Kel.6 : Vivi Mutiasari Wieke Erina A Yulia Nurjanah Fitria Nur’ain Dian H Widiyahni Trauma abdomen adalah kerusakan organ abdomen (lambung, usus halus, pankreas, kolon, hepar, limpa, ginjal) yang disebabkan oleh trauma tembus, biasanya tikaman atau tembakan; atau trauma tumpul akibat kecelakaan mobil, pukulan langsung atau jatuh. Rongga abdomen memuat baik organ-organ yang padat maupun yang berongga. Trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncompliant organ) seperti hati, limpa, pankreas, ginjal, atau pembuluh darah dapat menimbulkan kehilangan darah substansional ke dalam rongga peritoneum. Trauma tumpul pada abdominal dapat terjadi karena kecelakaan motor, jatuh, atau pukulan. Kompresi dan perlambatan dari trauma tumpul menyebabkan fraktur pada kapsula dan parenkim organ padat, sementara organ berongga dapat kolaps dan menyerap energi benturan. a. b. c. d. e. f. Cedera pada Lambung dan Usus Halus Cedera pada Duodenum dan Pankreas Cedera pada Kolon Cedera pada Hepar Cedera pada Limpa Cedera pada Ginjal - Cedera Vaskuler - Cedera Parenkim a. Trauma Tumpul Abdomen nyeri tekan, nyeri ketok, dan nyeri lepas. kekakuan dinding perut shifting dullness b. Trauma Tembus Abdomen Peritonitis sampai dengan sepsis Syok dan penurunan kesadaran Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian , yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas abdomen. Di atas, diafragma. Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan dikedua sisi, otot-otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadrates lumborum. Isi abdomen. Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, usus besar, hati menempati bagian kanan atas, terletak di bawah diafragma, menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak di bawah hati. Pancreas terletak di belakang lambung, dan limpa terletak dekat ujung pankreas. Ginjal dan kelenjar supra renal berada di atas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagian dari saluran torasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga abdomen. 1. Trauma Tumpul Abdomen Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter di pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin. Pada trauma tumpul, bila terdapat kerusakan intra peritoneum harus dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien diobservasi selama 24-48 jam. Tindakan laparotomi dilakukan untuk mengetahui organ yang mengalami kerusakan. Bila terdapat perdarahan, tindakan yang dilakukan adalah penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga, penanganan kerusakan berkisar dari penutupan sederhana sampai reseksi sebagian. 2. Trauma Tembus Abdomen Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter di pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin. Peningkatan nyeri di daerah abdomen membutuhkan eksplorasi bedah. Luka tembus dapat mengakibatkan renjatan berat bila mengenai pembuluh darah besar atau hepar. Penetrasi ke limpa, pancreas, atau ginjal biasanya tidak mengakibatkan perdarahan massif kecuali bila ada pembuluh darah besar yang terkena. Perdarahan tersebut harus diatasi segera, sedangkan pasien yang tidak tertolong denan resusitasi cairan harus menjalani pembedahan segera. Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada baian bawah atau abdomen berbeda-beda. Namun semua ahli bedah sepakat semua pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani eksplorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoneum maka tindakan laparatomi diperlukan. Prolaps visera, tandatanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intera peritoneal, dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan aar dilakukan laparotomi. 1. 2. 3. 4. 5. Pengkajian : Airway Ada atau tidaknya sumbatan jalan napas (secret, lidah jatuh ke belakang, bronkospasme), kepatenan jalan napas. Breathing Bunyi napas (vesikuler), frekuensi pernapasan, pola napas, penggunaan otot bantu napas. Circulation Denyut nadi, frekuensi, kekuatan, irama, tekanan darah, kapilari refill <3 detik. Disability Ketidakmampuan, GCS(E=4, V=5, M=6 ), reaksi pupil, reflek cahaya Exposure Sensasi nyeri, cegah pasien hipotermi, lihat ada tidaknya jejas, CT skan abdomen, Lavase Peritoneal Diagnostik (LPD). 1. 2. 3. 4. Syok hipovolemik berhubungan dengan hemorrhage Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma abdomen Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk Resiko tinggi infeksi 1. 2. 3. DX : Syok hipovolemik berhubungan dengan hemorrhage Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang dari 10 menit diharapkan syok hipovolemik dapat teratasi dengan kriteria hasil: Tidak ada sianosis Perfusi jaringan kembali normal Kebutuhan metabolisme terpenuhi Intervensi Mandiri 1. Pertahankan jalan napas 2. Posisikan kaki lebih tinggi Kolaborasi 1. Pasang dua jalur infus intravena. Berikan ringer laktat (RL) 2-3 liter selama 20-30 menit 2. Pantau data-data hasil pemeriksaan laboratorium Rasional 1. Untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi dan terjadinya komplikasi 2. Mempertahankan peredaran darah ke otak 1. kehilangan cairan (resusitasi cairan), memulihkan tekanan darah, tekanan vena sentral dan dieresis 2. Mengetahui keadaan pasien dan untuk merencanakan tindakan selanjutnya Prosedur Utama Pasang dua jalur infus intravena. Berikan ringer laktat (RL) 2-3 liter selama 20-30 menit, yang bertujuan untuk mengatasi kehilangan cairan (resusitasi cairan), memulihkan tekanan darah, tekanan vena sentral dan diuresis. Evaluasi S:O: - Tidak ada sianosis - Perfusi jaringan kembali normal - Kebutuhan metabolisme terpenuhi A: Masalah teratasi sebagian P: intervensi 1 sampai 4 dilanjutkan