PENYEDIAAN AIR BERSIH : STUDI PERMASALAHAN KRISIS AIR DI JAKARTA (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkunngan) Dasar Kesehatan Lingkungan Kelas A Senin, 26 September 2016 Pukul 07.00 – 08.40/Ruang Kuliah 8 Dosen Pengampu: Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes. Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes. Ellyke, S.KM., M.Kes. Prehatin Trirahayu Ningrum, S.KM., M.Kes. Disusun oleh: Viona Reza Maulinda 152110101125 FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2016 i KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan ibu Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes., ibu Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes., ibu Ellyke, S.KM., M.Kes., dan ibu Prehatin Trirahayu Ningrum, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai permasalahan penyediaan air bersih di Indonesia dan solusi pemecahan masalahnya yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Jember. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Jember, 20 September 2016 Penulis ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2 TOPIK PERMASALAHAN .............................................................................. 3 Hari Air Sedunia: Jakarta Hadapi Krisis Air Perkotaan ..................................... 3 BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................... 6 2.1 Analisis Permasalahan Krisis Air ............................................................. 6 2.2 Penyebab Permasalahan Krisis Air .......................................................... 6 2.3 Alternatif Pemecahan Permasalahan Krisis Air ....................................... 9 BAB 3 PENUTUP ............................................................................................ 11 3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11 3.2 Saran ....................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12 iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi (Wikipedia, 2016). Kebutuhan dasar kehidupan tidak lain adalah air. Tanpa air, kehidupan tidak akan dapat berlangsung. Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk kepentingan lain. Namun, air bersih semakin sedikit persediaannya karena banyak sumber daya air yang tercemar (Khiatuddin, 2003). Ketersediaan air di dunia begitu melimpah ruah, namun semakin meningkatnya populasi maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan air terutama air bersih. Kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih dari hari ke hari. Kekurangan air bersih akan berdampak negatif terhadap semua sektor, termasuk sektor kesehatan. Akibat kekurangan air bersih, manusia juga kehilangan kesempatan untuk menggunakan air dalam berbagai keperluan seperti mandi, mencuci, memelihara ikan, menyiram tanaman, dll. Penyediaan air bersih di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap dari masyarakat. Di daerah perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dll, air bersih makin sulit didapat. Hal ini bisa dilihat dari sungai – sungai maupun got – got yang mengalir di daerah tersebut sebagian besar berwarna hitam dan berbau menyengat. Di Jakarta, kebutuhan air warga Jakarta baru terpenuhi 60% padahal terdapat 13 sungai di Jakarta. Hal tersebut terjadi karena pengolahan serta pemanfaatan air yang belum tepat dan maksimal (Harumi, 2016). Selain itu, Akses ke air bersih di Jakarta telah mengalami penurunan dari 63 persen pada 2007 menjadi 28 persen pada tahun 2010, menurut Riskesdas 2010 (UNICEF INDONESIA, 2012). Jika hal ini tidak segera diatasi tentunya menyebabkan permasalahan krisis air yang berkepanjangan yang akan berdampak pada kesehatan lingkungan 1 di Jakarta. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan mengangkat topik permasalahan krisis air di Jakarta untuk tujuan membahas penyebab – penyebab terjadinya krisis air di Jakarta serta alternatif pemecahan permasalahannya. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana permasalahan krisis air di Jakarta? 1.2.2 Apa saja penyebab – pemyebab timbulnya permasalahan krisis air di Jakarta? 1.2.3 Bagaimana alternative pemecahan masalah krisis air di Jakarta? 2 TOPIK PERMASALAHAN Hari Air Sedunia: Jakarta Hadapi Krisis Air Perkotaan POKJA AMPL 23 Maret 2016 Dibaca : 402 kali Memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret, menjaga kelestarian air tentu menjadi tanggung jawab kita semua. Tidak hanya melibatkan peran pemerintah tetapi juga peran masyarakat untuk terus peduli pada keberlangsungan air di masa depan. Menyoroti hal itu, dalam acara yang bertajuk Ngbrol Tempo “Diskusi Hari Air Sedunia 2016: Menghadapi Tantangan Krisis Air Perkotaan” yang digelar pada 22 Maret 2016 di Balai Agung – Balai Kota DKI Jakarta dijelaskan bahwa saat ini hanya sebesar 60% kebutuhan air di Jakarta yang terpenuhi. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sambutannya mengatakan saat ini kebutuhan air warga Jakarta baru terpenuhi 60% padahal terdapat 13 sungai di Jakarta. Menurutnya hal tersebut terjadi karena pengolahan serta pemanfaatan air yang belum tepat dan maksimal. Pemerintah provinsi DKI Jakarta pun telah melakukan sejumlah upaya untuk menangani hal 3 itu seperti membangun waduk dan membuat sistem pembagian 13 sungai di Jakarta. “Jakarta dikaruniai begitu besar. Di barat ada sungai Cisadane, di timur sungai Citarum dan di tengah sungai Ciliwung itu bisa dimanfaatkan. Pengolahan airnya saja yang masih berantakan,” ujar Ahok. Fakta lain juga diungkapkan oleh Direktur Utama PAM Jaya, Erlan Hidayat bahwa selama ini pasokan air bersih untuk warga disuplai dari Waduk Jatiluhur sebesar 81% dan sisanya diambil dari Sungai Cisadane sebanyak 15% dan sungai lainnya yang ada di Jakarta. Menurutnya kebutuhan air di Jakarta diperkirakan 27.443 liter per detik pada 2019 dan yang tersedia hanya 18.000 liter per detik. “Jika tidak berbuat apa-apa, defisit air di depan mata sementara penduduknya terus bertambah. Hanya 60% warga yang bisa mengakses air bersih perpipaan dan sisanya terpaksa mengonsumsi air tanah yang tidak memenuhi kualitas kesehatan,” jelas Erlan. 4 Sementara itu, Praktisi Bidang Bioteknologi Lingkungan, Firdaus Ali mengatakan sebanyak 97% air disuplai dari luar dan rentan terhadap gangguan pasokan. Jika kebutuhan air bersih sulit akibatnya masyarakat terpaksa mengonsumsi air tanah dangkal yang saat ini sudah tercemar. Sementara air taah dalam sudah dalam kondisi kritis dan memicu permukaan tanah turun. “Jakarta, kota dengan permukaan air tanah turun tertinggi di dunia. Bukan tidak mungkin jika terus dibiarkan, Jakarta akan tenggelam,” ujar Firdaus. Dengan kondisi tersebut sudah seharusnya semua pihak harus turun tangan dan peduli pada keberlangsungan air di masa depan. Tidak hanya mengandalkan pemerintah, masyarakat juga harus melakukan berbagai upaya seperti hemat air, simpan air dan jaga air mulai sekarang demi kelestarian air yang tetap terjaga di masa depan. (Rini Harumi) Redaktur: Rini Harumi Sumber:http://www.ampl.or.id/read_article/hari-air-sedunia-jakarta-hadapikrisis-air-perkotaan/38153 5 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Analisis Permasalahan Krisis Air Topik permasalahan yang penulis analisis adalah krisis air di Kota DKI Jakarta. Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia tanggal 22 Maret dilaksanakan sebuah diskusi di Balai Agung – Balai Kota DKI Jakarta. Diskusi yang bertajuk “Menghadapi Tantangan Krisis Air Perkotaan” dipimpin oleh Gubernur Jakarta Basuki Thahaja Purnama yang membahas seberapa parah krisis air yang dialami oleh penduduk Kota DKI Jakarta. Fakta didapatkan bahwa dari keseluruhan penduduk Kota DKI Jakarta hanya 60% yang terpenuhi kebutuhan airnya padahal di Kota DKI Jakarta terdapat 13 sungai yang siap memasok kebutuhan air. Hal ini mengartikan bahwa masih terdapat penduduk Kota DKI Jakarta yang mengalami krisis air. Direktur PAM Jaya Erlan Hidayat memaparkan bahwa kebutuhan air di Jakarta diperkirakan 27.443 liter per detik pada 2019 dan yang tersedia hanya 18.000 liter per detik. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, terpaksa sebagian penduduk Kota DKI Jakarta mengkonsumsi air tanah yang dangkal dan tercemar. Hal ini tentunya memprihatinkan karena dapat membahayakan kesehatan penduduk. Sementara air tanah dalam sudah dalam kondisi kritis dan memicu permukaan tanah turun sehingga tidak memungkinkan jika penduduk Kota DKI Jakarta terus menerus mengandalkan air tanah. 2.2 Penyebab Permasalahan Krisis Air Di Negara – Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, pencemaran oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi, dan saat ini pencemaran oleh factor kimia dan fisika misalnya pencemaran oleh senyawa polutan mikro yang bersifat mutagenik dan/atau penyebab kanker (carsinogenic) perlu segera diwaspadai. Hal tersebut sering muncul akibat cepatnya laju urbanisasi dan industrialisasi, dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang mana sering tidak atau kurang ramah terhadap lingkungan ataupun terhadap 6 kesehatan masyarakat (Said, tt). Hal ini sesuai dengan kondisi kota DKI Jakarta pada saat ini yang padat penduduk karena urbanisasi yang tidak terkontrol, banyaknya bangunan – bangunan industri dan gedung - gedung pencakar langit Menurut Firdaus Ali, anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, ada beberapa factor yang meyebabkan krisis air bersih di Jakarta. Pertama, pasokan air baku berkurang. Selama ini suplai air baku Jakarta sebesar 97,8% dari luar wilayah DKI Jakarta, yaitu dari Waduk Jatiluhur dan Kali Cisadane. DKI Jakarta hanya memiliki ketahanan air baku 2,2% yang menurut Firdaus angka ini adalah yang terburuk di Asia. Kedua, tingkat kebocoran air (nonrevenue water/NRW) yang masih tinggi yaitu 43%. Ketiga, persoalan tarif air yang tinggi dan terakhir telah terjadi kesalahan dalam pengelolaan air sehingga air sungai, danau, dan kanal yang seharusnya bisa diolah menjadi air baku, tak bisa dimanfaatkan karena sudah tercemar logam berbahaya (Nofrita, 2011). Selain itu, faktor musim kemarau yang berkepanjangan juga mempengaruhi penyediaan air di DKI Jakarta (Kuwado, et al., 2012). Pergantian musim menyebabkan pasokan air tidak merata. Pergantian antara musim hujan dan musim kemarau di Indonesia terlihat menjadi sangat kontras di mana pada musim hujan terjadi banjir tapi pada saat musim kemarau krisis air bersih ( Prihatin, 2013 dalam Supriyati, et al., 2015). Berbagai penyebab krisis air bersih di kota-kota besar di Indonesia lainnya yaitu Pertama, permasalahan kependudukan. Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan kualitas air di antaranya: (1) Laju pertambahan dan perpindahan penduduk ke perkotaan yang cukup tinggi; (2) Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan air. Pembangunan gedung-gedung di kota besar banyak yang tidak mematuhi perbandingan lahan terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan ke dalam tanah; (3) Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan aktivitas domestik, industri, erosi, dan pertanian; dan (4) Eksploitasi air tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen, pengusaha laundry, dan bangunan lainnya. 7 Kedua, masih kecilnya cakupan pelayanan PDAM keseluruh pelosok Indonesia. Secara umum, pelayanan air bersih di perkotaan di Indonesia sampai tahun 2000 baru mencapai 39% atau 33 juta penduduk, yang berarti bahwa sekitar 119 juta penduduk belum memiliki akses terhadap air bersih. Pada saat ini, kinerja pelayanan air bersih di kawasan perkotaan masih sangat kurang terutama di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil (Supriyati, et al., 2015). Walhi Jakarta mencatat ada beberapa hal penyebab krisis air yang semakin mengancam warga kota Jakarta seperti ; pertama, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah menguasakan urusan air kepada pihak swasta sejak 12 tahun silam yaitu, PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan Aerta Air Jakarta (Dulu Thames PAM Jaya) tanpa pengontrolan yang ketat dan aturan yan berpihak ke Negara, sehingga Pemprov praktis tidk bias memberi sanksi kepada pengelola air tersebut saat tak mampu memenuhi distribusi air yang merata atau saat pelayanan buruk seperti air macet, keruh, berwarna, bau, tariff tingi sampai pemutusan yang sepihak. Pelayanan pendistribusian air bersih juga dirasa diskriminasi, untuk penditribusian pemenuhan air bersih bai pemukiman elit, apartemen dan indutri lainnya hampir terlayani dangan baik, namun yang sering merasakan dan dikeluhkan buruknya pelayanan distribusi air bersih adalah masyarakat menengah kebawah, terutama di area memungkinan padat seperti koja, pademangan, penjaringan, tambora, tamansari, kamal dan lainnya. Kedua, berkurangnya sumber air baku untuk diolah menjadi air bersih. Sumber air yang ada di Jakarta seperti laut, sungai, waduk dan kanal pengendali banjir sudah sejak lama tidak lagi dapat dijadikan sumber air baku dikarenakan sungai dan waduk telah tercemar berat (85%) dan mengalami sedimentasi yang sangat tebal. Sementara air laut di sepanjang pantai Jakarta juga telah tercemar berat akibat sampah dan limbah buangan kapal termasuk limbah minyak atau oli bekas (Kusuma, 2012). 8 2.3 Alternatif Pemecahan Permasalahan Krisis Air Krisis air adalah masalah yang sangat mendesak untuk diselesaikan karena menyangkut kebutuhan dasar makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan maupun manusia yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Diperlukan suatu inovasi untuk memecahkan masalah krisis air ini. Berikut penulis paparkan alternatif pemecahan masalah krisis air bersih yang penulis sadur dari berbagai sumber: 1. Rain Water Filtration System Konsep RWF System (Rain Water Filtration System) ini adalah menampung air hujan selama mungkin, dan menyaringnya menjadi air bersih. RWF System (Rain Water Filtration System) dapat diterapkan di daerah perkotaan sebagai sistem pengolahan air hujan menjadi air bersih agar dapat digunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, RWF System (Rain Water Filtration System) ini sangat efektif karena dapat mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan air diperkotaan. Ada beberapa bahan yang perlu dipersiapkan untuk melakukan RWF System (Rain Water Filtration System) yaitu bak penampung air, bak penyaring air dan pompa air. Dalam proses pemfilteran air hujan, RWF System menggunakan zeolit yakni senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium dan barium (Supriyati, et al., 2015). 2. Pemanfaatan kanal banjir timur (KBT) dengan menjaga kualitas air di kanal tersebut agar bebas dari sampah atau limbah yang termasuk diteruskan melalui sungai (Kusuma, 2012). 3. Konservasi Air Tanah Konservasi tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan. Konstruksi sumur resapan yang ideal sebaiknya memiliki sistem penyaringan air dan kelebaran lubang sumur yang standar. Sumur Resapan pada umumnya berfungsi sebagai pengendali banjir. Penggunaan sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan sehingga menghindari penggenangan. Selain itu, sumur resapan memberi manfaat untuk memperbaiki ketersediaan air tanah atau 9 mendangkalkan permukaan air sumur, sehingga menambah jumlah air dalam tanah (Adlina, Shafira, Afiyatun, Yorianta, Hidayat, et.al., 2011). 4. Teknologi Pengolahan Air Bersih Teknologi Pengolahan Air Bersih diklaim dapat memercepat peningkatan akses sanitasi dan mengatasi kelangkaan air, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Teknologi pertama adalah instalasi pengolahan air limbah Grey Water Bio Rotasi, yang terdiri dari sistem bio filter dan taman sanitasi dengan resirkulasi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga untuk digunakan kembali menjadi air bersih. Teknologi kedua, mirip dengan yang pertama, mendaur ulang air limbah untuk menjadi air bersih, yang cocok digunakan di rumah susun, dan juga dapat digunakan untuk menyaring air limbah sehingga tidak mencemari jika dibuang ke sungai. Namun, teknologi ini membutuhkan ruang yang besar. Untuk di tempat yang tidak tersedia ruang besar, dapat digunakan teknologi ketiga, yaitu Merealis (Prima, 2016). 5. Desalinasi Air Laut Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumberdaya air laut yang besar untuk diolah menjadi air bersih atau air minum. Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah Desalinasi Air laut dengan tahapan: pengambilan air laut, pengolahan awal, proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Setelah itu, dilakukanlah pengolahan awal untuk membersihkan air laut dari bahan ‘pengotor’, seperti molekul makro dan mikro. Kemudian dilakukan proses penyisihan garam, bisa berbasis panas dan berbasis membran. Penambahan mineral dilakukan pada tahap pengolahan akhir agar dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum (Prima, 2016). 10 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan a) Krisis air yang melanda Kota DKI Jakarta menyebabkan 60% penduduk Jakarta yang hanya terpenuhi kebutuhan air bersihnya sedangkan 40% sisanya mendapatkan air dari sumber air tanah yang menurut pengamatan sudah tidak menjadi air yang layak digunakan. b) Krisis air yang melanda Kota DKI Jakarta disebabkan oleh kemarau yang berkepanjangan, bertambahnya penduduk yang membuat kebutuhan air semakin meningkat, industrialisasi yang tidak ramah lingkungan, kualitas pelayanan PDAM yang masih kurang dan berkurangnya sumber air baku. c) Alternatif pemecahan masalah krisis air di Kota DKI Jakarta yang dapat diterapkan yaitu Rain Water Filtration System, pemanfaatan kanal banjir timur (KBT) dengan menjaga kualitas air di kanal, konservasi air tanah, penerapan teknologi pengolahan air bersih dan desalinasi air laut. 3.2 Saran Penulisan makalah yang berjudul “Penyediaan Air Bersih : Studi Permasalahan Krisis di Jakarta” ditujukan untuk memenuhi tugas Dasar Kesehatan Lingkungan. Sebagai saran, alangkah baiknya jika makalah juga ditujukan kepada masyarakat luas agar mengetahui permasalahan penyediaan air bersih yang dihadapi dan alternatif pemecahan masalahnya. Sebagai penutup. penulis berharap kritik dan saran yang bertujuan untuk perbaikan makalah selanjutnya. 11 DAFTAR PUSTAKA Harumi, Rini. 2016. Hari Air Sedunia : Jakarta Hadapi Krisis Air Perkotaan. Indonesia : POKJA AMPL(Kelompok Kerja Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan), 2016. Identifikasi Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan Bekasi Timur. Adlina, Shafira, et al. 2011. 1, Jakarta : Al Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, 2011, Vol. I. INDONESIA, UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian. Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan. 2012. Khiatuddin, Maulida. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2003. Kusuma, Isa Brata. 2012. Krisis Air Bersih di Jakarta. isaevolusi.blogspot.co.id. [Online] Maret 6, 2012. [Cited: September 22, 2016.] http://isaevolusi.blogspot.co.id/2012/03/krisis-air-bersih-di-jakarta.html. Kuwado, Fabian Januarius and Syatiri, Ana Shofiana. 2012. Jakarta Utara Krisis Air Bersih. Jakarta : Kompas, 2012. Miskin Air Baku, Jakarta Krisis Air Bersih. Nofrita. 2011. Jakarta : indii.co.id, 2011. Prima, Aries R. 2016. Mengelola Air Bersih. Teknologi Pengolahan Air Bersih. Weekend, 2016, Vol. 2. Said, Nusa Idaman. tt. Publikasi Buku Kesmas : Kualitas Air Dan Kesehatan Masyarakat. www.kelair.bppt.go.id. [Online] tt. [Cited: September 22, 2016.] http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuKesmas/BAB1.pdf. Supriyati, Iin, Fatimah and Tyaningsih, Dian Sulys. 2015. Rain Water Filtration System : Alternatif untuk Memenuhi Kebutuhan Air Bersih di Perkotaan. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2015. 12 Wikipedia. 2016. Air. Indonesia : Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2016. 13