ILMU KEPERAWATAN DASAR I Nama : Uswah Nurul Izzati Nim : 131911133094 Kelas : A3 KASUS Seorang laki-laki, usia 30 tahun, dirawat dengan trauma tumpul abdomen. Pasien mengeluh nyeri di seluruh lapang abdomen . sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, perut pasien tertekan setir mobil. Pasien tampak pucat. Hasil pemeriksaan TD = 100/50 mmHg, nadi = 100 x/menit, RR = 24 x/menit, suhu = 360C, terdapat luka operasi yang tertutup kassa di abdomen Menurut pendapat saya, dari kasus di atas saya menyimpulkan mengambil pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan trauma abdomen. Berikut merupakan pemeriksaan penunjang : 1. Computed Tomography (CT) abdomen − Computed Tomography abdomen merupakan pemeriksaan penting untuk diagnostik cedera organ intraabdomen dengan hemodinamik stabil. − Pemeriksaan ini menggunakan kontras intravena, sehingga 14 pemeriksaan ini sensitif terhadap darah dan dapat mengevaluasi masing-masing organ, termasuk struktur organ retroperitoneal − CT abdomen memiliki akurasi yang tinggi, mencapai 95% dan memiliki negative predictive value yang sangat tinggi yaitu hamper 100%. − Pemeriksaan CT abdomen walaupun sangat sensitif terhadap organ padat, tetapi tidak menunjukkan adanya robekan pada mesenterium, cedera pada usus terutama robekan yang kecil, cedera diafragma bila rekonstruksi sagital dan coronal tidak dilakukan, dan cedera pankreas bila dilakukan segera setelah trauma. Kerugian CT abdomen − Perlunya mentransfer pasien ke unit CT scan. − Bahaya radiasi yang didaptkan − Pasien dapat tidak koperatif atau mengambil posisi yang baik bila kesakitan atau dengan penurunan kesadaran. − Gagal ginjal atau riwayat syok anafilaktik sebelumnya dapat menghalangi penggunaan CT abdomen. − Pemeriksaan tanpa menggunakan kontras dapat 15 menurunkan sensitifitas CT abdomen dalam mendiagnosis cedera organ padat 2. Focused Assessment Sonography for Trauma (FAST) − Focus Assesment Sonography for Trauma merupakan suatu pemeriksaan yang mendeteksi ada tidaknya cairan intraperitoeneal. − Pemeriksaan FAST juga sangat berguna bagi pasien dengan hemodinamik tidak stabil dan tidak dapat dibawa ke ruang CT abdomen. − dapat dilakukan disamping pasien selama dilakukan resusitasi tanpa harus dipindahkan dari ruangan resusitasi − pemeriksaan FAST difokuskan pada 6 area, yaitu perikardium, hepatorenal, splenorenal, parakolik gutter kanan dan kiri, dan rongga pertioneaum di daerah pelvis − Pemeriksaan ini akurat untuk mendeteksi darah sebanyak >100 mililiter. 3. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) − Diagnostic Peritoneal Lavage adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai adanya darah di dalam abdomen. − Gastric tube dipasang untuk mengosongkan lambung dan pemasangan kateter urin untuk pengosongan kandung kemih. − Sebuah kanul dimasukkan di bawah umbilicus, diarahkan ke kaudal dan posterior. − Jika saat aspirasi didapatkan darah (>10ml dianggap positif) dan selanjutnya dimasukkan cairan ringer laktat (RL) hangat sebanyak 1000 mililiter (ml) dan kemudian dialirkan keluar. − Jika didapatkan sel darah merah >100.000 sel/mikroliter(μL) atau leukosit >500 sel/μL maka pemeriksaan tersebut dianggap positif. − Jika terdapat keterbatasan laboratorium, dapat menggunakan urine dipstick. − Jika didapatkan drainage cairan lavage melalui chest tube mengindikasikan penetrasi diafragma. Bila hemodinamik stabil, dilakukan pemeriksaan FAST dan CT abdomen. Apabila dengan hemodinamik tidak stabil, dilakukan pemeriksaan FAST atau DPL 4. Laparotomi eksplorasi − Laparotomi eksplorasi merupakan modalitas diagnostik paling akhir. − Indikasi dilakukan laparotomi eksplorasi adalah : - Hipotensi atau syok yang tidak jelas sumbernya - Perdarahan tidak terkontrol - Tanda – tanda peritonitis - Luka tembak pada abdomen - Ruptur diafragma - Pneumoperitoneum - Eviserasi usus atau omentum. - Indikasi tambahan : perdarahan signifikan dari naso-gastric tube (NGT) atau rectum, perdarahan dari sumber yang tidak jelas, luka tusuk dengan cedera vascular, bilier, dan usus. − Prioritas pembedahan pada saat laparotomi adalah : - Menemukan dan mengontrol perdarahan - Menemukan cedera usus untuk mengontrol kontaminasi feses - Identifikasi cedera ogan abdomen dan struktur lainnya - Memperbaiki kerusakan organ dan strukturnya DAFTAR PUSTAKA Hidayati, alif nurul, Muhammad Ilham aldika akbar, Alfian nur rosyid.2018.Gawat Darurat Medis dan Bedah. Surabaya : Airlangga University Press. Ningsih, dewi kartikawati.2015. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Syok dengan Pendeatan Proses Keperawatan. Malang :UB Press Patrick, davey.2005.At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.