LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM GENETIKA (PERSILANGAN Drosophila Melanogaster) Nama NIM Kelompok Sesi Kelas Asisten : Wahdaniyyah : 1814042033 : III (Tiga) :2 : Pendidikan Biologi B : Nursan Kamaruddin JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR TAHUN 2020 HALAMAN PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Genetika dengan judul “Persilangan Drosophila melanogaster” yang disusun oleh : nama : Wahdaniyyah NIM : 1814042033 kelas : Pendidikan Biologi B 2018 kelompok/sesi : III (Tiga) / 2 telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator asisten, maka laporan ini dinyatakan diterima. Maros, 25 Oktober 2020 Koordinator Asisten Asisten Muh. Habil Ahmad, S.Si Nursan Kamaruddin NIM. 1614041006 Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Hartati, S.Si, M.Si, Ph.D NIP.19740405 200003 2 00 i DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan Praktikum 2 C. Manfaat Praktikum 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persilangan monohibrid 3 B. Persilangan dihibrid 3 C. Uji Chi-Square 4 BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tanggal Praktikum 7 B. Alat dan Bahan 7 C. Prosedur Kerja 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 9 B. Analisis Data……………………………………………………………. 10 C. Pembahasan 10 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 13 B. Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN………………………………………………………………. 15 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi zaman ini sangat mempengaruhi perkembangan ilmu biologi yang telah melahirkan banyak cabang ilmu pengetahuan lainnya. Salah satu ilmu yang berkembang pesat ialah genetika, yaitu ilmu yang mengkaji tentang cara penurunan sifat dari suatu individu ke keturunannnya, mempelajari berbagai macam gen pada makhluk hidup dan juga mempelajari tentang kesehatannya, cacat lahir jasmani maupun mental, bahkan sampai merekayasa gennya. Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan serangga dari ordo diptera yang berperan penting dalam perkembangan Ilmu Biologi dan dalam mempelajari dasar-dasar genetika. Lalat buah (Drosophila melanogaster) dijadikan sebagai model organisme diploid di laboratorium karena ukurannya yang kecil, mempunyai siklus hidup yang pendek, jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak, murah biaya perawatannya dan bersifat cosmopolitan sehingga mudah dijumpai dimana-mana. Karakteristik insekta ini mempunyai siklus hidup yang cepat dan mempunyai sedikit kromosom raksasa di kelenjar ludahnya. Dalam ilmu genetika klasik, lalat buah (Drosophila melanogaster) banyak digunakan dalam penelitian genetika karena memiliki banyak kemudahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Salah satunya memiliki berbagai macam mutan, sehingga dapat dilakukan bebagai persilangan dan dapat di amati berbagai macam fenotipe yang dihasilkan dari suatu proses perkawinan. Pada percobaan persilangan monohibrid pada lalat buah ini ditujukan untuk membuktikan hukum Mendel I dengan mengawinkan suatu organisme dengan satu pasang tanda/sifat beda. Pewarisan dihibrid terjadi pada perkawinan dengan dua sifat beda. Dalam hal ini berlaku hukum Mendel II yang menyebabkan bahwa segregasi gen pada suatu 1 2 lokus tidak bergantung kepada segregasi gen pada lokus yang lain, sehingga gengen akan bertemu dengan bebas pada gamet-gamet yang terbentuk. Variasi dari morfologi setiap spesies lalat buah (Drosophila melanogaster) dari satu atau beberapa perkawinan merupakan bentuk dari pembuktian secara ilmiah hukum mendel. Hal tersebut mendasari dilakukannya sebuah praktikum persilangan Drosophila melanogaster. B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum genetika unit “Persilangan Drosophila melanogaster” antara lain sebagai berikut : 1. Belajar membuat perkawinan monohibrid dari Drosophila melanogaster dan mengamati ratio fenotip dari keturunannya. 2. Belajar proses penurunan dan pencampuran gen dalam proses persilangan. 3. Melakukan latihan penggunaan Uji Chi-Square (X2). C. Manfaat Praktikum Adapun tujuan praktikum genetika unit “Persilangan Drosophila melanogaster” antara lain sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat membuat perkawinan monohibrid dari Drosophila melanogaster dan mengamati ratio fenotip dari keturunannya. 2. Mahasiswa dapat mengetahui proses penurunan dan pencampuran gen dalam proses persilangan. 3. Mahasiswa dapat melakukan penggunaan Uji Chi-Square (X2). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persilangan Monohibrid Pewarisan sifat atau watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui pewarisan gelar dan status sosial merupakan definisi dari hereditas. Monohibrid berasal dari kata mono yang artinya satu atau tunggal dan hibrid yaitu hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki sifat beda. Monohibrid dapat diartikan sebagai hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki satu sifat beda atau persilangan dengan satu sifat beda. Sifat beda yang dimaksud adalah sepasang sifat dalam satu alel. Misalnya warna biji pada biji ercis, memiliki sepasang sifat yaitu hijau dan kuning. kawinan antara dua individu dari spesies yang sama yang memiliki satu sifat berbeda. Persilangan monohibrid sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segregasi yang berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan”. Keturunan pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat sama dengan salah satu induk, hal ini dipengaruhi jika dipengaruhi oleh alel dominan dan resesif (Akbar dkk, 2015). Hukum pemisahan dan hukum pemilihan bebas merupakan hukum yang dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865. Secara garis besar hukum pemisahan ini menjelaskan tentang keberadaan sepasang faktor yang mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas Mendel menjelaskan bahwa terdapat faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain. Istilah faktor yang dijelaskan oleh Mendel tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen (Fauzi dan Aloysius, 2016). Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki 3 pasang kromosom penting, mereka mempunyai sistem kromosomnXX / XY untuk penetapan kromosom seks, 3 4 mempunyai kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari larvanya, dan pada Drosophila melanogaster jantan tidak ditemukan crossing over atau pindah silang saat meiosis terjadi. Perlu dilakukan persilangan monohybrid atau monohibridisasi pada lalat buah (Drosophila melanogaster) untuk mengetahui perbedaan lalat jantan dan betina (Aurora dan Oksi, 2020). B. Persilangan Dihibrid Setiap individu memiliki satu atau bahkan ratusan karakter yang berbeda. Mendel menyilangkan dua galur murni dengan dua karakter berbeda (dihibrid) yaitu kacang ercis biji bulat berwarna kuning dengan kacangf ercis biji kisut berwarna hijau. Seluruh keturunan F1 menghasilkan biji bulat berwarna kuning. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan F2 bulat kuning, bulat hijau, kisut kuning dan kisut hijau dengan perbandingan 9:3:3:1. Persilangan dihibrid menghasilkan hukum Mendel II yang dikenal dengan principle of independent assortment. Hukum Mendel II menyatakan bahwa pada pembentukan garnet, aiel dari gen yang berbeda terpisah secara independent (Artadana dan Wina, 2018). Hukum Mendel kedua disebut juga Hukum berpasangan bebas atau Hukum Asortasi bebas atau Hukum Independent Assortment. Jika hukum mendel I didasarkan pada pemisahan gen (Segregasi) maka hukum mendel II ini berdasarkan pada berpasangan bebas. Yang maksudnya adalah: “bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain”. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi (Akbar dkk, 2015). Menurut (Arumingtyas, 2016) hukum Mendel dua tentang hipotesis yang berpasangan alel-alel dalam persilangan dihibrid yaitu: 1. Berasangan dengan cara bebas dan tidak saling bergantung 2. Berpasangan dependen atau saling bergantung 5 Dengan membuktikan hipotesisnya Mendel melakukan persilangan dihibrid dengan melakukan percobaan membiarkan tanaman F1 meneyerbuk dengan sendirinya. Mendel mengelompokkan keturunan F2 dan mendapatkan rasio yang mendekati 9:3:3:1. Mendel mengulang percobaannya dengan melakukan semua galur murni yang dipunyainya yaitu tujuh karakter dan mendapatkan hasil yang sama yaitu 9:3:3:1 tiap kelas. Adalakanya nisbah fenotip mendekati untuk pewarisan dihibrid ini mengalami penyimpangan semu akibat adanya berbagai macam epistasis. Selain itu, seperti halnya pada pewarisan monohibrid, nisbah tersebut sebenarnya hanya merupakan nisbah teoritis yang tidak selalu terpenuhi pada hasil perkawinan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji Chi-square ( ) terhadap besarnya penyimpangan nisbah yang terjadi. C. Uji Chi-Square ( ) Chi-square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Uji Chi-square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji Chi-square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah. Uji Chisquare merupakan uji non parametris yang paling banyak digunakan (Negara dan Agung, 2018). Penelitian dengan uji chi-quare dipilih untuk membuktikan rata-rata kromosom jumlah yang bersifat positif dan negatif, seorang murid menggunakan rekombinasi dan teknik substitusi kromosom yang sifat kuantitaf yang didapatkan untuk banyak lokus yang sifat tiga kuantitatif pada masing-masing kromosom besar (X,II,dan III) pada lalat buah. Mereka menunjukkan bahwa tidak dipilih tipe liar, gen pada kromosom X dan II sebagian besar berkonstribusi pada sifat positif dan gen pada Kromosm III berkonstribusi terhadap sifat negatif. Mereka juga mendapatkan suatu gen yang berkorelasi dari sifat negatif yang berdekatan dengan hidrogen. Mengidikasihkan suatu gen yang sangat dekat 6 dengan lokus ini meningkat negatif. Tidak dipilih sifat pembawa alel yang mengubah menjadi sifat yang sangat positif (Clayto, 2016). Menurut Pandis (2016) Uji chi-square merupakan salah satu jenis uji komparatif yang digunakan untuk melihat keselarasan antara satu data dengan data yang lainnya. Adapun rumusnya yaitu : ∑ Dimana : X2 = distribusi chi-square Oi = nilai observasi (pengamatan) ke-i Ei = nilai ekspektasi ke-i BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020 Waktu : 09.10 – 10.50 WITA Tempat : Jl. Ujung, Kec.Camba Kab.Maros (di rumah saja) B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Botol medium ( 1 buah ) b. Baling-baling genetika ( 1 buah ) 1. Bahan a. Drosophila melanogaster ( 2 ekor ) b. Medium siap pakai ( 40 ml ) c. Kertas ( 2 lembar ) d. Pulpen ( 1 buah ) C. Prosedur Kerja 1. Persilangan Monohibrid Membius lalat buah (Drosophila melanogaster) yang ditangkap dari alam dengan menggunakan es batu untuk mengidentifikasi jenis kelamin dan mencatat fenotipenya. Memasukkan sepasang Drosophila melanogaster jantan dan betina yang telah ditangkap dari alam ke dalam botol biakan yang berisi medium siap pakai Mengeluarkan lalat-lalat tersebut dari botol medium biakan setelah terbentuk larva. Tunggu sekitar 1012 hari sampai larva berubah menjadi imago (lalat-lalat F1) dan amati jenis kelamin dan fenotipenya Membiarkan lalat buah (Drosophila melanogaster) dalam medium selama 3 hari untuk melakukan perkawinan hingga menghasilkan telur yang berubah menjadi larva. 7 8 2. Persilangan Dihibrid Menyiapkan 2 buah baling-baling genetika yang telah di beri label kode alel AB, Ab, aB dan ab pada setiap sisinya Melakukan 50 X pemutaran balingbaling genetika. (Setiap sisi yang bertemu merupakan alel yang akan disilangkan) Mencatat hasil pemutaran dalam table persilangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Persilangan Monohibrid P: XX x XY Gamet: X x X Y F1 XX Seks : XY Jumlah Teramati Fenotipe Jantan 1 Bermata merah Betina 1 Bermata merah Jantan 3 2 Bermata merah, 1 bermata putih Betina 1 1 bermata merah Keturunan F1: Rasio fenotipe: lalat bermata merah : 3 : 2. Persilangan Dihibrid P1: AABB x aabb Gamet: A B x a b F1: P2: Gamet: F2: Rasio: AaBb 100 % AaBb x AB Ab aB ab AaBb AB Ab aB ab A_B_ : A_bb : aaB_ : aabb 9 : 3 : 3 : 1 9 lalat bermata putih 1 10 FENOTIPE GENOTIPE Mata merah tubuh OBSERVED EXPECTED (O-E)2 (O-E)2/E (O) (E) A_B_ 26 28,125 4,515 0,160 A_bb 11 9,375 1,625 0,173 aaB_ 9 9,375 0,140 0,014 aabb 4 3,125 0,875 0,28 50 50 7,155 0,627 kuning Mata merah tubuh hitam Mata putih tubuh kuning Mata putih tubuh hitam TOTAL B. Analisis Data Uji Chi-Square Persilangan Dihibrid Diketahui: Jumlah Kelas Fenotipe =4 Nilai Chi-square persilangan (X2h) = 0,627 Derajat Bebas (DB) = Jumlah kelas fenotipe - 1 = (4 – 1) = 3 Nilai Critical Chi-square (X2t) = 7,815 Hipotesis diterima jika : πΏπ h < πΏπ t 0,627 < 7,815 Dengan data di atas, hipotesis diterima karena sesuai dengan hukum Mendel I. C. Pembahasan 1. Persilangan Monohibrid Monohibrid berasal dari kata mono yang artinya satu atau tunggal dan hibrid yaitu hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki sifat beda, maka monohibrid dapat diartikan sebagai hasil perkawinan antara dua individu 11 yang memiliki satu sifat beda atau persilangan dengan satu sifat beda. Sifat beda yang dimaksud adalah sepasang sifat dalam satu alel. Pada persilangan monohibrid, sepasang lalat buah (Drosophila melanogaster) yang dikawinkan dalam botol medium biakan kedua-duanya memiliki fenotipe bermata merah baik itu yang berjenis kelamin jantan dan betina. Lalat betina berhasil bertelur setelah 3 hari di dalam botol medium dan berubah menjadi larva-larva pada hari berikutnya. Dalam fase larva, calon lalat buah tersebut mengalami 3 kali pergantian kulit atau instar. Setelah melewati fase larva maka calon anakan lalat tersebut memasuki fase pupa dimana warnanya berubah menjadi gelap dan dan mengeras. Fase ini berlangsung selama 6 hari. Setelah 6 hari maka pupa akan berubah menjadi lalat dewasa atau imago. Imago tersebut merupakan anakan lalat dari perkawinan F1 antara lalat jantan dan lalat betina yang bermata merah. Namun anakan yang diperoleh tidak semuanya bermata merah, dari ke empat anaknya 3 berjenis kelamin jantan dan 1 berjenis kelamin betina. Jika diamati morfologinya, hanya 3 yang bermata merah sedangkan 1 bermata putih. Perbandingan fenotipe F1-nya 3:1 (3 bermata merah : 1 bermata putih). Hal ini sesuai dengan hukum mendel 1 dalam persilangan monohibrid. 2. Persilangan Dihibrid Pada persilangan dihibrid, kami melakukan pengamatan dengan menggunakan media berupa baling-baling yang telah dibuat sedemikian rupa sebanyak 2 buah. Pada setiap sisi baling-baling tersebut di beri label yang menandakan alel dari lalat buah (Drosophila melanogaster) yang akan disilangkan. Ke-empat alel tersebut yaitu AB, Ab, aB dan ab. Baling-baling tersebut di putar secara acak sebanyak 50 kali. Sisi dari kedua baling-baling yang saling bertemu ketika diputar di catat di atas kertas dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel yang telah disediakan dalam buku penuntun. Dari hasil percobaan diperoleh nilai X2h 0,627. Untuk mencari nilai chi squarenya 12 maka dari data yang telah di ujikan, maka terlebih dahulu dicari derajat bebasnya dengan cara mengurangi jumlah kelas fenotipe dengan 1. Kelas fenotipe terdiri dari 4 yaitu mata merah tubuh kunig, mata putih tubuh kuning, mata putih tubuh kuning dan mata putih tubuh hitam. Nilai derajat bebas (DB) adalah 3 sehingga kita mencari nilai chi-square (X2t) pada kolom ketiga. Nilainya adalah 7,815. Hipotesis akan diterima jika jumlah hasil akhir (X2h) kurang dari nilai dari table chi-square (X2t). 0,627 terbukti kurang dari 7,815. Maka dengan itu hipotesis sesuai dengan hukum Mendel I. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan praktikum “Persilangan Drosophila melanogaster” dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut. 1. Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua individu sejenis yang memerhatikan satu sifat beda. Perkawinan monohibrid pada lalat buah dilakukan dengan mengambil lalat buah jantan dan betina dengan memperhatikan satu sifat bedanya lalu dimasukkan keduanya ke dalam botol medium lalu diamati setiap tiga hari. 2. Proses penurunan dan pencampuran gen dalam perkawinan antar individu akan menghasilkan keturunan dengan rasio atau perbandingan genotipe 1 : 2 : 1, sedangkan rasio fenotipenya 3 : l. 3. Uji Chi-Square dilakukan dengan melihat table chi-square lalu dibandingkan dengan nilai hasil akhir dari percobaan persilangan dihibrid. Jika nilai akhir yang di dapat lebih kecil dari nilai pada tabel chi-square maka hipotesis di terima. B. Saran 1. Saran Untuk Praktikan Diharapkan agar semua praktikan memperhatikan instruksi asisten dan mengikuti semua prosedur kerja yang telah diberikan agar mendapatkan hasil percobaan yang akurat. 2. Saran Untuk Asisten Sebaiknya asisten memberikan arahan yang jelas pada praktikan sehingga tidak terjadi kesalahan saat melakukan praktikum 3. Saran Untuk Laboran, Sebaiknya melengkapi persediaan alat dan bahan yang akan digunakan. 13 DAFTAR PUSTAKA Akbar, Taufik Rinaldi., Soewarto Hardhienata., Aries Maesya. 2015. Implementasi Sistem Hereditas Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel Untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal Online Mahasiswa. Vol. 2 (1). Artadana, Made Bagus dan Wina Dian Safitri. 2018. Dasar-Dasar Genetika Mendel dan Pengembangannya. Graha Ilmu : Yogyakarta. Arumingtyas, Esti. Laras. 2016. Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika. UB Media: Malang. Aurora, E.Mayori., Oksi, Susilawati. 2020. Monohibridization with Different Media Treatments on Fruit Flies (Drosophila melanogaster). Jurnal Biologi Tropis. Vol.20 (2). Hal: 263-264. Clayton, L. Dale. 2016. Circadian and Geotactic BehaViors: Genetic Pleiotropy in Drosophila Melanogaster. Journal Of Circadian Rhytms. Vol.14 (1).Hal:1-5. Fauzi, Ahmad dan Aloysius Duran Corebima. 2016. Pemanfaatan Drosophila melanogaster sebagai Organisme Model Dalam Mempelajari Hukum Pewarisan Mendel . Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biologi. Vol. 1 (2). Hal:1-3. Negara, Cahya Igo dan Agung Prabowo. 2018. Peranan Penggunaan Uji ChiSquare Untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Umur Terhadap Pengetahuan Penasun Mengenai HIV-AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya. Vol. 3 (2). Hal:224-226. Pandis, Nikolas. 2016. The Chi-Square Test. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics. Vol 1 (5). Hal:567. 14 LAMPIRAN 15