FAST (Focused Abdominal Sonography in Trauma) Penggunaan USG pada trauma tumpul abdomen terutama untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum dan ini dilakukan berkairan dengan didapatkannya hasil sensitifitas yang tinggi pada berbagai penelitian. “FAST” telah dikembangan sebagai protocol di berbagai senter trauma, pemeriksaan USG bergerak (“driven ultrasound”) bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hemoperitoneum dan hemopericardium dan manfaatnya telah banyak dilaporkan.1,2 Di ruang gawat darurat, USG selalu diperlukan untuk penilaian yang cepat kemungkinan adanya hemoperitoneum. Tujuan utama “USG Emergency” pada trauma abdomen adalah menilai adanya cairan abnormal (cairan bebas) serta menetapkan indikasi untuk dilakukan operasi. 3,4 Saat ini penggunaan Ultrasonografi sebagai sarana diagnostic pada trauma lebih diperluas dengan mengarah kepada penegakan diagnosis dengan cepat dan akurat dengan istilah “FAST” (Focused Abdominal Sonography for Trauma). Pemeriksaan Ultrasonografi (FAST) diindikasikan pada pasien dengan trauma tumpul abdomen baik dengan hemodinamik stabil maupun tidak stabil. Ultrasonografi kurang peka untuk identifikasi dan menentukan gradasi cedera organ solid, cedera usus, cedera retroperitoneal. Pemeriksaan USG (“FAST”) dapat langsung dengan jelas mendeteksi adanya cairan bebas intraperitoneal atau adanya “Cardiac Tamponade” 5 Alogaritma pemeriksaan USG (“FAST”) pada trauma tumpul abdomen sebagai berikut. 5 1. Alogaritma Ultrasonografi (“FAST”) pada trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik tidak stabil (Sistolik < 90 mmHg) 2. Alogaritma Ultrasonografi (“FAST”) pada trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik stabil. (Sistolik ≥ 90 mmHg) Keunggulan dan Kekurangan Pemeriksaan USG (“FAST”) 1. Keunggulan : a. Pemeriksaan USG bias dikerjakan oleh dokter “emergency” maupun residen bedah. b. Tidak mahal, tidak invasive dan “portable” c. Menghindari resiko akibat penggunaan media kontras d. Dapat menilai toraks dan rongga retroperitoneal disamping rongga peritoneum. e. Pemeriksaan serial dapat mendeteksi perdarahan yang terus berlangsung dan meningkatkan ketepatan diagnostic. f. Menurunkan tindakan DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) dan CT-Scan g. Pada wanita hamil yang mengalami trauma dapat menentukan umur kehamilan dan kondisi janin. 2. Kekurangan : a. Untuk mendapatkan hasil positif diperlukan cairan intraperitoneal minimal 70 cc dibandingkan DPL hanya 20 cc. b. Akurasinya tergantung pada kemampuan operator atau pembaca hasil dan turun akurasinya bila pernah operasi abdomen. c. Secara teknik sulit untuk pasien gemuk dan ileus atau adanya emfisema subkutis. d. Sensitifitasnya rendah untuk usus halus dan cedera pancreas. e. Tidak dapat menentukan dengan tepat penyebab hemoperitoneum. f. Meskipun bekuan darah memberikan gambaran yang khas, ia tidak dapat dengan tepat menentukan jenis dari cairan bebas intraperitoneal. Teknik Pemeriksaan 5 Untuk mencari cairan abdominal “tranducer” ditempatkan pada empat posisi dasar yaitu : 1. Perihepatik dan pada celah hepatorenal 2. Perisplenic 3. Pervis 4. Pericardium Perbandingan berbagai Metode Diagnostik untuk mengevaluasi Trauma tumpul dan Tajam Abdomen DAFTAR PUSTAKA 1. Mackersie RC. Abdominal Trauma, in : Norton AJ, Boliinger B, Chang, Lowry, Mulvihil, Pass, dll (editor). Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol. 1. New York : Springer-Verlag inc; 2001. Hal. 825-45. 2. Rozycki GS, Ochner GM, Feliciano, Thomas B, Boulanger BR, Davis FE, dll. Early Detection of Hemoperitoneum by Ultrasound Examination of the Right Upper Quadrant. J of Trauma. 1998; 45:878-83. 3. Fabian TC, Croce MA. Abdominal Trauma, Including Indications for Celiotomy in Trauma. Feliciano DV. Editors. Ed. 3. London : Appleton S Lange Co; 1991. Hal 441-459. 4. Fukuda M, Cogrove DO. Abdominal Ultrasound A Basic TextBook. Tokyo : IgakuShoin Ltd; 1997. Hal. 1-45. 5. Alexander Ng. Trauma Ultrasonography The FAST and Beyond. Trauma.org. 2001; 6:12 URL http//trauma.org./us/html.2001.