Introduction to Conflict Resolution: In this review author want to explain about Introduction to Conflict Resolution for the theme, in which there are three sub-chapters, namely origin’s, approach, conflict prevention, conflict management, and conflict resolutions . We should know first what is conflict prevention, conflict management, and conflict resolutions. Origins Persepsi ancaman atau terjadinya konflik sebenarnya diperlukan untuk inisiasi pencegahan konflik dan tindakan manajemen karena penting untuk membahas konsep dan mengeksplorasi cara pencegahan dan mengelola konflik. Menurut Hunt dan Metcalf konflik dibagi menjadi dua yakni yang pertama konflik interpersonal yang artiya konflik yang terjadi pada individu itu sendiri, dan yang kedua konflik intrapersonal lebih bersifat pada keadaan psikologis yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan kesehatan psikologis dan mental. Asal usul konflik sendiri masih simang siur ada yang menyebutkan sejak 3.600 tahun sebelum masehi atau lebih, dan berlangsung hingga saat ini.1 Konflik memang sudah sering terjadi dan akan semakin berbahaya jika tidak diselesaikan ataupun dikelola dengan baik. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial umat manusia, maka konflik juga memiliki pola yang sarat dengan dinamika. Pola yang berkembang dari konflik-konflik tercatat dalam literatur bahwasanya hingga abad ke-17 konflik dalam hubungan sosial manusia didominasi oleh konflik antar ras, suku, negara kota, kemudian menjadi konflik/perang internasional. Selanjutnya, setelah memasuki abad ke-19 sampai di penghujung abad ke-21 konflik yang terjadi mengambil tren baru menuju kepada apa yang dikenal sebagai konflik internal (dalam satu negara). Saat ini konflik terjadi dalam satu negara dan pihak yang bertikai adalah kelompok etnik yang bermusuhan. Apa yang terjadi di Rwanda, Bosnia dan Indonesia bisa dijadikan contoh.2 Sebagai bidang studi yang ditentukan, resolusi konflik dimulai pada 1950-an dan 1960an. Dimana resolusi konflik berada pada puncak Perang Dingin, ketika pengembangan senjata nuklir dan konflik antara negara adidaya tampaknya mengancam kelangsungan hidup manusia. Sekelompok perintis dari berbagai disiplin ilmu melihat nilai mempelajari konflik sebagai fenomena umum, dengan sifat-sifat serupa apakah itu terjadi dalam hubungan internasional, politik domestik, hubungan industri, komunitas atau keluarga atau antar individu. Mereka melihat potensi penerapan pendekatan yang berkembang dalam hubungan 1 2 A. F Beer, “Peace against War,” San Fransisco: W.H. Freeman, 1981. K. J Holsti, the State, War and the State of War. New York: Cambridge University Press, 1996. industri dan pengaturan mediasi masyarakat untuk konflik secara umum, termasuk konflik sipil dan internasional. Namun semua harapan perdamaian tersebut sangat jauh dari kenyataan. Hanya dalam kurun waktu 1990 sampai 1999, tercatat sudah terjadi 118 konflik yang tersebar dalam berbagai belahan dunia, melibatkan 80 negara dan dua kawasan para-state dengan keseluruhan korban tidak kurang dari 6 juta orang. 3 Dari keseluruhan konflik tersebut, sepuluh diantaranya bisa dikategorikan sebagai konflik antar negara, sementara yang lainnya adalah konflik internal. Approaches Aspek teoritis konflik banyak pandangan sehingga mengkaji konflik dapat dilihat dari berbagai sisi atau mengkaji berdasarkan pandangan, sehingga hasilnya akan lebih luas. Menurut Collins teori konflik ialah interaksi anatar pribadi yag bersifat itensif, yang dalam kenyataannya bersifat abstrak dan kompleks sehingga diperlukannya level analisis lain. Adanya variasi teori konflik, memberikan peluang untuk mengkaji substansi konflik lebih mendalam dan dapat memprediksi berbagai konflik yang akar permasalahannya bermacammacam.4 Mengenai resolusi konflik dalam kenyataan banyak dilakukan dengan cara represif, dan jarang dilakukan dengan memanfaatkan potensi pengetahuan lokal. Teori resolusi konflik dikembangkan dari teori atau pendekatan konflik itu sendiri. Miall, Ramsbotham dan Woodhouse,5 menawarkan banyak alternatif tentang resolusi konflik, mulai dari pemikiran klasik sampai pada pemikiran kontemporer Pemikiran resolusi konflik berangkat dari asumsi bahwa konflik sebagai aspek intrinsik yang tidak mungkin dihindarkan dari perubahan sosial. Konflik diartikan sebagai ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan olehperubahan sosial yang muncul bertentangan dengan berbagai hambatan yang dihasilkannya. namun cara menangani konflik adalah persoalan kebiasaan dan pilihan, sehingga perlu merespon cara menangani konflik tersebut. Penanganan resolusi konflik yang umum ialah dengan menggunakan pendekatan tradisioal atau traditional mechanism of conflict resolution and reconciliation. Konsep ini menggnakan nlai-ilai tradisional dalam menyelesaikan konflik, yang mana nilai-nilai ini D. Smith, Trend and Cause of Armed Conflict. Berlin: Berghof Research Center, 2001. Randall Collins, “Conflict Sociology,” New York Academic Press, 1975, hal 56-61. 5 Miall, Rambsbothan, Wood Haouse, Resolusi Damai Konflik Kontemporer, Trj. Satrio, Raja Grapindo Persada Jakarta, 2000, hal. 7-33 3 4 memiliki kekuatan mengikat anatara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Salah satu pendekatan ialah tribal code atau tribal conflict resolution dimana pendekatan ini menggunakan tiga aspek yakni negara yang terlibat konflik serta dua NGO yang membantu meyelesaikan konflik. Penyeleaian konflik denggan nilai-nilai tradisional yang melekat dan menjadi identitas negara tersebut juga berlaku di Indonesia, contoh kasus papua yang sebagian diselesaikan dengan penerapan ilia-nilai tradisional.6 Secara umum pendekatan-pendekatan dalam menciptakan perdamaian sangat beragam, pendekatan merupakan strategi yang digunakan pihak ketiga atau mediator dalam mengkemas konflik menjadi sebuah resolusi konflik yang berkelanjutan. Dari setiap pendekatan yang ada, proses pemetaan konflik, mediasi atau dialog menjadi proses yang selalu ada, seperti urain di atas bahwa mediasi menjadi proses yang diinginkan seluruh pihak yang berkonflik. Terkait dengan pendekatan dalam resolusi konflik, setiap orang atau NGO yang bergerak dalam peacebuilding dapat menggunakan pendekatan apa saja yang dianggap tepat, pendekatan layaknya perspektif yang dapat kita kemas sendiri untuk menciptakan perdamaian, dapat juga dianalogikan sebagai resep dokter untuk pasiennya, resep yang diberikan sesuai dengan gejala yang dikeluhkan. Begitu juga dengan konflik, pendekatan yang digunakan sangat disesuaikan dengan hasil analisa konflik yang dilakukan sebelumnya. Conflict Prevention, Conflict Management, and conflict resolutions Pencegahan konflik dan manajemen konflik adalah istilah untuk metode dan mekanisme yang digunakan untuk menghindari, meminimalisir, dan mengelola konflik. Lebih jelasnya pencegahan konflik ialah istilah luas yang merujuk pada berbagai kegiatan dan strategi dalam pembangunan perdamaian yang digunakan untuk mencegah dan menetralisir pemicu ptensial untuk konflik kekerasan yang eluas. Sedangkan untuk menajemen konflik sendiri ialah teori atau konsep yang digunakan untuk menyelesaikan konflik yang berfokus pada batasan, mitigasi atau penahanan konflik. Hal penting yang harus digarisbawahi ialah pemisahan secara tradisional antara pencegahan, menejemen, dan resolusi yang mana mereka tidak hanya berbeda dalam perlakuan konsep, tetapi juga berbeda dalam proses. Akan tetapi gagasan tersebut tidak disetujui oleh sebagian ilmuwan sebab mereka beranggapan bahwa ketiga hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahka. Dalam review kali ini penulis sependapat dengan Oussama Safa . “Conflict Resolution and Reconciliation in the Arab World:The Work of Civil Society Organisations in Lebanon and Morocco” dalam, http://www.berghof-handbook.net/articles/section-vrecovering-from-war-post-conflict-regeneration-and-reconciliation/, diakses oktober 2019 6 sebagian ilmuwan yang mengatakan bahwa ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahka sebab tiga hal tersebut saling terikat. Sedagkan Resolusi konflik terdiri dari dua kata yakni resolusi dan konflik. Resolusi yang berarti solusi dari sebuah masala, sedangkan konflik berarti suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghambat, menghalangi, dan menganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok atau golongan. Jadi dari review diatas dapat ditari kesimpulan bahwa konflik diperlukan untuk menemukan konsep dalam mencegah dan mengatasi konflik. Konflik yang sebenarnya sudah terjadi berabad-abad laludengan penggunaan kekerasan seiring berjalannya waktu berubah sejak terjadinya perang dingin yang mana kedua negara yang sedang berkuasa menggunakan nuklir sebagai bentuk konflik baru. Oleh karena itu mucullah pendekatan-pendekatan dalam menyelesaian konflik diantaranya menggunakan cara tradisional yakni dengan penguatan pada nilai-nilai atau aspek-aspek tradisi yag mengikat pihak-pihak yang tengah berkonflik, sehingga terciptanya perdamaian diantara kedua belah pihak. Setelah adanya pendekatan untuk penyelesaianya maka muncul pula pencegahan dan manajemen konlflik guna konflik tidak terjadi lagi. Dengan adanya resolusi konflik yang mana berarti memberikan sebuah solusi dari suatu konflik agar tidak terulang kembali. Reference: Beer, A. F. (1981). Peace Against War. San Fransisco: W.H. Freeman Holsti, K. J. (1996). The State, War and The State of War. New York: Cambridge University Press. Smith, D. (2001). Trend and Cause of Armed Conflict. Berlin: Berghof Research Center. Miall, Rambsbothan, Wood Haouse (2000), Resolusi Damai Konflik Kontemporer, Trj. Satrio, Raja Grapindo Persada Jakarta. hal. 7-33 Collins, Randall (1975). Conflict Sociology, New York Academic Press. Eldridge J.E.T. (1980) Max Weber The Interpretation of Social Reality. Schocken Books New York. Safa Oussama . “Conflict Resolution and Reconciliation in the Arab World:The Work of Civil Society Organisations in Lebanon and Morocco” dalam, http://www.berghofhandbook.net/articles/section-v-recovering-from-war-post-conflict-regeneration-andreconciliation/, diakses oktober 2019