Siaran Pers: Memerangi Diskriminasi

advertisement
Siaran Pers
Wakil Indonesia untuk Komisi HAM ASEAN (AICHR)
Memerangi Diskriminasi, Memajukan Nilai-Nilai Kesetaraan dan Kohesi Sosial di
Kawasan ASEAN
Jakarta, 17 Januari 2013
Dalam rangka memerangi praktek-praktek diskriminasi serta mempromosikan nilai-nilai
kesetaraan dan kohesi sosial, Wakil Indonesia untuk Komisi HAM ASEAN (AICHR), Rafendi
Djamin, bekerjasama dengan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia
(KTHAM) menyelenggarakan sebuah Lokakarya Regional yang berjudul “Memerangi
Diskriminasi, Memajukan Kesetaraan dan Kohesi Sosial” dari tanggal 15- 17 Januari di Jakarta.
Persoalan praktek-praktek diskriminasi berdasarkan antara lain ras, etnis, kebangsaan, kelas,
agama, gender, orientasi sexual dsbnya adalah persoalan yang cukup serius dikawasan ASEAN.
Sebagai kawasan yang terdiri dari berbagai macam etnis, budaya, agama ditambah dengan
persoalan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi antar negara anggota ASEAN maupun didalam
negara-negara anggota ASEAN itu sendiri, diskriminasi banyak dialami oleh kelompokkelompok rentan antara lain perempuan, masyarakat adat, kelompok-kelompok minoritas agama
dan etnis ,kelompok penyandang disabilitas, buruh migran, dan anak-anak.
Workshop yang baru pertama kali diadakan oleh KTHAM di kawasan Asia Pasifik ini
merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Durban dan Program Aksinya yang memberikan
perhatian pada langkah-langkah untuk menghadapi diskriminasi, xenophobia dan intoleransi bagi
pemerintah, komnas-komnas HAM, dan organisasi regional serta pemangku kepentingan di
kawasan. Melalui lokakarya ini diharapkan adanya peningkatan kapasitas dari pejabat
pemerintah di ASEAN, Komnas-Komnas HAM dan juga Organisasi Masyarakat Sipil dalam
menghadapai isu tersebut. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kerjasama
dengan para pemangku kepentingan.
Rafendi Djamin menyatakan “ prinsip non-diskriminasi adalah salah satu prinsip fundamental
dalam HAM. Hal ditegaskan oleh ASEAN dalam Deklarasi HAM ASEAN serta instrumen
ASEAN lain yang terkait dengan HAM. Pemahaman dan aplikasi prinsip ini sangat relevan
dengan prioritas issue Komisi HAM Antar Pemerintah ASEAN (AICHR) dalam pelaksanaan
Hak Atas Pembangunan, aplikasi prinsip HAM dalam pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium (MDG) 2015 dan visi ASEAN paska 2015”
Terkait dengan peranan ASEAN, Rafendi Djamin menyatakan bahwa” ASEAN sebenarnya
sudah memiliki instrumen dan norma yang dapat digunakan untuk memerangi diskriminasi yakni
Deklarasi HAM ASEAN (AHRD-red). AHRD harus digunakan sebagai alat advokasi untuk
membawa isu-isu anti diskriminasi, pemajuan kesetaraan dan kohesi sosial ke dalam 3 pillar
kerjasama ASEAN.” Ia juga menyatakan bahwa prinsip non-diskriminasi juga menjadi dasar
ASEAN dalam memerangi terorisme melalui konvensinya, yang mengikat secara hukum, tentang
Pemberantasan Terorisme (ASEAN Convention in Countering Terrorism-ACCT)
Sementara itu Dubes Bagas Hapsoro mewakili Dirjen Kerja sama ASEAN Dubes I Gusti Puja
Wiseka dari Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa isu diskriminasi, kesetaraan
dan kohesi sosial juga begitu penting dalam konteks Indonesia, mengingat keberagaman
Indonesia, dimana konflik bisa muncul karena adanya perlakukan diskriminatif dan tindakan
yang dilandaskan pada prejudice terhadap kelompok-kelompok tertentu”
Dalam kesempatan tersebut, Wakil-Wakil dari negara ASEAN juga berbagi pengalaman dan
pembelajaran dalam mengatasi masalah diskriminasi di negaranya. Rekomendasi2 penting dari
workshop ini adalah himbauan agar : pertama, agenda memerangi diskriminasi ini di
integrasikan dengan program kerja Komisi HAM ASEAN, Komisi HAM Perempuan dan Anak
ASEAN, Komite HAM Buruh Migran ASEAN; Kedua, Perlunya melanjutkan dialog pada
tingkat nasonal dan regional untuk membahas berbagai dasar diskriminasi seperti memerangi
diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama di ASEAN; Ketiga, konsep dan pendekatan
Memerangi Diskriminasi digunakan didalam memformulasikan kebijakan terkait dengan agenda
pembangunan Dunia paska MDG 2015 dan Visi ASEAN paska tercapainya pembentukan
komunitas ASEAN 2015.
Selain itu AICHR juga di himbau untuk memulai dialog dengan negara-negara ASEAN dan
antara Badan2 Sektoral ASEAN yang terkait dengan HAM mengenai upaya memerangi
diskriminasi di ASEAN. AICHR dan Komnas-Komnas HAM di kawasan juga diharapkan dapat
memainkan peranan didalam mediasi informal dalam kasus-kasus diskriminasi agama.
Acara ini dihadiri oleh Ketua AICHR yang tahun ini dipegang oleh Myanmar dan Wakil AICHR
dari Thailand, Cambodia, Wakil Komisi HAM Perempuan dan ANAK (ACWC) dari Philippina
dan Myanmar, Wakil-Wakil KTHAM dari Jenewa, Pakar Independen dari Komite PBB untuk
penghapusan Diskriminasi Rasia (CERD), Komnas-Komnas HAM di kawasan serta organisasi
masyarakat sipil dari negara ASEAN .
***
Contact person:
Rafendi Djamin, hp: 0813 11 44 2159,
Download