BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya persaingan yang semakin kompetitif menjadikan sebuah organisasi proaktif untuk mencari informasi guna menentukan strategi yang perlu dilakukan dalam mengantisipasi supaya tidak terjadi sebuah kemunduran. Penyelarasan organisasi penting dilakukan untuk mengimbangi perkembangan lingkungan baik internal/eksternal. Perubahan organisasi harus dipantau supaya tidak justru menurunkan kinerja pengurus. Dalam kaitannya dengan pengelolaan tim multicultural, dibutuhkan pengetahuan budaya untuk penyesuaian memperilakukan para pengurus dan pihak eksternal. Pimpinan harus dapat memberikan perilaku pada seluruh pihak dengan perbedaan yang proporsional supaya tidak/sedikit menimbulkan konflik internal/eksternal. Di samping itu dapat memanfaatkan aspek budaya sebagai icon dalam perkembangan organisasi. Pengembangan organisasi melalui peningkatan manajemen organisasi dapat bisa melalui pendekatan proses dinamika kelompok. Manajemen dinamika kelompok sebagai suatu metoda dan proses, merupakan salah satu alat manajemen untuk menghasilkan kerjasama kelompok yang optimal, agar pengelolaan organisasi menjadi lebih efektif, efisien dan produktif. Sebagai metoda, dinamika kelompok, membuat setiap anggota kelompok semakin menyadari siapa dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamanya dalam kelompok dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kesadaran semacam ini perlu diciptakan karena kelompok atau organisasi akan menjadi efektif apabila memiliki satu tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diciptakan dan disepakati bersama dengan melibatkan semua individu anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sebagai suatu proses, dinamika kelompok berupaya menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam setiap tahap perkembangan atau pertumbuhan kelompok, agar setiap orang merasakan dirinya sebagai bagian dari kelompok dan bukan orang asing. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap individu dalam organisasi merasa turut bertanggung jawab secara penuh terhadap pencapaian tujuan organisasi yang lebih luas. Pendekatan partisipatif selain sebagai sebuah proses manajemen, juga merupakan sebuah proses teknis. Proses ini lebih menenkankan peran dan kapasitas fasilitator (policy actor) untuk mendefinisikan dan mendeteksi stakeholders secara tepat. Selain itu, proses ini juga berorientasi pada formulasi masalah secara kolektif, merumuskan strategi dan rencana tindak kolektif, serta melakukan mediasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya masyarakat. Salah satu hal penting kea rah ini adalah melalui penguatan organisasi masyarakat sebagai wadah untuk melakukan proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, gagasan, dan argument menuju terciptanya kesepakatan bersama sebagai awal dari tindak kolektif penyelesaian masalah dan pemenuhan kebutuhan publik. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, para aktivis organisasi intrasekolah perlu dibekali kemampuan dan ketrampilan yang memadai dalam manajemen organisasi. Manajemen penting karena merupakan dasar/basis dari semua aktivitas perencanaan suatu organisasi, termasuk unit-unit organisasi. Dalam Manajemen, suatu organisasi mengidentifikasi keadaannya pada saat sekarang, arah atau tujuan yang ingin dicapai, bagaimana mencapai tujuannya, dan dengan siapa serta untuk apa mereka bekerja. Hal penting lainnya ialah, organisasi melakukan identifikasi dan klarifikasi dan/atau analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal yang meliputi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang mereka miliki. Selain itu, organisasi juga melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal yang meliputi peluang-peluang dan ancaman-ancaman. Sayangnya, kebanyakan organisasi kemasyarakatan pemuda seringkali terjebak pada rutinitas administrasi tanpa menyadari dimensi strategis yang harus diraih oleh organisasinya. Kenyataan inilah yang dialami Organisasi Siswa Intra Sekolah Mandrasah Aliyah Se-KKM (Kelompok Kerja Madrasah) MAN 1 Metro Lampung Timur Propinsi Lampung. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) memiliki potensi besar dalam hal jaringan dan jumlah massa. Tentu hal ini merupakan aset bangsa yang dapat memberikan dampak positif terhadap kemajuan bangsa pada umumnya dan sekolah pada khususnya sekiranya dibina dengan sungguh-sungguh. Namun potensi tersebut belum sepenuhnya teraktualisasi sebagai akibat kurangnya keterpaduan seluruh jajaran pimpinan dalam membawa organisasi menuju ke arah visi dan misi yang sama. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana menyusun menyusun program kerja selaras dengan kondisi eksternal dan internal organisasi? 2. Bagaimana meningkatkan kapasitas para kader Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam mengantisipasi perkembangan lingkungan internal dan eksternal organisasi melalui Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainer) Manajemen Organisasi? 1.3 Tujuan 1. Membekali Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan kemampuan teknis mengelola organisasi dan program kerja. 2. Membekali Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan kemampuan mengelola hubungan antara pengurus agar mampu mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam proses Manajemen. 3. Membekali Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan kemampuan konseptual agar responsif terhadap dinamika internal dan eksternal organisasi. 1.4 Manfaat 1. Menyatukan persepsi segenap kader Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) mengenai visi, misi, dan tujuan organisasi. 2. Mengkondisikan organisasi untuk selalu siap beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekolah dan dinamika program kerja. 3. Membantu organisasi mengatasi major internal management change (perubahan manajemen organisasi yang bersifat pokok). 1.5 Model Konseptual Dalam perjalanan menuju pencapaian tujuan/misi organisasi tidak lepas dari perbagai tantangan dan kendala yang dihadapi. Berbagai persoalan timbul baik yang diakibatkan oleh faktor sumber daya manusia maupun sumberdaya lain dalam organisasi. Apabila persoalan terkait dengan kesenjangan kualifikasi yang diharapkan dari Sumberdaya (Pengurus) Organisasi dengan realitas yang ada maka solusi yang dilakukan adalah berpikir terkait dengan permasalahan pelatihan dan pengembangan atau pendidikan dan pelatihan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi. Persoalan sumberdaya manusia yang memicu untuk dilakukan pemikiran terhadap pentingnya Pelatihan Manajemen apabila dalam organisasi terjadi permasalahanSeminar permasalahan, antara lain: ketidakharmonisan/konflik antar Sumberdaya (Pengurus) Organisasi, sulit dilakukan koordinasi, absensi meningkat, tingkat produktivitas kerja menurun, adanya tekanan eksternal yang menyebabkan terganggunya ketenangan kerja atau tidak stabilnya kerja organisasi. Sehingga supaya pendidikan dan pelatihan memenuhi harapan dalam pengembangan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi dan organisasi maka orientasi terhadap tujuan Pelatihan Manajemen menjadi arahan dalam proses merencanakan, mengorganisasi, menyelenggarakan dan mengevaluasi program Pelatihan Manajemen. Bagi Sumberdaya (Pengurus) Organisasi, Pelatihan Manajemen merupakan proses pembelajaran yang mengarah pada perubahan sikap dan perilaku sesuai yang diarahkan oleh tujuan dari Pelatihan Manajemen tersebut. Pembelajaran akan diadopsi dari pengalaman yang dialami Sumberdaya (Pengurus) Organisasi pada program Pelatihan Manajemen baik secara konsep maupun praktik. Pengembangan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi melalui Pelatihan Manajemen cenderung mengarah pada tipe gaya pembelajaran asimilator. Gaya pembelajaran ini menurut Richard P. Draft (2002) mempunyai kemampuan pembelajaran, yang dominan pada konseptualisasi abstrak dan observasi reflektif. Dalam proses pengembangan individu/organisasi maka pembelajaran berkesinambungan selalu diupayakan melalui keaktifan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi untuk mengambil peran dalam mengaplikasikan apa yang dialaminya dari berbagai peristiwa. Sehingga adanya peristiwa berbagai Pelatihan Manajemen yang diikuti Sumberdaya (Pengurus) Organisasi merupakan pembelajaran yang bermanfaat sebagai pengembangan dirinya dan menciptakan sikap, loyalitas, kerjasama yang lebih menguntungkan. Manfaat lainnya adalah dapat mengurangi penyakit-penyakit organisasional. Pelatihan Manajemen merupakan salah satu bentuk pengembangan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi yang pada akhirnya dapat berimbas pada peningkatan kesejahteraan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi serta pengembangan sebuah organisasi. Sebagaimana diketahui bahwa desakan untuk menyelenggarkan Pelatihan Manajemen bersumber dari adanya beberapa faktor, antara lain adanya kesenjangan kemampuan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi dalam jabatan dengan realitas yang ada, memenuhi tuntutan perkembangan eksternal yang ada atau peningkatan pelayananm maka proses Pelatihan Manajemen harus berorientasi pada kebutuhan tersebut. Seperti dijelaskan Simamora (1996), tujuan pelatihan dan pengembangan antara lain adalah: a) memperbaiki kinerja, b) membantu memecahkan persoalan operasional, c) mempersiapkan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi untuk promosi serta memenuhi kebutuhan pribadi. Perbaikan kinerja akan sulit dilakukan oleh Sumberdaya (Pengurus) Organisasi tanpa intervensi dari program pelatihan maupun pendidikan. Karena mereka bekerja secara rutin dan selalu ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Apabila terjadi permasalahan dalam pekerjaan dan berlangsung relatif lama maka jelas akan mempengaruhi kelancaran pekerjaan. Untuk itu ada waktu yang dikhususkan pada Sumberdaya (Pengurus) Organisasi melakukan proses pembelajaran dengan diikutkan program Pelatihan Manajemen sesuai yang dibutuhkan. Sehingga pada akhirnya akan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan lancar. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Metode 1. Prosedur Pelaksanaan Pelatihan Manajemen Keputusan untuk menyelenggarakan Pelatihan Manajemen harus berdasar pada data yang valid, yang dihimpun melalui penilaian kebutuhan-kebutuhan. Penilaian ini mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi oleh Sumberdaya (Pengurus) Organisasi/organisasi dan tantantangan-tantangan kedapan demi pengembangan organisasi. Pimpinan dapat memperoleh informasinya melalui daftar pertanyaan yang diajukan pada para Sumberdaya (Pengurus) Organisasi atau mencermati kinerja Sumberdaya (Pengurus) Organisasi. Di samping itu dapat juga informasinya dilihat dari catatan-catatan laporan kerja. Kualitas Pelatihan Manajemen sangat tergantung pada manajemen Pelatihan Manajemen yang diselenggarakan, antara lain pada ketepatan memilih materi Pelatihan Manajemen, kualitas penatar/nara sumber, metode pelatihan serta evaluasi yang dilakukan. Untuk itu pemilihan penatar harus benar-benar sesuai dengan bidang keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya. Analisis terhadap kebutuhan Pelatihan Manajemen sebagai suatu tahapan dalam penyusunan program terkait dengan jenis, prosedur, model dan teknik Pelatihan Manajemen perlu dilakukan dalam manajemen Pelatihan Manajemen. Penelusuran dimulai dengan analisis tugas/fungsi yang ada, kualifikasi persyaratan untuk memenuhi fungsi tersebut, kemudian mencari solusi jenis Pelatihan Manajemen yang meliputi: materi yang harus disajikan, metode Pelatihan Manajemen yang tepat untuk memenuhi jenis kualifikasi yang diperlukan terkait dengan ketrampilan dan bidang keahliannya. Pada akhir penyelenggaraan Pelatihan Manajemen harus dievaluasi untuk mengetahui efektivitasnya merubah atau meningkatkan perilaku Sumberdaya (Pengurus) Organisasi dalam upaya peningkatan kinerja. Dijelaskan oleh Russel, dalam Sulistiyani & Rosidah (2005) bahwa tahapan Pelatihan Manajemen meliputi:1). penilaian kebutuhan pelatihan (need assesment), yang bertujuan mengumpulkan informasi untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya program Pelatihan Manajemen, 2) pengembangan program pelatihan (development), bertujuan untuk merancang lingkungan pelatihan dan metode pelatihan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan pelatihan, 3) evaluasi program pelatihan (evaluation) bertujuan untuk menilai apakah Pelatihan Manajemen telah mencapai tujuan yang diharapkan. Adanya tahapan tersebut program Pelatihan Manajemen benar-benar dirancang sesuai dengan kebutuhan. Berbagai manfaat adanya analisis kebutuhan Pelatihan Manajemen, yang pasti adalah sebagai dasar menyusun program Pelatihan Manajemen. Di sisi lain adanya analisis tersebut secara tidak langsung adalah dalam rangka menghadapi tugas maupun peraturan/kebijakan baru. Mengacu pada pemikiran Anthony, (2002:327-328), bahwa untuk mencapai efektivitas Pelatihan Manajemen perlu analisis terhadap: 1) Oganizational Needs Asssesmsent, 2) Task Needs Assesment, 3) Employee Needs Assesment, 4) Development of Training Obyektif, 6) Development of Criteria for Training Evaluation. Penilaian terhadap kebutuhan organisasi mencakup ruang lingkup permasalahan-permasalahan pada level organisasi (organizational needs assessment), meliputi standar kinerja yang harus dipenuhi oleh Sumberdaya (Pengurus) Organisasi, persyaratan kualifikasi Sumberdaya (Pengurus) Organisasi untuk pencapain misi organisasi, sistem organisasi yang barangkali mempengaruhi kinerja Sumberdaya (Pengurus) Organisasi serta perubahan-perubahan srategi organisasi yang mempengaruhi kualifikasi kerja juga menjadi bagian yang dianalis. Mungkin saja perlu penambahan fungsi atau bagian baru dalam organisasi. Asesmen pada kebutuhan kerja (task needs assesment) yakni melakukan analisis terhadap standard kinerja pekerjaan, persyaratan kualifikasi untuk memenuhi sebuah fungsi/tugas/pekerjaan, yang memungkinkan untuk dapat diterapkan dalam kelancaran organisasional. Menurut Simamora (1997) analisis tugas atau operasional meliputi: 1) suatu pengumpulan secara sistematis informasi yang menggambarkan secara rinci bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga, 2) standar kinerja untuk pekerjaan tersebut dapat ditentukan, 3) bagaimana tugas-tugas akan dilaksanakan untuk mencapai standard tersebut dan, 4) pengetahuan, keahlian, kemampuan dan karakteristik lainnya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas yang efektif. Penilaian terhadap kebutuhan keSumberdaya (Pengurus) Organisasian (Employee Needs Assesment) meliputi pengamatan terhadap proses Sumberdaya (Pengurus) Organisasi melakukan pekerjaan, perilaku dan sikap yang dipersyaratkan dalam kerja baik tingkat operasional maupun menajerial. Pada tahap terakhir adalah menentukan pengembangan tujuan pelatihan yang disesuaikan dengan harapan dan kriteria pengembangan evaluasinya. Secara rinci disebutkan bahwa langkah-langkah dalam Analisis Kebutuhan Pelatihan Manajemen menurut Modul Analisis Kebutuhan Pelatihan Manajemen dan Penyusunan Kurikulum (2008) meliputi: 1. Mengidentifikasi standar kinerja, Pada umunya standar kinerja ditetapkan dalam organisasi disesuaikan dengan jenis pekerjaan, sifat pekerjaan, dan beban pekerjaan dalam jabatan tersebut. Berdasarkan jenisnya maka pekerjaan meliputi: a) menurut frekuensinya: pekerjaan harian, periodik, insidental, b) menurut hubungangan antar peker jaan: pekerjaan siklik (rangakaian pekrjaan tetap) dan non siklik, c)menurut tingkat pekerjaan pekerjaan manajerian dan non manajerial 2. Mengidentifikasi Kinerja Sumberdaya (Pengurus) Organisasi Dengan dilakukan identifikasi standar kinerja, yang meliputi s ifat, jenis dan beban kerja maka informasi tersebut digunakan sebagai bahan mengidentifikasi kinerja Sumberdaya (Pengurus) Organisasi yang diharapkan. 3. Menentukan masalah, yakni mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dengan mengkomparasi hasil identifikasi standar kinerja dengan identifikasi kinerja Sumberdaya (Pengurus) Organisasi. 4. Menentukan penyebab masalah, yakni mencari sebab-sebab masalah Analisis ini dapat dilakukan oleh para Sumberdaya (Pengurus) Organisasi melalui diskusi kelompok pada sub unit masing-masing. Hal-hal yang didiskusikan antara lain: a) Menentukan permasalahan dalam pekerjaan apakah disebabkan oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana, uang, metode kerja, b) Menentukan sejauh mana kesenjangan yang ada antara kualifikasi kerja yang ada dengan kualifikasi yang dipersyaratkan dalam tugas 5. Menentukan alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini dilakukan pemilihan alternatif-alternatif untuk pemecahan masalah sehingga dapat diketahui permasalahan yang dapat dipecahkan melalui program Pelatihan Manajemen maupun permasalahan yang dapat dipecahkan dengan non Pelatihan Manajemen. 2.2 Metode Pembelajaran Proses pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: pertama, ceramah yang dikombinasikan dengan diskusi dan tanya jawab; kedua, pendalaman materi di mana peserta dalam berbagai kelompok diberi soal latihan untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi secara aktif, mengidentifikasi, membahas, dan memecahkan masalah yang menjadi topik bahasan; ketiga, konsultasi di luar kelas dalam rangka memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas; keempat, praktek. 2.3 Khalayak Sasaran Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Sumberdaya (Pengurus) Organisasi OSIS, Pramuka, LDK, KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Dalam kegiatan ini, masing-masing unsur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) mengirimkan ketua/pengurus Organisasi untuk hadir sebagai peserta. Oleh peserta terpilih tersebut, Setelah mengikuti pelatihan ini, berbagai materi yang telah diberikan diharapkan bisa ditindaklanjuti oleh masing-masing unsur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolahnya masing-masing. 2.4 Keterkaitan Para peserta pelatihan ini adalah pihak yang memiliki otoritas pengambilan keputusan strategis. Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menerapkan keahliah yang diterapkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan masing-masing organisasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Organisasi yang baik, masing-masing jajaran Sumberdaya (Pengurus) Organisasi harian diharapkan segera memiliki sebuah Manajemen (renstra) yang akan membawa perubahan besar di tubuh Organisasi Siswa Intra Sekolah Mandrasah Aliyah Se-KKM (Kelompok Kerja Madrasah) MAN 1 Metro Lampung Timur Propinsi Lampung, khususnya perubahan manajemen melalui pengembangan sejumlah elemen penting seperti: nilai- nilai organisasi, kapabilitas manajerial, responsibilitas organisasi, dan sistem administrasi. 2.5 Rancangan Evaluasi Evaluasi kegiatan dilakukan secara kuantitatif melalui pre test pada awal kegiatan untuk mengukur kemampuan awal peserta. Sedangkan untuk menilai aspek konseptual dan teknis para peserta, dilakukanlah evaluasi melalui post test pada akhir kegiatan. 2.6 Hasil Dan Pembahasan 1. Realisasi Kegiatan a. Waktu dan Tempat Pelatihan Kegiatan Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainer) Manajemen Organisasi Intra-Sekolah Bagi Pengurus OSIS Se-KKM MAN 1 Metro Lampung Timur telah dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Juli 2012, bertempat di kampus MAN 1 Metro Lampung Timur. Sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang menjadi peserta pelatihan. Melalui kegiatan pelatihan, para aktivis organisasi intrasekolah mendapat bekal tambahan terkait kemampuan dan ketrampilan yang memadai dalam manajemen organisasi. Manajemen penting karena rencana ini merupakan dasar/basis dari semua aktivitas perencanaan suatu organisasi, termasuk unit-unit organisasi. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelatihan secara keseluruhan adalah 3 (tiga) bulan. Tahapan kegiatan pelatihan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan. Sedangkan pelaksanaan pelatihan ditempuh dalam 1 hari terdiri dari beberapa sesi. Proses pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: pertama, ceramah yang dikombinasikan dengan diskusi dan tanya jawab; kedua, pendalaman materi di mana peserta dalam berbagai kelompok diberi soal latihan untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi secara aktif, mengidentifikasi, membahas, dan memecahkan masalah yang menjadi topik bahasan; ketiga, konsultasi di luar kelas dalam rangka memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas; keempat, praktek. b. Jadwal Pelatihan Adapun pelaksanaan pelatihan pada hari Rabu, 18 Juli 2012 dilalui melalui rangkaian tahapan jadwal sebagai berikut : Waktu Kegiatan Pemateri/Fasilitator 08.00 – 08.30 Pembukaan Panitia 08.30 – 09.00 Pretest, Kontrak Belajar Tim Pengabdian 09.00 – 10.15 Materi 1 ; Manajemen Kesekretariatan Dewi Brima Atika, M.Si 10.15 – 10.30 Rehat Tim Pengabdian 10.30 – 11.50 Materi 2 : Manajemen Konflik Fery Triatmojo, MPA 11.50 – 12.30 Istirahat, Makan Siang 12.30 – 13.30 Materi 3 : Dinamika Kelompok Syamsul Maarif, M.Si 13.30 – 14.30 Materi 4 : Kedisplinan Siswa Intan Fitri Meutia, MA 14.30 – 16.30 Games, Simulasi, Diskusi Tim Pengabdian 16.30 – 17.00 Pretest, Penutupan Tim c. Peserta Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainer) Manajemen Organisasi Intra-Sekolah Bagi Pengurus OSIS Se-KKM MAN 1 Metro Lampung Timur diikuti oleh 35 orang peserta. keseluruhannya merupakan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) terdiri dari Ketua, Sekretaris dan, Pramuka, LDK, KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Dalam kegiatan ini, masing-masing unsur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) mengirimkan ketua/pengurus Organisasi untuk hadir sebagai peserta. Oleh peserta terpilih tersebut, Setelah mengikuti pelatihan ini, berbagai materi yang telah diberikan diharapkan bisa ditindaklanjuti oleh masing-masing unsur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolahnya masing-masing d. Anggaran dana 2. Evaluasi Kegiatan Evaluasi kegiatan dilakukan secara kuantitatif melalui pre test pada awal kegiatan untuk mengukur kemampuan awal peserta. Sedangkan untuk menilai aspek konseptual dan teknis para peserta, dilakukanlah evaluasi melalui post test pada akhir kegiatan. Berdasarkan hasil uji pretest dan post test, Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainer) Manajemen Organisasi Intra-Sekolah Bagi Pengurus OSIS Se-KKM MAN 1 Metro Lampung Timur telah berhasil meningkatkan pemahaman dan ketrampilan peserta terkait manajemen organisasi. Peningkatan pemahaman dan ketrampilan rata-rata peserta adalah sebesar 20,5%. Pemahaman awal peserta sebelum diberikan pelatihan adalah sebesar 69,4% dan setelah dilakukan pelatihan, terjadi peningkatan pemahaman akhir menjadi 89,9%. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1) Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainer) Manajemen Organisasi IntraSekolah Bagi Pengurus OSIS Se-KKM MAN 1 Metro Lampung Timur telah berhasil meningkatkan pemahaman dan ketrampilan peserta terkait manajemen organisasi. Peningkatan pemahaman dan ketrampilan rata-rata peserta adalah sebesar 20,5%. Pemahaman awal peserta sebelum diberikan pelatihan adalah sebesar 69,4% dan setelah dilakukan pelatihan, terjadi peningkatan pemahaman akhir menjadi 89,9%. 2) Pelatihan cukup relevan untuk membekali Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan kemampuan teknis mengelola organisasi dan program kerja, kemampuan mengelola hubungan antara pengurus agar mampu mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam proses. 3) Pelatihan mampu membantu meningkatkan kemampuan peserta dalam mengkondisikan organisasi untuk selalu siap beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekolah dan dinamika program kerja, Membantu organisasi mengatasi major internal management change (perubahan manajemen organisasi yang bersifat pokok). 3.2 Saran 1) Kegiatan Rencana tindak lanjut (follow-up) pelatihan harus mendapatkan support dan bimbingan lebih lanjut dari Pembina organisasi, Waka Kesiswaan dan guru pembimbing lainnya, sehingga berbagai materi yang telah diberikan diharapkan bisa ditindaklanjuti oleh masing-masing organisasi intrasekolah. 2) Apabila kegiatan ini dilaksanakan kembali pada masa mendatang, maka Distribusi/komposisi peserta harus lebih merata dan proporsional berasal dari seluruh sekolah yang berada dibawah binaan MAN 1 Metro. DAFTAR PUSTAKA Departemen Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara, 2007, Pemahaman Manajemen Organisasi, Modul Pelatihan Manajemen Sustanaible Capacity Building Development Programm. Dalimunthe, Ritha F, Peranan Manajemen Konflik Pada Suatu Oranisasi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara Elizabeth Frizsell, Mary O‟Brien, and Lynda Arnold, 2004, Strategic Planning for Child Welfare Agencies, national Child Welfare Resource Center for Organizational Improvement Edmund s. Muskie School of Public Service, University of Southern maine, USA, Portland Maine. Fikri, M. Nazarudin, 2001, Kualitas Proses pembuatan Manajemen (Renstra); Suatu Evaluasi Terhadap Peran Stakeholder di Kabupaten Lombok Barat, (Jurnal), Yogyakarta: JKAP-MAP UGM. The Empowerment Zone/enterprise Community (EZ/EC) Initiative., 1998, Building Communities: Together, Strategic Planning Guide, Washinton DC. Riyadi dan Deddy, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Shapiro, Janet, 2004, Strategic Planning Toolkits, CIVICUS, World alliance for Citizen Participation, email: [email protected] Tisnawati, Ernie Sule, dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada Media. Schermerhom, Jr, John R., James G. Hunt and Richard N. Osborn, 1985, Managing Organizational Behavior, John Wiley & Sons,lnc., New York. Tosi, Henry L. John R. Rizzo,and Stephen J. Carrol. 1986. Managing Organizational Behavoir, Ballinger Publishing Company, Cambridge, Massachusetts, 1986.