Nama Email Judul Tugas Indikasi Sediaan Dosis Absorbsi Efek Samping Pregnancy Category : : : dr. Rinal Baharsyah Harahap Cotrimoxazole (kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim) Antibiotik golongan sulfonamida atau sulfa adalah golongan obat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi bakteri dengan cara mengganggu sintesis asam folat di dalam bakteri.1 infeksi saluran kemih dan shigellosis, profilaksis primer terhadap toksoplasmosis pada pasien yang terinfeksi HIV, otitis media, profilaxis P. carinii pneumonia, bronkitis kronis, traveler’s diarrhea, agranulositosis septik, infeksi norcardia, infeksi gonokokal faring, chancroid, pertusis, kolera, isosporiasis.2 Meningitis bakterial, sepsis.3 Juga digunakan pada kemoterapi pasien malaria.4 Per tablet: Co-trimoxazole: Trimethoprim 80 mg, sulfamethoxazole 400 mg. Per kapsul: Co-trimoxazole: Trimethoprim 160 mg, sulfamethoxazole 800 mg. Per 5 mL suspensi: Co-trimoxazole: Trimethoprim 40 mg, sulfamethoxazole 200 mg 5 Bronkitis kronis, Otitis media akut, infeksi saluran kemih pada Dewasa dan anakanak 12 tahun ke atas: 960 (800 mg sulfamethoxazole dan 160 mg trimethoprim), 2 kali sehari.Infeksi berat: 2,88 g/hari, dibagi menjadi dua jadwal konsumsi. Anak-anak: Usia 2-5 bulan: 120 mg, 2 kali sehari. Usia 6 bulan-5 tahun: 240 mg, 2 kali sehari. Usia 6-11 tahun: 480 mg, 2 kali sehari. Pneumonia pneumocystis Dewasa: 120 g/kgBB per hari, terbagi dalam 2-4 jadwal konsumsi selama 14-21 hari. Anak: Dosis sama seperti dewasa. Pencegahan pneumonia pneumocystis Dewasa: 960 mg, 1 kali sehari, selama 7 hari. Anak: 15-30 mg/kgBB, 2 kali sehari. Tidak dikonsumsi setiap hari melainkan 2-3 hari dalam 1 minggu.2 Cotrimoxazole (kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim) diserap dengan baik dari saluran GI setelah pemberian oral.2 1. CNS: sakit kepala, depresi mental, meningitis aseptik, apatis, kejang, halusinasi, ataksia, gugup, kelelahan, vertigo, insomnia. 2. CV: tromboflebitis. 3. EENT: tinitus. 4. GI: mual, muntah, diare, sakit perut, anoreksia, stomatitis, pankreatitis, kolitis pseudomembran. 5. GU: nefrosis toksik dengan oliguria dan anuria, kristaluria, hematuria, nefritis interstitial. 6. Hematologi: agranulositosis, anemia aplastik, anemia megaloblastik, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik, pansitopenia. 7. Hati: ikterus, nekrosis hati. 8. Muskuloskeletal: artralgia, mialgia, kelemahan otot. 9. Pernafasan: infiltrat paru. 10. Kulit: eritema multiforme (sindrom Stevens-Johnson), erupsi kulit menyeluruh, nekrolisis epidermal, dermatitis eksfoliatif, fotosensitifitas, urtikaria, pruritus. 11. Lain-lain: reaksi hipersensitivitas (penyakit serum, demam obat, anafilaksis), rhabdomyolysis.2 Kategori D. Ada bukti positif risiko janin pada manusia, tetapi manfaat dari penggunaan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika Mekanisme Kerja Obat Pharmakodinamik Pharmakokinetik Eliminasi Waktu Paruh Ikatan Protein Plasma Volume Distribusi Metabolisme Interaksi Obat obat diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius yang tidak dapat digunakan obat yang lebih aman atau tidak efektif).3,5 Co-trimoxazole umumnya bersifat bakterisidal; ia bertindak dengan blokade berurutan dari enzim asam folat di jalur sintesis. Komponen sulfamethoxazole menghambat pembentukan asam dihydrofolic dari para-aminobenzoic (PABA), sedangkan trimethoprim menghambat dihydrofolate reductase. Kedua obat memblokir sintesis asam folat, mencegah sintesis sel bakteri asam nukleat esensial.2,3,5 Antibakteri: Co-trimoxazole umumnya bersifat bakterisidal; ia bertindak dengan blokade berurutan dari enzim asam folat di jalur sintesis. Komponen sulfamethoxazole menghambat pembentukan asam dihydrofolic dari paraaminobenzoic (PABA), sedangkan trimethoprim menghambat dihydrofolate reductase. Kedua obat memblokir sintesis asam folat, mencegah sintesis sel bakteri asam nukleat esensial. Co-trimoxazole efektif terhadap Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus mirabilis, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Acinetobacter, Salmonella, Shigella, dan P. carinii.2,3,5 Penyerapan: Diserap dengan baik dari saluran GI setelah pemberian oral. Distribusi: Didistribusikan secara luas ke jaringan tubuh dan cairan, termasuk cairan telinga tengah, cairan prostat, empedu, aqueous humor, dan CSF. Pengikatan protein adalah 44% untuk trimethoprim, 70% untuk sulfametoksazol. Obat melintasi penghalang plasenta. Metabolisme: Dimetabolisme oleh hati. Ekskresi: Kedua komponen kotrimoksazol diekskresikan terutama dalam urin melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ginjal; beberapa muncul dalam ASI. Waktu paruh plasma Trimethoprim pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 8 hingga 11 jam, diperpanjang hingga 26 jam pada pasien dengan disfungsi ginjal berat; Waktu paruh plasma sulfamethoxazole adalah 10 hingga 13 jam, diperpanjang hingga 30 hingga 40 jam pada pasien dengan disfungsi ginjal berat. Hemodialisis menghilangkan beberapa kotrimoksazol.2,3,5 8-11 jam (Trimethropim), 10-13 jam (Sulfamethoxazole) 2 44% untuk trimethoprim, 70% untuk sulfametoksazol 2 1.06 L/kg (pada dewasa sehat usia 18-45 tahun)3 Ginjal, 40 hingga 60% diekskresikan dalam 24 jam, terutama melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubular dalam jumlah ini, 80 hingga 90% diekskresikan tidak berubah dan sisanya diekskresikan sebagai metabolit tidak aktif. Ekskresi meningkat dalam urin asam dan menurun dalam urin alkali. Sejumlah kecil diekskresikan dalam feses dan empedu.6 Obat-obat. Siklosporin: Meningkatkan risiko nefrotoksisitas. Hindari penggunaan bersama. Digoxin: Meningkatkan kadar digoxin. Pantau kadar serum dengan cermat. Indometasin: Dapat meningkatkan kadar sulfametoksazol. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan. Methotrexate: Meningkatkan level metotreksat. Gunakan bersama dengan hati-hati. Antikoagulan oral: kotrimoksazol dapat menghambat metabolisme hati, meningkatkan efek antikoagulan. Amati pasien untuk tanda-tanda perdarahan. Sulfonilurea oral: Meningkatkan efek hipoglikemik. Pantau kadar glukosa darah. Para-aminobenzoic acid: Antagonis efek sulfonamide. Pantau pasien dengan cermat. Fenitoin: Menghambat metabolisme fenitoin. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan. Pirimetamin: Dapat menyebabkan anemia megaloblastik dengan dosis pirimetamin lebih besar dari 25 mg per minggu. Hindari penggunaan bersama. Antidepresan trisiklik: Mengurangi efek antidepresan. Pantau pasien dengan cermat. AZT: Dapat meningkatkan kadar AZT serum. Pantau pasien dengan hati-hati.2 Ramuan-obat. Dong quai, St. John's wort: Menyebabkan risiko fotosensitifitas aditif tambahan. Anjurkan pasien untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap sengatan matahari.2 Ekskresi/ Eliminasi Rujukan 3 (tiga) JURNAL 1 (satu) TEXTBOOK Obat-gaya hidup. Paparan sinar matahari: Reaksi fotosensitifitas dapat terjadi. Anjurkan pasien untuk mengambil tindakan pencegahan.2 Ekskresi meningkat dalam urin asam dan menurun dalam urin alkali. Sejumlah kecil diekskresikan dalam feses dan empedu.6 1. https://www.researchgate.net/publication/262939590_Cotrimoxazole__optimal_dosing_in_the_critically_ill/fulltext/5497d63b0cf2ec13375d4383/ 262939590_Cotrimoxazole__optimal_dosing_in_the_critically_ill.pdf?origin=publication_detail 2. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2013/017377s068s07 3lbl.pdf 3. https://www.researchgate.net/profile/James_Church2/publication/280262145 _The_expanding_role_of_cotrimoxazole_in_developing_countries/links/5bd06acf299bf1a43d9cc3e2/The -expanding-role-of-co-trimoxazole-in-developingcountries.pdf?origin=publication_detail 4. Https://www.mims.com/indonesia/drug/info/cotrimoxazole%20mersifarma/? type=brief 5. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, editors. Principles and practice of infectious diseases. 4th ed. New York: Churchill Livingstone, 1995: 354-7, 360, 514-5.