Uploaded by User53536

lampiran 2

advertisement
PENYEDIAAN AIR BERSIH : STUDI PERMASALAHAN KRISIS AIR DI
JAKARTA
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkunngan)
Dasar Kesehatan Lingkungan Kelas A
Senin, 26 September 2016
Pukul 07.00 – 08.40/Ruang Kuliah 8
Dosen Pengampu:
Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes.
Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes.
Ellyke, S.KM., M.Kes.
Prehatin Trirahayu Ningrum, S.KM., M.Kes.
Disusun oleh:
Viona Reza Maulinda
152110101125
FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2016
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat
serta
salam
selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis
mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar
Kesehatan Lingkungan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi, namun penyusun menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan ibu Rahayu Sri
Pujiati, S.KM., M.Kes., ibu Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes., ibu
Ellyke, S.KM., M.Kes., dan ibu Prehatin Trirahayu Ningrum, S.KM., M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai
permasalahan penyediaan air bersih di Indonesia dan solusi pemecahan
masalahnya yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi dan berita. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan
baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Jember. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Jember, 20 September 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
TOPIK PERMASALAHAN .............................................................................. 3
Hari Air Sedunia: Jakarta Hadapi Krisis Air Perkotaan ..................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................... 6
2.1 Analisis Permasalahan Krisis Air ............................................................. 6
2.2 Penyebab Permasalahan Krisis Air .......................................................... 6
2.3 Alternatif Pemecahan Permasalahan Krisis Air ....................................... 9
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan Bumi (Wikipedia, 2016). Kebutuhan dasar kehidupan tidak lain
adalah air. Tanpa air, kehidupan tidak akan dapat berlangsung. Air merupakan
sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi
maupun digunakan untuk kepentingan lain. Namun, air bersih semakin sedikit
persediaannya karena banyak sumber daya air yang tercemar (Khiatuddin, 2003).
Ketersediaan air di dunia begitu melimpah ruah, namun semakin meningkatnya
populasi maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan air terutama air
bersih. Kecenderungan
yang terjadi
sekarang ini
adalah
berkurangnya
ketersediaan air bersih dari hari ke hari.
Kekurangan air bersih akan berdampak negatif terhadap semua sektor,
termasuk sektor kesehatan. Akibat kekurangan air bersih, manusia juga
kehilangan kesempatan untuk menggunakan air dalam berbagai keperluan seperti
mandi, mencuci, memelihara ikan, menyiram tanaman, dll. Penyediaan air bersih
di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari
kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap dari masyarakat.
Di daerah perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dll, air
bersih makin sulit didapat. Hal ini bisa dilihat dari sungai – sungai maupun got –
got yang mengalir di daerah tersebut sebagian besar berwarna hitam dan berbau
menyengat. Di Jakarta, kebutuhan air warga Jakarta baru terpenuhi 60% padahal
terdapat 13 sungai di Jakarta. Hal tersebut terjadi karena pengolahan serta
pemanfaatan air yang belum tepat dan maksimal (Harumi, 2016). Selain itu,
Akses ke air bersih di Jakarta telah mengalami penurunan dari 63 persen pada
2007 menjadi 28 persen pada tahun 2010, menurut Riskesdas 2010 (UNICEF
INDONESIA, 2012).
Jika hal ini tidak segera diatasi tentunya menyebabkan permasalahan
krisis air yang berkepanjangan yang akan berdampak pada kesehatan lingkungan
1
di Jakarta. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan mengangkat
topik permasalahan krisis air di Jakarta untuk tujuan membahas penyebab –
penyebab
terjadinya
krisis
air
di
Jakarta
serta
alternatif
pemecahan
permasalahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana permasalahan krisis air di Jakarta?
1.2.2
Apa saja penyebab – pemyebab timbulnya permasalahan krisis air
di Jakarta?
1.2.3
Bagaimana alternative pemecahan masalah krisis air di Jakarta?
2
TOPIK PERMASALAHAN
Hari Air Sedunia: Jakarta Hadapi Krisis Air Perkotaan
POKJA AMPL
23 Maret 2016
Dibaca : 402 kali
Memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret, menjaga
kelestarian air tentu menjadi tanggung jawab kita semua. Tidak hanya melibatkan
peran pemerintah tetapi juga peran masyarakat untuk terus peduli pada
keberlangsungan air di masa depan. Menyoroti hal itu, dalam acara yang bertajuk
Ngbrol Tempo “Diskusi Hari Air Sedunia 2016: Menghadapi Tantangan Krisis
Air Perkotaan” yang digelar pada 22 Maret 2016 di Balai Agung – Balai Kota
DKI Jakarta dijelaskan bahwa saat ini hanya sebesar 60% kebutuhan air di Jakarta
yang terpenuhi.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam
sambutannya mengatakan saat ini kebutuhan air warga Jakarta baru terpenuhi
60% padahal terdapat 13 sungai di Jakarta. Menurutnya hal tersebut terjadi karena
pengolahan serta pemanfaatan air yang belum tepat dan maksimal. Pemerintah
provinsi DKI Jakarta pun telah melakukan sejumlah upaya untuk menangani hal
3
itu seperti membangun waduk dan membuat sistem pembagian 13 sungai di
Jakarta.
“Jakarta dikaruniai begitu besar. Di barat ada sungai Cisadane, di timur
sungai Citarum dan di tengah sungai Ciliwung itu bisa dimanfaatkan. Pengolahan
airnya saja yang masih berantakan,” ujar Ahok.
Fakta lain juga diungkapkan oleh Direktur Utama PAM Jaya, Erlan
Hidayat bahwa selama ini pasokan air bersih untuk warga disuplai dari Waduk
Jatiluhur sebesar 81% dan sisanya diambil dari Sungai Cisadane sebanyak 15%
dan sungai lainnya yang ada di Jakarta. Menurutnya kebutuhan air di Jakarta
diperkirakan 27.443 liter per detik pada 2019 dan yang tersedia hanya 18.000 liter
per detik.
“Jika tidak berbuat apa-apa, defisit air di depan mata sementara
penduduknya terus bertambah. Hanya 60% warga yang bisa mengakses air bersih
perpipaan dan sisanya terpaksa mengonsumsi air tanah yang tidak memenuhi
kualitas kesehatan,” jelas Erlan.
4
Sementara itu, Praktisi Bidang Bioteknologi Lingkungan, Firdaus Ali
mengatakan sebanyak 97% air disuplai dari luar dan rentan terhadap gangguan
pasokan. Jika kebutuhan air bersih sulit akibatnya masyarakat terpaksa
mengonsumsi air tanah dangkal yang saat ini sudah tercemar. Sementara air taah
dalam sudah dalam kondisi kritis dan memicu permukaan tanah turun. “Jakarta,
kota dengan permukaan air tanah turun tertinggi di dunia. Bukan tidak mungkin
jika terus dibiarkan, Jakarta akan tenggelam,” ujar Firdaus.
Dengan kondisi tersebut sudah seharusnya semua pihak harus turun tangan
dan peduli pada keberlangsungan air di masa depan. Tidak hanya mengandalkan
pemerintah, masyarakat juga harus melakukan berbagai upaya seperti hemat air,
simpan air dan jaga air mulai sekarang demi kelestarian air yang tetap terjaga di
masa depan. (Rini Harumi)
Redaktur: Rini Harumi
Sumber:http://www.ampl.or.id/read_article/hari-air-sedunia-jakarta-hadapikrisis-air-perkotaan/38153
5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Analisis Permasalahan Krisis Air
Topik permasalahan yang penulis analisis adalah krisis air di Kota DKI
Jakarta. Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia tanggal 22 Maret
dilaksanakan sebuah diskusi di Balai Agung – Balai Kota DKI Jakarta. Diskusi
yang bertajuk “Menghadapi Tantangan Krisis Air Perkotaan” dipimpin oleh
Gubernur Jakarta Basuki Thahaja Purnama yang membahas seberapa parah krisis
air yang dialami oleh penduduk Kota DKI Jakarta.
Fakta didapatkan bahwa dari keseluruhan penduduk Kota DKI Jakarta
hanya 60% yang terpenuhi kebutuhan airnya padahal di Kota DKI Jakarta terdapat
13 sungai yang siap memasok kebutuhan air. Hal ini mengartikan bahwa masih
terdapat penduduk Kota DKI Jakarta yang mengalami krisis air. Direktur PAM
Jaya Erlan Hidayat memaparkan bahwa kebutuhan air di Jakarta diperkirakan
27.443 liter per detik pada 2019 dan yang tersedia hanya 18.000 liter per detik.
Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, terpaksa sebagian penduduk Kota DKI
Jakarta mengkonsumsi air tanah yang dangkal dan tercemar. Hal ini tentunya
memprihatinkan karena dapat membahayakan kesehatan penduduk. Sementara air
tanah dalam sudah dalam kondisi kritis dan memicu permukaan tanah turun
sehingga tidak memungkinkan jika penduduk Kota DKI Jakarta terus menerus
mengandalkan air tanah.
2.2 Penyebab Permasalahan Krisis Air
Di Negara – Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia,
pencemaran oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) terhadap badan air maupun
dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi, dan saat ini
pencemaran oleh factor kimia dan fisika misalnya pencemaran oleh senyawa
polutan mikro yang bersifat mutagenik dan/atau penyebab kanker (carsinogenic)
perlu segera diwaspadai. Hal tersebut sering muncul akibat cepatnya laju
urbanisasi dan industrialisasi, dan juga akibat penggunaan teknologi produksi
yang mana sering tidak atau kurang ramah terhadap lingkungan ataupun terhadap
6
kesehatan masyarakat (Said, tt). Hal ini sesuai dengan kondisi kota DKI Jakarta
pada saat ini yang padat penduduk karena urbanisasi yang tidak terkontrol,
banyaknya bangunan – bangunan industri dan gedung - gedung pencakar langit
Menurut Firdaus Ali, anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi DKI
Jakarta, ada beberapa factor yang meyebabkan krisis air bersih di Jakarta.
Pertama, pasokan air baku berkurang. Selama ini suplai air baku Jakarta sebesar
97,8% dari luar wilayah DKI Jakarta, yaitu dari Waduk Jatiluhur dan Kali
Cisadane. DKI Jakarta hanya memiliki ketahanan air baku 2,2% yang menurut
Firdaus angka ini adalah yang terburuk di Asia. Kedua, tingkat kebocoran air
(nonrevenue water/NRW) yang masih tinggi yaitu 43%. Ketiga, persoalan tarif air
yang tinggi dan terakhir telah terjadi kesalahan dalam pengelolaan air sehingga air
sungai, danau, dan kanal yang seharusnya bisa diolah menjadi air baku, tak bisa
dimanfaatkan karena sudah tercemar logam berbahaya (Nofrita, 2011).
Selain itu, faktor musim kemarau yang berkepanjangan juga
mempengaruhi penyediaan air di DKI Jakarta (Kuwado, et al., 2012). Pergantian
musim menyebabkan pasokan air tidak merata. Pergantian antara musim hujan
dan musim kemarau di Indonesia terlihat menjadi sangat kontras di mana pada
musim hujan terjadi banjir tapi pada saat musim kemarau krisis air bersih (
Prihatin, 2013 dalam Supriyati, et al., 2015).
Berbagai penyebab krisis air bersih di kota-kota besar di Indonesia lainnya
yaitu Pertama, permasalahan kependudukan. Faktor-faktor yang terkait dengan
penurunan kualitas air di antaranya: (1) Laju pertambahan dan perpindahan
penduduk ke perkotaan yang cukup tinggi; (2) Penggunaan lahan yang tidak
memperhatikan konservasi tanah dan air. Pembangunan gedung-gedung di kota
besar banyak yang tidak mematuhi perbandingan lahan terpakai dan lahan
terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan ke dalam tanah; (3)
Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan aktivitas domestik, industri, erosi,
dan pertanian; dan (4) Eksploitasi air tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh
gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen,
pengusaha laundry, dan bangunan lainnya.
7
Kedua, masih kecilnya cakupan pelayanan PDAM keseluruh pelosok
Indonesia. Secara umum, pelayanan air bersih di perkotaan di Indonesia sampai
tahun 2000 baru mencapai 39% atau 33 juta penduduk, yang berarti bahwa sekitar
119 juta penduduk belum memiliki akses terhadap air bersih. Pada saat ini, kinerja
pelayanan air bersih di kawasan perkotaan masih sangat kurang terutama di kota
metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil (Supriyati, et al., 2015).
Walhi Jakarta mencatat ada beberapa hal penyebab krisis air yang semakin
mengancam warga kota Jakarta seperti ; pertama, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang telah menguasakan urusan air kepada pihak swasta sejak 12 tahun
silam yaitu, PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan Aerta Air Jakarta (Dulu Thames
PAM Jaya) tanpa pengontrolan yang ketat dan aturan yan berpihak ke Negara,
sehingga Pemprov praktis tidk bias memberi sanksi kepada pengelola air tersebut
saat tak mampu memenuhi distribusi air yang merata atau saat pelayanan buruk
seperti air macet, keruh, berwarna, bau, tariff tingi sampai pemutusan yang
sepihak. Pelayanan pendistribusian air bersih juga dirasa diskriminasi, untuk
penditribusian pemenuhan air bersih bai pemukiman elit, apartemen dan indutri
lainnya hampir terlayani dangan baik, namun yang sering merasakan dan
dikeluhkan buruknya pelayanan distribusi air bersih adalah masyarakat menengah
kebawah, terutama di area memungkinan padat seperti koja, pademangan,
penjaringan, tambora, tamansari, kamal dan lainnya.
Kedua, berkurangnya sumber air baku untuk diolah menjadi air bersih.
Sumber air yang ada di Jakarta seperti laut, sungai, waduk dan kanal pengendali
banjir sudah sejak lama tidak lagi dapat dijadikan sumber air baku dikarenakan
sungai dan waduk telah tercemar berat (85%) dan mengalami sedimentasi yang
sangat tebal. Sementara air laut di sepanjang pantai Jakarta juga telah tercemar
berat akibat sampah dan limbah buangan kapal termasuk limbah minyak atau oli
bekas (Kusuma, 2012).
8
2.3 Alternatif Pemecahan Permasalahan Krisis Air
Krisis air adalah masalah yang sangat mendesak untuk diselesaikan karena
menyangkut kebutuhan dasar makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan maupun
manusia yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan
manusia. Diperlukan suatu inovasi untuk memecahkan masalah krisis air ini.
Berikut penulis paparkan alternatif pemecahan masalah krisis air bersih yang
penulis sadur dari berbagai sumber:
1.
Rain Water Filtration System
Konsep RWF System (Rain Water Filtration System) ini adalah menampung
air hujan selama mungkin, dan menyaringnya menjadi air bersih. RWF System
(Rain Water Filtration System) dapat diterapkan di daerah perkotaan sebagai
sistem pengolahan air hujan menjadi air bersih agar dapat digunakan kembali
dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, RWF System (Rain Water Filtration
System) ini sangat efektif karena dapat mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan air
diperkotaan. Ada beberapa bahan yang perlu dipersiapkan untuk melakukan RWF
System (Rain Water Filtration System) yaitu bak penampung air, bak penyaring
air dan pompa air. Dalam proses pemfilteran air hujan, RWF System menggunakan
zeolit yakni senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium,
kalium dan barium (Supriyati, et al., 2015).
2.
Pemanfaatan kanal banjir timur (KBT) dengan menjaga kualitas air di kanal
tersebut agar bebas dari sampah atau limbah yang termasuk diteruskan
melalui sungai (Kusuma, 2012).
3.
Konservasi Air Tanah
Konservasi tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan.
Konstruksi sumur resapan yang ideal sebaiknya memiliki sistem penyaringan air
dan kelebaran lubang sumur yang standar. Sumur Resapan pada umumnya
berfungsi sebagai pengendali banjir. Penggunaan sumur resapan mampu
memperkecil aliran permukaan sehingga menghindari penggenangan. Selain itu,
sumur resapan memberi manfaat untuk memperbaiki ketersediaan air tanah atau
9
mendangkalkan permukaan air sumur, sehingga menambah jumlah air dalam
tanah (Adlina, Shafira, Afiyatun, Yorianta, Hidayat, et.al., 2011).
4.
Teknologi Pengolahan Air Bersih
Teknologi Pengolahan Air Bersih diklaim dapat memercepat peningkatan
akses sanitasi dan mengatasi kelangkaan air, khususnya bagi masyarakat yang
tinggal di perkotaan. Teknologi pertama adalah instalasi pengolahan air limbah
Grey Water Bio Rotasi, yang terdiri dari sistem bio filter dan taman sanitasi
dengan resirkulasi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga untuk
digunakan kembali menjadi air bersih. Teknologi kedua, mirip dengan yang
pertama, mendaur ulang air limbah untuk menjadi air bersih, yang cocok
digunakan di rumah susun, dan juga dapat digunakan untuk menyaring air limbah
sehingga tidak mencemari jika dibuang ke sungai. Namun, teknologi ini
membutuhkan ruang yang besar. Untuk di tempat yang tidak tersedia ruang besar,
dapat digunakan teknologi ketiga, yaitu Merealis (Prima, 2016).
5.
Desalinasi Air Laut
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumberdaya air laut yang
besar untuk diolah menjadi air bersih atau air minum. Salah satu teknologi yang
dapat digunakan adalah Desalinasi Air laut dengan tahapan: pengambilan air laut,
pengolahan awal, proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Setelah itu,
dilakukanlah pengolahan awal untuk membersihkan air laut dari bahan ‘pengotor’,
seperti molekul makro dan mikro. Kemudian dilakukan proses penyisihan garam,
bisa berbasis panas dan berbasis membran. Penambahan mineral dilakukan pada
tahap pengolahan akhir agar dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air
minum (Prima, 2016).
10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Krisis air yang melanda Kota DKI Jakarta menyebabkan 60%
penduduk Jakarta yang hanya terpenuhi kebutuhan air bersihnya
sedangkan 40% sisanya mendapatkan air dari sumber air tanah yang
menurut pengamatan sudah tidak menjadi air yang layak digunakan.
b) Krisis air yang melanda Kota DKI Jakarta disebabkan oleh kemarau
yang
berkepanjangan,
bertambahnya
penduduk
yang
membuat
kebutuhan air semakin meningkat, industrialisasi yang tidak ramah
lingkungan, kualitas pelayanan PDAM yang masih kurang dan
berkurangnya sumber air baku.
c) Alternatif pemecahan masalah krisis air di Kota DKI Jakarta yang dapat
diterapkan yaitu Rain Water Filtration System, pemanfaatan kanal
banjir timur (KBT) dengan menjaga kualitas air di kanal, konservasi air
tanah, penerapan teknologi pengolahan air bersih dan desalinasi air laut.
3.2 Saran
Penulisan makalah yang berjudul “Penyediaan Air Bersih : Studi
Permasalahan Krisis di Jakarta” ditujukan untuk memenuhi tugas Dasar
Kesehatan Lingkungan. Sebagai saran, alangkah baiknya jika makalah juga
ditujukan kepada masyarakat luas agar mengetahui permasalahan penyediaan
air bersih yang dihadapi dan alternatif pemecahan masalahnya. Sebagai
penutup. penulis berharap kritik dan saran yang bertujuan untuk perbaikan
makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Harumi, Rini. 2016. Hari Air Sedunia : Jakarta Hadapi Krisis Air Perkotaan.
Indonesia : POKJA AMPL(Kelompok Kerja Air Minum Dan Penyehatan
Lingkungan), 2016.
Identifikasi Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan
Bekasi Timur. Adlina, Shafira, et al. 2011. 1, Jakarta : Al Azhar Indonesia Seri
Sains Dan Teknologi, 2011, Vol. I.
INDONESIA, UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian. Air Bersih, Sanitasi &
Kebersihan. 2012.
Khiatuddin, Maulida. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi
Rawa Buatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2003.
Kusuma,
Isa
Brata.
2012.
Krisis
Air
Bersih
di
Jakarta.
isaevolusi.blogspot.co.id. [Online] Maret 6, 2012. [Cited: September 22, 2016.]
http://isaevolusi.blogspot.co.id/2012/03/krisis-air-bersih-di-jakarta.html.
Kuwado, Fabian Januarius and Syatiri, Ana Shofiana. 2012. Jakarta Utara
Krisis Air Bersih. Jakarta : Kompas, 2012.
Miskin Air Baku, Jakarta Krisis Air Bersih. Nofrita. 2011. Jakarta : indii.co.id,
2011.
Prima, Aries R. 2016. Mengelola Air Bersih. Teknologi Pengolahan Air
Bersih. Weekend, 2016, Vol. 2.
Said, Nusa Idaman. tt. Publikasi Buku Kesmas : Kualitas Air Dan Kesehatan
Masyarakat. www.kelair.bppt.go.id. [Online] tt. [Cited: September 22, 2016.]
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuKesmas/BAB1.pdf.
Supriyati, Iin, Fatimah and Tyaningsih, Dian Sulys. 2015. Rain Water
Filtration System : Alternatif untuk Memenuhi Kebutuhan Air Bersih di
Perkotaan. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2015.
12
Wikipedia. 2016. Air. Indonesia : Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2016.
13
Download