informasitips.com – Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Pemikiran yang irasional (tidak rasional) merupakan salah satu tanda kurang sehatnya kondisi psikososial seseorang. Sering munculnya prasangka buruk atau pikiran negatif (negatif thinking) terhadap banyak hal yang ada dalam hidup adalah salah satu wujud nyata dari kondisi psikososial yang buruk, yang bisa mengarah pada hubungan sosial yang buruk pula. Jika Anda ingin tahu apakah Anda termasuk orang yang memiliki kondisi psikososial yang baik (sehat), lihat beberapa tanda berikut ini: 1. Memiliki perasaan yang baik (positif) terhadap diri sendiri 2. Merasa nyaman berada di sekitar orang lain 3. Mampu mengendalikan ketegangan dan kecemasan 4. Mampu menjaga pandangan atau pikiran positifnya dalam hidup 5. Memiliki rasa syukur terhadap apa yang dimiliki dalam hidup, bahkan untuk hal sederhana sekalipun 6. Mampu menghormati dan menghargai alam dan lingkungan sosialnya Istilah psikososial pertama kali digunakan oleh Erik Erikson, seorang psikolog yang meneliti tentang tahapan perkembangan emosional manusia. Teori Erik Erikson mengenai perkembangan psikososial merupakan teori terkenal mengenai kepribadian dalam ilmu psikologi. Seperti halnya Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tahapan. Apakah itu Perkembangan Psikososial? Menurut Erikson, perkembangan kepribadian seseorang berasal dari pengalaman sosial sepanjang hidupnya sehingga disebut sebagai perkembangan psikososial. Perkembangan ini sangat besar mempengaruhi kualitas ego seseorang secara sadar. Identitas ego ini akan terus berubah karena pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dari interaksi sehari-hari dengan orang lain. Selain identitas ego, persaingan akan memotivati perkembangan perilaku dan tindakan. Secara sederhananya, apabila seseorang ditangani dengan baik maka ia akan memiliki kekuatan dan kualitas ego yang baik pula. Namun jika penanganan ini dikelola dengan buruk, maka akan muncul perasaan tidak mampu. Ada 8 tahap perkembangan psikososial dalam teori yang didefinisikan oleh Erikson, sebagai berikut: 1. Harapan : Kepercayaan vs Rasa Tidak Percaya Diri (0 – 18 Bulan) Tahap ini adalah tahapan dasar dari kehidupan awal manusia. Pada usia ini, bayi merasakan dunia melalui mulut, mata, telinga, dan sentuhan. Ibu memiliki tanggung jawab yang sangat penting sebagai pendamping yang memperkenalkan dunia. Bayi memiliki ketergantungan terhadap sentuhan emosional. Sehingga apabila bayi tidak mendapatkan perawatan yang baik secara emosional maka bayi tidak merasa aman. Kegagalan untuk mengembangkan kepercayaan bayi pada dunia awalnya menyebabkan perasaan takut dan rasa tidak percaya diri. 2. Keinginan : Kemandirian vs Rasa Ragu dan Malu (8 Bulan – 3 Tahun) Tahap ini anak mengembangkan perasaannya yang kuat akan kontrol terhadap konsentrasinya. Erikson percaya bahwa latihan buang air kecil dan air besar merupakan bagian penting dari tahapan ini. Dengan adanya pembelajaran untuk mengontrol fungsi tubuhnya sendiri menimbulkan perasaan bebas sekaligus terkontrol. Latihan-latihan lain yang dianggap penting adalah bagaimana mereka mulai belajar mengenakan pakaiannya sendiri atau memilih mainan yang disukainya. 3. Tujuan : Inisiatif vs Rasa Bersalah (3 – 6 Tahun) Selama tahun-tahun prasekolah, anak mulai mengembangkan rasa inisiatifnya dan mulai mencari interaksi sosial sendiri dibantu oleh keluarganya. Pencapaian dari tahap ini adalah perasaan saat mencapai tujuannya. Penguasaan anak yang baik terhadap apa yang ia lakukan akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan fantasinya untuk mengeksplorasi obyek. Dengan demikian anak akan memahami untuk memimpin kekuatannya atau merasakan perasaan bersalah secara terus menerus jika tidak diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru. 4. Persaingan : Ketekunan vs Rasa Rendah Diri (6 – 12 Tahun) Tahap ini meliputi tahun-tahun pertama sekolah. Melalui interaksi sosial dengan orang lain, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga akan prestasi yang diraihnya dan akan kemampuannya bersaing dengan teman yang lain. Anak-anak yang sering dipuji dan didukung oleh keluarga atau guru akan memiliki perasaan kompetensi yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi. Sedangkan bagi anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan dan penghargaan akan lebih mudah merasa rendah diri. 5. Ketelitian : Identitas vs Rasa Binggung (12 – 19 Tahun) Selama masa remaja, anak memperjuangkan rasa identitas pribadinya dan mulai mengeksplorasinya satu persatu. Di sini anak akan mempertanyakan “Siapakah Aku yang sebenarnya ?” dan “Dapat menjadi apakah Aku?”. Mereka yang mendapatkan dorongan yang kuat dan positif akan membangun karakter diri yang kuat dan memiliki keyakinan bahwa mereka bisa. Rasa binggung hanya akan terjadi bila anak tidak dibimbing untuk memahami apa yang tidak mereka pahami. 6. Cinta : Keintiman vs Isolasi (19 – 40 Tahun) Tahap ini mencakup awal masa dewasa dimana orang-orang mulai peduli akan kapasitas kebutuhan untuk mencintai. Mereka akan bertanya “Apakah saya dapat mencintai dan dicintai?” Sangatlah penting dalam usia ini untuk mengembangkan komitmen hubungan dengan orang lain yang dipercaya untuk saling berbagi hampir sebagian hidupnya. Kuatnya identitas pribadi berpengaruh besar terhadap perkembangan hubungan intim.Namun jika seseorang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah maka akan muncul perasaan depresi, sendiri, dan takut untuk berkomitmen lebih dalam. 7. Perhatian : Aktifitas Umum vs Tekanan (40 – 65 Tahun) Selama masa dewasa ini, orang-orang terus membangun kehidupannya dan fokus terhadap perkembangan karir dan keluarga. Di sini orang-orang akan mempertimbangkan tentang kontribusi yang telah ia lakukan selama hidupnya. Mereka yang sukses dalam tahap ini akan terlibat lebih aktif di lingkungan keluarga dan masyarakat. Mereka yang gagal akan merasa tidak produktif dan tidak ingin terlibat lebih jauh dengan dunia. Perhatian adalah kunci dari tahap ini karena dengan adanya tekanan namun mereka akan terus berusaha bangkit. 8. Kebijaksanaan : Integritas Ego vs Keputusasaan (65 Tahun Ke Atas) Tahap ini merupakan tahapan usia bagi orang-orang yang mencoba untuk merefleksikan dirinya kembali. Mereka yang tidak berhasil pada tahap ini merasa bahwa kehidupan mereka telah terbuang percuma, hidupnya sia-sia, dan mengalami penyesalan yang berlebihlebihan. Dari pikiran-pikiran negatif itu, muncullah keputusasaan untuk terus meneruskan hidupnya. Mereka yang merasa bangga akan segala yang telah dilakukan beserta dengan prestasi yang dibuat, maka mereka akan mencapai kebijaksanaan bahkan ketika mendekati kematian. http://informasitips.com/teori-tentang-psikososial