identity - Data Dosen UTA45 JAKARTA

advertisement
IDENTITY
RESTU RAHMAWATI, S.IP,. MA
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity
yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati
diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau
sesuatu yang membedakan dengan yang lain.
• Identitas menyangkut dua pihak yang berkepentingan,
yakni pihak yang menyatakan identitas tertentu dan pihak
lain yang mengakui identitas tersebut.
• Titik Widayanti mengatakan bahwa identitas mengalami
pergeseran seiring dengan perubahan kepentingan, maka
identitas merupakan sesuatu yang politis.
• Jadi dasar terjadinya politik identitas karena adanya suatu
komunitas yang memiliki berbagai kepentingan dan
menimbulkan perubahan kepentingan yang berbeda dalam
suatu komunitas, sehingga mengalami pergeseran
kepentingan. Teori ini melekat kepada masing-masing
orang maupun suatu komunitas dan menjadi unsur pokok
dalam suatu interaksi sosial.
Teori politik identitas menurut Sigmund Freud adalah ”super ego”,
”ego”, dan ”id”. Pada dasarnya ”id” bukanlah merupakan salah satu
instansi dari identitas itu sendiri, namun ”id” ada pemaparan secara
umum untuk memperlakukannya sebagai suatu instansi. Freud
mengemukakan identifikasi pada wacana yang lebih luas.
Freud menyimpulkan seperti dikutip oleh Verhaar bahwa;
Pertama, identifikasi adalah bentuk asal dari ikatan emosional
dengan objek.
Kedua, dalam cara regresif, ia menjadi pengganti bagi ikatan objek
libido, bagaimana ia merupakan introjeksi objek ke dalam ego.
Ketiga, ia bisa muncul dengan persepsi baru dari kualitas yang ada
pada orang lain yang bukan objek insting seksual. Yang lebih
penting dari kualitas ini adalah ia lebih berhasil bila menjadi
identifikasi parsial, dan ia menjadi representasi permulaan suatu
ikatan baru.
Jadi identitas menurut Freud yakni identitas dari setiap manusia
tumbuh melalui ego dari diri masing-masing manusia. Nafsu atau libido
yang dimiliki oleh setiap manusia dapat berpengaruh terhadap
pikirannya untuk menentukan identitas manusia yang sesuai dengan
dirinya.
Erik H. Erikson mengungkapkan identitas senantiasa dalam
proses perkembangan dari anak-anak hingga menjelang
tua. Hal tersebut menjadi suatu proses perkembangan dan
penyesuaian yang inhern pada masing-masing diri setiap
manusia.
Menurut Erikson, identitas memiliki konotasi sebagai kesamaan dalam
diri sendiri (self sameness) yang mempunyai sifat permanen ataupun
suatu pembagian karakter yang bersifat esensi dengan orang lain yang
memiliki sifat permanen juga. Erikson juga menekankan bahwa
identitas merupakan ”proses yang terjadi” secara bertahap pada inti
individu meskipun terjadi juga di dalam inti suatu kelompok
kebudayaan, sebenarnya merupakan proses pendirian identitas dari
kedua identitas ini
Jadi identitas menurut Erikson hanya masalah format. Identitas
dapat diubah-ubah, terutama pada saat manusia sedang menjadi
remaja
Mengapa Identitas Penting?
• Teori politik identitas menurut Jeffrey Week
dapat berkaitan dengan belonging mengenai
persamaan dengan sejumlah orang dan apa
yang membedakan seseorang dengan orang
lain (Wahid dalam Susanto(ed) dalam
Widayanti).
• Identitas dalam sosiologi maupun politik
biasanya dikategorikan menjadi dua kategori
utama, yakni:
IDENTITAS SOSIAL
IDENTITAS POLITIK
IDENTITAS SOSIAL
Identitas sosial (kelas, ras, etnis, gender, dan
seksualitas). Identitas sosial menentukan posisi
subjek di dalam relasi atau interaksi sosialnya.
Identitas yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
ada dalam masyarakatnya/lingkungannya.
IDENTITAS POLITIK
• Identitas
politik
(nasionalitas
dan
kewarganegaraan (citizenship).
• Identitas politik menentukan posisi subjek di
dalam suatu komunitas melalui suatu rasa
kepemilikan (sense of bellonging) dan
sekaligus menandai posisi subjek yang lain di
dalam suatu pembedaan (sense of otherness)
(Setyaningrum, 2005: 19)
Jadi, Identitas politik merupakan konstruksi yang
menentukan posisi kepentingan subjek di dalam suatu
ikatan komunitas politik
• Secara sederhana, apa yang dimaksud identitas
didefinisikan sebagai karakteristik esensial yang menjadi
basis pengenalan dari sesuatu hal. Identitas merupakan
karakteristik khusus setiap orang atau komunitas yang
menjadi titik masuk bagi orang lain atau komunitas lain
untuk mengenalkan mereka (Widayanti, 2009: 13). Ini
adalah definisi umum yang sederhana mengenai
identitas dan akan kita pakai dalam pembahasan
berikutnya mengenai politik identitas
• Menurut Stuart Hall, identitas seseorang tidak dapat
dilepaskan dari “sense” (rasa/kesadaran) terhadap
ikatan kolektivitas.
• Dari pernyataan tersebut, maka ketika identitas
diformulasikan sebagai sesuatu yang membuat
seseorang memiliki berbagai persamaan dengan
orang lain, maka pada saat yang bersamaan juga
identitas
memformulasikan
otherness
(keberbedaan) atau sesuatu yang diluar persamaan
persamaan tersebut.
• Sehingga karakteristik identitas bukan hanya
dibentuk oleh ikatan kolektif, melainkan juga oleh
kategori-kategori
pembeda
(categories
of
difference)(Setyaningrum, 2005: 26)
• Namun demikian, sebenarnya akan lebih mudah bila
kita memahami konsep identitas ini dalam bentuk
contoh. Ketika seseorang lahir, ia tentu akan
mendapatkan identitas yang bersifat fisik dan juga
nonfisik. Identitas fisik yang terutama dimiliki adalah
apakah ia berjenis kelamin pria atau wanita
Sedangkan untuk identitas nonfisik adalah nama
yang digunakan juga status yang ada pada keluarga
pada saat dilahirkan.
Dalam teori politik identitas ini terdapat tiga perspektif atau
pendekatan yang berkaitan dengan pembentukan identitas,
yakni:
Perspektif Primordialisme
identitas merupakan sesuatu yang diperoleh secara alamiah
(given). Dalam perspektif ini, identitas kolektif suatu
komuitas terbentuk melalui sebuah sosialisasi yang turun
temurun. Jadi, maksud dalam perspektif primordialisme ini
bahwa identitas diperoleh secara ilmiah dengan cara turun
temurun.
• Menurut etimologi, primordialisme berasal dari
bahasa latin, yaitu primus yang berarti utama, dan
ordiri yang berarti tenunan atau ikatan. Sedangkan
menurut KBBI, primordialisme merupakan sebuah
perasaan kesukuan yang berlebihan. Artinya, mereka
memiliki rasa -memiliki, menjaga, dll- yang kuat
terhadap sukunya sendiri. Sehingga, terkadang ia
mengucilkan masyarakat diluar sukunya. Hal inilah
yang
paling
ditakutkan
ketika
seseorang
menyandingkan ras ata budaya kedalam politik.
COBA IDENTIFIKASI IDENTITAS PRIMORDIAL
Perspektif Konstruktivisme
Dalam
perspektif
konstruktivisme
ini
memandang bahwa identitas sebagai sesuatu
yang dibentuk dan hasil dari proses sosial yang
kompleks. Identitas dapat terbentuk melalui
ikatan-ikatan kultural dalam suatu masyarakat.
Pandangan ini memiliki anggapan bahwa
identitas waria terbentuk atas dasar kategori
sosial dan merupakan kesadaran kultural dalam
masyarakat
SISWA MEMBOLOS
AFRIKA (KONGO)
KOMUNITAS PUNK
KOMUNITAS TATTO
FLOWER GENERATION
Perspektif Instrumentalisme
Identitas
merupakan
sesuatu
yang
dikonstruksikan untuk kepentingan elit. Pada
perspektif
instrumentalisme
ini
lebih
menekankan kepada aspek kekuasaan. Identitas
dipahami sebagai sesuatu yang dinamis, karena
relasi antar identitas selalu terjadi perubahan.
Selain itu juga seiring dengan berkembangnya
produk wacana politik dari elit yang berkuasa
Tokoh dalam teori ini:
Jeffrey Week
Erik H. Erikson
Sigmund Freud
Download