*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A2191135 **Pembimbing/ dr. Chairunnisa, Sp.Rad TUGAS Rahmat Al Hafiz, S.Ked* dr. Chairunnisa, Sp.Rad** KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI Pertanyaan Jelaskan indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus dibawah ini dan sebutkan apa saja pemeriksaan radiologinya! 1. Cedera kepala ringan, sedang dan berat 2. Trauma wajah 3. Trauma tulang belakang 4. Trauma toraks 5. Trauma tumpul abdomen hingga pelvis 6. Trauma dengan curiga fraktur 7. Kolik abdomen 8. Akut abdomen 9. Dispneu 10. Penurunan kesadaran Jawaban: 1. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus cedera kepala ringan, sedang dan berat dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Kondisi klinis dan tingkat kesadaran setelah cedera kepala dinilai menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS), merupakan skala universal untuk mengelompokkan cedera kepala dan faktor patologis yang menyebabkan penurunan kesadaran. Berdasarkan nilai GCS, maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 9- 13 dikategorikan sebagai cedera otak sedang, dan penderita dengan nilai GCS 14- 15 dikategorikan sebagai cedera otak ringan. Menurut Brain Injury Association of Michigan, klasifikasi keparahan dari cedera kepala yaitu: 1. Cedera Kepala Ringan Kehilangan kesadaran < 20 menit Amnesia post traumatic < 24 jam GCS 13 -15 2. Cedera Kepala Sedang Kehilangan kesadaran > 20 menit dan < 36 jam Amnesia post traumatic > 24 jam dan < 7 hari GCS 9-12 3. Cedera Keapala Berat Kehilangan kesadaran > 36 jam Amnesia post traumatic > 7 hari GCS 3-8 Cedera kepala mengacu cedera pada struktur intrakranial berikut trauma fisik pada kepala. Istilah Cedera kepala mengacu pada luka yang mencakup struktur baik intrakranial dan ekstrakranial, termasuk kulit kepala dan tengkorak. Kemajuan teknologi pencitraan medis telah mengakibatkan kemajuan beberapa modalitas pencitraan baru untuk evaluasi cedera kepala. Sementara kemajuan dalam pencitraan medis telah meningkatkan deteksi dini dan informasi prognostik yang berguna. Pemilihan diagnostik yang tepat di antara berbagai teknik pencitraan yang tersedia, diantaranya: Patah tulang tengkorak, bahkan tanpa gejala klinis, merupakan penanda risiko independent untuk lesi intrakranial. Namun, film tengkorak terutama digunakan untuk identifikasi patah tulang tengkorak dan tidak untuk evaluasi dari patologi intrakranial. Bahkan, radiografi konvensional adalah prediktor yang buruk patologi intrakranial dan tidak boleh dilakukan untuk mengevaluasi cedera kepala. Pada cedera kepala ringan, x-ray tengkorak jarang menunjukkan temuan yang signifikan, sedangkan pada cedera kepala berat tidak adanya kelainan pada x-ray tengkorak tidak menyingkirkan cedera intrakranial utama. X-ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan tidak ada Indikasi pemeriksaan x-ray pada cedera kepala, diantaranya: 1. Kehilangan kesadaran, amnesia 2. Nyeri kepala menetap 3. Tanda neurologis fokal 4. Cedera SCALP 5. Dugaan cedera penetrating 6. Cairan serebrospinal dari darah ataupun telinga 7. Deformitas tengkorak tampak atau teraba 8. Kesulitan penilaian (dalam pengaruh alkohol, obat, epilepsi, atau anak- anak) 9. GCS 12 dengan riwayat trauma multipel yang langsung dan keras. Foto polos berguna untuk penilaian triase. Fraktur mempengaruhi tindakan: 1. Karena ada kemungkinan perdarahan, perlu CT. 2. Fraktur terbuka termasuk basis meninggikan risiko infeksi. Fraktur depres meningkatkan kemungkinan kejang, terutama bila laserasi duramater. 3. Fraktur menunjukkan sisi operasi pada pasien dengan perburukan cepat karena perdarahan ekstradural. Computed Tomography Scanner (CT Scan) Pemeriksaan CT scan kepala masih merupakan gold standard bagi setiap pasien dengan cedera kepala, dan merupakan modalitas pilihan karena cepat, digunakan secara luas, dan akurat dalam mendeteksi patah tulang tengkorak dan lesi intrakranial. CT scan dapat memberikan gambaran cepat dan akurat lokasi perdarahan, efek penekanan, dan komplikasi yang mengancam serta apabila membutuhkan intervensi pembedahan segera. Indikasi pemeriksaan CT scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut: 1. Bila secara klinis didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat. 2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak. 3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii. 4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran. 5. Sakit kepala yang hebat. 6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak. 7. Mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral. Perdarahan subaraknoid terbukti sebanyak 98% yang mengalami trauma. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga sangat berguna di dalam menilai prognosa. MRI mampu menunjukkan lesi di substantia alba dan batang otak yang sering luput pada pemeriksaan CT scan. Ditemukan bahwa penderita dengan lesi yang luas pada hemisfer, atau terdapat lesi batang otak pada pemeriksaan MRI, mempunyai prognosa yang buruk untuk pemulihan kesadaran, walaupun hasil pemeriksaan CT scan awal normal dan tekanan intrakranial terkontrol baik 2. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus trauma wajah dan apa saja pemeriksaan radiologinya ! X-ray skull AP/ Lat, water’s view X-ray konvensional relatif sensitif terhadap fraktur atap tengkorak, tetapi tidak sensitif terhadap fraktur dasar tengkorak dan tulang wajah. CT scan memungkinkan diagnosis yang tepat dari semua jenis fraktur tulang wajah dan dasar tengkorak, dan memberikan informasi tentang perdarahan intrakranial dan cedera otak mayor. Indikasi untuk dilakukan X-ray pada trauma wajah adalah : 1. Kecurigaan cedera dengan mekanisme trauma yang tidak jelas 2. Adanya benjolan lunak khususnya di regio parietotemporal 3. Kecurigaan terjadi trauma penetrasi 4. Pasien sempat pingsan atau muntah 5. Kecurigaan terjadi fraktur compound atau adanya jejas yang jelas pada kepala Computed Tomography Scanner (CT scan) Kepala CT scan kepala adalah prosedur penyinaran X-ray yang menghasilkan gambar dari isi intrakranial sebagai hasil dari penyerapan X-ray yang spesifik oleh jaringan yang diperiksa. Metode pencitraannya dengan X-ray di mana sumber Xray berputar di sekitar pasien, memberikan informasi tentang densitas jaringan di slice dalam sinar X-ray. Rekaman dari slice berubah menjadi matriks digital mengandung nilai-nilai yang mewakili gambar digital dari slice. Setiap pixel dari gambar merupakan elemen volume kecil pada pasien. CT dapat menganalisis struktur anatomi dalam pasien tanpa superimposisi struktur, dan dengan karakterisasi kepadatan jaringan relatif baik, yang bahkan dapat ditingkatkan dengan injeksi intravena bahan kontras Untuk evaluasi tulang wajah, gambar aksial dan gambar koronal adalah hal yang wajib. Foto tiga dimensi (3D) sangat penting untuk analisis dan visualisasi fraktur kompleks. Foto tersebut memberikan gambaran fragmen dan dislokasi yang lebih relevan, sehingga dapat dicari kesimpulan mekanisme trauma. Intraoperatif, CT dapat digunakan untuk navigasi. Untuk tujuan ini, CT gambar aksial primer dimuat ke dalam program komputer yang menampilkan CT lalu ditampilkan di layar. Pasca operasi, CT dapat digunakan untuk memeriksa dan mendokumentasikan fragmen fraktur direposisi dan posisi bahan osteosynthesis. Terdapat beberapa indikasi dilakukan CT scan kepala yaitu 1. Trauma kepala 2. Stroke 3. Nyeri kepala 4. Lesi yang meningkatkan tekanan intrakranial 5. Kejang 6. Kecurigaan terhadap adanya hidrosefalus 7. Kecurigaan terhadap perdarahan intrakranial 8. Penyakit vaskular intrakranial 3. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus trauma tulang belakang dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Foto Rontgen 1. Rontgen Servikalis Berikut beberapa teknik foto rontgen pada tulang belakang : - Posisi lateralis servikalis - Posisi anteroposterior servikalis - Proyeksi anteroposterior open mouth servikalis - Posisi antero dan posterior oblique servikalis - Posisi lateral cerviothoracalis - Posisi lateral hiperekstensi dan hiperfleksi 2. Rontgen Thorakalis Berikut beberapa teknik foto rontgen pada tulang belakang : - Posisi AP thorakalis - Posisi lateral thorakalis - Posisi oblique anterior atau posterior thoracal 3. Rontgen Lumbal Berikut beberapa teknik foto rontgen pada tulang belakang : - Posisi AP atau PA lumbal - Posisi oblique posterior atau anterior lumbal - Posisi lateral lumbal - Posisi lateral L5-S1 - Proyeksi AP aksial L5-S1 4. Rontgen sakrum dan tulang belakang Berikut beberapa teknik foto rontgen pada tulang belakang : - Proyeksi AP aksial sakrum - Proyeksi AP aksial tulang ekor - Posisi lateral tulang sakrum dan tulang ekor 5. Rontgen Skoliosis Berikut beberapa teknik foto rontgen pada tulang belakang : - Proyeksi AP - Proyeksi lateral erect - Proyeksi AP metode Ferguson - Proyeksi AP bendung kanan kiri Mielografi Mielografi merupakan pemeriksaan radiografi alternatif dengan menggunakan fluoroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kelainan pada kanalis spinalis, diskus intervetebralis, atau radiks saraf Kelainan tersebut dapat berupa : 1. Herniasi diskus 2. Stenosis spinal 3. Adanya tumor Computed Tomografi Merupakan pemeriksaan radiografi yang menggabungkan teknik sinarx dengan pemanfaatan komputer untuk memperoleh informasi anatomi irisan melintang tulang belakang Indikasi : - Herniasi diskus intervertebralis - Fraktur dan trauma laim - Massa intraspinal CT Mielografi Indikasi : - Untuk menunjukkan apakah herniasi dari diskus intervetebralis menekan spinal cord atau radiks saraf - Menunjukkan kondisi degenerasi dari tulang dan jaringan lunak disekitar kanalis spinalis - Adanya kelainan meningokel,meningomielokele kongenital melalui tulang seperti dikanalis spinalis adanya kelainan ini ditutupi oleh membran transparan tipis yang dapat mengeras dan lembab. - Untuk membantu mendeteksi arachnoiditis atau trauma pada jaringan saraf tulang belakang Magnetic Resonance Imaging Indikasi : - Untuk melihat anatomi dan deretan tulang belakang - Mendeteksi kelainan kongenital pada tulang belakang dan medula spinalis - Menilai masalah akibat penyakit yang mengenai diskus intervetebralis dan kelainan sendi intervetebralis - Menilai progresifitas dari infeksi atau tumor pada daerah tulang belakang dan disekitarnya serta melihat perluasannya pada tulang belakang, medula spinalis maupun jaringan disekitarnya - Menilai penyebab kompresi pada medula spinalis saraf - Membantu perencanaan prosedur pembedahan seperti kasus dekompresi saraf terjepit atau fusi spinal - Memantau perkembangan tulang belakang setelah tindakan operasi seperti kemungkinan infeksi atau bekas luka - Untuk membantu injeksi steroid dalam upaya meredam nyeri punggung - Menyelidiki kemungkinan penyebab nyeri punggung misalnya fraktur dekompresi 4. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus trauma toraks dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Foto Rongten Foto Rontgen thoraks terdiri dari beberapa proyeksi, yaitu : - Proyeksi Postero-Anterior (PA) - Proyeksi AP (Antero Posterior) - Proyeksi Lateral - Proyeksi Top Lordotik Indikasi proyeksi pada throax berbeda-beda, yaitu: - Pasien mampu berdiri: Proyeksi thorax PA dan lateral - Pasien tidak mampu berdiri, anmun mampu duduk: Proyeksi thorax AP dan lateral - Pasien berbaring, tidak mampu berdiri, namun mampu duduk: Proyeksi thorax AP Computed Tomografi CT dada digunakan untuk: - Memeriksa kelainan yang ditemukan pada rontgen dada konvensional - Membantu mendiagnosis penyebab dari tanda atau gejala klinis penyakit pada dada, seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, atau demam - Mendeteksi dan mengevaluasi sejauh mana tumor yang muncul di dada, atau tumor yang telah menyebar ke sana dari bagian tubuh lain. - Menilai apakah tumor merespons pengobatan. membantu - Merencanakan terapi radiasi. - Mengevaluasi cedera pada dada, termasuk jantung, pembuluh darah, paru-paru, tulang rusuk, dan tulang belakang. - Mengevaluasi kelainan dada yang ditemukan pada pemeriksaan USG janin. Indikasi dari CT Scan Thorax, ialah: - Menilai hasil foto thorax yang abnormal. - Membantu menegakkan diagnosis penyakit dengan gejala klinik, seperti batuk, sesak nafas, nyeri dada atau demam. - Mendeteksi dan mengevaluasi tumor di dada atau metastasis tumor. - Penilaian respon tumor terhadap pengobatan. 5. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus trauma tumpul abdomen hingga pelvis dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Pemeriksaan yang umum digunakan untuk evaluasi abdomen adalah Computed Tomography (CT) abdomen Computed Tomography abdomen merupakan baku emas untuk diagnostik cedera organ intra abdomen dengan hemodinamik stabil. Pemeriksaan ini menggunakan kontras intravena, sehingga pemeriksaan ini sensitif terhadap darah dan dapat mengevaluasi masing-masing organ, termasuk struktur organ retroperitoneal Indikasi dari CT Scan Abdomen, ialah: Trauma abdomen dengan hematom / bekas trauma, penurunan ht, lekositosis, serum amylase meningkat. Trauma abdomen berat, hemodynamic masih stabil. Trauma abdomen, pasien tak dapat komunikasi: trauma kepala berat , drug abuse, ethanol Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemeriksaan CT abdomen, yaitu : - Tidak boleh dilakukan pada pasien dengan status hemodinamik tidak stabil - Jika dari mekanisme cedera dicurigai cedera pada duodenum, maka pemberian kontras peroral dapat membantu diagnosis. - Jika dicurigai cedera pada rektum dan kolon distal dengan adanya darah pada pemeriksaan rektum, pemberian kontras melalui rektum dapat membantu Focused Assessment Sonography for Trauma (FAST) Focus Assesment Sonography for Trauma merupakan suatu pemeriksaan yang mendeteksi ada tidaknya cairan intraperitoeneal. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang aman dan cepat serta dapat dengan mudah untuk dipelajari. Pemeriksaan FAST juga sangat berguna bagi pasien dengan hemodinamik tidak stabil dan tidak dapat dibawa ke ruang CT abdomen Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) Diagnostic Peritoneal Lavage adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai adanya darah di dalam abdomen. Bila hemodinamik stabil, dilakukan pemeriksaan FAST dan CT abdomen. Apabila dengan hemodinamik tidak stabil, dilakukan pemeriksaan FAST atau DPL. 6. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus trauma dengan curiga fraktur dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Foto Rontgen Dalam pemeriksaaan radiologi untuk cedera dan fraktur diberlakukan rule of two, yaitu : - Dua sudut pandang - Dua sendi, - Dua ekstrimitas, - Dan dua waktu. Rontgent untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur.Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan scan tulang, memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak dan Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler. CT Scan Untuk mengidentifikasi kerukasan jaringan disekitar fraktur 7. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus kolik abdomen dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Foto Polos Abdomen Foto polos dapat membantu evaluasi awal pasien dengan nyeri abdomen akut. Film yang diambil sebaiknya mencakup foto toraks pada posisi tegak dan berbaring serta foto polos abdomen dalam posisi tegak. Foto polos dapat mengidentifikasi kasus obstruksi usus, perforasi viscus (udara bebas intraperitoneal paling baik terlihat pada foto toraks posisi tegak), udara di sistem vena porta atau sistem bilier, klasifikasi (batu ginjal, pankreatitis kronik, batu empedu), pneumatosis (udara pada dinding usus), atau penebalan dinding usus. Foto abdomen dapat memperlihatkan hilangnya bayangan psoas normal yang menunjukkan proses peradangan intraabdomen. Foto toraks juga dapat memperlihatkan infiltrate paru, pneumotoraks spontan, atau efusi pleura simpatik (akibat infeksi atau iritasi subdiafragma). Indikasi : - Melihat pre-peritoneal fat, sebaran gas, batu, udara di rongga peritoneum Ultrasonografi (USG) USG merupakan pemeriksaan non-invasif yang berguna untuk menunjukkan abnormalitas pada abdomen Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup CT Scan Abdomen 8. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus akut abdomen dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Akut abdomen merupakan suatu keadaan mendadak didalam rongga abdomen yang memerlukan tindakan segera. Tindakan ini pada umumnya adalah tindakan operatif, tetapi pada beberapa keadaan tidak dilakukan operasi atau berbahaya sekali bila dilakukan tindakan operatif, misalnya pada pankreatitis akut, appendisitis infiltrate Foto Polos Abdomen Pada kasus akut abdomen, sebaiknya dilakukan pemotretan polos abdomen dalam 3 posisi, yaitu : - Tidur terlentang, sinar dari arah vertikal, dengan proyeksi antero-posterior (AP) - Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal, proyeksi AP - Left Lateral Dekubitus (LLD), dengan sinar horizontal, proyeksi AP USG Abdomen Indikasi : - Untuk mendeteksi cairan bebas intra-peritoneal - Untuk melihat kelainan pada organ organ intra abdomen seperti ruptur organ abdomen ataupun perbesaran organ abdomen CT Scan abdomen 9. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus dispneu dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Rontgen Thorax Bila curiga adanya pneumonia, pneumothoraks, gagal jantung kongestif, efusi pleura, dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Indikasi : - Curiga terdapat kelainan pada paru-paru pasien - Melihat apakah ada udara pada rongga dada pasien - Nyeri dada karena cedera dada (adanya kemungkinan patah tulang rusuk atau komplikasi paru) atau disebabkan masalah jantung - Batuk berdarah - Sesak nafas Angiografi pulmonal Emboli paru atau penyumbatan pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke paru-paru 10. Indikasi pemeriksaan radiologi pada kasus penurunan kesadaran dan apa saja pemeriksaan radiologinya! Elektroensefalografi MRI CT Scan non kontras Indikasi : - Cedera kepala - Stroke - Sakit kepala - Evaluasi awal space occupying lession (SOL) - Penurunan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan - Kejang - Suspek hidrosefalus - Hematoma intracranial - Gangguan psikiatrik - Pusing - Penyakit vaskular oklusif, dan evaluasi aneurisma.