Uploaded by User49128

MEMILIH EMOSI

advertisement
MEMILIH EMOSI: EMOSIONAL PEKERJA
Emosional tenaga kerja mengacu pada kebutuhan karyawan mengungkapkan emosi
tertentu di tempat kerja (sebagai contoh, gairah atau kegembiraan) untuk memaksimalkan
produktifitas organisator.
Studi-studi terhadap emosional tenaga kerja telah mengeksplorasi bagaiman
senyuman pilot penerbang, kegembiraan pegawai grosir, piñata rambut, dan sikap
menjijikkan para kolektor telah diharapkan untuk mengendalikan ekspresi emosional mereka
untujk meningkatkan produktifitas, kepuasan pelanggan, efisiensi, dan bahkan porfitabilitas.
Kecuali saat ini, konsep emosional tenaga kerja tampak relevan pada hampir setiap pekerjaan.
Anda diharapkan, antara lain ramah dan tidak berrmusuhan dengan rekan sekerja.
KENAPA KITA PEDULI TENTANG EMOSI DI TEMPAT KERJA
Terdapat sejumlah alasan terkait dengan pemahaman emosi di tempat kerja. Orangorang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan ahli dalam membaca emosi orang lain
mungkin lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Seluruh tempat kerja dapat terpengaruh oleh
emosi positif atau negatif di tempat kerja, isu-isu lainnya dipertimbangkan di bawah ini. Satu
pembahasan terbaru menemukan bahwa ketika para pemimpin berada d alam suasana hati
positif, pengalaman anggota kelompok individu mengalami suasana hati yang lebih baik, dan
kelompok memiliki satu nada positif. Kelompok-kelompok pemimpin yang memiliki suasana
hati positif juga menemukan lebih mudah tugas koordinat, dan sedikit memperluas usaha
ketika melakukan pekerjaan mereka.
INTELIGENSI EMOSIONAL
Inteligensi emosional mengacu pada berbagai keterampilan nonkognitif, kemampuan,
dan kompetensi yang mempegaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam tuntutan
lingkungan dan tekanan. Hal ini disusun dari lima dimensi:
1. Kesadaran diri. Digambarkan dengan keyakinan diri, penilaian diri yang realistis, dan
kemunduran rasa humor diri sendiri.
2. Manajemen diri .Digambarkan dengan kepercayaan dan integritas, menemani dengan
ambigius, dan keterbukaan untuk berubah.
3. Motivasi diri. Digambarkan oleh arah yang kuat untuk dicapai, optimis, dan komitmen
organisasional yang tinggi.
4. Empati. . Digambarkan dengan keahlian dalam membangun, sensitivitas lintas budaya,
dan jasa terhadap klien dan pelanggan.
5. Keterampilan sosial. Digambarkan dengan pembujukan, dan keahlian dalam membangun
dan memimpin kelompok tim.
EMOSI NEGATIF DI TEMPAT KERJA
Emosi negative dapat memimpin pad asejumlah penyimpangan perilaku di tempat
kerja. Siapapun yang menghabiskan banyak waktu dalam suatu organisasi akan menyadari
orang-orang sering terlibat dalm tindakn sukarela yang melanggar norma yang didirikan dan
mengancam organisasi,anggota, atau keduanya. Tindakan-tindakan ini disebut penyimpang
karyawan.
Banyak perilaku penyimpangan ini dapat dilacak pada emosi negatif. Sebagai contoh,
rasa iri merupakan emosi yang terjadi ketika anda mengirim ulang seseorang untuk memiliki
sesuatu bahwa anda tidak memiliki keinginan yang kuat. Ini dapat memimpin kea rah
perilaku dengki dari orang yang menyimpang. Misalnya, rasa iri terkait dengan permusuhan,
penghianatan, dan bentuk lain dari perilaku politik.
TAHAP RESPON EMOSIONAL DALAM PERUBAHAN ORGANISASI
Perubahan organisasi, berdasarkan defenisi merupakan orientasi fundamental
mengenai cara organisasi beroperasi, sehingga selalu bersifat menyeluruh (organizing-wide).
Namun harus diingat, bahwa perubahan itu dimulai dan dilakukan oleh individu-individu
dalam organisasi. Organisasi hanya berubah melalui perubahan anggotanya, baik secara
individual maupun secara kolektif. Pengertian mengenai proses perubahan individu,
perubahan padda tingkat individu diperlukan apabila diiginkan pengertian yang lebih
menyeluruh terhadap perubahan organisasi.
Model Tahapan Emosi
Tahapan
1.penyangkalan
Apakah kita dapat mengabaikan
perubahan ini?
Dapatkah
kita
tetap
melakukan
seperti biasanya?
2. Marah
Dapatkah kita mencegah perubahan
ini ?
3. Menawar
Dapatkah kita mengurangi akibat Makin
perubahan yang akan terjadi ini ?
sedikit
dilakukan
yang
untuk
bisa
mengurangi
akibat perubahan, maka makin
besar
kemungkinan
tahap
berikutnya.
4. Depresi
Perubahan-perubahan
harus
dilakukan
apa
sehingga
bertahan terus ?
yang Dapatkah
kita
tetap mengkonsolidasikan
apa
yang
berharga sekaligus membentuk
pola
hubungan
baru
yang
bermakna ?
5. Penerimaan
Dengan
melakukan
perubahan- Makin baik pemecahan pada
perubahan tersebut, apakah ekstensi tahap
masih mungkin?
depresi,
maka
kemungkinan penerimaan makin
besar
yang
terjadinya
memungkinkan
adaptasi
pada
perubahan.
PENGELOLAAN EMOSI DALAM PERUBAHAN
Emosi dapat berfungsi positif dan mendorong tercapainya perubahan organisasi kalau
emosi di kelola dengan wajar. Hal ini disebabkan karena emosi memiliki fungsi adaptif bagi
individu yang bersangkutan. Disamping itu, emosi juga merupakan komponen yang penting
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dalam motivasi sebab akan menggerakkan individu untuk perilaku tertentu. Proses perubahan
organisasi yang berjalan dengan baik melibatkan interaksi terus menerus antara proses emosi
dan kognitif para anggota organisasi. Pada tingkat individu maka pengelolaan emosi pada
tahap-tahap awal perubahan organisasi seyogyanya:
Memungkinkan individu mengekspresikan perasaan-perasaan dan emosi yang terkait dengan
perubahan organisasi.
Perasaan duka (grief), marah, takut, cemas, tak percaya harus diterima sebagai bagian
integral dari proses perubahan itu sendiri.
Organisasi maupun kelompok-kelompok dalam organisasi harus dapat menerima realitas
perlu adanya perubahan beserta segala macam emosi yang mungkin saja ditimbulkan oleh
perubahan organisasi itu sendiri.
Menghargai individu yang terkena dampak perubahan dengan cara mendegarkan dan
menerima perasaan, emosi yang dialaminya serta pandangan-pandangannya tentang
perubahan organisasi yang berterkaitan dengan dirinya.
Organisasi maupun kelompok-kelompok dalam organisasi maupun memberikan suatu
pandangan alternatif untuk mengatasi pandangan bahwa organisasi ini bukan organisasi
mementingkan kepentingannya saja, bahwa manajemen organisasi tidak dapat dipercaya dan
bersifat eksploitatif, serta tidak ada masa depan yang jelas dalam organisasi ini.
Dalam pengelolaan perubahan organisasi adanya ambiguitas, ketidakpastian akan
menjadikan organisasi rentan terhadap konflik, yang harus diantisipasi oleh pihak
manajemen. Keterbukaan pihak manajemen menjadi salah satu faktor penentu, yang dapat
menerima penurunan kompetensi dan prestasi individu karena adanya masalah-masalah
emosional. Pengelolaan emosi dalam perubahan organisasi juga harus mempertimbangkan:
Kejelasan visi organisasi dalam perubahan, dimana visi ini tidak saja mempertimbangkan
segi rasional, tapi juga segi emosional sehingga visi yang di kemukakan bersifat inspiring
and motivating.
Komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anggota organisasi yang mengalami perubahan.
Jalur komunikasi yang digunakan sebaiknya jalur komunikasi yang informal, terutama kalau
para anggota organisai memiliki kepercayaan yang rendah terhadap pihak manajemen.
Pengakuan kewajaran akan emosi negatif yang dialami oleh anggota organisasi, dan
memperlakukan emosi negatif itu sebagai bagian dari proses perubahan itu sendiri, bukan
sebagai resistansi atau sesuatu yang irrasional.
Menumbuhkan rasa percaya anggota organisasi kepada pihak manajemen sehigga karyawan
percaya bahwa pihak manajemen memiliki kompetensi dalam proses perubahan, disamping
kepercayaan bahwa proses perubahan ini berjalan secara adil dan fair.
Meningkatkan sensitivitas pada kebutuhan karyawan, apakah kebutuhan untuk peningkatan
kompetensinya ataukah kebutuhan catharsis, memberikan kesempatan pada karyawan untuk
mengeluarkan unek-unek’’nya selama berlangsungnya proses perubahan.
Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam proses perubahan itu sendiri, terutama terhadap
proses perubahan itu (process control), tidak semata-mata keterlibatan yang berupa
keputusan mengenai perubahan (decision control).
Perubahan organisasi yang meninggalkan faktor emosi menyebabkan rendanya faktor
keberhasilan dalam perubahan tersebut. Apabila emosi dalam perubahan itu dikelolah dengan
baik, maka terjadi peningkatan kemungkinan keberhasilan perubahan tersebut.
Pengelolaan ini nampak dari perilaku pihak manajemen yang berusaha mengurangi emosi
negatif dan mendorong emosi positif terhadap perubahan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasiakan peristiwa,
objek serta manusia (Arfan, 23).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi










Pelaku Persepsi
Target
Situasi
Kesalahan-kesalahan Perseptual
Teori Atribusi
Pilihan Persepsi
Efek Halo
Efek Kontras
Proyeksi
Berstreotip
Prejudice
Para manajer dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktivitas organisasi.
Misalnya saja, dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi
oleh ketelitian persepsi si penyelia. Seringkali kesalahan persepsi disebabkan oleh
permasalahan komunikasi dalam suatu organisasi. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong
ke arah ketegangan hubungan antara pribadi karyawan. Ketika interaksi dilihat sebagai
sesuatu yang menegangkan, seorang penyelia perlu menetukan penyebab terjadinya peristiwa
bisnis yang dipandang secara berbeda oleh orangng-orang yang berbeda.
Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat
konsisten dan kronis. Dewasa ini ada faktor ketiga yang dianggap turut membentuk
kepribadian seseorang, yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan, dan faktor situasi.
Myers-Briggs mengklasifikasikan orang-orang berdasarkan pada bagaimana mereka terfokus
pada apa yang mereka perhatikan, mengumpulkan informasi, memproses dan mengevaluasi
informasi, dan mengorentasikan diri mereka sendiri terhadap duni luar.
Emosi adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Emosi berbeda
dari suasana hati (moods), yaitu merasakan bahwa kecenderungan untuk sedikit intensnya
dibandingkan emosi dan kekurangan satu ransangan kontekstual. Emosi merupakan reaksi
terhadap satu objek, mereka akhirnya tidak bertahan pada ciri kepribadian.
2. SARAN
1. Setiap individu di harapkan menjaga emosinya agar tidak menyakitkan atau merugikan diri
sendiri dan orang lain.
2. Setiap persepsi senantiasa di arahkan pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan hidup
antara satu dengan yang lain.
3. Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu di pupuk untuk menciptakan semangat
dan rasa percaya diri.
4. Emosi,persepsi,dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang masing-masing
memiliki karakter atau ciri khas yang berbeda.Oeh karena itu perlu di jaga keseimbangan
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Arfan., Indra Maipita. Perilaku Organisasi. Madenatera.
http://ebookpp.com/pe/pengertian-kepribadian-menurut-ahli-doc.html
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20tipe%20kepribadian%20dan%20kesadaran%2
0manusia.pdf
http://www.contohmakalah.net/pdf/iii-kepribadian
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_ilmu_antropologi/bab3_kepribadian.pd
f
http://belajarpsikologi.com/pengertian-emosi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
http://yasinta.net/kepribadian-dan-emosi/
MEMILIH EMOSI: EMOSIONAL PEKERJA
Emosional tenaga kerja mengacu pada kebutuhan karyawan mengungkapkan emosi
tertentu di tempat kerja (sebagai contoh, gairah atau kegembiraan) untuk memaksimalkan
produktifitas organisator.
Studi-studi terhadap emosional tenaga kerja telah mengeksplorasi bagaiman
senyuman pilot penerbang, kegembiraan pegawai grosir, piñata rambut, dan sikap
menjijikkan para kolektor telah diharapkan untuk mengendalikan ekspresi emosional mereka
untujk meningkatkan produktifitas, kepuasan pelanggan, efisiensi, dan bahkan porfitabilitas.
Kecuali saat ini, konsep emosional tenaga kerja tampak relevan pada hampir setiap pekerjaan.
Anda diharapkan, antara lain ramah dan tidak berrmusuhan dengan rekan sekerja.
KENAPA KITA PEDULI TENTANG EMOSI DI TEMPAT KERJA
Terdapat sejumlah alasan terkait dengan pemahaman emosi di tempat kerja. Orangorang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan ahli dalam membaca emosi orang lain
mungkin lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Seluruh tempat kerja dapat terpengaruh oleh
emosi positif atau negatif di tempat kerja, isu-isu lainnya dipertimbangkan di bawah ini. Satu
pembahasan terbaru menemukan bahwa ketika para pemimpin berada d alam suasana hati
positif, pengalaman anggota kelompok individu mengalami suasana hati yang lebih baik, dan
kelompok memiliki satu nada positif. Kelompok-kelompok pemimpin yang memiliki suasana
hati positif juga menemukan lebih mudah tugas koordinat, dan sedikit memperluas usaha
ketika melakukan pekerjaan mereka.
INTELIGENSI EMOSIONAL
Inteligensi emosional mengacu pada berbagai keterampilan nonkognitif, kemampuan,
dan kompetensi yang mempegaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam tuntutan
lingkungan dan tekanan. Hal ini disusun dari lima dimensi:
1. Kesadaran diri. Digambarkan dengan keyakinan diri, penilaian diri yang realistis, dan
kemunduran rasa humor diri sendiri.
2. Manajemen diri .Digambarkan dengan kepercayaan dan integritas, menemani dengan
ambigius, dan keterbukaan untuk berubah.
3. Motivasi diri. Digambarkan oleh arah yang kuat untuk dicapai, optimis, dan komitmen
organisasional yang tinggi.
4. Empati. . Digambarkan dengan keahlian dalam membangun, sensitivitas lintas budaya,
dan jasa terhadap klien dan pelanggan.
5. Keterampilan sosial. Digambarkan dengan pembujukan, dan keahlian dalam membangun
dan memimpin kelompok tim.
EMOSI NEGATIF DI TEMPAT KERJA
Emosi negative dapat memimpin pad asejumlah penyimpangan perilaku di tempat
kerja. Siapapun yang menghabiskan banyak waktu dalam suatu organisasi akan menyadari
orang-orang sering terlibat dalm tindakn sukarela yang melanggar norma yang didirikan dan
mengancam organisasi,anggota, atau keduanya. Tindakan-tindakan ini disebut penyimpang
karyawan.
Banyak perilaku penyimpangan ini dapat dilacak pada emosi negatif. Sebagai contoh,
rasa iri merupakan emosi yang terjadi ketika anda mengirim ulang seseorang untuk memiliki
sesuatu bahwa anda tidak memiliki keinginan yang kuat. Ini dapat memimpin kea rah
perilaku dengki dari orang yang menyimpang. Misalnya, rasa iri terkait dengan permusuhan,
penghianatan, dan bentuk lain dari perilaku politik.
TAHAP RESPON EMOSIONAL DALAM PERUBAHAN ORGANISASI
Perubahan organisasi, berdasarkan defenisi merupakan orientasi fundamental
mengenai cara organisasi beroperasi, sehingga selalu bersifat menyeluruh (organizing-wide).
Namun harus diingat, bahwa perubahan itu dimulai dan dilakukan oleh individu-individu
dalam organisasi. Organisasi hanya berubah melalui perubahan anggotanya, baik secara
individual maupun secara kolektif. Pengertian mengenai proses perubahan individu,
perubahan padda tingkat individu diperlukan apabila diiginkan pengertian yang lebih
menyeluruh terhadap perubahan organisasi.
Model Tahapan Emosi
Tahapan
1.penyangkalan
Apakah kita dapat mengabaikan
perubahan ini?
Dapatkah
kita
tetap
melakukan
seperti biasanya?
2. Marah
Dapatkah kita mencegah perubahan
ini ?
3. Menawar
Dapatkah kita mengurangi akibat Makin
perubahan yang akan terjadi ini ?
sedikit
dilakukan
yang
untuk
bisa
mengurangi
akibat perubahan, maka makin
besar
kemungkinan
tahap
berikutnya.
4. Depresi
Perubahan-perubahan
harus
dilakukan
apa
sehingga
bertahan terus ?
yang Dapatkah
kita
tetap mengkonsolidasikan
apa
yang
berharga sekaligus membentuk
pola
hubungan
baru
yang
bermakna ?
5. Penerimaan
Dengan
melakukan
perubahan- Makin baik pemecahan pada
perubahan tersebut, apakah ekstensi tahap
masih mungkin?
depresi,
maka
kemungkinan penerimaan makin
besar
yang
terjadinya
memungkinkan
adaptasi
pada
perubahan.
PENGELOLAAN EMOSI DALAM PERUBAHAN
Emosi dapat berfungsi positif dan mendorong tercapainya perubahan organisasi kalau
emosi di kelola dengan wajar. Hal ini disebabkan karena emosi memiliki fungsi adaptif bagi
individu yang bersangkutan. Disamping itu, emosi juga merupakan komponen yang penting
dalam motivasi sebab akan menggerakkan individu untuk perilaku tertentu. Proses perubahan
organisasi yang berjalan dengan baik melibatkan interaksi terus menerus antara proses emosi
dan kognitif para anggota organisasi. Pada tingkat individu maka pengelolaan emosi pada
tahap-tahap awal perubahan organisasi seyogyanya:
1. Memungkinkan individu mengekspresikan perasaan-perasaan dan emosi yang terkait dengan
perubahan organisasi.
2.
Perasaan duka (grief), marah, takut, cemas, tak percaya harus diterima sebagai bagian
integral dari proses perubahan itu sendiri.
3. Organisasi maupun kelompok-kelompok dalam organisasi harus dapat menerima realitas
perlu adanya perubahan beserta segala macam emosi yang mungkin saja ditimbulkan oleh
perubahan organisasi itu sendiri.
4. Menghargai individu yang terkena dampak perubahan dengan cara mendegarkan dan
menerima perasaan, emosi yang dialaminya serta pandangan-pandangannya tentang
perubahan organisasi yang berterkaitan dengan dirinya.
5. Organisasi maupun kelompok-kelompok dalam organisasi maupun memberikan suatu
pandangan alternatif untuk mengatasi pandangan bahwa organisasi ini bukan organisasi
mementingkan kepentingannya saja, bahwa manajemen organisasi tidak dapat dipercaya dan
bersifat eksploitatif, serta tidak ada masa depan yang jelas dalam organisasi ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Dalam pengelolaan perubahan organisasi adanya ambiguitas, ketidakpastian akan
menjadikan organisasi rentan terhadap konflik, yang harus diantisipasi oleh pihak
manajemen. Keterbukaan pihak manajemen menjadi salah satu faktor penentu, yang dapat
menerima penurunan kompetensi dan prestasi individu karena adanya masalah-masalah
emosional. Pengelolaan emosi dalam perubahan organisasi juga harus mempertimbangkan:
Kejelasan visi organisasi dalam perubahan, dimana visi ini tidak saja mempertimbangkan
segi rasional, tapi juga segi emosional sehingga visi yang di kemukakan bersifat inspiring
and motivating.
Komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anggota organisasi yang mengalami perubahan.
Jalur komunikasi yang digunakan sebaiknya jalur komunikasi yang informal, terutama kalau
para anggota organisai memiliki kepercayaan yang rendah terhadap pihak manajemen.
Pengakuan kewajaran akan emosi negatif yang dialami oleh anggota organisasi, dan
memperlakukan emosi negatif itu sebagai bagian dari proses perubahan itu sendiri, bukan
sebagai resistansi atau sesuatu yang irrasional.
Menumbuhkan rasa percaya anggota organisasi kepada pihak manajemen sehigga karyawan
percaya bahwa pihak manajemen memiliki kompetensi dalam proses perubahan, disamping
kepercayaan bahwa proses perubahan ini berjalan secara adil dan fair.
Meningkatkan sensitivitas pada kebutuhan karyawan, apakah kebutuhan untuk peningkatan
kompetensinya ataukah kebutuhan catharsis, memberikan kesempatan pada karyawan untuk
mengeluarkan unek-unek’’nya selama berlangsungnya proses perubahan.
Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam proses perubahan itu sendiri, terutama terhadap
proses perubahan itu (process control), tidak semata-mata keterlibatan yang berupa
keputusan mengenai perubahan (decision control).
Perubahan organisasi yang meninggalkan faktor emosi menyebabkan rendanya faktor
keberhasilan dalam perubahan tersebut. Apabila emosi dalam perubahan itu dikelolah dengan
baik, maka terjadi peningkatan kemungkinan keberhasilan perubahan tersebut.
Pengelolaan ini nampak dari perilaku pihak manajemen yang berusaha mengurangi emosi
negatif dan mendorong emosi positif terhadap perubahan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasiakan peristiwa,
objek serta manusia (Arfan, 23).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi










Pelaku Persepsi
Target
Situasi
Kesalahan-kesalahan Perseptual
Teori Atribusi
Pilihan Persepsi
Efek Halo
Efek Kontras
Proyeksi
Berstreotip
Prejudice
Para manajer dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktivitas organisasi.
Misalnya saja, dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi
oleh ketelitian persepsi si penyelia. Seringkali kesalahan persepsi disebabkan oleh
permasalahan komunikasi dalam suatu organisasi. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong
ke arah ketegangan hubungan antara pribadi karyawan. Ketika interaksi dilihat sebagai
sesuatu yang menegangkan, seorang penyelia perlu menetukan penyebab terjadinya peristiwa
bisnis yang dipandang secara berbeda oleh orangng-orang yang berbeda.
Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat
konsisten dan kronis. Dewasa ini ada faktor ketiga yang dianggap turut membentuk
kepribadian seseorang, yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan, dan faktor situasi.
Myers-Briggs mengklasifikasikan orang-orang berdasarkan pada bagaimana mereka terfokus
pada apa yang mereka perhatikan, mengumpulkan informasi, memproses dan mengevaluasi
informasi, dan mengorentasikan diri mereka sendiri terhadap duni luar.
Emosi adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Emosi berbeda
dari suasana hati (moods), yaitu merasakan bahwa kecenderungan untuk sedikit intensnya
dibandingkan emosi dan kekurangan satu ransangan kontekstual. Emosi merupakan reaksi
terhadap satu objek, mereka akhirnya tidak bertahan pada ciri kepribadian.
2. SARAN
1. Setiap individu di harapkan menjaga emosinya agar tidak menyakitkan atau merugikan diri
sendiri dan orang lain.
2. Setiap persepsi senantiasa di arahkan pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan hidup
antara satu dengan yang lain.
3. Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu di pupuk untuk menciptakan semangat
dan rasa percaya diri.
4. Emosi,persepsi,dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang masing-masing
memiliki karakter atau ciri khas yang berbeda.Oeh karena itu perlu di jaga keseimbangan
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Arfan., Indra Maipita. Perilaku Organisasi. Madenatera.
http://ebookpp.com/pe/pengertian-kepribadian-menurut-ahli-doc.html
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20tipe%20kepribadian%20dan%20kesadaran%2
0manusia.pdf
http://www.contohmakalah.net/pdf/iii-kepribadian
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_ilmu_antropologi/bab3_kepribadian.pd
f
http://belajarpsikologi.com/pengertian-emosi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
http://yasinta.net/kepribadian-dan-emosi/
Download