1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sureq Galigo, atau Galigo, atau disebut juga La Galigo adalah sebuah epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis di Sulawesi Selatan yang ditulis di antara abad ke-13 dan ke-15 dalam bentuk puisi bahasa Bugis kuno, ditulis dalam huruf Lontara kuno Bugis. Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima dan juga menceritakan kisah asal-usul manusia. Epik ini dalam masyarakat Bugis berkembang sebagian besar melalui tradisi lisan dan masih dinyanyikan pada kesempatan-kesempatan tradisional Bugis. Versi tertulis hikayat ini yang paling awal diawetkan pada abad ke-18, di mana versi-versi yang sebelumnya telah hilang akibat serangga, iklim atau perusakan. Akibatnya, tidak ada versi La Galigo yang pasti atau lengkap, namun bagian-bagian yang telah diawetkan berjumlah 6.000 halaman atau 300.000 baris teks, membuatnya menjadi salah satu karya sastra terbesar. Epik ini mengisahkan tentang Sawerigading, seorang pahlawan yang gagah berani dan juga perantau. Sureg Galigo adalah kitab suci yang bersifat mitos yang bagi sebagian orang Bugis dianggap sebagai peristiwa sejarah yang benar-benar pernah terjadi. Kisah ini menceritakan tentang kehidupan para dewa-dewi dari langit dan pertiwi sampai tujuh generasi. Itulah sebabnya ceritanya sangat panjang. 2 Para ahli La Galigo menempatkan sastra ini sebagai karya terpanjang di dunia. Cerita itu terdiri dari beberapa episode yang dalam bahasa Bugis disebut dengan Tereng. Tereng yang paling populer adalah perkawinan Sawerigading dengan I We Cudai dan perkawinannya ia dianugerahi seorang putera yang bernama La Galigo. Perlu dipahami, bahwa La Galigo mempunyai dua dimensi makna dengan pengertian yang berbeda, yakni: 1). I La Galigo sebagai nama dari putera pasangan Opunna Wareq dan I We Cudaiq. 2). I La Galigo sebagai naskah, baik yang menyangkut katalog yang dibuat oleh Kern (yang di dalamnya memuat ringkasan cerita La Galigo) maupun kumpulan 12 jilid naskah dengan nomor NBG 188 yang tersimpan di Perpustakaan Leiden University, salinan tangan dari Colliq Pujie Arung Pancana Toa. La Galigo bukanlah teks sejarah karena isinya penuh dengan mitos dan peristiwa-peristiwa luar biasa. Namun demikian, epik ini tetap memberikan gambaran kepada sejarawan mengenai kebudayaan Bugis sebelum abad ke-14. Versi bahasa Bugis asli La Galigo sekarang hanya dipahami oleh kurang dari 100 orang. Sejauh ini La Galigo hanya dapat dibaca dalam versi bahasa Bugis aslinya. Hanya sebagian saja dari La Galigo yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sebagian manuskrip La Galigo dapat ditemui di perpustakaan-perpustakaan di Eropa, terutama di Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal-Land-en 3 Volkenkunde Leiden di Belanda. Terdapat juga 600 naskah tentang epik ini di Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara, dan terdapat juga beberapa jumlah naskah yang tersimpan di Eropa, tidak termasuk simpanan pribadi pemilik lain. Naskah I La Galigo kemudian digarap oleh seorang sutradara teater kontemporer berkewarganegaraan Amerika bernama Robert Wilson. I La Galigo telah melanglang buana di belahan dunia sejak tahun 2004, lakon ini dipentaskan di berbagai panggung teater kelas dunia dalam rentang tujuh tahun, mulai dari Singapura, Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, Ravenna, New York, Jakarta, Melbourne, Milan, hingga Taipe. Robert Wilson hanya mengambil secuplik sureq (serat) I La Galigo yang dianggap sebagai naskah sastra terpanjang di dunia. Kitab berbahasa Bugis klasik ini memiliki panjang lebih dari 300 ribu baris, dua kali lebih panjang dibanding Mahabharata dan Ramayana. Peneliti dari Belanda, Roger Tol, mengatakan, I La Galigo juga memiliki gaya bahasa yang indah. Dan untuk pertama kalinya akhirnya I La Galigo pulang kampung di tanah kelahirannya sendiri pada tanggal, 23-24 April 2011 di Fort Rotterdam Makassar, I La Galigo dipentaskan di hadapan masyarakat Sulawesi Selatan dengan disutradarai oleh Robert Wilson. Robert Wilson menyatakan, pementasan I La Galigo di Makassar bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat Sulawesi Selatan untuk melanjutkan karya besar ini dalam bentuk lain. Robert Wilson, adalah produser film dan drama Romeo dan Juliet, serta The Life and Times of 4 Joseph Stalin dan nominasi drama untuk Pulitzer Prize (1986). (dikutip dari edisantana.blogspot.com/2011/06/i-la-galigo) Beberapa adegan spektakuler yang ditonjolkan adalah bayangan pemain dengan background warna-warna cerah yang selalu berubah-ubah serta unsur-unsur tari-tarian yang ditampilkan. Penggambaran sosok melalui kostum tradisional serta aksesoris panggung lainnya seperti orang yang dikerek seperti dalam sangkar yang digambarkan berjenggot sebagai Batara Guru. Tangga yang tinggi dimana orang turun secara terbalik, adegan orang masuk ke bawah panggung, pepohonan, serta ilustrasi berbagai macam binatang seperti monyet, kucing, burung, dan sebagainya. Daya tarik utama I La Galigo sebetulnya terletak dari berbagai aspek yaitu sebagai pertunjukan teater kontemporer yang akarnya tentu saja mengambil unsur budaya bangsa Indonesia sendiri namun dipadu dengan permainan lighting dan soundsystem yang canggih. Background lampu warna-warni serta adegan seperti halnya sendratari (seni drama dan tari) yang dipadu dengan musik tradisional dan lagu-lagu tradisional Bugis tentu saja sangat memukau khususnya penikmat seni, namun tidak semua orang yang menonton pementasan ini akan mengerti maksud dari gerakangerakan tubuh yang ditampilkan para lakon tanpa dialog (komunikasi verbal). Teater I La Galigo termasuk pertunjukan teater kontemporer yang sangat minim dialog, terdapat banyak gerakan-gerakan tubuh yang memerlukan banyak interpretasi, baik itu bisa diinterpretasikan 5 hubungannya dengan kebudayaan dari asal I La Galigo itu sendiri ataupun diinterpretasikan secara universal dari gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan oleh para lakon dalam teater tersebut. Gerakan-gerakan tubuh ini termasuk dalam komunikasi nonverbal (komunikasi tanpa kata-kata). Komunikasi nonverbal acapkali dipergunakan untuk menggambarkan perasaan dan emosi. Jika pesan yang diterima melalui sistem verbal tidak menunjukkan kekuatan pesan maka dapat menerima tanda-tanda nonverbal lainnya sebagai pendukung. Komunikasi nonverbal ialah komunikasi tanpa kata-kata (karena tidak berkata-kata). Studi mengenai komunikasi nonverbal ini berakar dari komunikasi antar budaya melalui karya Edward T. Hall (1959) : The Silent Language. Menurut Hall budaya menggambarkan bagaimana cara dan langkah manusia untuk memahami dan mengorganisirkan dunianya. Dunia itu terbentuk oleh sekelompok orang yang melintasi hubungan antar manusia dan bahkan generasi. Budayalah yang mempengaruhi sensori manusia ketika memproses kehidupannya, proses itu bahkan menyusup sampai ke pusat sistem syaraf. Budaya selalu memiliki dua manifestasi, yakni manifestasi material dan simbol-simbol yang mewarnai bahasa, adat kebiasaan, sejarah, organisasi sosial, termasuk pengetahuan; dan manifestasi kedua, budaya diharapkan sebagai identitas kelompok. Budaya dinyatakan dalam gaya interaksi verbal dan nonverbal; misalnya melalui pepatah dan ungkapan, pranata sosial, upacara, cerita, agama, bahkan politik. (Liliweri, 1994 : 89) 6 Sistem kode nonverbal sering digolongkan menurut jenis aktivitas yang digunakan dalam kode. Burgoon mengusulkan tujuh jenis: kinesik (aktivitas tubuh); vokalis atau paralanguage (suara); penampilan fisik, haptics (touch); proxemics (ruang); chronemics (waktu); dan artefak (objek). Dari semua ini, kinesik dan proxemics telah dikaji secara luas. Ray Birdwhistell diakui sebagai orang pertama di balik kinesik. Seorang antropolog yang tertarik dengan bahasa, Birdwhistell menggunakan linguistik sebagai model karya kinesiknya. Pada kenyataannya, hubungan ini sangat kuat yang mana istilah yang popular untuk kinesik adalah bahasa tubuh. (LittleJohn 2011 : 159) Kinesik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Di bidang seni, misalnya, kecerdasan bahasa tubuh dapat diukur dari segi penghayatan seorang artis dalam bermain film, berteater, atau membaca puisi. Dalam bidang pendidikan, seorang guru akan menggunakan bahasa tubuh untuk memperjelas materi yang ia sampaikan. Selain itu, kinesik juga sangat penting dalam memberikan pengaruh emosional terhadap lawan bicara. Contohnya, jika seorang anak kecil datang dalam keadaan cemberut maka ia akan diasingkan oleh kawankawannya. Sebaliknya, jika ia datang dalam keadaan ceria maka ia akan memberikan efek bahagia pada lingkungannya. Dunia internasional memang mengakui bahasa tubuh sebagai jenis komunikasi yang penting di segala bidang. Namun, tidak semua negara memiliki bahasa tubuh yang sama. Di negara Amerika, misalnya, untuk 7 menunjukkan persetujuan, seseorang cukup mempertemukan jari telunjuk dan jempol untuk membentuk lingkaran. Namun, di negara Jepang, gestur demikian menunjukan mata uang. Sementara itu, di negara Prancis, hal demikian berarti ‘nol’ atau ‘kosong’. Lain dengan di Republik Malta, gerak semacam itu berarti seorang gay atau lesbian sedang membutuhkan pasangan. Oleh karena itu, mempelajari bahasa tubuh setiap negara amatlah penting agar tidak menimbulkan salah persepsi. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan bersama untuk membuat bahasa tubuh internasional karena simbol-simbol gerakan yang digunakan dalam setiap negara berbeda. Sesungguhnya, ilmu tentang bahasa tubuh atau kinesik baru muncul pada akhir abad ke-20. Pada masa itu, ilmu ini merupakan perkembangan dari salah satu jenis ilmu pengetahuan sosial yang berkaitan dengan komunikasi nonverbal. Kajian tentang bahasa tubuh mulai dikembangkan pada tahun 1960-an, akan tetapi masyarakat baru mengetahui keberadaannya pada tahun 1970-an sejak Julius Fast mempublikasikan sebuah buku mengenai bahasa tubuh. Hasil riset yang dilakukan oleh Albert Mehrabian menunjukkan bahwa 70% komunikasi berbentuk verbal (menggunakan kata-kata), 38% vokal (berbentuk suara, tekanan, dan intonasi), serta 55% berbentuk nonverbal (kinesik atau gerak tubuh) (Pease, 1981). Sementara itu, Bridwhistell (Kumar: 2004) mengungkapkan bahwa komponen verbal yang digunakan dalam percakapan langsung hanya kurang dari 35%, 8 sedangkan lebih dari 65% komunikasi dilakukan secara nonverbal. Hasil riset ini menunjukkan bahwa kinesik memiliki peran yang penting dalam komunikasi. (dikutip dari http : // azzkee. multiply. Com / journal / item / 195 / Kinesik _ dalam _ Komunikasi _ Masyarakat _ Amerika _ dan _ Kaitannya _ dengan _ Kontak _ Kebudayaan) Kinesik memberi tekanan lebih pada bahasa tubuh visual (gerakan, sikap, ekspresi wajah) yang mana sangat dibutuhkan dalam menginterpretasikan sebuah pementasan teater yang minim dialog. Oleh karena itu dianggap penting untuk memaknai bahasa-bahasa tubuh dalam teater I La Galigo ini. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menganggap penting untuk meneliti lebih jauh tentang “Makna Kinesik Dalam Teater I LA GALIGO (Studi Komunikasi Non Verbal)”, mengingat untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu pementasan teater dapat dilakukan melalui analisis komunikasi nonverbal dalam hal ini terfokus pada kajian kinesiknya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas, maka terdapat beberapa masalah penelitian yang dituangkan dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk kinesik dalam Teater I La Galigo ? 2. Apa saja makna kinesik yang terkandung dalam Teater I La Galigo ? 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bentuk kinesik dalam Teater I La Galigo 2. Untuk mengetahui makna-makna kinesik dalam Teater I La Galigo 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan referensi yang berguna dalam pengembangan penelitian Ilmu Komunikasi khususnya bagi pengembangan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi nonverbal khususnya dalam hal ini makna kinesik (bahasa tubuh). b. Secara Praktis 1. Memberikan pemaknaan kepada penonton yang ingin melihat video pementasan Teater I La Galigo. 2. Untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 10 D. Kerangka Konseptual Teatar I La Galigo karya Robert Wilson merupakan teater kontemporer yang minim dialog dan membutuhkan interpretasi yang mendalam terhadap gerakan-gerakan tubuh yang ditampilkan oleh para pemain teater. Berkaitan dengan hal tersebut, sangat menarik mengkaji makna kinesik dalam teater I La Galigo karya Robert Wilson. Terdapat banyak gerakan-gerakan tubuh dalam teater I La Galigo yang membutuhkan interpretasi mendalam dilihat dari segi kebudayaan dari asal I La Galigo itu sendiri berasal ataupun diinterpretasikan secara universal. Gerakan tubuh tersebut dapat dikaji dalam komunikasi non verbal. Para ahli komunikasi mengakui bahwa bahasa dan perilaku manusia sering kali tidak dapat bekerja sama dalam menyampaikan pesan, dan karenanya teori tanda nonverbal atau komunikasi nonverbal merupakan elemen penting. Dalam kamus komunikasi dari Onong U. Effendy Kinesics Communication, atau komunikasi kial/komunikasi kinesik adalah komunikasi yang dilakukan dengan gerakan anggota tubuh; salah satu jenis komunikasi nonverbal. Alo Liliweri dalam buku “komunikasi verbal dan nonverbal” menjelaskan bahwa bahasa tubuh adalah gerakan tubuh yang merupakan sebagian perilaku nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang lain. 11 Disadari atau tidak oleh manusia, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang paling sering kita lakukan. Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya, namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Sistem tanda nonverbal sering dikelompokkan menurut tipe aktivitas atau kegiatan yang digunakan di dalam tanda tersebut, yang menurut Burgoon terdiri atas tujuh tipe, yaitu bahasa tubuh (kinesics), suara (vocalic atau paralanguage), tampilan fisik, sentuan (haptics), ruang (proxemics), waktu (chronemics), dan objek (artifact). Sistem tanda nonverbal yang akan digunakan dalam mengkaji penelitian ini adalah bagian dari kinesik (bahasa tubuh). Yang dimaksudkan dengan kinesik ialah studi yang mempelajari gerakangerakan anggota tubuh. Ray L. Birdwhistell menganggap bahwa komunikasi nonverbal merupakan suatu proses yang sinambung karena sebenarnya tidak ada satu saluranpun yang digunakan secara tetap. Yang pasti lebih dari satu saluranpun digunakan. Kegiatan komunikasi telah banyak menggunakan saluran sensoris manusia, yaitu aktivitas tubuh. Penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang sangat kompleks dapat menjadi lebih jelas, bahwa perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan berbagai ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan dan kerumitan kata-kata. Menurut penyelidikan Birdwhistell paling tidak ada 1000 gerakan tubuh yang dapat diamati selama periode komunikasi 12 tertentu, ia memastikan bahwa semua gerakan itu mempunyai fungsi yang pasti dalam komunikasi. Menurut Birdwhistell, “barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata”. Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Semua gerakan kinesik yaitu gerakan tubuh dan anggota tubuh dalam konteks nonverbal merupakan representatsi dari kata-kata dalam struktur bahasa verbal. Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa katakata). Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan di mana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh. Bahasa tubuh dipercayai sangat penting dalam melancarkan atau menghambat efektifitas komunikasi tubuh. Bidang yang menelaah bahasa tubuh (gestures) adalah kinesika (kinesics). Suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell dalam Body Talk (1987). Kinesika adalah pesan nonverbal yang dituangkan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh dan anggota tubuh dalam bukunya, Kinesics and Context, Birdwhistell mengurutkan tujuh asusmsinya yang menjadi dasar teorinya dalam bahasa tubuh. 13 1. Semua gerakan tubuh mempunyai makna penting dalam konteks komunikasi. Seseorang selalu dapat memberikan makna terhadap aktivitas tubuh. 2. Perilaku dapat dianalisis karena diatur dan pengaturan ini dapat dikupas dengan analisis sistematis. 3. Walaupun aktivitas tubuh memiliki keterbatasan secara biologis, kegunaan pergerakan tubuh dalam interaksi dianggap menjadi sebuah bagian dari sistem sosial. Oleh karena itu, kelompok yang berbeda akan menggunakan gesture - dan gerakan tubuh lainnya - secara berbeda. 4. Orang dipengaruhi oleh aktivitas tubuh orang lain yang terlihat. 5. Cara aktivitas tubuh yang berfungsi dalam komunikasi dapat diselidiki. 6. Makna yang terungkap dalam hasil penelitian kinesik ini berasal dari perilaku yang telah dikaji sebagaimana metode yang dikaji untuk penelitian. 7. Seseorang yang menggunakan aktivitas tubuh akan memiliki ciri-ciri idiosyncratic, tetapi juga akan menjadi bagian sistem sosial yang besar. (LittleJohn, 2011:159) Ray L. Birdwhistell mengemukakan lebih lanjut bahwa setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki, dan simbolik. Karena kita hidup, semua anggota 14 badan kita senantiasa bergerak. Dalam kajian pesan nonverbal dikenal beberapa jenis kinesik yaitu: 1. Ekspresi wajah; berbagai penelitian melaporkan bahwa emosi dapat ditunjukkan melalaui ekspresi wajah karena wajah dianggap sangat kuat menampilkan ‘keadaan dalam’ seseorang yang membuat orang lain dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi. Sylvan S. Tomkins menemukan sekurang-kurangnya ada 8 (delapan) dasar emosi wajah yang meneganggkan, yakni emosi yang menyatakan surprise, minat, gembira, gusar, takut, jijik atau muak, malu dan kesedihan yang mendalam. Wajah manusia menyimpan banyak sekali misteri. Para ahli psikologi menyebut wajah dan ekspresi wajah sebagai the organ of emotion. Karena tanda-tanda yang ada di wajah berkaitan dengan perasaan manusia, dan tanda-tanda itu dapat diinterpretasikan oleh orang lain disekeliling kita. Wajah merupakan kekuatan saluran komunikasi nonverbal yang diterjemahkan atau di-encode oleh pengirim kemudian di-decode oleh penerima dengan makna yang berlaku dalam suatu konteks sosial dan budaya tertentu. 2. Kontak mata dan pandangan; kontak mata/cara pandang mata merupakan komunikasi nonverbal yang ditampilkan bersama ekspresi wajah. Tak mengherankan kalau banyak orang menggerakkan alis mata ketika mereka bercakap-cakap karena mereka menganggap 15 bawah kontak mata yang ditampilkan komunikator akan menarik umpan balik dari komunikan. Dalam Hattori (1987) pelbagai kebudayaan, pandangan mata kerap kali ditafsirkan sebagai pernyataan tingkat keseriusan perhatian, mendengarkan, melihat, mengerti, melamun, menerawang, bingung, marah, cinta, sayu, menggoda, sensual, menguasai, membiarkan, dan masa bodoh yang semuanya harus ditafsir dalam konteks budaya tertentu. (Liliweri, 2003:197) 3. Isyarat tangan; kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Sebagian orang menggunakan tangan mereka dengan leluasa, sebagain lagi moderat, dan sebagian lagi hemat. Untuk memperteguh pesan verbal mereka, orang-orang Perancis, Italia, Spanyol, Mexico, dan Arab termasuk orang-orang yang sangat aktif menggunakan tangan mereka, lebih aktif daripada orang Amerika, atau orang Inggris seakan-akan mereka tidak mau diam. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas dari berlainan dari budaya ke budaya. 4. Postur tubuh; postur tubuh bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh dilakukan oleh Willlian Sheldon misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen. Sebagian anggapan mengenai bentuk tubuh dan karakter yang dihubungkannya mungkin sekedar stereotip. 16 Kerangka Konseptual Penelitian TEATER I LA GALIGO Karya “Robert Wilson” Non Verbal Analisis Kinesik “Ray L. Birdwhistell” Bentuk Kinesik Ekspresi Wajah Kontak Mata Isyarat Tangan Makna Kinesik Postur Tubuh 17 E. Definisi Operasional a. Kinesik merupakan pesan nonverbal yang dituangkan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh dan anggota tubuh. Diantaranya adalah isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh, posisi kaki, ekspresi wajah, dan tatapan mata, yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama : pesan facial, pesan gestural, dan pesan postural. b. Komunikasi Nonverbal merupakan kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya, yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa kata-kata. c. Teater adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lainlain. d. Teater I La Galigo adalah teater internasional yang diambil dari manuskrip kuno masyarakat Bugis, Sureq Galigo, yang disutradarai Robert Wilson, asal Amerika Serikat. F. Metode Penelitian 1. Objek dan Waktu Penelitian Objek penelitian ini adalah video dokumentasi pementasan teater I La Galigo karya Robert Wilson yang terdapat di situs “youtube” sebanyak 2 part, dengan durasi 7 menit 13 detik, yang merupakan obyek material dari penelitian. Adapun obyek formal dari penelitian ini adalah ilmu kinesik dari analisis komunikasi 18 nonverbal itu sendiri. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari hingga April 2012. 2. Tipe Penelitian Dalam memecahkan masalah digunakan cara atau metode tertentu yang sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas secara teratur dan sistematis, agar penelitian dapat menghasilkan data-data yang positif dipercaya kebenarannya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif interpretatif. Menurut Sendjaja dalam Bungin (2008:259), interpretatif berusaha untuk menjelaskan makna dari tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti, maka makna tidak dapat dengan mudah diungkap begitu saja. Interpretatif, secara harfiah, merupakan proses aktif dan inverse. Meskipun makna yang dimaksud oleh para pelakunya penting dalam berbagai bentuk interpretasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan makna. Interpretatif adalah mencari makna sedangkan data kualitatif (data yang tidak terdiri atas angka-angka) melainkan berupa pesanpesan non-verbal (gambar) yang terdapat dalam video dokumentasi pementasan teater I La Galigo karya Robert Wilson yang terdapat di situs “youtube” sebanyak 2 part, dengan durasi 7 menit 13 detik. 19 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan penulis berdasarkan kebutuhan analisis dan pengkajian. Pengumpulan data tersebut sudah dilakukan sejak penulis menentukan permasalahan apa yang sedang dikaji. Pengumpulan data yang dilakukan adalah : a. Mengumpulkan data dan menyimak secara langsung dalam hal ini video dokumentasi pementasan teater I La Galigo yang akan diteliti. b. Wawancara mendalam ke informan yang ahli dalam bidang dunia seni teater terkhusus teater kontemporer I La Galigo. c. Kajian pustaka dengan mempelajari dan mengkaji bukubuku, artikel serta situs internet dengan permasalahan yang diteliti untuk mendukung asumsi sebagai landasan teori permasalahan yang dibahas. 4. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah video dokumentasi pementasan teater I La Galigo, 23-24 April 2011 karya Robert Wilson yang terdapat di situs “youtube” sebanyak 2 part, dengan durasi 7 menit 13 detik. 20 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini peneliti memakai teknik analisis Ray L. Birdwhistell yang menganalisis bahasa tubuh dalam komunikasi nonverbal yang ia sebut dengan kinesics. Birdwhistell mengemukakan bahwa setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki, dan simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Dalam kajian pesan nonverbal dikenal beberapa jenis kinesik yaitu: Ekspresi Wajah Kontak Mata Isyarat Tangan Postur Tubuh Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengkaji pesan nonverbal, khususnya kinesik, maka peneliti menggunakan pendekatan deduktif (dari umum ke khusus), yaitu dengan mulai mengkaji komunikasi nonverbal, kinesik, bentuk-bentuk kinesik, dan kemudian mengkaji makna kinesik dari teater I La Galigo.