PERBANYAKAN TANAMAN SALAK (Salacca zalacca) SECARA VEGETATIF DENGAN TEKNIK CANGKOK MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum budidaya tanaman perkebunan Dosen pengampu: Agung Rahmadi, SP., MP. Oleh: Fitria Rona Wahyuni 1177060031 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2020 M/ 1441 H KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “Perbanyakan Tanaman Salak (Salacca zalacca) Secara Vegetatif Dengan Teknik Cangkok”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang benderang penuh dengan ilmu. Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini berkat ridho Allah yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak dan teman-teman yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bandung, Maret 2020 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2 1.3. Tujuan Masalah ................................................................................................ 2 BAB II ................................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3 2.1 Salak ................................................................................................................... 3 2.2 Morfologi Salak ....................................... Ошибка! Закладка не определена. 2.3 Syarat Tumbuh Salak ............................. Ошибка! Закладка не определена. 2.4 Teknik Budidaya Salak .......................... Ошибка! Закладка не определена. BAB III............................................................................................................................. 10 PENUTUP........................................................................................................................ 10 3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan, beberapa diantaranya merupakan buah unggul yang rasa dan aroma buahnya serta memiliki daya tarik yang unik dapat memenuhi selera masyarakat banyak. Prioritas penelitian tanaman buah unggul asli Indonesia adalah manggis, mangga, duku, durian, rambutan, pisang, jeruk dan salak. Tanaman salak (Salacca zalacca) diduga berasal dari Pulau Jawa dan sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam. Pada masa penjajahan, tanaman ini dibawa ke pulau-pulau lain dan akhirnya tersebar luas sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Thailand. Masyarakat Deli, Sunda, Jawa, Madura, Bali menyebutnya salak, masyarakat Minang, Makasar dan Bugis menamainya sala, sedang masyarakat Kalimantan menyebutnya hakam atau tusum. Daerah sebarannya yang luas menyebabkan banyak ragam varietas salak. Keragaman ini semakin meningkat sejalan dengan penggunaan biji sebagai sarana pembiakan. Varietas salak umumnya dikenal berdasarkan daerah tumbuhnya. Salak pondoh dan salak bali merupakan varietas yang memiliki nilai komersial tinggi. Salak banyak digemari masyarakat, baik dimakan segar, maupun diolah menjadi manisan dan asinan. Produksifitas salak di wilayah Yogyakarta pada tahun 2003 sampai 2007 mengalami peningkatan yang signifikan ini di dukung oleh sumber Dinas Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura) Kabupatan Sleman tahun 2003-2007 dengan rata-rata produksi 444.973,20, jumlah luas panen 3.946,26(Ha), dan produsifitas 111,142 (kw/Ha) (Syafi’ah,2010). Untuk tetap mempertahankan buah salak agar tidak terjadi penurunan dilakukan budidaya salah satunya dengan perbanyakan vegetatif yaitu dengan cara mencangkok. Perbanyakan tanaman salak pada umumnya dari biji yang diambil dari pohon induk salak bersifat unggul. Mengembangbiakan salak secara generatif (biji) nampaknya jauh lebih mudah dan lebih murah, apalagi untuk keperluan 1 banyak. Kelemahan dari system pembibitan generatif (biji) adalah waktu berbuahnya lebih lama, tidak selalu mempunyai sifat-sifat genetis dan unggul yang sama dengan pohon induknya dan tidak dapat dipastikan apakah bibit tersebut akan menjadi tanaman betina atau jantan. Agar terhindar dari faktor tersebut maka dilakukanlah perbanyakan vegetatif yaitu cangkok anakan. Cangkok anakan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: hasil tanaman yang diperoleh pasti sama dengan pohon induknya, dapat dipastikan terlebih dahulu tanaman jantan/betina, cepat berbunga dan berbuah serta hasilnya lebih seragam (relative sama dengan pohon induknya) (Rochiman dan Harjadi, 1995 dalam Harahap, S., 2018). 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud perbanyakan vegetatif? 2. Apa yang dimaksud dengan mencangkok? 3. Bagaimana cara mencangkok pohon salak? 1.3. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui maksud dari perbanyakan vegetatif 2. Untuk mengetahui maksud dari pencangkokan 3. Untuk mengetahui cara mengcangkok pohon salak 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Salak Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan, beberapa diantaranya merupakan buah unggul yang rasa dan aroma buahnya memenuhi selera masyarakat banyak. Prioritas penelitian tanaman buah unggul asli Indonesia adalah manggis, mangga, duku, durian, rambutan, pisang, jeruk dan salak (Santoso, 1990 dalam Suskendriyati, et al., 2000). Salak banyak digemari masyarakat, baik dimakan segar, maupun diolah menjadi manisan dan asinan (Kusuma dkk., 1995 dalam Suskendriyati, et al., 2000). Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Buah salak yang mempunyai nama latin Salacca zalacca merupakan salah satu buah tropis yang yang memiliki kandungan gizim cukup tinggi. Salak termasuk buah non klimaterik sehingga hanya dapat dipanen jika benar-benar telah matang di pohon, yang ditandai dengan sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, bulu-bulu di kulit telah hilang, bila dipetik mudah terlepas dari tangkai dan beraroma salak. Klasifikasi tanaman salak adaah sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan) Genus : Salacca Spesies : Salacca zalacca (TKTM,2010 dalam Kurniati, 2012). 3 Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis salak. Menurut Nuryati (2007), salak yang banyak dikenal masyarakat diantaranya adalah: 1. Salak Pondoh Jenis buah salak ini kecil-kecil, tetapi memiliki daging buah yang rasanya manis. Daging buahnya tipis sampai agak tebal dengan warna putih susu. Bila buah sudah masak betul (masir) rasa tersebut akan sedikit berkurang. Pada umumnya salak pondoh dijual bersama tangkainya dalam tandan. Bentuk salak pondoh. 2. Salak Bali Jenis buah salak ini besarnya sedang, dalam waktu lima bulan saja buah sudah masak. Buah yang masak berwarna merah cokelat. Daging buah yang masak rasanya manis. 3. Salak Condet Salak ini berasal dari daerah cagar budaya Condet, Jakarta Timur dan identic dengan masyarakat Betawi. Aroma salak ini paling harum dan tajam dibandingkan dengan salak jenis lain. Rasanya bervariasi, dari kurang manis sampai manis. 4. Salak Padang Sidempuan Salak Padang Sidempuan berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Ciri khas utama salak ini adalah daging buahnya yang berwarna kuning tua berserabut merah. Rasa daging buahnya manis bercampur asam dan pada buah yang sudah tua rasa sepatnya hamper tidak ada. 5. Salak gula pasir Salak gula pasir merupakan salah satu kultivar dari salak Bali. Kelebihan salak ini adalah rasa daging buahnya yang sangat manis. Manis buah salak gula pasir tinggi hingga mendekati kemanisan gula. 6. Salak Manonjaya 4 Salak ini berasal dari daerah Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kulit buah salak manonjaya terdiri atas susunan sisik yang sangat halus. Kulit buah salak ini termasuk yang paling tebal dibandingkan dengan jenis salak lainnya. 2.2 Morfologi Salak Tanaman salak termasuk golongan pohon palem rendah yang tumbuh berumpun. Batang hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang sangat rapat. Batang, pangkal pelepah, tepi daun dan permukaan buahnya berduri tempel. Pada umur 1-2 tahun batang dapat tumbuh ke samping membentuk beberapa tunas yang akan menjadi anakan atau tunas bunga. Tanaman salak dapat tumbuh bertahun-tahun hingga ketinggiannya mencapai tinggi 7 m (Santoso, 1990 dalam Suskendriyati, et al. 2000). 1. Akar Tanaman salak berakar serabut menjalar mendatar di bawah permukaan tanah. Daerah penyebarannya tidak luas, dangkal, dan mudah rusak bila kekurangan air. Sebaliknya di tanah yang tergenang air, akar-akar tanaman salak akan suit sekali bernafas dan lama kelamaan akan membusuk. Karena itu, tanaman ini akan tumbuh baik di tanah yang gembur dan lembab. Perkembangan akarnya dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah, pemupukan, tekstur tanah, sifat fisik dan kimia tanah, lapisan bawah tanah, dan faktor lainnya. 2. Batang Batang tanaman salak pendek dan hampur tidak kelihatan karena selain ruas-ruasnya padat juga tertutup pelepah daun yang tersusun rapat. Pada tanaman yang seudah tua, batangnya akan melata atau menjulur ke samping dan dapat bertunas. Pada umumnya tunas ini dibiarkan hidup menjadi pokok baru. Pokok-pokok baru itulah yang nantinya dimanfaatkan sebagai bibit cangkokan. 3. Daun Daun tersusun roset, bersirip terputus, panjang 2,5-7 m (Santoso, 1990). Anak daun tersusun majemuk, helai daun lanset, ujung meruncing, pangkal 5 menyempit. Bagian bawah dan tepi tangkai berduri tajam. Ukuran dan warna daun tergantung varietas (Suskendriyati, et al.,2000). 4. Bunga Bunga salak berukuran kecil-kecil dan tumbuh rapat menjadi satu rangkaian dipunggung ketiak daun. Pada waktu bunga masih muda dilindungi oleh selubung berbentuk bulat lonjong seperti perahu (Hastuti, 2018). Dalam satu bunga betina buah salak pondoh terdiri dari 1-3 malai dan tiap malai mengandung 10-30 bakal buah. Sedangkan satu bunga jantan terdiri dari 14-15 malai dan tiap malai mengandung ribuan serbuk sari, panjang bunga jantan mencapai 13-35 cm dan panjang malai 7-15 cm dan bunga jantan mekar antara 2-3 hari saja setelah itu akan layu dan tidak akan berfungsi untuk persarian atau penyerbukan bunga betina (Thahjadi, 1995). 5. Buah dan Biji Buah umumnya berbentuk segitiga, bulat telur terbalik, bulat atau lonjong dengan ujung runcing, terangkai rapat dalam tandan buah di ketiak pelepah daun. Kulit buah tersusun seperti sisik-sisik/genteng berwarna cokelat kekuningan sampai kehitaman. Daging buah tidak berserat, warna dan rasa tergantung varietasnya. Dalam satu buah terdapat 1-3 biji. Biji keras, berwarna coklat, berbentuk dua sisi, sisi dalam datar dan sisi luar cembung (Suskendriyati, et al., 2000). 2.3 Syarat Tumbuh Salak Tanaman salak dapat ditanam didataran rendah mulai dari tanah ngarai, daerah pasisir dan tepipantai kedataran tinggi dilereng-lereng bukit atau pegunungan sampai ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Didataran tinggi, tanaman salak akan tumbuh baik pada daerah yang banyak mendapatkan curah hujan atau daerah yang termasuk wilayah hujan sepanjang tahun dengan curah hujan lebih dari 2000 mm pertahun, tetepi tidak lebih dari 4000 mm pertahun. Curah hujan yang terlalu banyak akan menyebabkan gangguan pada penyerbukan bunga dan menyebabkan bunga busuk yang selanjutnya menyebabkan tanaman salak berbuah dengan ukuran musim (Widji Anarsis, 1996 dalam Baihaqqi, 2017). 6 Tanaman salak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun dan C: 5-7 bulan/tahun. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air. 2.4 Perbanyakan Vegetatif Tanaman Salak Teknik Cangkok Sebelum masuk ke dalam teknik mencangkok pohon salak ada baiknya mengetahui dulu apa itu mencangkok. Mencangkok adalah teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk (Prastowo, et al., 2006). Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit. Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Harmann, 2004). Media untuk mencangkok bisa menggunakan cocopit atau serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu 7 dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga. (Prastowo, et al., 2006). Pencangkokan pada pohon salak memiliki beberapa tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Bibit yang dipilih dalam pencangkokan tanaman salak adalah dipilih tunas anakan yang sehat, 4 helai, tanaman anakan harus dibersihkan dahulu terutama pada dasar pelepahnya agar tidak mengganggu akar yang akan keluar dari tanaman salak yang akan dicangkok. 2) Bersihkan bonggol tunas anakan yang dipilih dengan membuang tapas dan pelepah daun yang kuning. 3) Bonggol diolesi dengan 500-3000 ppm IBA atau 50 mg rootone F atau limbah bawang merah 75 gr, tujuannya adalah untuk merangsang perakaran. 4) Siapkan wadah untuk cangkokan. Wadah dapat berupa pot bamboo, botol aqua, botol bekas infus, dan lain-lain. 5) Wadah diisi dengan media campuran tanah dengan pupuk kandang 1:1 atau dapat menggunakan media campuran pupuk kandang, sekam, pasir dengan perbandingan 1:1:1 6) Selama proses pencangkokan media harus tetap dalam lembab. 7) Pada umur 4-6 bulan bonggol tunas anakan sudah berakar dan siap dipisahkan dari induknya. 8) Tunas anakan dipisah dan dipindahkan ke wadah yang sudah berisi media campuran seperti di tahap 5. 9) Bibit diletakkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung, tujuannya untuk mengurangi penguapan dan menghindari stress daun. Di dalam segala hal terdapat keuntungan dan kerugian, termasuk dalam hal pencangkokan pada pohon salak. Menurut Prastowo, et al. (2006), keuntungan dan kerugian dari teknik cangkok adalah sebagai berikut: · Keuntungan pembibitan dengan teknik cangkok: Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. · Kerugian pembibitan dengan teknik cangkok: Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. 8 Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. 9 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Perbanyakan vegetatif dengan teknik cangkok adalah teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Perbanyakan dengan teknik cangkok dapat dilakukan pada tanaman salak dengan melalui sembilan tahapan, diantaranya memilih tunas anakan yang sehat, membuang tapas dan pelepah daun kuning dari bonggol tunas anakannya, bonggol diolesi IBA, rootone F atau limbah bawang merah, menyiapkan wadah yang diisi campuran tanah dan pupuk kandang 1:1 atau campuran pupuk kandang, sekam and pasir 1:1:1, pisahkan dari induknya ketika bonggol tunas berumur 4-6, pindahkan pada wadah, simpan bibit di tempat yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung, dan hasil cangkokan. Pembibitan dengan teknik cangkok memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan pembibitan dengan teknik cangkok diantaranya yaitu produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya dan tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. Kerugian pembibitan dengan teknik cangkok pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering, tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang, pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong, dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. 10 DAFTAR PUSTAKA Baihaqqi, S. F. 2017. Pengaruh Macam Dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Pencangkokan Tunas Salak Nglumut. Prodi Agroteknologi UPY. Harahap, Sriwinaty. 2018. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Cangkok Anakan Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana Becc.). Grahatani Vol. 04 No. 3. Harmann, H.T. 2004. Plant Propagation Principles and Practices. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Kurniati, S. 2012. Lama Simpan, Mutu Kimia, dan Mutu Fisik Buah Salak (Salacca zalacca) Yang Disimpan Dalam Pasir Yang Didinginkan Dengan Air. [SKRIPSI] Universitas Lampung. Nuryati, S. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahn Praktik Budi Daya Salak. Jakarta: Agromedia Pustaka. Maya, R. 2019. Perbanyakan pada Tanamana Salak [diakses melalui cybext.pertanian.go.id pada 31 Maret 2020 pukul 10:00 WIB]. Prastowo, H.N., Roshetko, J.M., Maurung, G., Nugraha, E., TUkan, J.M., Harum, F. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF). Santoso, H.B. 1990. Salak Pondoh. Yogyakarta: Kanisius. Suskendriyati, H., Wijayati, A., Hidayah, N., dan Cahyuningdari, D. 2000. Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman. Biodiversitas Vol. 1, No. 2. Syafi’ah. 2010. Analisis Penawaran Salak Pondph (Sallaca edulis) Di Kabupaten Sleman. [SKRIPSI] Universitas Sebelas Maret. Tjahjadi, N. 1995. Bertanam Salak. Yogyakarta: Kanisius. Widyantika, H. 2018. Pengaruh Variasi Buah Salak Pada Pembuatan Selai Pancake Terhadap Sifat Fisik, Sifat Organoleptik dan Kadar Serat. [SKRIPSI] Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan. iii