Tugas Mata Kuliah dr. Dewi Santosaningsing, M. Kes. PhD Tantangan rumah sakit dalam penggunaan patient preferences dikaitkan dengan PPK/CP di RSU An-Nisaa Blitar. Proses pengambilan keputusan pasien yang mengalami Fraktur Supracondyler Humerus dengan Tindakan yang Harus dilakukan didalam Panduan Praktek Klinik RSU AN-Nisaa Fraktur adalah hilangnya kontinuitas struktur tulang, tidak hanya keretakan atau terpisahnya korteks, fraktur sering mengakibatkan kerusakan yang komplit. Pada kasus fraktur tertutup, budaya serta ekonomi terbatas masih menjadi alsan utama pasien untuk menolak tindakan medis. Sehingga masyarakat masih enggan untuk berobat ke Rumah Sakit dan lebih memilih untuk pengobatan alternatif. Ada anggapan bahwa penanganan fraktur di dokter ortopedi pasti diberikan tindakan operasi. Maka tak heran, banyak orang yang beralih ke pengobatan alternative ketika mengalami insiden ini. Apabila terdapat kasus pasien dengan Fraktur Supracondyler Humerus yang masuk di IGD RSU AN-Nisaa langkah penanganan dari pasien yaitu dilakukan pelayanan stabilisasi terlebih dahulu dan dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan panduan praktek kliniknya. Di dalam PPK pasien dengan kasus Fraktur Supracondyler Humerus dilakukan tindakan pembedahan. Prosedur yang dilakukan petugas di RSU An-Nisaa yaitu dengan melakukan KIE terkait tindakan operasi yang akan dilakukan. Petugas menjelaskan terkait diagnosa sampai alternatif apabila pasien menolak dilakukan tindakan, hal tersebut tertuang di formulir Informed Consent. Di dalam mengambil keputusan pasien dan keluarga pasien sudah mengetahui dampak dan komplikasi apabila pasien setuju atau menolak tindakan. Preferences adalah pemikiran yang ada dalam diri individu yang muncul karena adanya keinginan dan kepentingan terhadap suatu tujuan (Sagoff,1994). Selera atau preferences (preferensi) merupakan perasaan suka atau tidak suka dari seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi (Kotler,1997). Keputusan adalah proses evaluasi dari beberapa pilihan untuk menentukan preferensi dari bebarapa jenis produk (Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam Juwita, 2015). Menurut Ristyanti Prasetijo, & John J.O.I Ihalauw dalam Setiadi 1 (2015) mendefiniskan keputusan adalah tindakan untuk memilih dua atau lebih pilihan. Berikut ini adalah model perilaku pembeli yang dikemukan oleh Kotler Di dalam mengambil keputusan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor budaya, faktor social, faktor pribadi dan faktor psikologi. Berdasarkan karakteristik masyarakat di sekitar RSU An-Nisaa Blitar masih ada masyarakat yang lebih percaya pada pengobatan alternatif seperti dukun atau sangkal putung. Hal ini disebabkan karena: a. Faktor budaya: Faktor budaya merupakan nilai-nilai yang dasar dari tingkah laku, persepsi, keinginan yang melekat yang telah dipelajari oleh seseorang dari anggota keluarga, masyarakat ataupun suatu lembaga. Faktor budaya ini menjadi penyebab paling tinggi dari keinginan seseorang. Faktor budaya di masyarakat Blitar masih kental dan cenderung lebih percaya kepada pengobatan alternatif khususnya sangkal putung. b. Faktor Sosial: Thamrin Abdullah dan Francis Tantri dalam Setiadi (2015) mengemukakan bahwa perilaku pasien juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial pasien. seseorang Dalam hal ini pengalaman keluarga mempengaruhi dalam memilih atau mengambil keputusan dalam mengambil suatu pilihan tindakan yang akan diambil. Masyarakat Blitar masih mengandalkan keluarga besar dalam pengambilan keputusan. 2 c. Faktor pribadi: factor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan pengobatan. Apabila pasien memilih tindakan operasi, maka pasien harus menyiapkan dana yang lebih, membutuhkan banyak tenaga dan waktu sehingga pasien lebih memilih berobat ke sangkal putung. d. Faktor psikologi: Faktor kejiwaan pada diri seseorang seperti motivasi, persepsi, keyakinan dan pendirian serta pembelajaran akan memengaruhi seseorang dalam memilih suatu tindakan bagi dirinya. Pasien akan mengalami suatu ketakutan apabila dilakukan tindakan operasi, maka dari itu pasien lebih memilih ke sangkal putung walaupun dampak dari pengobatan tersebut lebih besar dibandingkan dengan tindakan operasi. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya masalah keselamatan pasien di rumah sakit serta dampaknya terhadap kelangsungan hidup profesi kesehatan dan rumah sakit, maka kebutuhan bagi lembaga rumah sakit mengembangkan patient‐centered care atau pelayanan yang berfokus pada pasien dan menjadikan pasien‐masyarakat sebagai mitra dalam mencapai keluaran klinis yang diharapkan akan semakin tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang proaktif dalam strategi melibatkan pasien, baik untuk pengambilan keputusan klinis pada tingkat individual pasien melalui interaksi dokter‐pasien maupun pengambilan keputusan pada tingkat yang lebih tinggi bagi kepentingan organisasi rumah sakit. Pada tingkat individual pasien, pengambilan keputusan berfokus pada merespons kebutuhan dan memahami preferensi pasien. Dokter dan pasien berinteraksi untuk mengambil keputusan bersama. Sebagai contoh, apabila terdapat dua pilihan pengobatan, maka dokter memastikan agar pasien diberikan informasi yang memadai mengenai kedua pilihan tersebut serta memfasilitasi pasien untuk mengambil keputusan. Peran pasien pada tingkat individual ini sangat banyak memperoleh perhatian dan berbagai strategi telah dikembangkan. Permasalahan pasien di dalam memilih suatu keputusan tindakan hendaknya disampaikan kepada petugas, agar petugas bisa memberikan penjelasan yang lebih mendalam terhadap dampak yang diperoleh apabila pasien memilih tindakan pengobatan alternatif. Diperlukan teknis komunikasi efektif yang baik dan benar antara petugas dan pasien. Petugas tidak bisa memaksakan pilihan pasien untuk mendapatkan suatu tindakan pelayanan, karena pasien berhak memilih suatu keputusan pengobatan bagi dirinya. 3 KESIMPULAN 1. Pengambilan keputusan yang dilakukan selalu melibatkan pasien dan/atau keluarga dan mengakomodasi kebutuhan atau preferensi pasien 2. Dokter/petugas kesehatan tidak melakukan suatu tindakan tanpa keterlibatan pasien 3. Pengambilan keputusan bersama adalah kunci untuk mengarahkan perawatan yang berfokus pada pasien. Dokter dapat memastikan perawatan sesuai dengan keinginan pasien. Profesionalisme dalam layanan kesehatan perlu menggunakan keterampilan komunikasi dan edukasi yang baik, dan menggabungkan preferensi pasien, serta mendukung anggota keluarga dalam pengambilan keputusan bersama yang efektif. REFERENSI 1. Hanum dan Latifah. 2018. Pengambilan Keputusan Pasien dalam Pilihan Rumah Sakit Rujukan di RSUD Kota Subulussalam Tahun 2018. Universitas Sumatera Utara 2. Kotler,P.,Bowen,.,& Makens,J.2003, Marketing for Hospitality and Tourism. New Jersey: Prentice Hall 3. Street, et all. 2012. Patient preferences and healthcare outcomes: and ecological perspective. Expert Rev. Pharmacoecon. Outcomes Res. 12(2), 167–180 (2012) 4