Penjelasan PPT Etiologi, Patogenesis Tumor Payudara Herediter Ditemukan 13% tumor mammae terjadi secara herediter pada garis pertama keturunan, hanya sekitar 1 % yang diakibatkan oleh multifaktor dan mutasi germline. Sekitar 23 % kanker mammae terjadi secara familial (atau 3% dari seluruh kanker mammae) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan BRCA2 probabilitas terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen ini meningkat jika terjadi pada garis pertama keturunan. Secara herediter, penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada umumnya antara faktor ini saling mempengaruhi. Perubahan terjadi pada salah satu dari gen dan sekian banyak gen yang dapat mencetuskan suatu transformasi maligna didukung oleh faktor lain. Pada kanker mammae ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada dua pertiga kasus kanker mammae familial atau 5 % secara keseluruhan, yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85 % menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk terkena mammae 10 % secara nonherediter dan kanker ovarium. Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan ke arah karsinoma tipe medular, cenderung ‘high grade’, mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk. Gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q melibatkan 70 % untuk terjadinya kanker mammae secara herediter dan bukan merupakan mutasi sekunder dari BRCA1. Seperti halnya BRCA1, BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium dan pada pria dapat meningkat resiko terjadinya pada kanker mammae (Tapia, 2007). Mutasi Sporadik Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif, riwayat menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang dijumpai pada wanita postmenopause dan overekspresi estrogen reseptor. Estrogen sendiri mempunyai dua kemampuan untuk berkembang menjadi kanker mammae. Metabolit estrogen pada penyebab mutasi atau menyebabkan perusakan DNAradikal bebas. Melalui aktivitas hormonal, estrogen dapat menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu maligna. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen, progesterone dan reseptor hormon steroid lain ini di sel mammae. Pada neoplasma yang memiliki reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor. Mutasi Germline Faktor genetik ditunjukkan dengan kecendrungan familial yang kuat. Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insiden familial dapat disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang bekerja pada anggota keluarga yang sama. Pada penderita sindroma Li-Fraumeni terjadi mutasi dari tumor suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada otak dan kelenjer adrenal pada anak-anak dan kanker mammae pada orang dewasa. Ditemukan sekitar 1 % mutasi p53 pada penderita kanker mammae yang dideteksi pada usia sebelum 40 tahun. HER2/neu HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-encode glikoprotein transmembran melalui aktivitas tirosin kinase, yaitu p185. Overekspresi HER2/neu dapat dideteksi melalui pemeriksaaan imunohistokimia, FISH (‘Fluorencence In Situ Hybridization’) dan CISH (‘Chromogenic In Situ Hybridization’). Suatu kromosom penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2/neu yang mengalami amplikasi pada selsel mammae berhubungan dengan prognosis yang buruk (Moriki, 2006) Virus Diduga menyebabkan kanker mammae. Faktor susu Bittner adalah suatu virus yang menyebabkan kanker mammae pada tikus yang ditularkan melalui air susu. Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor mammae tikus telah ditemukan pada beberapa kasus kanker mammae pada manusia tetapi maknanya tidak jelas (Rubin, 2003). kanker terjadi ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, menyebar ke jaringan sekitar dan menyerang ke seluruh tubuh, kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol disebut tumor atau benjolan. nanmun, tidak semua tumor merupakan kanker. tumor yang sifatnya tidak menyebar atau mengancam nyawa disebut tumor jinak sedangkan tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh menyerang jaringan sekitar disebut tumor ganas atau kanker. sel normal bisa menjadi sel kanker melalui suatu proses rumit yang disebut transformasi yang terdiri dari 2 tahap. 1. fase inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetic sel yang memancing sel menjadi ganas oleh adanya karsinogen atau adanya kanker baik berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari. akan tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen. kelainan genetic dalam sel menyebabkan sel lebih rentan terhadap paparan karsinogen. 2. fase promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas atau kanker sementara sel yang belum melewati fase inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. 3. fase metastasis sel – sel kanker bisa menyebar atau bermetastase ke bagian tubuh yang lain. metastase dapat terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun di atas tulang belikat. sel – sel kanker juga bersarang di bawah tulang, paru – paru dan dibawah kulit