MAHASISWA Pada mulanya, mahasiswa bak pahlawan yang banyak di eluh-eluhkan oleh sebagian masyarakat indoesia. Bagaimana tidak, perjalanan panjang sejarah republik ini sangat erat dengan aksi-aksi heroik yang dilakukan oleh sekumpulan aktivis kampus. Hampir di setiap peristiwa besar yang terjadi, mahasiswa selalu hadir dengan semangat, loyalitas dan idealisme yang berkobar-kobar. Nalar kritis dan mental baja yang mereka miliki menjadikan mereka sebagai lawan yang mengerikan bagi pemerintahan yang kotor. Dengan keberanian yang mereka miliki, tak jarang mahasiswa harus dihadapkan dengan kekerasan, intimidasi bahkan sampai pada penculikan yang berujung pada kematian. Tahun 1915, tahun yang menjadi awal mula gerakan pemuda, yang menjadi embrio kekuatan yang lahir dan diwarisi oleh mahasiswa. Pada tahun tersebut, sekumpulan murid-murid stovia pertama kalinya mencoba memulai gerakan dengan mendirikan Trikoro Dharmo. Tikoro Dharmo inlah yang kelak berkembang dan melahirkan sumpah pemuda yang menciptakan persatuan dan kesatuan berwawasan kebangsaan di tengah pemuda pemuda indonesia. Rasa persatuan dan kesatuan dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia terus diwariskan dari masa ke masa, dan dari generasi ke generasi. Ditahun selanjutnya pada tahun 1966, mahasiswa kembali menjadi bagian dalam sejarah penting Republik Indonesia. Dengan tetap menggenggam semangat cita-cita kemerdekaan, dengan gagah berani para mahasiswa memploklamirkan tiga tuntutan rakyat (TRITURA) dan berhasil memaksa pemerintah membubarkan PKI. Peristiwa ini di dorong akibat lambatnya pemerintahan yang di pimpin oleh Soekarno dalam menangani kasus pembrontakan PKI pada tanggal 30 september 1965 yang mengakibatkan kondisi masyarakat sangat tidak kondusif. Tahun ini juga menjadi awal mula kelahiran orde baru yang kelak dipimpin oleh Seharto setelah berhasil menumbangkan odrde lama yang dipimpin oleh Soekarno. Di tahun 1998, dengan kekuatan yang berkali-kali lipat mahasiswa kembali menegaskan bahwa mereka tetap menjaga semangat perjuangan yang mereka warisi dan tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga cita-cita kemerdekaan. Pada bulan mei 1998 ribuan mahasiswa melakukan unjuk rasa dan menuntut agar Soeharto di turunkan dari kursi kepresidenan sebab dianggap telah menyengsarakan rakyat dengan otoritas yang ia miliki. Selama 32 tahhun, semua elemen masyarakat termasuk mahasiswa selalu berada dalam bayang-bayang pengawasan pemerintah. Setiap kegiatan yang dianggap membahayakan kemapanan kekuasaan Soeharto akan dengan segera di brantas oleh aparat Negara. Hal itu menyebabkan mahasiswa tak memiliki ruang gerak untuk berekspresi dan mengembangkan gagasan guna tetap menjaga nalar kritis yang mereka miliki. Sebab itulah, dengan semangat yang membara dan kekuatan yang berlipat, mahasiswa kembali berhasil menggulingkan orde baru yang otoriter. Berkat perlawanan yang dilakukan oleh para mahasiswa, perjalanan Indonesia tetap dapat berlangsung dengan membawa semangat reformasi. Kebebasan berekspresi, bertindak, berserikat dan kebebasan menyampaikan aspirasi adalah anak yang dilahirkan dari rahim pemberontakan para mahasiswa terdahulu. Sekali lagi, generasi milenial sangat berhutang budi pada mahasiswa pendahulu, sebab jika tidak bagaimana mungkin generasi milenial hari ini dapat berselfie ria di media sosial, dapat menyampaikan ide dan gagasan dimanapun dan kapanpun kita suka, dapat bergabung dan menciptakan organisasi dan perkumpulan yang sesuai dengan jati diri kita. Dikenal sebagai pejuang dengan tanggung jawab mulia, dan tercatat dalam sejarah perjalanan republik indonesia berkat pemikiran dan keberaniannya, serta kisah heroiknya dalam menjatuhkan dua pemerintahan sekaligus, menjadikan para aktivis mahasiswa lawan yang mengerikan dan musuh yang harus segera dihancurkan bagi pemerintah yang kotor. Kemuliaan tanggung jawab yang harus dipikul oleh mahasiswa membawa mereka pada tantangan yang tak henti menerjang. Dewasa ini, gerakan mahasiswa mendapatkan tantangan besar baik dari internal mahasiswa itu sendiri, dan tantangan yang datang dari luar. Dari internal, mahasiswa dihabisi dengan kesibukan mengikuti perkuliahan yang semakin mempersempit ruang gerak mahasiswa. Beban SKS yang harus di hadapi mahasiswa serta padatnya tugas perkuliahan yang harus mereka kerjakan membuat mahasiswa tak punya banyak waktu untuk berdiskusi, berargumen, beradu gagasan dengan mahasiswa lain. Tiap zaman sudah barang tentu memiliki kondisi dan tantangan yang berbeda-beda. Hari ini, peradaban umat manusia sudah mengalami perkembangan yang sebegitu pesat. Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah mengantarkan manusia pada kemudahan dalam hal apapun, mengakses informasi, berkomunikasi, dan berselfie ria di dalam sosial media masing masing. Kemudahan itu menjadikan semua kebutuhan manusia seakan-akan sudah dalam genggaman. Namun, dibalik kemudahan yang disediakan, sudah pasti terselip kesusahan yang menjadi tantangan bagi setiap penggunanya.