangguan yang lebih serius. Terapi khusus untuk gangguan ini
bervariasi. Namun, dalam semua kasus yang terpenting adalah
mendukung klien dan mempertahankan keamanannya. Misalnya, orang
yang berjalan dalam tidur tidak menyadari lingkungan di sekitarnya dan
lambat bereaksi. Oleh karena itu risiko jatuh sangatlah besar. Perawat
tidak boleh mengejutkan klien yang sedang berjalan tidur tetapi
membangunkan dengan lembut dan membimbingnya dengan lembut
dan membimbingnya kembali ke tempat tidur
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Tidur dan Istirahat
2.1
Pengkajian
2.1.1
Riwayat Keperawatan
Tentukan efek samping pengobatan terhadap pola tidur pasien
Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik
(mis.,
apnea
saat
ketidaknyamanan,
tidur,
dan
sumbatan
sering
jalan
berkemih)
atau
nafas,
nyeri/
faktor-faktor
psikologis (mis., ketakutan/ansietas) yang dapat menggangu pola
tidur pasien
2.1.2
Pemeriksaan Fisik: Data Fokus Riwayat Tidur (Jabbar, 2014)
a. Deskripsi masalah tidur
1) Sifat dari masalah
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a) Beritahu saya masalah tidur apa yang anda alami?
b) Beritahu saya seberapa jauh perbedaan tidur Anda saat
ini dari tidur Anda yang dulu?
2) Tanda dan gejala
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a) Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap
tidur, atau untuk bangun?
b) Apakah anda terbangun karena mimpi?
3) Durasi
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a) Kapan anda pertama kali Anda menyadari masalah ini?
b) Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
4) Keperahan
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a) Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tidur?
b) Seberapa sering dalam seminggu Anda mengalami
kesulitan untuk tidur?
c) Apa yang anda lakukan di saat terbangun di malam hari
atau terlalu dini di pagi hari?
5) Faktor Pencetus
a) beritahu saya apa yang anda lakukan seaat sebelum
tidur?
b) Apakah akhir-akhir ini Anda mengalami perubahan di
tempat kerja atau di rumah?
c) Apakah anda meminum obat tidur?
6) Efek pada klien
a) Bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi anda?
b) Apakah anda merasa kantuk yang berlebihan atau
kesulutan berkonsentrasi selam terjaga?
b. Pola tidur
1) Pukul berapa biasanya anda tidur?
2) Berapa kali anda terbangun di malam hari?
3) Berapa jam rata-rata Anda tidur di setiap malam?
c. Penyakit fisik
d. Peristiwa hidup yan baru terjadi
e. Status emosional dan mental
f. Rutinitas menjelang tidur
g. Lingkungan tidur
h. Perilaku deprivasi tidur
2.1.3
Pemeriksaan Penunjang
Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur
aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang
mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur
gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur
Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk
mendiagnosa
gangguan
tidur,
termasuk
menggunakan
polisomnogram (PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency
Test (MSLT). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG
untuk memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam.
MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek
terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa cepat individu
tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari.
Episode REM awitan tidur juga dicatat karena abnormalitas ini
berhubungan dengan beberapa gangguan tidur.
2.2
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1: Insomnia b/d faktor lingkungan (NANDA, 435)
2.2.1
Definisi
Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi
2.2.2
Batasan Karakteristik

Afek tampak berubah

Tampak kurang energi

Peningkatan ketidakhadiran di tempat kerja/sekolah

Pasien melaporkan perubahan alam perasaan

Pasien melaporkan penurunan status kesehatan

Pasien melaporkan penurunan kualitas tidur

Pasien melaporkan kesulitan berkonsentrasi

Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur

Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini)

Pasien melaporkan peningkatan kecelakaan

Pasien melaporkan kekurangan energi

Pasien melaporkan tidur yang tidak mengembalikan kesegaran
tubuh

Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pada
hari berikutnya

2.2.3
Pasien melaporkan terbangun terlalu dini
Faktor yang Berhubungan

Pola aktivitas (mis., pengaturan waktu, jumlah)

Ansietas

Depresi

Faktor lingkungan (mis., suara bising lingkungan sekitar,
pencahayaan sing hari/ malam hari, suhu/kelembapanlingkungan
sekitar, tatanan yang asing)

Ketakutan

Pergantian hormon terkait gender

Berduka

Gangguan pola tidur normal (mis., perjalanan, kerja sif,
tanggung jawab sebagai orang tua, dibangunkan untuk
kebutuhan intervensi)

Higiene tidur yang tidak adekuat (saat ini)

Konsumsi agens stimulan

Konsumsi alcohol

Medikasi

Ketidaknyamanan fisik (mis., suhu tubuh, nyeri, nafas dangkal,
batuk, refluks gastro esophagus, nausea, inkontinensia/urgensi)

Stress (mis., pola termenung sebelum tidur)
Diagnosa 2: Kesiapan untuk meningkatkan tidur (NANDA, 718)
2.2.1
Definisi
Pola terputusnya kesadaran yang alami dan periodic yang memberi
istirahat adekuat, mencapai gaya hidup yang diinginkan dan dapat
ditingkatkan
2.2.2
Batasan Karakteristik
Subjektif

Mengungkapkan perasaan dapat istirahat setelah tidur

Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan tidur
Objektif
2.2.3

Jumlah tidur yang selaras dengan kebutuhan perkembangan

Melakukan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur

Terkadang menggunakan obat untuk menginduksi tidur
Faktor yang Berhubungan
Ini merupakan diagnosis sejahtera; tidak perlu memiliki etiologi
2.3
Perencanaan
Diagnosa 1: Insomnia b/d faktor lingkungan
2.3.1
Tujuan dan Kriteria Hasil (Outcomes Criteria): Berdasarkan NOC
-
Pasien memperihatkan Tidur, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan atau tidak ada gangguan):
Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang
dewasa)
Pola, kualitas dan rutinitas tidur
Perasaan segar setelah tidur
Terbangun diwaktu yang sesuai
-
Pasien akan mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan
tidur/istirahat
-
2.3.2
Pasien akan menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Intervensi Keperawatan dan Rasional: Berdasarkan NIC
-
Peningkatan koping
R: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan/ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
-
Manajemen lingkungan: kenyamanan
R: memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan yang optimal
-
Peningkatan tidur
R: memfasilitasi siklus tidur terjaga yang teratur
Diagnosa 2: kesiapan untuk meningkatkan tidur
2.2.1
Tujuan dan Kriteria Hasil (Outcomes Criteria): Berdasarkan NOC
Pasien akan:
-
Mengidentifikasi
tindakan
yang
akan
meningkatkan
istirahat/tidur
2.2.2
-
Mendemonstrasikan kesejahteraan fisik dan psikologis
-
Mencapai tidur yang adekuat tanpa menggunakan obat
Intervensi Keperawatan dan Rasional: Berdasarkan NIC
-
Manajemen energi
R: mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
keletihan dan mengoptimalkan fungsi
-
Manajemen lingkungan: kenyamanan
R: memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan optimal
-
Peningkatan tidur
R: memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur
III. Daftar Pustaka
Budiarti, F. (2014). Kebutuhan Istirahat Tidur. <Http://Fitria-BudiartiFkp13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_Detail-99547AprilKebutuhan%20istira-hat%20tidur.Html> Diunduh Pada Tanggal 7
November 2016 Pukul 07.52 WITA
Jabbar, M. A. (2014). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur.
<Http://Jabbarbtj.Blogspot.Co.Id/2014/09/Asuhan-KeperawatanKebutuhan-Istirahat.Html> Diunduh Pada Tanggal 7 November 2016
Pukul 10.37 WITA
Wilkinson, J.M., Dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC
Banjarmasin,
Preseptor Akademik,
(
November 2016
Preseptor Klinik,
)
(
)
Download
Study collections