BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan bagian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan
kehidupan suatu bangsa. Anak-anak merupakan bagian dari masyarakat yang
masih memiliki ketergantungan terhadap orang lain, mempunyai kebutuhankebutuhan khusus, dan membutuhkan perawatan dan perlindungan agar mereka
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi dalam kehidupan. Di dalam
implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu
bangsa, penentu masa depan dan penerus generasi. Perhatian terhadap anak sudah
lama ada sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri, yang dari hari ke hari
semakin berkembang. Anak adalah putra kehidupan, masa depan bangsa dan
negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar
dapat berkembang fisik, mental dan spritualnya secara maksimal. 1
Namun demikian disadari bahwa kondisi anak masih banyak yang
memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat bahwa belum semua anak mempunyai akta
kelahiran, belum semua anak diasuh oleh orang tua kandungnya, keluarga maupun
orang tua asuh atau wali dengan baik, masih belum semua anak mendapatkan
pendidikan yang memadai, masih belum semua anak mempunyai kesehatan
optimal, masih belum semua anak dalam pengungsian, daerah konflik, korban
bencana alam, anak-anak korban eksploitasi, kelompok minoritas dan anak-anak
1
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hal 4.
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang berhadapan dengan hukum seharusnya mendapatkan perlindungan khusus.
Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan adanya berbagai krisis ekonomi di
Indonesia dan di negara-negara lain dan juga terjadinya berbagai bencana alam di
berbagai negara, yang mengakibatkan banyaknya permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan kependudukan termasuk permasalahan-permasalahan di
dalam perlindungan hak-hak anak korban bencana.
Sebagai salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan
demokrasi, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia termasuk di dalamnya
perlindungan terhadap hak-hak anak yang diharapkan sebagai penentu masa depan
bangsa dan sebagai generasi penerus harus mendapatkan pengaturan yang jelas.
Hal ini perlu dilakukan, mengingat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat
kemuliaan dirinya sehingga HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu HAM
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi
atau dirampas oleh siapapun.
Sejarah umat manusia penuh dengan peristiwa bencana.Dalam berbagai
kitab suci banyak kisah-kisah mengenai bencana sebagai peringatan bagi umat
manusia misalnya Banjir Nabi Nuh dan kaum Luth semuanya disertai dengan
peristiwa bencana yang memusnahkan satu generasi. 2Peristiwa bencana
senantiasa disertai dengan cerita tragis penderitaan manusia yang tidak habishabisnya.Menyisakan kerusakan alam dan materi yang tidak ternilai serta
2
Soehatman Ramli, Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management),
(Jakarta: PT Dian Rakyat, 2010), hal 1.
Universitas Sumatera Utara
3
hancurnya peradaban manusia. 3Pada beberapa tahun terakhir ini sering sekali
terjadi bencana alam yang melanda di berbagai negara.Bencana itu telah
menyebabkan begitu banyak korban jiwa, fisik serta harta benda.Banjir, gempa
bumi dan badai memaksa puluhan ribu orang mengungsi di seluruh dunia.Dalam
beberapa tahun terakhir tanggapan masyarakat internasional terhadap bencanabencana itu semakin cepat dan lebih canggih.Tetapi, sampai kini dan karena
penyaluran bantuan untuk menyelamatkan jiwa dilakukan tergesa-gesa, hanya
sedikit perhatian tertuju pada hak-hak korban yang mengungsi.Bagi korban yang
selamat, maka ia akan sangat merasa terbebani dengan adanya cacat fisik yang ia
derita, kerugian material, dan juga keadaan psikologis mereka. Hal ini tentu akan
terasa sangat berat apabila tidak ada penanganan yang serius dari pihak-pihak
yang terkait.
Korban tentunya akan merasa sangat terpukul dengan keadaan yang
mereka alami, dan yang paling mengkhawatirkan adalah yang berasal dari
kalangan anak-anak. Anak-anak masih sangat rentan kondisi psikologisnya,
parahnya persentase jumlah koban yang berasal dari anak-anak di seluruh dunia
lumayan besar, baik dalam angka kematian ataupun dampak lainnya.Misalkan
dalam bencana tsunami, 37 persen dari jumlah korban meninggal adalah berasal
dari anak-anak (lebih dari 90.000), anak-anak yang masih hidup kehilangan
saudara dan teman-temannya dan 7.722 anak ditinggal kedua orang tua
mereka.Dan kasus bencana terbaru yang terjadi adalah bencana Topan Haiyan
yang melanda Filipina pada 8 November 2013, dimana data UNICEF
3
Ibid., hal 2.
Universitas Sumatera Utara
4
menunjukkan sekitar 4 juta anak menjadi korban. 4 Semua bencana yang terjadi
tentunya akan menyebabkan trauma yang mendalam bagi para korbannya. Baik
orang dewasa, maupun anak-anak. Pada awalnya, gejala trauma dari bencana pada
anak dianggap sama dengan yang dialami oleh orang dewasa, hingga ditemukan
satu hasil penelitian baru yang dilakukan oleh Terr (1979) yang mengemukakan
pandangan bahwa anak akan merespon trauma dengan cara yang berbeda dengan
orang dewasa.
Hal ini menjadikan anak-anak sebagai salah satu kelompok yang paling
rentan terdampak bencana alam karena secara fisik dan mental masih dalam
pertumbuhan dan masih tergantung dengan orang dewasa. Mengalami kejadian
yang sangat traumatis dan mengerikan akibat bencana seperti gempa bumi dan
letusan gunung merapi dapat mengakibatkan stress dan trauma mendalam bagi
anak. Pengalaman trauma yang dialami anak tersebut kalau tidak diatasi segera
akan berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial anak sampai
dewasa.
Di samping itu, dalam situasi pasca bencana, kehidupan yang serba darurat
sering membuat orangtua kehilangan kontrol atas pengasuhan dan bimbingan
terhadap anak-anak mereka. Keadaan ini dapat mengancam perkembangan
mental, moral dan sosial anak, sekaligus menempatkan anak dalam posisi rentan
terhadap
kemungkinan
tindak
eksploitasi,
penculikan,
kekerasan
dan
perdagangan. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan rusaknya fasilitas kesehatan
dan sanitasi serta lingkungan yang tidak sehat di tempat penampungan yang dalam
4
UNICEF Indonesia, “Jumlah Anak Korban Topan Haiyan Mencapai 4 Juta, UNICEF
mengirimkan Bantuan”, sebagaimana dimuat dalam
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_21751.html, diakses pada tanggal 25 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
5
perkembangan selanjutnya berdampak buruk terhadap kesehatan anak yang dalam
jangka panjang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kesehatan anak.
Dalam situasi darurat anak-anak membutuhkan perlindungan khusus.
Anak-anak yang telah menjadi yatim piatu atau terpisah dari keluarganya sangat
berisiko terhadap penyiksaan, kekerasan, pengabaikan dan eksploitasi;tanpa
perlindungan orang tua, mereka lebih rawan terhadap pengadopsian ilegal,
perkawinan di bawah umur, dan perdagangan orang. Bahkan ketika anak-anak
tidak dipisahkan dari keluarga mereka, tempat tinggal yang tidak aman,
pengungsian, kehilangan pekerjaan, kehancuran sumber mata pencaharian, serta
kematian pencari nafkah utama, meningkatkan kerentanan mereka dalam rumah
tangga. Kesulitan ekonomi khususnya memicu risiko tambahan bagi anak-anak,
yang dapat muncul pada tahap keadaan darurat. Di keluarga, mereka mungkin
menjadi korban kekerasan dan akses yang kurang kepada kebutuhan pokok seperti
tempat berlindung, makanan, air dan perawatan kesehatan. Kelangkaan sumber
daya juga menempatkan anak-anak berisiko terhadap putus sekolah;banyak anak
yang dipaksa untuk mendapatkan penghasilan–sering dalam pekerjaan berisiko
tinggi seperti pertambangan dan pertanian. Anak-anak perempuan secara khusus
menjadi korban dari pornografi anak atau bentuk lain eksploitasi seksual. 5
Berdasarkan kondisi itulah, maka banyak sekali pemangku kepentingan
(stakeholder) baik dari unsur pemerintah dan non-pemerintah seperti lembaga
swadaya masyarakat (lokal maupun internasional), perusahaan, organisasi massa
dan masyarakat selalu mengambil bagian dalam upaya penanggulangan bencana
5
Erica Harper, International Law and Standard Applicable in Natural Disaster Situation
= Perlindungan Hak-Hak Warga Sipil dalam Situasi Bencana, (Jakarta: Grasindo, 2009), hal 203.
Universitas Sumatera Utara
6
khususnya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang menjadi koban bencana.
Perhatian dan bantuan dalam masa tanggap darurat bencana tersebut dari sisi
jumlah dan jenis bantuan sangat banyak dan seringkali kalau tidak diorganisir
dengan baik akan mengakibatkan tidak meratanya distribusi bantuan sehingga
bantuan yang sifatnya temporer seperti makanan menjadi rusak dan tidak dapat
dimanfaatkan.
Bantuan tanggap darurat bencana alam tersebut dari sisi jenis bantuannya
lebih banyak diprioritaskan pada bantuan logistik dan kalau sasarannya anak-anak
program-program yang ditawarkan lebih banyak bersifat permainan-permainan
yang bertujuan untuk mencegah sekaligus mengatasi trauma yang dihadapi anak
akibat bencana alam. Bantuan dan maksud baik dari semua pemangku
kepentingan tersebut akan menjadi lebih komprehensif dan efektif jika setiap
program dan bantuan yang diberikan untuk anak berangkat dari sebuah landasan
konsep yang kuat yang untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai panduan
dalam melakukan aksi-aksi nyata untuk membantu anak yang menjadi korban
bencana. Bantuan logistik dan program permainan adalah salah satu upaya
perlindungan anak dan upaya perlindungan anak dalam konteks bencana alam
sangat luas sekali.
Kondisi ini sangatlah perlu untuk diperhatikan tanpa kecuali. Hal semacam
inilah yang melatar belakangi penulis untuk membahas dan menyusun sebuah
skripsi yang berjudul: “Perlindungan Terhadap Anak-Anak Korban Bencana
Ditinjau dari Konvensi Hak-Hak Anak dan Hukum Nasional.”
Universitas Sumatera Utara
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaturan terhadap hak-hak anak menurut hukum internasional
dan hukum nasional?
2. Bagaimana
pengaturan
mengenai
bencana
dan
manajemen
penanggulangannya?
3. Bagaimana pengaturan mengenai perlindungan terhadap anak-anak korban
bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan hukum nasional?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam meneliti permasalahan diatas adalah:
a. Untuk mengetahui pengaturan mengenai hak-hak anak menurut hukum
internasional dan hukum nasional.
b. Untuk mengetahui pengaturan mengenai bencana dan manajemen
penanggulangannya.
c. Untuk mengetahui pengaturan mengenai perlindungan terhadap anakanak korban bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan hukum
nasional.
2. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
Universitas Sumatera Utara
8
a. Secara teoritis penulisan ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk
pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin
mengetahui dan memperdalam tentang aspek Konvensi Hak-Hak Anak
dan hukum nasional dalam perlindungan terhadap anak-anak korban
bencana.
b. Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah dalam memberikan perlindungan yang lebih terjamin kepada
anak-anak korban bencana, sesuai dengan aturan yang diatur dalam
hukum nasional dan hukum internasional.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini yang berjudul: “PERLINDUNGAN TERHADAP
ANAK-ANAK KORBAN BENCANA DITINJAU DARI KONVENSI HAKHAK ANAK DAN HUKUM NASIONAL” merupakan tulisan yang masih baru
yang berasal dari hasil pemikiran penulis sendiri tanpa adanya jiplakan dari hasil
tulisan milik orang lain. Dan belum ada tulisan dalam bentuk skripsi yang
membahas tentang hal ini. Demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan
berdasarkan pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas
Hukum USU tertanggal 5 Desember 2013, karya tulis berjudul sama belum
pernah ditulis sebelumnya. Hanya saja, tidak dapat dipungkiri ada beberapa
penelitian yang menyinggung mengenai perlindungan anak, yaitu perlindungan
anak dari tindakan eksploitasi menurut hukum internasional serta tinjauan hukum
Universitas Sumatera Utara
9
internasional terhadap hak asasi anak khususnya anak terlantar dan anak jalanan,
tetapi
tidak
ada
mengenai
perlindungan
terhadap
anak-anak
korban
bencana.Dengan ini penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, baik
secara ilmiah ataupun secara akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Anak
Pengertian tentang anak sangatlah luas. Dalam berbagai kesempatan
pertemuan, formal maupun informal, mulai dari pertemuan-pertemuan resmi di
hotel-hotel atau di kantor-kantor, balai-balai pertemuan, ataupun obrolah-obrolan
santai di warung kopi atau di teras rumah, orang dewasa dapat dengan mudah
mencurahkan pemahamannya tentang anak. Semua pemahaman ini baik dan
hampir semuanya menaruhkan harapan terbaiknya pada anak-anak.Berikut ini
adalah beberapa pemahaman tersebut.
Pemahaman pertama, merupakan pemahaman yang paling sering
diungkapkan, bersifat rohaniah.Anak dimaknai sebagai anugerah atau karunia
Tuhan, titipan ilahi, amanah Tuhan yang harus dijaga, dilindungi, diperhatikan,
dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. 6
Pemahaman kedua, adalah pemahaman tentang anak ketika berhadapan
dengan orang tua sebagai penerus keturunan.Anak adalah penerus keluarga,
melanjutkan garis keturunan dari orang tua.Hingga kapanpun dan dimanapun,
status sebagai anak dari orang tua tidak bisa dihilangkan. Meskipun sudah
6
J E Gunarso Pasaribu, dimuat dalam Skripsi “Aspek Hukum Internasional dalam
Perlindungan Hak-Hak Anak”, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, hal 8.
Universitas Sumatera Utara
10
menjadi nenek dan kakek, status sebagai anak dari ayah dan ibu, tidak akan bisa
dilepaskan. 7
Pemahaman ketiga merupakan pemahaman yang paling sering luput dari
perhatian. Yaitu anak sebagai manusia yang mempunyai hak yang sama dengan
orang dewasa lainnya. Sebagai manusia, anak dilahirkan merdeka dan mempunyai
hak asasi.Sama dengan manusia lainnya, anak dikarunia akal budi dan hati
nurani. 8
Hasil Simposium Bahasa Indonesia dinyatakan, anak adalah: 9
1. Keturunan
2. Manusia yang kecil
3. Binatang yang masih kecil
4. Pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuhan besar
5. Orang yang berasal dari, atau dilahirkan di suatu negeri atau daerah
6. Orang yang termasuk suatu golongan pekerjaan, keluarga
7. Bagian yang kecil pada sesuatu benda
8. Yang lebih kecil daripada yang lain
Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Hak-hak anak,
“Untuk tujuan Konvensi ini, seorang anak berarti setiap manusia di bawah usia 18
tahun, kecuali apabila menurut hukum yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan
bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.”
7
Ibid.
Ibid.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga,
(Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2007), hal 41.
8
Universitas Sumatera Utara
11
Pengertian ini membatasi definisi anak berdasarkan tingkat umur.Ini
adalah definisi yang paling umum dan diakui secara internasional.
Pembatasan usia hingga 18 tahun tidak mengikat semua negara. Hal ini
dapat dilihat perbedaan dalam hukum di beberapa negara penetapan batasan umur
seorang anak tidak sama. Konvensi Hak-hak anak memberi ruang bagi tiap negara
untuk membuat aturan khusus tentang pembatasan usia. Itulah sebabnya tiap-tiap
negara mempunyai batasan usia yang berbeda. Seperti di Korea dan Jepang
misalnya, batasan usia anak adalah 20 tahun. Di Inggris, Australia, Srilanka dan
beberapa negara lain batasan usia anak ditetapkan 16 tahun. Kebanyakan negara
mengikuti pembatasan usia anak 18 tahun seperti negara Amerika Serikat,
Belanda, Malaysia, Filipina, Taiwan, Iran, Kamboja, dan lain-lain. 10 Pada
umumnya komunitas hak anak internasional menerima bahwa usia 18 tahun
merupakan usia yang sesuai untuk menentukan masa dewasa. 11 Di Indonesia,
pembatasan usia anak diatur dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Secara resmi, berdasarkan UU ini, “Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.”
2. Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu
yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.
10
Disadur dari buku Sri Widoyati Wiratmo Soekito dalam Marlina, Peradilan Pidana
Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, (Bandung: Refika
Aditama, 2009), hal 73-74.
11
Stephanie Delaney, Melindungi Anak-Anak dari Eksploitasi Seksual & Kekerasan
Seksual dalam Situasi Bencana & Gawat Darurat, (Medan: ECPAT Internasional, 2006), hal 10.
Universitas Sumatera Utara
12
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan
yang dipicu oleh suatu kejadian.
Menurut United Nation Development Program (UNDP), bencana adalah
suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam atau manusia yang secara
merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai
pada tingkat yang menimbulkan bencana. 12
Jika dilihat dari Buku Karakteristik Bencana yang dikeluarkan oleh
BAKORNAS PB, maka yang termasuk dalam bencana alam yaitu banjir, tanah
longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin badai, gelombang badai/
pasang, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Jenis dan karakteristik
bencana alam yang terjadi tentunya berbeda antar satu jenis bencana dengan
bencana alam lainnya.Terkadang terdapat beberapa bencana alam yang terjadi
dalam satu kejadian seperti misalanya angin badai/ angin topan/ puting beliung
disertai dengan banjir, atau banjir disertai dengan tanah longsor dan lainnya.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana adalah suatu
gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas
12
Soehatman Ramli, Op. Cit., hal 10.
Universitas Sumatera Utara
13
dan dapat berdampak serius bagi masyarakat. Berbagai material maupun dampak
dari bencana alam yang muncul kerap kali diluar kendali manusia. 13
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sebagaimana lazimnya penulisan dalam penyusunan dan penulisan
karya tulis ilmiah yang harus berdasarkan fakta-fakta dan data-data obyektif
(benar dan layak dipercaya), demikian halnya dalam menyusun dan
menyelesaikan penulisan penelitian ini sebagai karya tulis ilmiah juga
menggunakan
pengumpulan
data
secara
ilmiah
(metodologi),
guna
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunannya sesuai dengan
yang telah direncanakan semula yaitu menjawab permasalahan yang telah
diuraikan sebelumnya.
Secara umum, menurut Soerjono Soekanto dalam penelitian ilmu
hukum dikenal dua jenis penelitian yaitu: 14
a. Penelitian Yuridis Normatif meliputi:
i. Penelitian terhadap asas-asas hukum
ii. Penelitian terhadap sistematika hukum
iii. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum
b. Penelitian Yuridis Sosiologis atau Empiris meliputi:
i. Penelitian terhadap identifikasi hukum
ii. Penelitian terhadap efektivitas hukum
13
“Mengenal Bencana”, sebagaimana dimuat dalam
http://www.sobatbumi.com/solusi/view/425/Mengenal-Bencana, diakses pada 28 Februari 2014.
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2005), hal 43.
Universitas Sumatera Utara
14
Metode penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif (yuridis normatif) yang dilakukan dan ditujukan
pada norma-norma hukum yang berlaku.Dalam penelitian ini, metode yuridis
normatif yang digunakan adalah norma-norma hukum internasional dan hukum
nasional yang tertuang dalam bentuk Konvensi dan Peraturan PerundangUndangan.
2. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Adapun data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang relevan dengan masalah
penelitian berupa konvensi internasional yaitu Konvensi Hak-Hak Anak,
serta perundang-undangan nasional yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun
2004-2009.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan tulisantulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, jurnal,
makalah, surat kabar, majalah, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan
keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan
Universitas Sumatera Utara
15
hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan
lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
cara
penelitian
kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berasal dari bukubuku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan, makalah, jurnal serta
artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, termasuk
peraturan perundang-undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya
yang relevan dengan objek penelitian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak
maupun elektronik, dan peraturan perundang-undangan.
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi objek penelitian.
4. Analisis Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa
dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.Metode deduktif dilakukan
dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode
Universitas Sumatera Utara
16
induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan
dengan topik penelitian ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan ini terdiri dari 5 Bab, masing masing bab terdiri dari:
BAB I
:
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Perumusan
Masalah,
Tujuan
dan
Manfaat
Penulisan,
Keaslian
Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II
:
ANAK DAN HAK-HAKNYA MENURUT HUKUM
INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL
Bab ini menguraikan tentang Konvensi Hak-Hak Anak
Sebagai Acuan Internasional Dalam Perlindungan Hak
Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Sebagai
Acuan Perlindungan Anak di Indonesia, Pentingnya
Perlindungan Terhadap Hak Anak, Instrumen Hukum
Internasional Tentang Perlindungan Hak-Hak Anak.
BAB III
:
TINJAUAN UMUM TERHADAP BENCANA DAN
MANAJEMEN PENANGGULANGANNYA
Bab ini menguraikan tentang Pengertian dan Jenis-Jenis
Bencana, Penyebab serta Dampak-Dampak Bencana,
Universitas Sumatera Utara
17
Manajemen
Management),
Penanggulangan
Aspek
Hukum
Bencana
Internasional
(Disaster
Dalam
Penanganan Bencana.
BAB IV
:
PERLINDUNGAN ANAK-ANAK KORBAN BENCANA
DITINJAU DARI KONVENSI HAK-HAK ANAK DAN
HUKUM NASIONAL
Bab ini menguraikan tentang Perlindungan Anak-Anak
Korban Bencana Menurut Konvensi Hak-Hak Anak,
Perlindungan
Anak-Anak
Korban
Bencana
Menurut
Hukum Nasional, Pihak-Pihak yang Bertanggungjawab
Dalam Menjamin Perlindungan Terhadap Anak-Anak-Anak
Korban Bencana, Perlindungan Terhadap Anak-Anak
Korban Bencana Topan Haiyan di Filipina.
BAB V
:
KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang
kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
Download