Modul ke: 02 Freud’s Psychoanalytic Theories Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi Erna Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Freud (1856-1939) Pendekatan Dinamis • Dinamakan juga : • Energi psikis, energi dorongan, libido dan tension nervous energy Dari mana datang energi psikologis? • Badan manusia, mempunyai instink yang menimbulkan tuntutan pada pikiran dan menciptakan kebutuhan • Energi psikis datangnya dari Energi biologi •Energi psikis: mengoperasikan berbagai komponen system psikologis. •Penyebaran energy psikis di dalam system tersebut tergantung banyak factor, termasuk kebutuhan biologis individu, tahapan perkembangan, riwayat pengalaman, dan juga tuntutan lingkungan yang tengah berlaku. Energi psikis Struktur Kepribadian Manusia Beberapa struktur berikut menjadi mediasi antara dorongan dan perilaku Id = dorongan Ego = mekanisme untuk beradaptasi dengan realita Super Ego = suara hati/kata hati Defense Mechanisms • • Repression (mengabaikan dan melupakan bahaya). Jk sangat tergantung=mengembangkan kepribadian: menarik diri, tidak mengakses, tidak spontan dan kaku. Juga hilang kontak dari & kesalahan mengingat, berbicara, menerima & mengembakan simptom histeria. Dia ga mau mendengarkan Reaction formation (melakukan tindakan berlawanan dari cara satu yang dirasakan); topeng ego sebuah emosi yg tidak dapat diakses ke fokus. Dan berlawanan, dan seringkali dengan cara berlebih-lebihan. Anak cemburu dan benci secara mendalam terhadap saudara kandung dialami sebagai cinta. Toddler otor = compulsively clean, sering mencuci tangan Projection (seseorang mengatribusi dorongan yang tidak diterima orang lain); mengatribusikan kecemasan berfikir terhadap seseorang dan objek lingkungan eksternal, lebih daripada dirinya sendiri. I want to kill him = he want to kill me Regression (kembali ke bentuk perilaku sebelumnya); kembali ke perkembangan awal. Jk terlalu cemas, sangat mengandalkan. Tanda kemundurnanya sederhana; sedikit kontrol. Pl seperti keakank-kanakan, terlalu banyak makan es cream, mencari perlindungan (ngemong), minumminum, etc Fixation (mempertahankan tingkat yang ada). Perkembangan kepribadian berhenti. Terjadi; cara kepuasan seperti minum susu, dipenuhi di mana anak tidak mau berhenti, meskipun ditekan untuk disapih. tahap selanjutnya nampak menakutkan atau menuntut atau tidak memberikan kepuasan. Awalnya di toilet training jk terlalu keras, sebab mempertahankan oral stage Fiksasi cara tertentu: kepuasan (menghisap), objek (ibu) atau tipe berfikir (proses dasar) Pendekatan Tahapan – 2 pernyataan tentang perkembangan manusia: 1. Beberapa tahap pertama dalam kehidupan adalah tahun yang paling penting untuk pembentukan kepribadian. 2. Perkembangan mencakup tahapan psikoseksual. – Freud perilaku bisa dipahami hanya bila kita mengetahui bagaimana perkembangnya dalam sejarah masa kecil individu – Perilaku NORMAL & ABNORMAL akarnya dimasa dini, ketika struktur dasar kepribadian dibentuk 1. ORAL STAGE (lahir – 1 tahun) Masa bayi – mulut. Pengalaman oral : bayi mendapat rasa senang & sakit Rasa senang pemuasan dorongan oral Sakit karena frustrasi & cemas -- pemenuhan keinginan khayalan – Kepuasan oral terlalu sedikit cemas selalu mencari kepuasan oral dikemudian hari, pesimisme – – – – – Terlalu banyak sulit memindahkan keterikatan (cathexes) pada obyek lain/baru, yang dituntut oleh tahap baru fiksasi – Perkembangan dari fase oral pasif – reseptif (tersenyum) ke fase oral sadistis (menggigit) – Freud cara anak berkembang selama tahap oral menjadi dasar untuk kepribadiannya ketika dewasa. • 5 Cara Fungsional (menyangkut makanan) – Taking in suka makan,senang dengan makanan orang dewasa yang rakus ilmu, uang, dsb – Holding on memegang makanan determinasi & keras kepala – Biting menggigit makanan destuktif, sarkasme, sinis, dominan – Spitting out melepeh makanan penolakan – Closing menutup mulut dari makanan negativisme, penolakan, introversi • – Kejadian paling signifikan pada tahap oral pembentukan ‘attachment’ terhadap ibu; ibu menjadi primary cinta object bagi anak C. PHALLIC STAGE ( 3 – 5 tahun) – Kesenangan & masalah didaerah genital – Masalah dorongan seksual diarahkan pada orang tua dari seks yang berbeda – Anak laki2 konflik lebih intens – Anak laki2 keinginan seksual terhadap ibu & tidak ingin share ibu dengan ayahnya. Tetapi anak takut pembalasan ayah (kastrasi) – Solusi anak merepress keinginan untuk ibu serta hostility (bermusuhan) dengan ayahnya – Hasil dari Oedipus Complex anak beridentifikasi dengan ayah mengembangkan ikatan emosional yang kuat & berusaha menjadi seperti ayah – Hasil identifikasi perkembangan super ego & perilaku yang dianggap sesuai untuk jenis kelamin seseorang – Anak perempuan keinginan seksual pada ayah – Ada ‘penis envy’ menyadari tidak mempunyai penis & merasa dikastrasi & menyalahkan ibu sehingga lebih memilih ayah. – Dibanding anak laki2, anak perempuan tidak merasa terlalu terancam oleh ayah karena tidak mungkin dikastrasi – Freud karena cemas kurang, represi juga kurang – identifikasi dengan ibu lebih lemah ; anak perempuan punya conscience lebih lemah. D. PERIODE LATENSI (5 tahun – permulaan pubertas) – Masa tenang dorongan seksual direpress – Energi seksual terus mengalir, tetapi disalurkan kekepedulian sosial & membangun defense terhadap seksualitas E. GENITAL STAGE (remaja) – Perubahan fisiologis pada pubertas timbulnya impuls seksual yang direpress pada masa latensi. – Diarahkan pada ‘peer’ dari kelamin berbeda – Tujuan seksualitas dewasa yang matang tujuan biologis untuk reproduksi – Pilihan partner tergantung pada perkembangan sebelumnya – Akhir tahap genital individu mencapai struktur ego yang kuat memungkinkan mengatasi realitas dunia orang dewasa Mekanisme Perkembangan • Persamaan Piaget & Freud – Perkembangan terjadi karena ada gangguan pada sistem – Anak harus terus menerus mencoba mempertahankan keadaan relatif seimbang. • Perbedaan Piaget & Freud – Freud Equilibrasi sebagai proses mengurangi hal yang mengganggu --- pikiran yang sarat emosi / rasa sakit psikologis – Piaget disequilibrium terjadi karena ada informasi / input yang baru masuk kedalam system kognitif manusia Terima Kasih Erna Multahada S.HI., S.Psi., M.Si